Anda di halaman 1dari 9

J. Akad. Kim.

2(2): 105-113, May 2013


ISSN 2302-6030
KARAKTERISASI FISIKOKIMIA MINERAL LEMPUNG SEBAGAI
BAHAN DASAR INDUSTRI KERAMIK DI DESA LEMBAH BOMBAN
KECAMATAN BOLANO LAMBUNU KABUPATEN PARIGI MOUTONG

Physicochemical Characterization Of Clay Minerals As A Raw Material Of


Ceramic Industry In Desa Lembah Bomban Kec. Bolano Lambunu Kab. Parigi
Moutong
*Siang Tandi Gonggo, Fina Edyanti dan Suherman
Pendidikan Kimia/FKIP - Universitas Tadulako, Palu- Indonesia 94118
Recieved 17 April 2013, Revised 27 May 2013, Accepted 28 May 2013

Abstract
Clay is very important mineral in human life, especially as raw material for the fabrication of
ceramics. Clay forms a mixture of minerals, which has a variety structure. The purity and type of mineral
of clay as raw material determines the product quality of the resulting caramics. In this research, the type
and structure of mineral has been characterized by XRD, XRF and SEM techniques and olso physical
properties of the formation of clay ceramics have been axamined. The results of XRD characterization
revealed that clay from Desa Lembah Bomban, Labuno, Parigi Motong regency contains kaolin, quartz,
anorthit, cristobalite. Based on the results of XRF analysis, the clay contains SiO2 56.26%, Al2O3
23.18%, Fe2O3 4.99%, K2O 1.99%, MgO 1.73%, TiO2 0.980%, 0.841% Na2O ; CaO 0.840%.
Physical characterization showed that from Desa Lembah Bomban clay was a less plastical type with
linear drying shringkage of about 8.08%, linear firing shringkage 0.66% with total porisity of about
48.02%, and the compressive strength at 9000C about 8.135 x 106 (N/m2). SEM analysis results
showed that the clay that has burned more dense than unfired.
Keywords: Clay, Ceramic, Physicochemical Analysis and SEM.

Pendahuluan
Lempung atau tanah liat merupakan suatu di Indonesia, yang sangat dibutuhkan oleh
produk yaitu hasil pelapukan dari batuan masyarakat dalam kehidupannya, yang
keras, seperti basalt, andesit, granit, dan lain- berkembang sejalan dengan perkembangan
lain, sehingga lempung sangat tergantung pada ilmu dan teknologi sekarang ini. Perkembangan
batuan asal. Umumnya batuan keras basalt/ keramik dalam masyarakat umumnya dalam
andesit akan memberikan lempung merah, bentuk keramik fungsional, seni keramik dan
sedangkan granit akan memberikan lempung sebagai bidang kerajinan (Gonggo, 2003;
putih. Lempung juga disebut batuan sedimen Gonggo, 2004; Soesilawati & Hidayati, 2008).
karena pada umumnya setelah terbentuk dari Keramik dalam bidang kerajinan inilah yang
batuan keras, lempung akan diangkut oleh air sangat potensi berkembang di Indonesia,
dan angin kemudian diendapkan pada tempat seperti kerajinan gerabah di Lombok yang telah
yang lebih rendah (Hartono, 1993). diekspor ke mancanegara khususnya ASEAN
Lempung mempunyai sifat plastis bila (Gonggo, 2004).
basah dan sangat keras bila dibakar pada suhu Penggunaan lempung sebagai bahan
tinggi (Gonggo, 2001; Garinas, 2009; Indiani dasar untuk keramik sangat ditentukan oleh
& Umiati, 2009) menyebabkan lempung sifat mineral penyusun lempung tersebut.
dapat digunakan dalam berbagai kehidupan Sifat mineral lempung ditentukan oleh
manusia khususnya dalam bidang keramik. beberapa faktor seperti komposisi kimia dan
Keramik adalah salah satu jenis seni kerajinan jenis mineralnya, sifat-sifat fisik dan kimia,
serta struktur mineral lempung (Gonggo,
* Korespondensi: 2004), sehingga uji kualitas lempung sebagai
S. T. Gonggo bahan baku keramik tidak cukup dengan uji
Program Studi Pendidikan kimia, Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Tadulako komposisi kimia saja, tetapi harus dengan
email: standigonggo@yahoo.com uji jenis dan struktur mineral serta sifat-sifat
© 2013 - Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Tadulako fisiknya. Penggunaan lempung yang sudah
105
Volume 2, No. 2, 2013: 105-113 Jurnal Akademika Kimia

