Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS PSIKOLOGI GENDER DALAM KESEHATAN

Disusun oleh:
DESI INDAH YANI
NIM. 1810104367

PROGRAM STUDI KEBIDANAN SARJANA TERAPAN KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
TAHUN 2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gender merupakan perbedaan jenis kelamin yang bukan disebabkan oleh perbedaan
biologis dan bukan kodrat Tuhan, proses sosial budaya yang panjang. Perbedaan perilaku
antara laki-laki dan perempuan, selain disebabkan oleh faktor biologis sebagian besar
justru terbentuk melalu proses sosial dan kultural. Gender bisa dikategorikan sebagai
perangkat operasional dalam melakukan measure (pengukuran) terhadap persoalan laki-
laki dan perempuan terutama yang terkait dengan pembagian peran dalam masyarakat
yang dikonstruksi oleh masyarakat itu sendiri. Istilah gender telah menjadi isu penting dan
sering diperbincangkan akhir-akhir ini. Banyak orang yang mempunyai persepsi bahwa
gender selalu berkaitan dengan perempuan, sehingga setiap kegiatan yang bersifat
perjuangan menuju kesetaraan dan keadilan gender hanya dilakukan dan diikuti oleh
perempuan tanpa harus melibatkan laki-laki.
Dalam konsep gender, pembedaan antara laki-laki dengan perempuan berdasarkan
konstruksi secara sosial maupun budaya. Perilaku yang menjadi identitas laki-laki maupun
perempuan dibentuk melalui proses sosial dan budaya yang telah diperkenalkan sejak
lahir. Ketika terlahir bayi laki-laki maka orang tua akan mengecat kamar bayi dengan
warna biru, dihiasi dengan gambar mobil-mobilan dan pesawat, serta memberikannya
mainan seperti bola, robot-robotan, dan tamia. Apabila terlahir bayi perempuan maka
orang tua akan mengecat kamar bayinya dengan warna merah jambu, menghiasinya
dengan gambar hello kitty, dan menyiapkan boneka-boneka lucu untuk putrinya. Watak
sosial budaya selalu mengalami perubahan dalam sejarah, gender juga berubah dari waktu
ke waktu, dari satu tempat ke tempat lain. Sementara jenis kelamin sebagai kodrat Tuhan
tidak mengalami perubahan dengan konsekuensi-konsekuensi logisnya (Elfi Muawanah,
2009: 8)
Masyarakat menentukan dan membentuk sifat-sifat individu, yang mencakup
penampilan, pakaian, sikap, dan kepribadian. Jika ia seorang lakilaki maka ia harus terlihat
maskulin dan apabila ia perempuan maka ia harus feminim. Maskulinitas seorang laki-laki
ditunjukkan dengan karakter yang gagah berani, kuat, tangguh, pantang menyerah, egois,
dan berpikir rasional. Apabila sifat-sifat tersebut banyak ditinggalkan atau bahkan tidak
dimiliki oleh seorang laki-laki, maka ia akan dianggap sebagai laki-laki yang
kebancibancian. Feminimitas seorang perempuan ditunjukkan dengan karakter yang
lembut, rendah hati, anggun, suka mengalah, keibuan, lemah, dan dapat memahami kondisi
orang lain. Apabila sifat-sifat positif ini banyak ditinggalkan oleh seorang wanita, atau
bahkan tidak dimilikinya, maka wanita yang bersangkutan dikatakan sebagai wanita yang
tidak menarik (Heniy Astiyanto, 2006: 310).
Kesehatan reproduksi juga dapat diartikan sebagain suatukeadaan kesejahteraan
fisik mental dan sosial yang utuh,bukanbebas dari penyakit atau kecacatan.Dalam segala
aspek yangberhubungan dengan sistem reproduksi,fungsi sertaprosesnya. (WHO ,1992
)/UU 36 /2009 PASAL 71 ayat 2.laki-laki yang dibentuk masyarakat, bukan karena
perbedaanbiologis. Peran gender dibentuk secara sosial, institusi social memainkan
peranan penting dalam pembentukkan peran gender danhubungan.Menurut WHO (1998)
Ketidaksetaraan dalam aspek pendidikan, pekerjaan, pengambilan keputusan, dan sumber
daya merupakan pelanggaran pasal 48, 49,ayat (1 dan 2) UU No.39/1999 tentang Hak
Asasi Manusia.Pada masa sekarang ini tanggung jawab kesehatan reproduksiwanita bukan
saja berada pada isteri, namun melibatkan peran suami.

