Anda di halaman 1dari 30

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami sampaikan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan
ridho-Nya kami mendapat hidayah sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan lancar. Makalah ini disusun berdasarkan materi yang telah ditentukan yaitu
‘Komunikasi Efektif’.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ini.
Demikian makalah ini kami susun dan kami berharap bermanfaat dan dapat
mendampingi kita dalam proses belajar, dan kami juga mengucapkan terima kasih
banyak atas dukungan dari teman-teman dan dosen pembimbing kami.

Jambi 10 Februari 2019

Penulis

1
Daftar Isi

Kata Pengantar ........................................................................................................... 1


Daftar isi ...................................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................................. 4
1.4 Manfaat ............................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................ 6
2.1 Definisi Komunikasi Efektif ................................................................................. 6
2.2 Faktor-faktor Komunikasi Efektif ......................................................................... 7
2.3 Ciri-Ciri Komunikasi Efektif................................................................................. 9
2.4 Prinsip Dasar Komunikasi Efektif ....................................................................... 10
2.5 Tujuan Komunikasi Efektif ................................................................................. 11
2.6 Fungsi Komunikasi Efektif ................................................................................. 11
2.7 Proses Komunikasi Efektif .................................................................................. 12
2.8 Tahap Komunikasi Efektif ................................................................................. 13
2.9 Teknik Komunikasi Efektif…………………………………………………….13
2.10Hambatan Komunikasi Efektif .......................................................................... 15
2.11Komunikasi Efektif Antar Tenaga Medis .......................................................... 16
2.12Komunikasi Efektif Antar Tenaga Medi dan Pasien ......................................... 20
BAB III PENUTUP .................................................................................................. 16
3.1 Kesimpulan ........................................................................................................ 23
3.2 Saran ................................................................................................................... 24
Daftar Pustaka .......................................................................................................... 25
Lampiran………………………………………………………………………...….26

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap orang pasti pernah melakukan kegiatan komunikasi. Komunikasi
merupakan satu aktivitas yang harus dilakukan karena pada dasarnya manusia adalah
individu dan makhluk sosial yang selalu ingin bersosialisasi atau berhubungan dengan
orang lain. Sebagai makhluk individu, manusia ingin terlihat menonjol, sedangkan
sebagai makhluk sosial manusia tidak dapat hidup sendiri, selalu bergantung dan ingin
diperhatikan atau diperhitungkan dalam kelompok. Maka manusia selalu membutuhkan
orang lain dalam kehidupannya. Proses interaksi manusia dengan manusia lainnya inilah
yang memerlukan kegiatan komunikasi.
Menurut penelitian 75% waktu manusia digunakan setiap harinya untuk
berkomunikasi. Baik itu berkomunikasi dengan orang lain bahkan berkomunikasi
dengan diri sendiri atau lebih dikenal dengan istilah self talk. Penelitian yang lain lagi
menyatakan bahwa manusia, terutama perempuan harus mengeluarkan 20 ribu kata
setiap harinya untuk berkomunikasi, atau sekedar mengeluarkan uneg-uneg atau
permasalahan atau bahkan hal sepele yang dipikirkannya. Jika tidak, maka tekanan batin
akan menghantui karena kemudian akan menjadi penyakit.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa setiap orang harus bicara. Berapa
banyak orang yang pendiam atau tidak banyak bicara, dan akhirnya menjadi tertekan.
Banyak yang mengatakan bahwa seseorang yang ditinggal mati pasangannya, lebih
cepat mati. Meskipun hal ini tidak dapat digeneralisir, tetapi dapat menjadi bahan
pertimbangan dan peringatan bagi kita untuk tidak mengabaikan proses komunikasi.
Membicarakan masalah komunikasi atau berbicara, maka komunikasi seperti apakah
yang efektif sehingga masing-masing pihak yang melakukan komunikasi mampu
menerima pesan dan mengirimkan kembali dalam bentuk tanggapan atau respon? Perlu
juga diperhatikan dengan siapa komunikasi dilakukan. Apakah dengan orang dewasa
ataukah dengan anak-anak.
Didalam praktik keperawatan juga dibutuhkan komunikasi yang efektif agar
terciptanya suasana kerja yang baik sehingga menghasilkan pelayanan yang optimal dan
bermutu. Komunikasi terdiri dari komunikasi antar tenaga kesehatan dan komunikasi

3
antar tenaga kesehatan dan pasien. Komunikasi antar tenaga kesehatan diperlukan untuk
meminimalisir terjadinya miss comunication yang dapat merugikan klien dan agar
tenaga kesehata dapat menjalankan tugasnya dengan baik. Komuikasi antar tenaga
kesehatan dan pasien dibutuhkan agar terbentuk hubungan baik dan hubungan saling
percaya antar tenaga kesehatan dan pasien, hal ini berpengaruh dalam tercapanyai
keberhasilan terapi yang diberikan oleh tenaga kesehatan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan maka dapat
dirumusakan permasalahan sebagai berikut: “Bagaimana cara perawat melakukan
komunikasi yang efektif dengan pasien dan dengan sesama tenaga kesehatan?”
Adapun pertanyaan yang timbul dalam laporan ini adalah:
1. Apa definisi dari komunikasi Efektif?
2. Bagaimana faktor yang mepengaruhi komunikasi efektif?
3. Bagaimana ciri-ciri dari komunikasi yang efektif?
4. Bagaimana prinsip dasar dari komunikasi efektif?
5. Bagaimana tujuan dari komunikasi efektif?
6. Bagaimana fungsi dari komunikasi efektif?
7. Bagaimana proses dari komunikasi efektif?
8. Bagaimana tahapan dari komunikasi efektif?
9. Bagaimana teknik melakukan komunikasi efektif?
10. Bagaimana hambatan dalam melakukan komunikasi efektif?
11. Bagaimana komunikasi yang efektif antar tenaga medis?
12. Bagaimana komunikasi yang efektif antar tenaga medis dan pasien?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan makalah ini terdiri dari dua tujuan yaitu:
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu memahami Konsep dari komunikasi efektif
2. Tujuan Khusus
1) Mampu memahami definisi dari komunikasi efektif
2) Mampu memahami faktor yang mempengaruhi komunikasi efektif