umum adalah sebagai bahan keramik seperti dimanfaatkan oleh masyarakat setempat untuk
bata merah, genteng, gerabah dan lain-lain. membuat keramik berupa batu merah. Selain
Penggunaan lempung untuk jenis keramik itu juga dimanfaatkan masyarakat untuk
tersebut umumnya belum diketahui dengan membuat tungku pembakaran/tungku arang
tepat komposisi kimia dan jenis mineralnya. untuk keperluan memasak. Sampai saat ini
Perkembangan dan kemajuan teknologi belum pernah dilakukan penelitian secara
sekarang ini komposisi kimia dan jenis mineral ilmiah, yang menyangkut karakteristik mineral
lempung untuk bahan dasar keramik sangat lempung tersebut, sehingga pemanfaatan dari
penting diketahui terlebih dahulu, karena lempung tersebut dapat dielaborasi lebih luas
komposisi kimia dan jenis mineral lempung dalam industri keramik.
sangat menentukan mutu/kualitas benda Bebarapa daerah di Sulawesi Tengah telah
keramik yang dihasilkan. Selain itu dengan dilakukan penelitian tentang karakterisasi
mengetahui jenis, komposisi kimia, serta jenis mineral lempung. Menurut Rosida (2004)
mineral dari suatu lempung dapat diketahui bahwa lempung di kelurahan Lasoani
jenis penggunaannya dalam bidang keramik Kecamatan Palu Timur Sulawesi Tengah sangat
maju seperti bahan untuk porselin listrik jika baik digunakan sebagai pembuatan porselin
mineral lempung tersebut mengandung kaolin, listrik. Adapun hasil penelitiannya bahwa
pelebur dan pengisi (Gonggo, 2007; Nauzil bahan dasar lempung kelurahan Lasoani,
2007; Suhanda & Soesilawati, 2008). Palu Timur mengandung mineral kuarsa,
Lempung merupakan mineral yang illite, montmorillonit, kaolin dan anorthit.
mempunyai banyak kegunaan dan aplikasi, Sedangkan produk yang dibakar mengandung
tidak hanya sebagai bahan keramik, batu bata, mineral kuarsa, illite, dan anorthit. Selain
genteng, bahan pelapisan kertas, atau bahan itu, penelitian dari Nauzil (2007) bahwa
farmasi saja, namun penggunaan lempung lempung di desa Beka kecamatan Marawola
telah mengalami pengembangan seiring kabupaten Donggala belum memenuhi standar
dengan diadakannya berbagai penelitian SII untuk pembuatan keramik halus (putih)
mengenai manfaat lempung. Saat ini lempung kemudian hasil penelitiannya bahwa bahan
juga banyak digunakan sebahai adsorben dasar lempung desa Beka mengandung mineral
(Bahri, dkk, 2010), penyangga katalis (Lubis, clinocore-ferroan, monmorillonit-chorit,
2009), penukar ion (Khairi, dkk, 2004) dan muscovite/ITT/RG, labradorite, kuarsa, dan
masih banyak lagi, bergantung pada sifat fisik anorthit. Olehnya itu sangatlah menarik untuk
lempung tersebut. diadakan penelitian tentang karakterisasi
Indonesia memiliki sumber daya alam mineral lempung sebagai bahan dasar industri
mineral lempung yang luas. Jenis mineral yang keramik di Desa Lembah Bomban Kecamatan
umum pada lempung adalah montmorilonit, Bolano Lambunu Kabupaten Parigi Moutong,
kaolinit, haloisit, klorit dan illit. Montmorillonit dalam rangka memperoleh informasi dalam
merupakan kelompok mineral filosilikat yang pemanfaatan lempung tersebut untuk benda-
paling banyak menarik perhatian karena benda keramik lainnya yang memiliki nilai
montmorillonit memiliki kemampuan ekonomis lebih tinggi.
untuk mengembang serta kemampuan
untuk diinterkalasi dengan senyawa organik Metode
membentuk material komposit organik- Alat dan Bahan
anorganik. Montmorillonit juga memiliki Alat-alat yang digunakan dalam penelitian
kapasitas penukar kation yang tinggi sehingga adalah XRD merk Panalytical X’Pert PRO
ruang antar lapis montmorillonit mampu seri PW3040/x0, XRF X Pro analisis, SEM
mengakomodasi kation dalam jumlah besar Jeol JSM 6360, neraca analitik, piknometer,
(Lubis, 2007; Oxtoby, dkk, 2003). gelas ukur, pipet, alu, oven, tanur, gelas kimia,
Sulawesi Tengah sekitar 60% lahannya kertas saring, corong pisah, cawan petri dan
merupakan lempung, sehingga sangat potensial jangka sorong. Kemudian bahan kimia yang
untuk pengembangan industri seni keramik. digunakan dalam penelitian adalah HCL
Lempung telah diolah secara traditional untuk 37% (Vetec) dan n-heksana, yang ada secara
dibuat menjadi bata merah sebagai bahan komersial dari Merk.
bangunan. Desa Lembah Bomban berada
di wilayah Kecamatan Bolano Lambunu Teknik Persiapan Sampel
Kabupaten Parigi Moutong Provinsi Sulawesi Sampel yang digunakan dalam penelitian
Tengah sebagian wilayahnya merupakan ini adalah lempung dari Desa Lembah Bomban
lempung. Lempung yang ada di desa ini Kecamatan Bolano Lambunu. Sampel diambil