B. Rumusan masalah
Bagaimana menganalisis gender dalam kesehatan ?
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui analisis psikologi gender dalam kesehatan
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui pengertian gender
b. Mengetahui masalah-masalah gender dalam kasus kesehatan
c. Mengaetahui peran gender dalam kesehatan
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Badan dunia WHO memberi batasan mengenai pengertian gender, yaitu seperangkat
peran, perilaku, kegiatan, dan atribut yang dianggap layak bagi laki-laki dan permpuan
yang dikonstruksi secara sosial dalam suatu masyarakat. Bisa juga diartikan secara umum
yaitu segala hal yang berhubungan dengan fisik, karakteristik biologis, mental dan perilaku
yang berkaitan dengan dan yang membedakan antara maskulinitas dan feminitas. Sekarang
dalam kehidupan sosial masyarakat umum, konseo gender lebih dikenal sebagai peran
individu masing-masing orang dalam sebuah kelompok masyarakat. Sehingga pada
akhirnya masyarakat mengenal maskulinitas dan feminita
Gender dalam psikologi didefinisikan sebagai gambaran sifat, sikap dan juga
perilaku antara laki-laki dan perempuan. Sedangkan menurut Whitley dan Bernard, gender
dibedakan antara maskulin dan feminim, sementara menurut Santrock, Gender mamiliki
peran seperti apa dan bagaimana seharusnya untuk melakukan, merasakan dan juga
memikirkan yang dilakukan setiap individu sebagai maskulin atau feminim. Bem
mengelompokan 4 klasifikasi ruang lingkup psikologi sosial tentang gender yakni
maskulin, feminim, androgini dan juga tar terbedakan. Individu dengan gender feminim
berbeda prilaku proporsioanl realitas kehidupan soail jika dibandingkan dengan gender
maskulin. Yang terjadi karena gender feminim mempunyai karateristik seperti hangat
dalam interpersonal, senang berafiliasi, sensitif, senang merasa iba, kompromistik dan
sebaginya. Sedangkan maskulin tidak terlalu hangat, senang dengan kehidupan
berkelompok, tidak terlalu responsif dalam hal yang berhubungan dengan emosi dan
sebaginya.
Dalam The Oxford Encyclopedia of The Modern World, gender mengartikan
pengelompokkan individu dalam urusan tata bahasa yang dipakai untuk memperlihatkan
ada tidaknya kepemilikan pada satu ciri jenis kelamin tertentu. Sedangkan menurut Illich,
gender merupakan satu dari tiga jenis kata sandang dalam tata bahasa yang berhubungan
dengan perbedaan jenis kelamin, yang membedakan kata benda menurut sifat penyesuaian
dan dibutuhkan saat kata benda tersebut digunakan dalam kalimat.
Gender adalah perbedaan yang tampak antara laki-laki dan perempuan apabila
dilihat dari nilai dan tingkah laku.laki-laki dan perempuan ditentukan perbedaan
fungsi,perbedaan tanggung jawab laki-laki dan perempuan sebagai hasilkonstruksi sosial
yang dapat berubah atau diubah sesuai perubahanzaman peran dan kedudukan sesorang
yang dikonstrusikan olehmasyarakat. dan budayanya karena sesorang lahir sebagai laki-
lakiatau perempuan.