4
3) Mampu memahami ciri-ciri dari komunikasi efektif
4) Mampu memahami prinsip dasar komunikasi efektif
5) Mampu memahami tujuan dari komunikasi efektif
6) Mampu memahami fungsi dari komunikasi efektif
7) Mampu memahami proses dari komunikasi efektif
8) Mampu memahami tahapan dari komunikasi efektif
9) Mampu memahami teknik melakukan komunikasi efektif
10) Mampu memahami hambatan dari komunkasi efektif
11) Mampu memahami komunikasi efektif antar tenaga medis
12) Mampu memahami komunikasi efektif antar tenaga medis dan pasien

1.4 Manfaat Penulisan


1. Makalah ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan yang dimiliki khususnya mengenai Komunikasi Efektif
2. Makalah ini dapat dijadikan referensi dalam pembuatan makalah selanjutnya.
3. Makalah ini dapat dijadikan pedoman untuk memberikan pelayanan dan pendidikan
kesehatan yang baik bagi masyarakat.
4. Makalah ini dapat memberi informasi bagi masyarakat mengenai Komunikasi Efektif

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Definisi Komunikasi Efektif


Menurut A.W. Wijaya (2000: 15) komunikasi adalah penyampaian informasi
dan pengertian dari seseorang kepada orang lain. komunikasi akan dapat berhasil
apabila sekiranya timbul saling pengertian, yaitu jika kedua belah pihak, si pengirim
dan si penerima informasi dapat memahaminya. Hal ini tidak berarti bahwa kedua belah
pihak harus menyetujui sesuatu gagasan tersebut, tetapi yang penting adalah kedua
belah pihak sama-sama memahami gagasan tersebut. Dalam keadaan seperti inilah baru
dapat dikatakan komunikasi telah berhasil baik (komunikatif).
Komunikasi adalah sebuah kegiatan mentransfer sebuah informasi baik secara
lisan maupun tulisan. Namun, tidak semua orang mampu melakukan komunikasi
dengan baik. Terkadang ada orang yang mampu menyampaikan semua informasi secara
lisan tetapi tidak secara tulisan ataupun sebaliknya. Komunikasi efektif tejadi apabila
pesan yang diberitahukan komunikator dapat diterima dengan baik atau sama oleh
komunikan, sehingga tidak terjadi salah persepsi. Berkomunikasi efektif berarti bahwa
komunikator dan komunikan samasama memiliki pengertian yang sama tentang suatu
pesan. Oleh karena itu, dalam bahasa asing orang menyebutnya the communication is in
tune ,yaitu kedua belah pihak yang berkomunikasi sama-sama mengerti apa pesan yang
disampaikan. Menurut Stewart L. Tubbs dan Sylavia Moss, komunikasi yang efektif
ditandai dengan adanya pengertian, dapat menimbulkan kesenangan, mempengaruhi
sikap, meningkatkan hubungan sosial yang baik, dan pada akhirnya menimbulkan suatu
tindakan.
Komunikasi efektif adalah pertukaran informasi, ide, perasaan yang
menghasilkan perubahan sikap sehingga terjalin sebuah hubungan baik antara pemberi
pesan dan penerima pesan. Pengkuran efektifitas dari suatu proses komunikasi dapat
dilihat dari tercapainya tujuan si pengirim pesan. Pesan yang tersampaikan dengan
benar dan tepat sesuai keinginan sang komunikator, menunjukkan bahwa komunikasi
dapat berjalan secara efektif. Dengan demikian dari pemaparan di atas, dapat
disimpulkan bahwa komunikasi efektif adalah saling bertukar informasi, ide, perasaan

6
dan sikap anatara dua orang atau kelompok yang hasilnya sesuai harapan dan dapat
mengahsilkan perubahan sikap pada orang yang terlibat komunikasi.

2.2. Faktor-Faktor Komunikasi Efektif


Agar komunikasi bisa berlangsung efektif, perlu diperhatikan faktorfaktor yang
mempengaruhinya. Menurut Scoot M Cultip dan Allen dalam bukunya Effective Public
Relations, faktor-faktor tersebut disebut dengan The Seven Communication, yaitu:
1.Credibility
2.Context
3.Content
4.Clarity
5.Continuity and consistency
6.Capability of Audience
7.Channels of Distribution
Wilbur Schramm melihat pesan sebagai tanda esensial yang harus dikenal
komunikan. Semakin tumpang tindih bidang pangalaman (field of experience)
komunikator dengan bidang pengalaman komunikan, akan semakin efektif pesan yang
dikomunikasikan. Dalam teori komunikasi dikenal dengan istilah emapathy, yang
berarti kemampuan memproyeksikan diri kepada peranan orang lain. jadi meskipun
antara komunikator dan komunikan terdapat perbedaan dalam kedudukan, jenis
pekerjaan, agama, suku, bangsa, tingkat pendidikan, ideologi, dan lain-lain, jika
komunikator bersikap empatik, komunikasi tidak akan gagal. Dari pemaparan di atas
dapat disimpulkan ada beberapa faktor yang mempengaruhi keefektifan komunikasi,
yaitu:

1.Credibility
Kredibilitas Berkaitan erat dengan kepercayaan. Seorang komunikator yang baik harus
memiliki kredibilitas agar pesan yang disampaikan dapat tersasar dengan baik.
Beberapa hal yang berhubungan dengan kredibilitas misalnya kualifikasi atau tingkat
keahlian seseorang. Contoh, seorang dokter dianggap mempunyai kredibilitas ketika ia
menyampaikan hal-hal tentang kesehatan