106
Fina Edyanti Karakterisasi Fisikokimia Mineral Lempung Sebagai Bahan ............

menurut acuan (Hartono, 1993) yakni diambil panjang, lebar dan tinggi (P3,L3, T3).
secara acak pada kedalaman ≥ 50 cm. Lempung Susut kering dan susut bakar dihitung
ini dikeringkan dan dihaluskan kemudian dengan rumus persamaan 1 dan 2 (Gonggo,
dibenefisiasi. Selanjutnya dicetak dalam cetakan 1998). L − L P − P T −T 
dengan ukuran (10 x 3 x 2,45) cm3, yang juga % Susut Kering linear =  L = P = T  x100% (1)
1 2 1 2 1 2

1 1 1

merupakan ukuran keadaan awal, kemudian


dioven pada suhu 105 0C, selanjutnya diukur  L2 − L3 P2 − P3 T2 − T3 
panjang sisinya untuk perhitungan susut kering % Susut Bakar linear = 
 L2
=
P2
=
T2 
 x 100%
(2)
linear. Sampel yang sudah kering ditanur
dengan suhu 900 oC, kemudian diukur panjang
sisinya untuk keperluan perhitungan susut Porositas
bakar linear. Selanjutnya dilakukan analisis Porositas dapat didefenisikan sebagai
sifat-sifat fisik pembentukan keramik lainnya perbandingan antara jumlah volume lubang-
(porositas, ketahanan asam dan kekuatan lubang kosong yang dimiliki oleh zat padat
tekan). Analisis X-ray difraction (XRD) untuk (volume kosong) dengan jumlah dari volume zat
menentukan struktur dan fasa kristalin mineral padat yang ditempati oleh zat padat (Gonggo,
lempung tersebut (Gonggo, 2001; Lelono, 2004; Gonggo, 2007; Prihatin, 2011).
dkk, 2007; Jamaluddin, 2010). Analisis Ukuran pori sangat menentukan kekuatan
kimia dengan X-ray flourosence (XRF) untuk mekanik benda keramik, modulus kelenturan
mengetahui kandungan dan konsentrasi tiap- (elastisitas), daya tahan oksidasi (korosi),
tiap unsur dalam sampel (Baranowski, 2002; hantaran panas (konduktivitas) (Septawendar,
Oktaviana, 2009; Kriswarini, dkk, 2010) dan dkk, 2008). Porositas sangat mempengaruhi
analisis Scanning Electron Microssopy (SEM) rapat massa benda keramik (Gonggo, 1998),
untuk mengetahui morfologi permukaan yang ditentukan dengan membandingkan selisi
sampel (Nanoteknik, 2008). rapat massa teoritis ( ρ u ) dengan rapat massa
ruah ( ρ b ) (Persamaan 3)
Prosedur Kerja ρu – ρb
Analisis Sifat – Sifat Fisik Pembentukan % Porositas total = x 100% (3)
Keramik Dari Lempung ρu
Keplastisan Lempung
Pengujian keplastisan lempung Kuat Tekan (s pt)
menggunakan metode pendekatan secara Kuat tekan suatu material didefenisikan
kualitatif yang dikembangkan oleh Hartono, sebagai kemampuan material dalam menahan
1993. Sejumlah lempung dicampur dengan air beban atau gaya mekanis sampai terjadinya
hingga menunjukkan sifat plastis dan mudah pemecahan (Ngudiono, 2011). Kuat tekan
dalam proses pembentukan. Lempung plastis ini ditentukan pada benda cetak empat persegi
kemudian dibentuk silinder dengan diameter ± panjang yang telah dibakar pada suhu 900 oC
1,5 cm dengan panjang 15 cm. Bentuk silinder selama 4 jam, didinginkan diukur lebar (b)
dibuat lingkaran, dikatakan plastis apabila dapat dan tinggi (t). Pengujian dilakukan dengan
membentuk lingkaran penuh tanpa retak-retak, menerapkan gaya (F) sampai retak (Persamaan
agak plastis bila hanya membentuk ¾ lingkaran 4) (Gonggo,1998)
sudah retak-retak, kurang plastis jika hanya F
membentuk ½ lingkaran sudah retak-retak dan s pt = (4)
tidak plastis jika hanya dapat membentuk ¼ bxt
lingkaran sudah retak-retak.
Ketahanan Asam
Susut Kering dan Susut Bakar Ketahanan “Acid Corrosim” ditentukan
Sejumlah lempung dicampur dengan air dengan cara benda cetak yang telah dibakar
hingga menunjukkan sifat plastis dan dapat pada suhu 900 oC ditumbuk dengan ukuran
dibentuk, dicetak dalam cetakan empat persegi 4 mm. Ditimbang sejumlah tertentu (W1)
panjang (10 x 3 x 2,45) cm3, yang setara dengan
(P1, L1, dan T1). Setelah itu dikeringkan dalam direndam dalam asam klorida 1 M selama satu
oven suhu 105oC selama 6 jam, didinginkan hari. Disaring residu dan dicuci dengan aquades
dan diukur panjang (P2), lebar(L2), tinggi (T2). sampai bebas HCl kemudian dikeringkan, dan
Benda cetak kering dibakar dalam tungku ditimbang (W2). Benda bakar yang terkorosi
pembakaran suhu 900 oC selama 4 jam, asam dapat dihitung dengan menggunakan
didinginkan dan diukur dengan jangka sorong menggunakan (Persamaan 5) (Gonggo,1998).