B. Peran Gender
Peran gender adalah peran sosial yang tidak ditentukan olehperbedaan kelamin
seperti halnya peran kodrati. Oleh karena itu,pembagian peranan antara pria dengan wanita
dapat berbeda diantara satu masyarakat dengan masyarakat yang lainnya sesuaidengan
lingkungan. Peran gender juga dapat berubah dari masa kemasa, karena pengaruh
kemajuan pendidikan, teknologi, ekonomi,dan lain-lain.Dalam kenyataannya, ada pria
yang mengambil pekerjaanurusan rumah tangga, dan ada pula wanita sebagai pencari
nafkah.
Peran produktif adalah peran yang dilakukan oleh seseorang,menyangkut pekerjaan
yang menghasilkan barang dan jasa, baikuntuk dikonsumsi maupun untuk
diperdagangkan. Peran inisering disebutdengan peran di sektor publik. Peran reproduktif
adalah peran yang dijalankan oleh seseoranguntuk kegiatan yang berkaitan dengan
pemeliharaan sumberdaya manusia dan pekerjaan urusan rumah tangga, sepertimengasuh
anak, memasak, mencuci pakaian dan alat-alatrumah tangga, menyetrika, membersihkan
rumah, dan lain-lain.Peran reproduktif ini disebut juga peran di sektor domestik.
Peran sosial adalah peran yang dilaksanakan oleh seseoranguntuk berpartisipasi di
dalam kegiatan sosial kemasyarakatan,seperti gotong-royong dalam menyelesaikan
beragam pekerjaanyang menyangkut kepentingan bersama. (Kantor Menteri
NegaraPeranan Wanita, 1998 dan Tim Perbedaan Gender dan SeksualitasMenurut Badan
Pemberdayaan Masyarakat, Perbedaan antaraGender dan Jenis KelaminJenis Kelamin
Gender tidak dapat berubah, contohnya alatkelamin laki-laki dan perempuan dapat
berubah, contohnya perandalam kegiatan sehari-hari, sepertibanyak perempuan menjadi
jurumasak jika dirumah, tetapi jika direstoran juru masak lebih banyaklaki-laki.Tidak
dapat dipertukarkan, contohnyajakun pada laki-laki dan payudara pada perempuan dapat
dipertukarkanBerlaku sepanjang masa. seorang laki-laki/perempuantetap laki-laki dan
perempuan tergantung budaya setempat,contohnya pembatasan kesempatandi bidang
pekerjaan terhadapperempuan dikarenakan budayasetempat antara lain diutamakanuntuk
menjadi perawat, guru TK,pengasuh anak.
C. Bentuk – bentuk Gender
1. Deskriminasi gender
Adalah ketidakadilan gender yangmerupakan akibat dari adanya sistem (struktur)
sosial di mana salahsatu jenis kelamin (laki-laki atau perempuan) menjadi korban.
Contohnya terjadi karena adanya keyakinan dan pembenaran yang ditanamkan
sepanjang peradaban manusia dalam berbagai bentuk dan carayang menimpa kedua
belah pihak, walaupun dalam kehidupanse hari-hari lebih banyak
2. Bentuk – bentuk ketidakadilan gender
Marginalisasi (peminggiran).Peminggiran banyak terjadi dalam bidang ekonomi.
Misalnya banyak perempuan hanya mendapatkan pekerjaan yang tidak terlalu bagus,
baik dari segi gaji, jaminan kerja ataupun status dari pekerjaan yang didapatkan. Hal
ini terjadi karena sangat sedikit perempuan yang mendapatkan peluang pendidikan.
3. Peminggiran dapat terjadi di rumah, tempat kerja, masyarakat,bahkan oleh negara yang
bersumber keyakinan,tradisi/kebiasaan, kebijakan pemerintah, maupun asumsi-
asumsiilmu pengetahuan.
4. Violence (kekerasan)Serangan fisik dan psikis. Perempuan, pihak paling
rentanmengalami kekerasan, dimana hal itu terkait denganmarginalisasi, subordinasi
maupun stereotip diatas. Perkosaan,pelecehan seksual atau perampokan contoh
kekerasan paling banyak dialami perempuan.
5. Beban kerja berlebihanTugas dan tanggung jawab perempuan yang berat dan
terusmenerus. Misalnya, seorang perempuan selain melayani suami(seks), hamil,
melahirkan, menyusui, juga harus menjaga rumah.Disamping itu, kadang ia juga ikut
mencari nafkah (di rumah),dimana hal tersebut tidak berarti menghilangkan tugas
dantanggung jawab.
Gender dalam Kesehatan Reproduksi gender adalah suatu kondisi yang menunjukkan
kesenjanganlaki-laki dan perempuan yaitu adanya kesenjangan antara kondisiyang
dicita-citakan (normatif) dengan kondisi sebagaimana adanya(obyektif). Isu-isu
gender dalam ruang lingkup kesehatan reproduks iterdapat dalam kasus-kasus di
Keluarga Berencana, Kesehatan Reproduksi Remaja dan Kesehatan
Reproduksi.Kesenjangan gender dalam kesehatan reproduksi seringkali menjadikan
perempuan sebagai korban, karena sebagian besarmasalah kesehatan reproduksi selalu
berkaitan dengan perempuan.Sedangkan partisipasi dan motivasi dari laki-laki saat ini
sangatlah kurang Untuk mencapai kesetaraan gender dalam kesehatan reproduksi,
masyarakat harus diberikan pemahaman yang benar agar lebih bisa menerima.
Kesehatan Reproduksi RemajaBanyak orang dewasa dan tokoh pemuda tidak
siapmembantu remaja menghadapi masa pubertas, akibatnyaremaja tidak memiliki
cukup pengetahuan dan keterampilanuntuk menghadapi perubahan, gejolak dan
masalah yangsering timbul pada masa remaja.Hal ini dapat menyebabkanremaja sering
terjebak dalam masalah fisik, psikologis danemosional yang kadang-kadang sering
merugikan sepertistres, depresi, KTD, penyakit dan infeksi menular seksual.
Sedangkan BKKBN menggunakan batasan usia remaja10 –24tahun.Hal-hal yang
sering dianggap sebagai isu gender sebagai berikut :
a. Ketidakadilan dalam membagi tanggung jawab.
b. Ketidakadilan dalam aspek hukum.
Kesehatan reproduksi remaja dianggap penting karenabeberapa hal berikut ini:
a. Untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran remajatentang kesehatan
reproduksi
b. Mempersiapkan remaja menghadapi dan melewati masapubertas yang sering
cukup berat.
c. Melindungi anak dan remaja dari berbagai resikokesehatan reproduksi seperti
IMS, HIV AIDS sertakehamilan tidak diinginkan (KTD).