7
2.Context
Konteks berupa kondisi yang mendukung ketika berlangsungnya komunikasi. Supaya
komunikasi berjalan efektif, konteks yang tepat menjadi hal yang menarik perhatian
komunikan.
3. Content
Isi pesan merupakan bahan atau ,materi inti dari apa yang hendak disampaikan kepada
audiens. Komunikasi menjadi efektif apabila isi pesan mengandung sesuatu yang berarti
dan penting untuk diketahui oleh komunikan.
4. Clarity
Pesan yang jelas alias tidak menimbulkan penafsiran yang bermacammacam adalah
kunci keberhasilan komunikasi. Kejelasan informasi adalah hal penting yang bisa
mengurangi dan menghindari risiko kesalahpahaman pada komunikan.
5.Continuity dan Consistency
Agar komunikasi berhasil, maka pesan atau informasi perlu disampaikan secara
berkesinambungan atau kontinyu. Misalnya, pesan pemerintah yang menganjurkan
masyarakat untuk menggunakan kendaran umum dibandingkan kendaraan pribadi harus
selalu disampaikan melalui berbagai media secara terus menerus supaya pesan itu dapat
tertanam dalam benak dan mempengaruhi perilaku masyarakat.
6.Capability of Audience
Komunikasi dapat dikatakan berhasil apabila sang penerima pesan memahami dan
melakukan apa yang terdapat pada isi pesan. Dalam hal ini, tingkat pemahaman
seseorang bisa berbeda-beda tergantung beberapa faktor, contohnya latar belakang
pendidikan, usia ataupun status sosial.
7.Channels of Distribution
Selain berbicara secara langsung kepada audiens, ada cara lain untuk berkomunikasi,
yaitu menggunakan media. Bentuk-bentuk media komunikasi yang biasa digunakan saat
ini adalah media cetak ataupun elektronik. Pertimbangkan secara matang pemilihan
media yang sesuai dan tepat sasaran agar tidak terjadi komunikasi yang sia-sia.

8
2.3. Ciri-Ciri Komunikasi Efektif
1.Istilah.
Penggunaan istilah yang diartikan "sama" antara pengirim dan penerima pesan
merupakan aturan dasar untuk mencapai komunikasi yang efektif. Kata-kata yang
samar artinya (mempunyai lebih dari satu makna) dapat menimbulkan kebingungan dan
salah pengertian.
2.Spesifik.
Pesan yang di pertukarkan harus spesifik. Maksudnya, pesan yang disampaikan harus
jelas, sehingga si penerima pesan dapat menerima dan mengulangi dengan benar.
3.Tersusun Baik.
Pesan harus berkembang secara logis dan tidak boleh terpotong-potong.
4.Objektif, akurat, dan aktual.
Pengirim informasi harus berusaha menyampaikan pesan seobjektif mungkin.
5.Efisien.
Pesan di sampaikan seringkas dan seoriginal mungkin serta harus berusaha untuk
menghilangkan kata yang tidak relavan.
6.Ramah
Dalam menyampaikan informasi seorang komunikator harus bersifat ramah agar
informasi lebih mudah diterima oleh komunikan
7.Jelas
Dalam menyampaikan informasi, informasi harus disampaikan secara jelas, dan tidak
menimbulkan makna ganda atau ambigu agar pesan yang disampaikan dapat dipahami
oleh komunikan
8.Terbuka
Komunikator harus bersikap terbuka, agar komunikan lebih leluasa dalam
menyampaikan responnya.
9. Dua Arah
Komunikasi yang baik adalah komunikasi dua arah, dimana komunikan dan
komunikator saling berinteraksi, saat komunikator menyampaikan informasi maka
komunikan akan memberikan umpan balik.

9
10. Jujur
Dalam menyampaikan informasi seorang komunikator harus jujur akan apa yang
disampaikannya. Begitu pula komunikan harus jujur saat menyampaikan umpan balik
agar tujuan dari komunikasi dapat tercapai.

2.4. Prinsip Dasar Komunikasi Efektif


1.Respect (respek)
Respect adalah perasaan positif atau penghormatan diri kepada lawan bicara. Anda
menghargai lawan bicara sama halnya menghargai diri sendiri. Prinsip menghormati ini
harus selalu anda pegang dalam berkomunikasi.
2.Empaty (empati)
Empaty adalah kemampuan untuk menempatkan diri pada situasi atau kondisi yang
tengah dihadapi orang lain. Anda mampu merasakan apa yang dirasakan oleh orang
lain, sehingga komunikasi akan terjalin dengan baik sesuai dengan kondisi psikologis
lawan bicara anda.
3.Audible (dapat didengar)
Audible mengandung makna pesan yang harus dapat didengarkan dan dapat dimengerti.
Dalam hal ini ada beberapa hal yang harus anda perhatikan, yaitu :
Pertama, pesan harus mudah dipahami, menggunakan bahasa yang baik dan benar.
Hindari bahasa yang tidak dipahami oleh lawan bicara.
Kedua, sampaikan yang penting.pastikan yang penting. Sederhanakan pesan anda.
Langsung saja pada inti persoalan
Ketiga, gunakan bahasa tubuh anda. Mimik wajah, kontak mata, gerakan tangan dan
posisi badan bisa dengan mudah terbaca oleh lawan bicara anda. Tunjukan kesejatian
anda dengan mengoptimalkan bahasa tubuh dan pesan.
Keempat, gunakan ilustrasi atau contoh.karena analogi sangat membantu dalam
menyampaikan pesan.
4.Clarity (klariti)
Clarity adalah kejelasan dari pesan yang kita sampaikan. Salah satu penyebab
munculnya salah paham antara satu orang dengan yang lain adalah informasi yang tidak
jelas yang mereka terima.

10
5.Humble (rendah hati)
Sikap rendah hatianda rendah diri, rendah hati memberi kesempatan kepada orang lain
untuk berbicara terlebih dahulu, dan anda menjadi pendengar yang baik bentuk.