107
Volume 2, No. 2, 2013: 105-113 Jurnal Akademika Kimia

W1 − W2 dalam industri keramik diharapkan maksimum


% Terkorosi = x 100% 2% agar tidak terjadi perubahan bentuk pada
W1 (5)
benda keramik seperti retak-retak.
Hasil dan Pembahasan Susut bakar disebabkan karena molekul air
Analisis Sifat-sifat Fisik Pembentukan Keramik yang terikat secara kimia menguap yaitu berupa
Hasil analisis sifat-sifat fisik pembentukan hilangnya gugus OH yang terikat pada mineral
keramik pada lempung sebelum dibakar dan lempung dalam bentuk uap air seperti reaksi
setelah dibakar dapat dilihat pada Tabel 1. (6). Selain itu, susut bakar juga disebabkan
karena terbakarnya senyawa organik pada
Tabel 1. Hasil Analisis Sifat-sifat Fisik temperatur rendah (375 0C) berupa algae
Pembentukan Keramik dan bahan-bahan karbon dalam oilshale
No. Jenis Pengujian Hasil dan senyawa-senyawa organik yang terbakar
Pengujian pada suhu tinggi membentuk gas CO2, SO2,
Kurang NO2, dan uap air (Gonggo, 2003). Demikian
1. Keplastisan plastis juga susut bakar dapat disebabkan karena
2. Susut kering linear(%) 8.08 terjadinya dekomposisi mineral juga disertai
3. Susut bakar linear (%) 0.66 reaksi pembentukan atau rekristalisasi mineral
Rapat massa ruah lempung.
4. 1.408
(g.cm-3)
Rapat massa teoritis 2.709 g.cm- 3Al2Si2O5(OH)4→Al6Si4O13+4SiO2(s)+ 6H2O(g) (6)
5. (g.cm )
-3 3