BAB III
PENUTUP
A. KASUS
Vira (24 th), punya anak tak lama setelah menikah. Ia merasa menjadi tawaan yang tidak
bebas lagi berkumpul dengan teman-teman. “Real life tak seperti romantisme yang saya
bayangkan. Kebebasan saya terampas,” ujarnya. Maka pengasuhan bayi sepenuhnya
diserahkan pada baby-sitter. Vira sendiri selalu pulang tepat sebelum suaminya tiba di
rumah, seolah seharian mengurus anak. Padahal, “Tidur, mandi, makan, susu, bahkan uang
belanja harian dna bulanan, saya serahkan sepenuhnya pada baby-sitter. Saya tak mau
tertawan.”
B. Dampak emosi : Secara alami, anak memilih ibu untuk melekat. Disekap, disentuh, dibelai
dan dipeluk adalah kebutuhan utama bayi. dari pengalaman ini bayi menumbuhkan cinta
di hati, membangun rasa percaya di dalam diri dan terhadap orang lain, dan yang utama
adalah tumbuhnya rasa aman. Itu sebabnya anak-anak dengan riwayat diabaikan, berisiko
mengalami masalah-masalah emosi bahkan kejiwaan:
1. Mudah cemas, depresi, sulit percaya pada orang lain dan merasa tidak aman.
2. Penelitian Dante Cicchetti, ahli psikopatologi dari University of Minessota
(AS)menyebut, 80% bayi yang ditelantarkan menunjukkan perilaku kelekatan yang
tidak jelas.
3. Di usia muda anak menolak dan melawan ppengasuhnya, bingung, gel;isah, atau cemas.
Di usia 6 tahun, anak tidak bertingkah laku layaknya anak, ia ingin mendapat perhatian
dengan cara melayani orang tuanya.
C. Dampak fisik: Asupan gizi yang tidak memadai.
Untuk itu pada kasus di atas Orang tua diharapkan Konsultasi pada psikolog untuk
mengkaji kembali perkawinanya dan untuk apa mempunyai anak, serta mengubah pola
pikir.
D. Bantuan untuk anak oleh orang dewasa lain:
1. Periksa anak ke dokter untuk mengetahui tumbuh-kembangnya serta status gizinya.
2. Penuhi kebutuhan anak untuk menumbuhkan rasa percaya dan rasa aman.
3. Ajak anak bermain dna penuhi kebutuhan emosinya seperti diajak bicara atau dibelai,
namun tetap mempertahankan sikap konsisiten, tidak cepat marah dan tidak memberi
penilaian negatif pada sikap anak.

DAFTAR PUSTAKA
Sudarta, W. (2006). Pola pengambilan keputusan suami-istri rumah tangga petani
pada berbagai bidang kehidupan. Kembang Rampai Perempuan Bali, 65-83

Teori gender dalam psikologi. https://dosenpsikologi.com/teori-gender-dalam-


psikologi-sosial

Perkembangan Seksualitas Dan Gender Pada Remaja.


https://shespsychologist.wordpress.com/2014/10/17/rangkuman-perkembangan-
seksualitas-dan-gender-pada-remaja/

Anda mungkin juga menyukai