2.5. Tujuan Komunikasi Efektif


Setiap kali berkomunikasi maka seseorang harus menentukan tujuan dari komunikasi
tersebut, tujuan tersebut dapat dikategorikan menjadi beberapa hal, yaitu:
1. Berhubungan dengan orang lain
2. Mempelajari/mengajarkan sesuatu
3. Menjelaskan sesuatu kepada orang lain, yang dimaksudkan yaitu menginkan supaya
orang lain mengerti dan dapat memahami apa yang dimaksudkan.
4. Bila ingin orang lain menerima dan mendukung gagasan yang dimaksudkan. Yaitu
dengan pendekatan persuasif, bukan dengan cara memaksakan kehendak.
5. Menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu
6. Menyelesaikan masalah, ketegangan atau konflik
7. Mencapai tujuan dari informasi yang disampaikan

2.6. Fungsi Komunikasi Efektif


Komunikasi interpersonal dianggap efektif, jika orang lain memahami pesan dengan
benar, dan memberikan respon sesuai dengan yang diinginkan. Komunikasi yang efektif
berfungsi membantu untuk:
1. Membentuk dan menjaga hubungan baik antar individu
2. Menyampaikan pengetahuan/ informasi
3. Mengubah sikap dan perilaku
4. Pemecahan masalah hubungan antar manusia
5. Citra diri menjadi lebih baik
6. Jalan menuju sukses.
Komunikasi yang efektif akan membantu mengantarkan kepada tercapainya
tujuan tertentu, sebaliknya jika komunikasi efektif tidak tidak berhasil maka akibatnya
bisa sekedar membuang waktu, sampai akibat buruk yang tragis. Harus disadari bahwa
komunikasi efektif akan membantu jalan menuju tercapainya apapun tujuan yang

11
dilakukan. Apapun kedudukan, ketrampilan komunikasi secara efektif merupakan
modal penting dalam sebuah keberhasilan.

2.7. Proses Komunikasi Efektif


Proses komunikasi ialah langkah-langkah yang menggambarkan terjadinya kegiatan
komunikasi. Memang dalam kenyataannya, kita tidak pernah berfikir terlalu detail
mengenai proses komunikasi. Hal ini disebabkan, kegiatan komunikasi sudah secara
rutin dalam hidup sehari- hari, sehingga tidak lagi merasa perlu menyusun langkah-
langkah tertentu secara sengaja ketika akan berkomunikasi. Secara sederhana proses
komunikasi dapat dikatakn efektif jika proses yang menghubungkan pengiriman dengan
penerimaan pesan. Proses tersebut terdiri dari enam langkah:
1. Keinginan berkomunikasi.
Seorang komunikator mempunyai keinginan untuk berbagi gagasan dengan orang lain.
2. Encoding oleh komunikator.
Encoding merupakan tindakan memformulasikan isi pikiran atau gagasan ke dalam
simbolsimbol, kata- kata, dan sebagainya sehingga komunikator merasa yakin dengan
pesan yang disusun dan cara penyampaiannya.
3. Pengiriman pesan.
Untuk mengirim pesan kepada orang yang dikehendaki, komunikator memilih saluran
komunikasi seperti telepon, SMS, e-mail, surat, ataupun secara tatap muka. Pilihan atas
saluran yang akan digunakan tersebut bergantung pada karakteristik pesan, lokasi
penerima, media yang tersedia, kebutuhan tentang kecepatan penyampaian pesan,
karakteristik komunikan.
4. Penerimaan pesan.
Pesan yang dikirim oleh komunikator telah diterima oleh komunikan
5. Decoding oleh komunikan.
Decoding merupakan kegiatan internal dalam diri penerima. Melalui indera, penerima
mendapatkan macam- macam data dalam bentuk “mentah”, berupa kata- kata dan
simbol- simbol yang harus diubah ke dalam pengalaman- pengalaman yang
6. Umpan balik.
Setelah penerima pesan dan memahaminya, komunikan memberikan respon atau umpan
balik. Dengan unpan balik ini, komunikator dapat mengevaluasi efektifitas komunikasi.

12
Umpan balik ini biasanya juga merupakan awal dimulainya suatu siklus proses
komunikasi baru, sehingga proses komunikasi berlangsung secara berkelanjutan.

2.8. Tahapan Komunikasi Efektif


Komunikasi yang efektif menurut Cutlip dan Center, komunikasi yang efektif harus
dilaksanakan dengan melalui empat tahap yaitu:
1. Fact finding
Untuk berbicara perlu dicari fakta dan tentang komunikan berkenaan dengan keinginan
2. Planning
rencana tentang apa yang akan dikemukakan dan bagaimana mengemukakannya
berdasarkan fakta dan data yang diperoleh
3. Communicating
berkomunikasi berdasarkan planning yang telah disusun
4. Evaluation
Penilaian dan analisis untuk melihat bagaimana hasil komunikasi tersebut

2.9. Teknik Komunikasi Efektif


1. Persuasif Communication (Komunikasi Persuasif)
Komunikasi persuasif bertujuan untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku
komunikan yang lebih menekan sisi psikologis komunikan. Penekanan ini dimaksudkan
untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, tetapi persuasi dilakukan dengan halus,
luwes, yang mengandung sifat-sifat manusiawi sehingga mengakibatkan kesadaran dan

13
kerelaan yang disertai perasaan senang. Agar komunikasi persuasif mencapai tujuan dan
sasarannya, maka perlu dilakukan perencanaan yang matang dengan mempergunakan
komponen-komponen ilmu komunikasi yaitu komunikator, pesan, media, dan
komunikan. Sehingga dapat terciptanya pikiran, perasaan, dan hasil penginderaannya
terorganisasi secara mantap dan terpadu. biasanya teknik ini afektif, komunikan bukan
hanya sekedar tahu, tapi tergerak hatinya dan menimbulkan perasaan tertentu.