6. Porositas (%) 48.025 Kaolinit mulit silika air


7. Kuat tekan (N.m )2
8.14 x 108 Berdasarkan hasil analisis diperoleh rapat
massa ruah sebesar 1,408% dan rapat massa
8. Terkorosi asam (%) 1.343 teoritis sebesar 2,709%, sehingga dengan
Berdasarkan hasil uji keplastisan lempung menggunakan rumus persamaan (3) diperoleh
dari Desa Lembah Bomban bersifat kurang porositas total sebesar 48,025%. Besarnya nilai
plastis. Hal ini ditandai dengan lempung yang porositas ini disebabkan karena mineral-mineral
dicampur dengan aquadest dan dibentuk seperti feldspar yang berperan sebagai pelebur belum
silinder dengan diameter ± 1,5 cm dan panjang melebur semuanya untuk mengisi rongga di
15 cm hanya mampu membentuk setengah antara butiran-butiran mineral lempung,
lingkaran sudah retak-retak (Hartono, 1993). hal ini ditunjukkan pada hasil analisis XRD
Lempung mempunyai sifat plastis apabila dapat (Gambar 2) benda keramik yang telah dibakar
membentuk lingkaran penuh tanpa retak-retak. pada suhu 900 0C masih mengandung mineral
Keplastisan sangat dipengaruhi oleh ukuran dari felspar. Untuk mengurangi porositas benda
butir partikel lempung, dimana semakin halus keramik diperlukan pembakaran pada suhu di
ukuran butir partikel maka akan semakin besar atas 900 ºC, karena pelebur dari felspar mulai
tingkat keplastisan lempung. melebur pada suhu 900 ºC sampai 1100 ºC,
Hasil pengujian susut kering diperoleh sehingga nantinya akan terjadi peleburan yang
dengan cara mencetak lempung plastis tersebut baik untuk mengisi ruang pori-pori yang lain
ke dalam bentuk balok dengan ukuran (10 x pada benda keramik, sehingga memberikan
3 x 2,45) cm3 kemudian dioven dengan suhu kekuatan lebih terhadap benda keramik
105ºC selama 6 jam, dengan menggunakan tersebut.
persamaan (1) diperoleh susut kering linear Hasil analisis pengujian kuat tekan benda
sebesar 8,08%. Susut kering tersebut sangat keramik berdasarkan persamaan (4) diperoleh
baik karena berada di bawah 10%, sebab bila kuat tekan 8,14 x 106 N/m2. Nilai standar
terlalu besar akan menyebabkan perubahan- kuat tekan benda keramik yang ditetapkan SII
perubahan bentuk pada keramik seperti yaitu sebesar 245 x 106 N/m2, sehingga hasil ini
pecah atau retak-retak (Gonggo, 2001). Susut sangat jauh di bawah standar. Kekuatan benda
kering disebabkan karena hilangnya sejumlah keramik sangat dipengaruhi oleh porositas,
molekul air pembentuk yang berada di dalam dimana semakin banyak pori-pori keramik
ruang antar lapisan-lapisan mineral lempung. maka kekuatan suatu material akan semakin
Kemudian untuk pengujian susut bakar benda berkurang. Hal ini ditandai dengan hasil
keramik yang dibakar pada suhu 900 ºC selama analisis porositas yang hampir mencapai 50%
4 jam, dengan menggunakan persamaan (2) yaitu 48,025%. Kurangnya kekuatan material
diperoleh susut bakar 0,66%. Susut bakar ini dalam menahan beban juga disebabkan karena
cukup baik karena batas susut bakar lempung kondisi suatu material seperti retakan kecil yang

108
Fina Edyanti Karakterisasi Fisikokimia Mineral Lempung Sebagai Bahan ............

terdapat pada sisi dalam benda keramik yang dibakar dianalisis dengan menggunakan
tidak mampu diamati secara visual. Demikian XRD untuk menentukan jenis mineral dan
juga dari hasil analisis keplastisan yang kurang fasa kristalin yang terdapat dalam lempung.
plastis sehingga benda keramik yang dihasilkan Difraktogram analisis XRD benda keramik
juga kurang kuat. Kekuatan benda keramik dapat dilihat pada Gambar 1 dan Gambar 2
dari lempung ini dapat ditingkatkan dengan Berdasarkan difraktogram pada Gambar 1
penggilingan lempung untuk menghasilkan dan 2 dapat dilihat bahwa hasil analisis benda
lempung yang halus sehingga meningkatkan keramik lempung Desa Lembah Bomban
sifat plastisitasnya dan pembakaran pada suhu sebelum dibakar mengandung mineral kaolinit,
yang lebih tinggi 900 0C agar mineral golongan cristobalit, anorthit, dan illite, setelah dibakar
felspar melebur untuk mengisi pori-pori dan mengandung cristobalit, illite, anorthit dan
menghasilkan benda keramik padat dan kuat. kuarsa. Hasil analisis XRD pada benda keramik
Hasil pengujian ketahanan benda keramik yang telah dibakar menunjukkan bahwa terjadi
terhadap asam dengan menggunakan perubahan fasa silika dari kristobalit menjadi
persamaan (5) diperoleh terkorosi asam sebesar kuarsa. Demikian juga kaolin telah berubah
1,34%. Terjadinya korosi disebabkan karena menjadi silika. Kaolin dan kuarsa merupakan
adanya senyawa besi dalam benda keramik bahan baku utama pembentukan keramik
sesuai dengan hasil analisis XRF pada Tabel 2, yang mempunyai fungsi sebagai kerangka
bahwa lempung tersebut mengandung Fe2O3 yang memberikan kekuatan dalam badan
sebesar 4,99%, yang bereaksi dengan asam keramik setelah mengalami pembakaran pada
(larutan HCl) membentuk senyawa FeCl3 suhu tinggi sehingga tidak mengubah bentuk
yang larut dalam air dan pertukaran ion alkali keramik (Gonggo, 2003). Kaolin dalam
yang terdapat dalam benda keramik dengan bidang industri digunakan sebagai bahan
ion hidrogen dari asam. Hasil analisis XRD dasar pembuatan keramik putih karena jenis
juga menunjukkan adanya silika dalam bentuk mineral ini berwarna putih jika kadar besinya
kuarsa dan kristobalit. Korosi juga disebabkan rendah. Kuarsa digunakan sebagai bahan
karena adanya hidrolisis ikatan Si-O yang dasar pembuatan gelas atau kaca, bahan dasar
terkenal dengan putusnya kerangka silika. pembuatan keramik tahan api jenis silikat.
Banyaknya kandungan mineral kuarsa inilah
Analisis X-ray Difraction (XRD) yang menyebabkan lempung Desa Lembah
Benda keramik sebelum dibakar dan setelah Bomban bersifat kurang plastis.