2. Coersive/Instruktive Communication (Komunikasi Bersifat Perintah)


Komunikasi instruktif atau koersi teknik komunikasi berupa perintah, ancaman,
sangsi dan lain-lain yang bersifat paksaan, sehingga orang-orang yang dijadikan sasaran
(komunikan) melakukannya secara terpaksa, biasanya teknik komunikasi seperti ini
bersifat fear arousing, yang bersifat menakut-nakuti atau menggambarkan resiko yang
buruk. Serta tidak luput dari sifat red-herring, yaitu interes atau muatan kepentingan
untuk meraih kemenangan dalam suatu konflik ,perdebatan dengan menepis
argumentasi yang lemah kemudian dijadikan untuk menyerang lawan. Bagi seorang
diplomat atau tokoh politik teknik tersebut menjadi senjata andalan dan sangat penting
untuk mempertahankan diri atau menyerang secara diplomatis.

3. Human Relation (Hubungan Manusia)


Hubungan manusiawi merupakan terjemahan dari human relation. Adapula yang
mengartikan hubungan manusia dan hubungan antar manusia, namun dalam kaitannya
hubungan manusia tidak hanya dalam hal berkomunikasi saja, namun didalam
pelaksanaannya terkandung nilai nilai kemanusiaan serta unsur-unsur kejiwaan yang
amat mendalam. Seperti halnya mengubah sifat, pendapat, atau perilau seseorang. Jika
ditinjau dari sisi ilmu komunikasi hubungan manusia ini termasuk kedalam komunikasi
interpersonal, pasalnya komunikasi yang berlangsung antara dua orang atau lebih dan
bersifat dialogis.
Hubungan manusia pada umumnya dilakukan untuk menghilangkan hambatan-
hambatan komunikasi, meniadakan salah pengertian dan mengembangkan tabiat
manusia. Untuk melakukan hubungan manusia biasanya digunakan beberapa teknik
pendekatan yaitu pendekatan emosional (emosional approach) dan pendekatan social
budaya (sosio-cultur approach).

14
Adapun sikap dalam melakukan teknik komunikasi efektif antara lain
1. Mendengarkan dengan aktif
2. Terampil dalam berbicara
3. Gaya bicara
4. Penampilan yang menarik, dapat berupa pakaian, pandangan mata, raut muka,
sikap badan, suara, tulisan, senyum, jabat tangan, ingat nama klien dan
sebagainya
5. Menciptakan hubungan yang baik

2.10. Hambatan Dalam Komunikasi Efektif


A. Hambatan Dari Proses Komunikasi
Hambatan dari pengirim pesan, misalnya pesan yang akan disampaikan belum jelas bagi
dirinya atau pengirim pesan, hal ini dipengaruhi oleh perasaan atau situasi emosional.
1. Hambatan dalam penyediaan / symbol
Hal ini dapat terjadi karena bahasa yang dipergunakan tidak jelas sehingga mempunyai
arti lebih atau satu,symbol yang di[ergunakan antara sipengirim dan penerima tidak
sama atau bahasa yang dipergunakan terlalu sulit.
2. Hambatan media,
Hambatan yang terjadi dalam penggunaan media komunikasi,misalnya gangguan
suara radio dan aliran listrik sehingga tidak dapat mendengarkan pesan.
3. Hambatan dalam bahsa sandi.
Hambatan terjadi dalam menafsirkan sandi oleh si penerima.
4. Hambatan dari penerima pesan
Misalnya kurangnya perhatian pada saat penerima atau mendengarkan pesan, sikap
prasangka tanggapan yang keliru dan tidak mencari informasi lebih lanjut.
5. Hambatan dalam memberikan balikan.
Balikan yang diberikan tidak menggambarkan apa adanya akan tetapi memberika
interpretatif, tidak tepat waktu atau tidak jelas dan sebagainya.
B. Hambatan Fisik
Hambatan fisik dapat mengganggu komunikasi yang efektif, cuaca gangguan alat
komunikasi, dll. Misalnya :gangguan kesehatan,gangguan alat komunikasi dan
sebagainya.

15
C. Hambatan Semantik
Kata-kata yang dipergunakan dalam komunikasi kadang-kadang mempunyai arti
mendua yang berbeda, tidak jelas atau berbelit-belit antara pemberi pesan dan penerima
D. Hambatan Psikologis
Hambatan psikologis dan social kadang-kadang mengganggu komunikasi,
misalnya:perbedaan nilai-nilai serta harapan yang berbeda antara pengirim dan
penerima pesan, biasanya teknik ini afektif, komunikan bukan hanya sekedar tahu, tapi
tergerak hatinya dan menimbulkan perasaan tertentu.

2.11. Komunikasi Efektif Antar Tenaga Medis


1. Jenis Komunikasi Antar Tenaga Kesehatan
Jenis komunikasi antar petugas yang dapat terjadi di suatu organisasi layanan kesehatan
antara lain:
a. Komunikasi Perawat Dengan Perawat
Kesinambungan informasi tentang klien dan rencana tindakan yang telah,
sedang dan akan dilakukan perawat dapat tersampaikan apabila hubungan atau
komunikasi antar perawat berjalan dengan baik.Hubungan perawat dengan perawat
dalam memberikan pelayanan keperawatan dapat diklasifikasikan menjadi hubungan
profesional, hubungan struktural dan hubungan intrapersonal. sional, hubungan
struktural dan hubungan intrapersonal.
Hubungan profesional antara perawat dengan perawat merupakan hubungan
yang terjadi karena adanya hubungan kerja dan tanggung jawab yang sama dalam
memberikan pelayanan keperawatan.Hubungan sturktural merupakan hubungan yang
terjadi berdasarkan jabatan atau struktur masingmasing perawat dalam menjalankan
tugas berdasarkan wewenang dan tanggungjawabnya dalam memberikan pelayanan
keperawatan. Laporan perawat pelaksana tentang kondisi klien kepada perawat primer,
laporan perawat primer atau ketua tim kepada kepala ruang tentang perkembangan
kondisi klien, dan supervisi yang dilakukan kepala ruang kepada perawat pelaksana
merupakan contoh hubungan struktural.Hubungan interpersonal perawat dengan
perawat merupakan hubungan yang lazim dan terjadi secara alamiah.