Gambar 1. Analisis XRD benda keramik sebelum dibakar

109
Volume 2, No. 2, 2013: 105-113 Jurnal Akademika Kimia

Gambar 2. Analisis XRD benda keramik setelah dibakar


Proses pembakaran anorthit yang Tabel 2. Hasil analisis X-ray Flourosence
merupakan golongan felspar yang akan meleleh
(XRF) lempung desa Bomban
dan mengisi pori-pori pada benda keramik
sehingga memberikan kepadatan dan kekuatan No. Oksida Jumlah (%) (w/w)
pada produk keramik, Analisis XRD pada 1. SiO2 56,26
Gambar 2 menunjukkan bahwa anortit padan 2. Al2O3 23,18
benda keramik yang telah dibakar pada 900 3. Fe2O3 4,99
0
C masih ada, jadi anortit belum melebur 4. K2O 1,99
secara sempurna untuk mengisi pori-pori 5. MgO 1,73
benda keramik. Hal ini menyebabkan benda 6. TiO2 0,980
keramik yang dihasilkan memiliki kekuatan 7. Na2O 0,841
yang masih rendah seperti yang ditunjukkan 8. CaO 0,840
hasil analisis kekuatan tekan yang masih di
bawah SII, demikian juga pori-pori benda Oksida-oksida pada Tabel 2 tersebar dalam
keramik masih sangat tinggi mendekati 50%. beberapa struktur mineral seperti yang diperoleh
Hal ini menunjukkan bahwa perlu pembakaran dari analisis XRD, dimana oksida SiO2 berada
bendan keramik dengan bahan dasar lempung dalam struktur mineral kuarsa dan kristobalit,
Desa Lembah Bomba dibakar pada suhu di atas anorthitit, kaolin, dan illite sedangkan oksida
900 0C atau lama pembakaran lebih lama. Al2O3 berada dalam struktur mineral kaolin,
anorthit, illite dan oksida CaO berada dalam
Analisis Kimia X-ray Flourosence (XRF) struktur mineral Anorthit. Berdasarkan
SII analisis ini melampaui batas yang telah
XRF merupakan metode yang digunakan ditetapkan dalam pembuatan keramik halus
untuk melihat unsur-unsur yang terkandung (putih) jenis porselin khususnya Fe2O3. Besarnya
dalam lempung untuk menentukan layak kandungan Fe2O3 akan memberi warna merah
tidaknya suatu lempung digunakan dalam pada saat pembakaran yang tidak diinginkan
industri keramik sesuai dengan Standar Industri dalam pembuatan keramik halus dan putih
Indonesia. Hasil analisis XRF lempung desa yaitu tidak lebih dari 0.5% (Gonggo, 2007).
lembah bomban dapat dilihat pada Tabel 2. Senyawa Fe2O3 dan TiO2 juga merupakan

110
Fina Edyanti Karakterisasi Fisikokimia Mineral Lempung Sebagai Bahan ............

bahan pengotor yang sangat mempengaruhi


produk akhir. Kadar CaO yang terlalu besar
akan mempengaruhi kehalusan keramik halus
(putih) yang disebabkan meledaknya butir-
butir kapur tersebut. Unsur-unsur penyusun
golongan felspar yang lain selain Ca yakni K
dan Na. Hasil analisis XRF persentase oksida
K2O dan Na2O kurang memenuhi syarat
mutu pembuatan keramik halus (putih) dan
porselin. Kurangnya kedua oksida inilah
yang menyebabkan tingkat porositas yang
besar karena unsur-unsur penyusun golongan
felspar (K dan Na) kurang sehingga peleburan
anorthit pada pori-pori keramik kurang yang
menyebabkan kekuatan benda keramik sangat Gambar 4. Hasil SEM benda keramik setelah
rendah terlihat pada hasil pengujian kuat dibakar
tekan pada benda keramik yang rendah. Oleh Hasil identifikasi benda keramik dengan
karena itu, lempung dari desa Lembah Bomban menggunakan SEM menunjukkan bahwa
hanya cocok digunakan dalam pembuatan partikel lempung berupa lempengan-lempengan
keramik gerabah (earthenware) karena mineral- kristal. Untuk benda keramik sebelum
mineral yang terkandung sebagian besar tidak dibakar mempunyai lempengan tipis dan
memenuhi syarat mutu pembuatan keramik ukurannya tidak homogen. Sama halnya untuk
maju seperti keramik halus (putih) jenis benda keramik setelah dibakar mempunyai
porselin, Sedangkan mineral-mineral utama lempengan tipis dan ukurannya tidak homogen
yang digunakan sebagai bahan dasar pembuatan namun lempengan-lempengan tipisnya terlihat
keramik biasa terdapat dalam lempung desa sudah mulai menyatu dibandingkan dengan
Lembah Bomban. Untuk dapat memanfaatkan lempengan-lempengan yang berada pada benda
lempung Desa Lembah Bomban sebagai bahan keramik sebelum dibakar, hal ini disebabkan
karena proses pelengketan (sintering) yang
dasar industri keramik maju, perlu dilakukan terjadi pada saat pembakaran, dimana partikel
pemurnian atau ditambahkan dengan lempung dari mineral felspar (anorthit) mulai meleleh
yang banyak mengandung kaolin. dan mengisi bagian-bagian pori sehingga benda
keramik terlihat lebih menyatu dan homogen,
Analisis Scanning Elektron Microscopy (SEM) Hal ini juga menyebabkan bentuk-bentuk
Analisis SEM digunakan untuk mengamati mineral yang terkandung pada benda keramik
morfologi permukaan sampel. Hasil pemotretan setelah dibakar tidak dapat dikenali lagi. Hasil
perbesaran 5000x benda keramik sebelum analisis juga menunjukkan bahwa lempengan-
dibakar dan setelah dibakar dapat dilihat pada lempengan permukaan benda keramik
Gambar 3 dan Gambar 4. mempunyai luas permukaan dengan ukuran
5µm dengan seluruh permukaan masing-
masing runcing dan tipis. Ukuran permukaan
lempengan benda keramik ditunjukan oleh
agomolarasi atau garis putih yang tercantum
pada gambar hasil identifikasi SEM.

Kesimpulan
Llempung di desa Lembah Bomban
mengandung mineral kaolin, kuarsa, anorthit,
cristobalite, dan illite, dengan sifat-sifat fisik
pembentukan keramik lempung desa Lembah
Bomban bersifat kurang plastis, susut kering
8,075 %, susut bakar 0,665 %, porositas
48,025%, kuat tekan 8,135 x 106 (N/m2),
dan terkorosi 1,343 %. Hasil analisis XRF
Gambar 3. Hasil SEM benda keramik sebelum menunjukkan bahwa lempung Desa Lembah
dibakar Bomban hanya cocok digunakan sebagai

111
Volume 2, No. 2, 2013: 105-113 Jurnal Akademika Kimia

bahan dasar pembuatan keramik gerabah keramik. Jurnal Eksakta, 2(1), 132-139.
(earthenware) karena mineral-mineral yang
terkandung di dalamya tidak memenuhi syarat Gonggo, S. T. (2007). Karakterisasi mineral
mutu SII dalam pembuatan keramik halus lempung gawalise Palu barat sebagai
(putih). bahan industri keramik khusus. Jurnal
Kimia Tadulako, 8(1), 31-40.
Ucapan Terima kasih
Ucapan terima kasih disampaikan kepada Hartono. (1993). Teknologi bahan bangunan
Bapak Tasrik, Ibu Husnia dan Ibu Nurbaya, bata dan genteng. Bandung: Balai Besar
laboran di laboratorium Kimia FKIP Keramik.
Universitas Tadulako dan bapak Karyono Staf
laboran di laboratorium Geologi Bandung yang Indiani, E., & Umiati, N. A. K. (2009). Keramik
telah banyak membantu proses penelitian ini. porselen berbasis feldspar sebagai bahan
isolator listrik. Jurnal Telkomnika, 7(2),
83-92.