16
b. Komunikasi Perawat dengan Dokter
Perawat dapat bekerja dalam bentuk kolaborasi dengan dokter. Contoh : Ketika
perawat menyiapkan pasien yang baru saja didiagnosa diabetes pulang kerumah,
perawat dan dokter bersama-sama mengajarkan klien dan keluarga begaimana
perawatan diabetes di rumah.Selain itu komunikasi antara perawat dengan dokter dapat
terbentuk saat visit dokter terhadap pasien, disitu peran perawat adalah memberikan
data pasien meliputi TTV, anamnesa, serta keluhankeluhan dari pasien,dan data
penunjang seperti hasil laboraturium sehingga dokter dapat mendiagnosa secara pasti
mengenai penyakit pasien.
Pada saat perawat berkomunikasi dengan dokter pastilah menggunakan istilah-
istilah medis, disinilah perawat dituntut untuk belajar istilah-istilah medis sehingga
tidak terjadi kebingungan saat berkomunikasi dan komunikasi dapat berjalan dengan
baik serta mencapai tujuan yang diinginkan. Komunikasi antara perawat dengan dokter
dapat berjalan dengan baik apabila dari kedua pihak dapat saling berkolaborasi dan
bukan hanya menjalankan tugas secara individu, perawat dan dokter sendiri adalah
kesatuan tenaga medis yang tidak bisa dipisahkan
Tips untuk permintaan kejelasan kepada dokter:
a. Mengidentifikasi semua nama (Sebutkan nama dokter, sebutkan nama dan posisi)
mengidentifikasi klien dan diagnosis klien atau orangorang lain yang terlibat dalam
masalah dengan nama.
b. Meringkas masalah (data faktual singkat tentang masalah),
c. Menyatakan tujuan
d. Menyarankan solusi pemecahan masalah yang relevan sesuai dengan praktek klinik,
e. Menulis kesimpulan (menjelaskan siapa yang akan bertanggung jawab untuk
pelaksanaan, mengklarifikasi informasi terutama jika ini percakapan telepon,
menentukan kerangka waktu pelaksanaan). (Arnold & Boogs, 2007).

c. Komunikasi Perawat dengan Ahli Terapi


Asuhan dimulai oleh ahli terapi (fisioterapis) lalu dilanjutrkan dengan dievaluasi oleh
perawat. Perawat dan fisioterapis menilai kemajuan klien secara bersama-sama dan
mengembangkan tujuan dan rencana pulang yang melibatkan klien dan keluarga. Selain
itu, perawat merujuk klien ke fisioterapis untuk perawatan lebih jauh. Contoh : Perawat

17
merawat seseorang yang mengalamai penyakit paru berat dan merujuk klien tersebut
pada ahli terapis respiratorik untuk belajar latihan untuk menguatkaan otot-otot lengan
atas, untuk belajar bagaimana menghemat energi dalam melakukan aktivitas sehari-hari,
dan belajar teknik untuk mempertahankan bersihan jalan nafas.

d. Komunikasi Perawat dengan Ahli Farmasi


Perawat memiliki peran yang utama dalam meningkatkan dan mempertahankan dengan
mendorong klien untuk proaktif jika membutuhkan pengobatan. Dengan demikian,
perawat membantu klien membangun pengertian yang benar dan jelas tentang
pengobatan, mengkonsultasikan setiap obat yang dipesankan, dan turut bertanggung
jawab dalam pengambilan keputusan tentang pengobatan bersama tenaga kesehatan
lainnya. Saat komunikasi terjadi maka ahli farmasi memberikan informasi tentang obat-
obatan mana yang sesuai dan dapat dicampur atau yang dapat diberikan secara
bersamaan. Kesalahan pemberian dosis obat dapat dihindari bila baik perawat dan
apoteker sama-sama mengetahui dosis yang diberikan.

e. Komunikasi Perawat dengan Ahli Gizi


Agar pemenuhan gizi pasien dapat sesuai dengan yang diharapkan maka perawat harus
mengkonsultasikan kepada ahli gizi tentang – obatan yang digunakan pasien, jika
perawat tidak mengkonunikasikannya maka dapat terjadi pemilihan makanan oleh ahli
gizi yang bisa saja menghambat absorbsi dari obat tersebut. Jadi diperlukanlah
komunikasi dua arah yang baik antara kedua belah pihak.

2. Komunikasi Dalam Tim Kesehatan dan Keperawatan


Ada berbagai cara untuk menentukan informasi mengenai klien diantara anggota tim
perawatan dan kesehatan, antara lain adalah reporting dan recording.
1). Report (pelaporan)
Yaitu pertukaran informasi secara lisan ataupun tertulis antara tim kesehatan
Contoh :
 Perawat memberi laporan verbal kepada perawat lain yang bekerja pada shift
berikutnya

18
 Seorang dokter dapat meminta laporan tentang kemajuan kesehatan klien kepada
perawat
 Bagian laboratorium menyampaikan laporan tertulis hasil pemeriksaan
laboratorium untuk dimasukan kedalam catatan medis yang permanen (the
permanent medical record)
Proses report (pelaporan) dapat berlangsung pada saat :
a. Diskusi diantara anggota tim kesehatan
b. Konsultasi
Contoh : perawat spesialis memberi saran tentang terapi yang terbaik untuk mengontrol
efek samping kemoterapi atau seorang dokter konsultasi kepada ahli gizi untuk memilih
terapi diet yang paling baik untuk kliennya. Hasil diskusi dan konsultasi sebaiknya
didokumentasikan dalam catatan permanen klien sehingga semua anggota tim perawat
kesehatan dapat mengambil manfaat dari informasi dan rencana perawatan yang sesuai

2). Record (catatan)


Adalah pencatatan yang permanen yang mendokumentasikan informal yang relevan
untuk menajemen perawatan kesehatan klien. Contoh : pencatatan setelah tiap
kunjungan klinik mengenai proses perawatan klien

3. Pentingnya Komunikasi dalam Pelayanan Kesehatan


Seringkali hubungan buruk yang terjadi pada suatu rumah sakit, diprediksi
penyebabnya adalah buruknya sistem komunikasi antar individu yang terlibat dalam
sistem tersebut. Ellis (2000) menyatakan jika hubungan terputus atau menjadi sumber
stres, pada umumnya yang ditunjuk sebagai penyebabnya adalah komunikasi yang
buruk.
Hal ini terjadi karena beberapa sebab diantaranya adalah:
1) Lemahnya pemahaman mengenai penggunaan diri secara terapeutik saat melakukan
intraksi dengan klien.
2) Kurangnya kesadaran diri para perawat dalam menjalankan komunikasi dua arah
secara terapeutik.
3) Lemahnya penerapan sistem evaluasi tindakan (kinerja) individual yang berdampak
terhadap lemahnya pengembangan kemampuan diri sendiri.

19
Berdasarkan penjelasan diatas, maka perlu diupayakan suatu hubungan
interpersonal yang mencerminkan penerapan komunikasi yang lebih terapeutik. Hal ini
dimaksudkan untuk meminimalkan permasalahan yang dapat terjadi pada komunikasi
yang dijalin oleh tim keperawatan dengan kliennya. Modifikasi yang perlu dilakukan
oleh tim keperawatan adalah melakukan pendekatan dengan berlandaskan pada model
konseptual sebagai dasar ilmiah dalam melakukan tindakan keperawatan. Sebagai
contoh adalah melakukan komunikasi dengan menggunakan pendekatan model
konseptual proses interpersonal yang dikembangkan oleh Hildegard E.Peplau.
4. Komunikasi Dalam Pelayanan Kesehatan
Suatu pelayanan dikatakan bermutu apabila memberikan kepuasan pada pasien.
Kepuasan pada pasien dalam menerima pelayanan kesehatan mencakup beberapa
dimensi. Salah satunya adalah dimensi kelancaran komunikasi antaran petugas
kesehatan (termasuk dokter) dengan pasien. Hal ini berarti pelayanan kesehatan bukan
hanya berorientasi pada pengobatan secara medis saja, melainkan juga berorientasi pada
komunikasi karena pelayanan melalui komunikasi sangat penting dan berguna bagi
pasien, serta sangat membantu pasien dalam proses penyembuhan.

2.12. Komunikasi Efektif Antar Tenaga Medis-Pasien


1. Langkah-langkah membangun Komunikasi Efektif Tenaga Medis-Pasien
Adapun langkah-langkah untuk membangun komunikasi yang efektif antara tenaga
medis-pasien adalah sebagai berikut:
1) Memahami Maksud dan Tujuan Berkomunikasi
2) Mengenali Komunikan (Pasien)
3) Menyampaikan Pesan dengan Jelas
4) Menggunakan Alat Bantu yang Baik
5) Memusatkan Perhatian
6) Menghindari Gangguan Komunikasi
7) Membuat Suasana yang Menyenangkan
8) Menggunakan Bahasa Tubuh(body language ) yang Benar

20
2. Factor yang dapat mendukung komunikasi efektif:
1) Dalam profesi keperawatan komunikasi menjadi lebih bermakna karena
merupakan metode utama dalam mengimplementasikan proses keperawatan.
2) Komunikator merupakan peran sentral dari semua peran perawat yang ada.
3) Kualitas komunikasi adalah factor kritis dalam memenuhi kebutuhan klien.
3. Faktor yang tidak mendukung komunikasi efektif:
1) Tanpa komunikasi yang jelas, dapat memberikan pelayanan keperawatan yang
tidak efektif,
2) tidak dapat membuat keputusan dengan klien/keluarga,
3) tidak dapat melindungi klien dari ancaman kesejahteraan,
4) tidak dapat mengkoordinasi dan mengatur perawatan klien serta memberikan
pendidikan kesehatan.
4. Model komunikasi antara tenaga kesehatan dan pasien
1) Model of Activity – Passivity Relationship
Diibaratkan seperti komunikasi antara orang tua dengan anak kecil atau anak balita,
dimana tenaga kesehatan bertindak sebagai orang tua yang aktif memerintah ini itu, dan
pasien sebagai anak kecil yang hanya menurut dan tidak dapat mengungkapkan
berbagai keluhan rasa sakit yang dia rasakan dan menyebabkan dia berobat.
2) Model of Guidance – Cooperation Relationship
Diibaratkan seperti komunikasi antara orang tua dengan anak yang sudah beranjak
dewasa. orang tua tetap penentu kebijakan tunggal, namun bersifat arahan bukan
perintah.
3) Model of Mutual – Participation Relationship
Diibaratkan dua orang yang bekerjasama. saling melengkapi satu sama lain. Tenaga
kesehatan bukanlah satu-satunya pihak aktif, karena pasien juga aktif dalam
menyampaikan berbagai hal yang ingin dia ungkapkan kepada dokter sehubungan
dengan penyakit yang dideritanya.
4) Model of Provider – Consumer Relationship
Pasien diibaratkan sebagai konsumen. dimana “konsumen adalah raja” dan tenaga
Kesehatan adalah pelayan. jadi tugas tenaga kesehatan adalah memberikan pelayanan
terbaiknya untuk si konsumen.

21
Model yang disarankan untuk diterapkan dalam komunikasi kesehatan tentunya
model ketiga dan keempat. Ini dimaksudkan untuk meningkatkan tingkat kesehatan
masyarakat, karena berbagai survei sudah membuktikan bahwa sebenarnya salah satu
faktor penting yang menentukan kesembuhan pasien adalah sikap positif yang
ditunjukkan oleh tenaga kesehatan dalam berkomunikasi dengan sang pasien.
Komunikasi efektif tenaga kesehatan dan pasien dalam proses terapi berkaitan
dengan keselamatan pasien (patient safety) yaitu melibatkan pasien dan keluarga dalam
informed consent, kompetensi budaya (cultural competence), dan menyampaikan
insiden pada pasien (open disclosure)
5. Tujuan komunikasi efektif antar tenaga kesehatan-pasien
Komunikasi tenaga kesehatan-pasien dikatakan efektif jika sudah tercapai tujuan yaitu:
1) Meningkatnya kepuasan pasien dalam menerima pelayanan kesehatan
2) Meningkatnya kepercayaan pasien kepada tenaga kesehatan yang merupaka
dasar dari hubungan tenaga kesehaan-pasien yang baik
3) Meningkatkan keberhasilan terapi dalam pelayanan kesehatan
4) Meningkatkan kepercayaan diri dan ketegaran pada pasien fase terminal
menghadapi penyakitnya