Referensi Jamaluddin, K. (2010). Makalah fisika material


x-rd (x-ray diffractions). Kendari:
Bahri, S., Muhdarina., & Fitrah, A. (2010). Universitas Haluoleo.
Lempung alam termodifikasi
sebagai adsorben larutan anorganik: Khairi., Rahmi., & Mawaddah. (2004). Uji
Kesetimbangan adsorpsi lempung daya serap kristobalit alam jaboi sabang
terhadap ion Cu2+. Jurnal Sains dan nangrroe aceh darussalam terhadap ion
Teknologi, 9(1), 9-13. logam Fe3+. Jurnal Sains Kimia, 8(1),
8-11.
Baranowski, R. A. & Baranowska, R. I. (2002).
Speciation analysis of elements in Kriswarini, R., dkk. (2010). Validasi metoda
soil samples by XRF. Polish Journal of xrf (x-ray fluorescence) secara tunggal
Environmental Studies, 11(5), 473-482. dan simultan untuk analisis unsur Mg,
Mn dan Fe dalam paduan aluminum.
Garinas, W. (2009). Karakteristik bahan baku Seminar Nasional VI SDM Teknologi
kaolin untuk bahan pembuatan badan Nuklir. Tanggerang: Pusat Teknologi
isolator listrik keramik porselen fuse Bahan Bakar Nuklir (PTBN).
cut out (fco). Jurnal Sains dan Teknologi
Indonesia, 11(2), 120-125. Lelono, E. B.. & Isnawati. (2007). Peranan iptek
nuklir dalam eksplorasi hidrokarbon.
Gonggo, S.T. (1998). Karakteristik fisikikimia JFN, 1(2), 79-92.
dan sifat pembentukan keramik
lempung kelurahan tatura, Palu selatan, Lubis, S. (2007). Preparasi bentonit terpilar
sulawesi tengah. Bandung: Tesis Institut alumina dari bentonit alam dan
Teknologi Bandung. pemanfaatannya sebagai katalis pada
reaksi dehidrasi etanol, 1-propanol serta
Gonggo, S. T., (2001). Analisa mineral 2-propanol. Jurnal Rekayasa Kimia dan
lempung kelurahan tatura palu sulteng Lingkungan, 6(2), 77 - 81.
sebagai bahan dasar keramik. Jurnal
Kimia Tadulako, 2(2), 32-34. Lubis, S. (2009). Preparasi katalis cu/silika gel
dari kristobalit alam sabang serta uji
Gonggo, S. T. (2003). Karakterisasi dan sifat- aktivitasnya pada reaksi dehidrogenasi
sifat fisik pembentukan keramik mineral etanol. Jurnal Rekayasa Kimia dan
lempung kelurahan kabonena palu barat, Lingkungan, 7(1), 29-35.
Prosiding pada seminar upaya membina
kemandirian bangsa melalui sains dan Masrukan, & Rosika, K. (2008). Perbandingan
teknologi kimia material, Bandung 11 hasil analisis bahan bakar u-zr dengan
Jannuari. menggunakan teknik xrf dan ssa. Jurnal
Urania, 14(1), 1-48.
Gonggo, S. T. (2004). Analisis sifat-sifat fisik
mineral lempung sebagai bahan industri Nanoteknik. (2008). Teori dasar scanning
112
Fina Edyanti Karakterisasi Fisikokimia Mineral Lempung Sebagai Bahan ............

electron microscopy. Diunduh kembali ke-17 teknologi dan keselamatan pltn serta
dari http://materialcerdas.wordpress. fasilitas nuklir. Yogyakarta: Universitas
com/teori-dasar-scanning-electron- Gadjah Mada.
microscopy/
Rosida. (2004). Karakterisasi mineral lempung
Nauzil, A. Z. (2007). Karakterisasi mineral sebagai bahan keramik di lasoani
lempung sebagai bahan dasar industri kecamatan Palu timur sulawesi tengah.
keramik di desa beka kecamatan Skripsi tidak diterbitkan, Palu: Program
Marawola kabupaten Donggala. Skripsi Sarjana Untad.
Tidak Diterbitkan. Palu: Program
Sarjana Untad. Septawendar, R., dkk. (2008). Pengaruh
pembakaran oksidasi terhadap
Ngudiono. (2011). Pengaruh korosi tulangan mineralogi dan mikrostruktur komposit
baja terhadap kuat lekat balok beton alumina-silikon karbida. Jurnal Keramik
bertulang. Jurnal Teknik Rekayasa, 12(1), dan Gelas Indonesia, 7(2), 66-78.
80-87.
Soesilawati., & Hidayati, S. (2008). Informasi
Oktaviana, A. (2009). Teknologi penginderaan teknologi keramik & gelas. Jurnal
mikroskopi. Surakarta: Universitas Informasi Teknologi Keramik dan Gelas
Sebelas Maret. Indonesia, 29(2), 73-80.

Oxtoby., Gillis., Nafchrieb., & Suminar. Suhanda., & Soesilawati. (2008). Teknologi
(2003). Prinsip-prinsip kimia modern.(Ed dasar pembuatan keramik maju. Jurnal
4th) jilid 2. Jakarta: Erlangga. Informasi Teknologi Keramik dan Gelas,
29(2), 55-62.
Prihatin, T. J. (2011). Pembuatan filter
keramik berbahan dasar tanah liat Suryanarayana, C., & Grant, N. M. (1998).
sebagai kandidat pengolahan limbah X-ray diffraction. New York and London:
radioaktif cair. Prosiding seminar nasional Plenum Press.

113

Anda mungkin juga menyukai