22
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Komunikasi efektif adalah pertukaran informasi, ide, perasaan yang menghasilkan
perubahan sikap sehingga terjalin sebuah hubungan baik antara pemberi pesan dan
penerima pesan
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi efektif yaitu: Credibility, Context ,
Content, Clarity, Continuity and consistency, Capability of Audience, Channels of
Distribution
3. Ciri-ciri komunikasi yang efektif antara lain: persamaan persepsi, spesifik, tersusun
baik, objectif, actual, akurat, efisien, ramah, jelas, terbuka, dua arah, jujur.
4. Prinsip dasar komunikasi efektif yaitu: respect, empati, audieble, clarity, humble.
5. Tujuan komunikasi efektif:
1) Berhubungan dengan orang lain
2) Mempelajari/mengajarkan sesuatu
3) Yaitu dengan pendekatan persuasif, bukan dengan cara memaksakan kehendak.
4) Menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu
5) Menyelesaikan Menjelaskan sesuatu kepada orang lain, yang dimaksudkan
yaitu menginkan supaya orang lain mengerti dan dapat memahami apa yang
dimaksudkan.
6) Bila ingin orang lain menerima dan mendukung gagasan yang dimaksudkan.
7) masalah, ketegangan atau konflik
8) Mencapai tujuan dari informasi yang disampaikan
6. Komunikasi yang efektif berfungsi membantu untuk:
1) Membentuk dan menjaga hubungan baik antar individu
2) Menyampaikan pengetahuan/ informasi
3) Mengubah sikap dan perilaku
4) Pemecahan masalah hubungan antar manusia
5) Citra diri menjadi lebih baik
6) Jalan menuju sukses.
7. Proses komunikasi efektif terdiri dari 6 langkah yaitu:
1) Keinginan berkomunikasi

23
2) Encoding oleh komunikator
3) Pengiriman pesan
4) Penerimaan pesan
5) Decoding oleh komunikan
6) Umpan balik
8. Tahapan komunikasi efektif yaitu fact finding, planning, communicating, dan
evaluation.
9. Teknik komunikasi efektif yaitu persuasive, bersifat perintah, dan komunikasi
hubungan manusia.
10. Hambatan dari komunikasi efektif yaitu hambatan dari proses komunikasi, hambatan
fisik, semantic dan psikologis.
11. Komunikasi efektif dibutuhkan di antara sesame tenaga medis, hal ini bertujuan
untuk mengoptimalkan terapi pada pasien guna meningkatkan kesehatan pasien
12. Komunikasi antar tenaga medis dan pasien bertujuan untukmeningkatkan kepuasan
pasien dalam menerima terapi yang diberikan dan meningkatkan kesejahteraan
pasien.

3.2 Saran
 Bagi penulis:
Sebaiknya seorang mahasiswa keperawatan harus mampu memahami dan
menerapkan konsep dari penggunaan alat bantu dalam public speaking
 Bagi pembaca:
Sebaiknya lebih memahami dan menerapkan konsep penggunaan alat bantu dalam
public speaking dalam kehidupan sehari-hari
 Bagi FKIK UNJA
Sebaiknya makalah ini dapat di jadikan arsip untuk dikemudian hari dapat di
gunakan menjadi referensi pembuatan makalah dengan materi alat bantu dalam
public speaking.

24
Daftar Pustaka

Abdullah Hanafi, Memahami Komunikasi Antar Manusia, (Surabaya: Usaha Nasional,


1984)
A.W.Wijaya. 2000. Ilmu Komunikasi Pengantar Studi. Jakarta: Rineka Cipta.
.
M.Taufik Juliane. 2010 , Komunikasi Terapeutik Dan Konseling Dalam Praktik
Kebidanan . Jakarta Selatan : Salemba Medika
Suryani, S.Kp, MHSc . 2005 , Komunikasi Terapeutik:Teori dan Praktik . Jakarta :EGC
Basuki.2008.Komunikasi Antar Petugas Kesehatan.PDF File
Putri Rizzki.2016.Kualitas & Kuantitas Obat. Fkultas Farmasi Universitas Gajah Mada

Joseph A. Devito. Komunikasi Antar Manusia. Jakarta: Profesional Bools 1997

25
Lampiran

Skenario Kasus
Tn. A masuk rumah sakit dan dirawat inap selama 3 hari, setelah dinyatakan baik,
pasien diperbolehkan pulang. Saat pulang pasien mendapat resep obat antalgin tablet
yang diminum 3x sehari. Setelah mendapat resep obat dan mendapatkan anjuran dokter
agar satu minggu lagi control kembali ke RS, maka keluarga pasein segera
menyelesaikan administrasi dan menebus obat di apotik. Pasien menyampaikan ke
perawat bahwa pasien mempunyai alergi antalgin. Perawat menyampaikan ‘iya pak, anti
sama dokter ya…’ hasilnya adalah pasien pulang mendapatkan obat paten antalgin
karena dokter tidak mengetahui informasi tersebut dan pasien juga tidak tahu bahwa
obat tersebut mengandung antalgin.

STEP I: Identifikasi Istilah Sulit


1. Antalgin: obat analgetik-antipretik dan anti inflamasi untuk menghilangkan rasa
nyeri, menurunkan suhu tubuh yang tinggi dan mengatasi peradangan

2. Administrasi: kegiatan catat-mencatat,surat-menyurat, pembukuan ringan, ketik-


mengetik, agenda dan sebagainya yang bersifat teknis ketatausahaan

3. Resesp: permintaan tertulis dari dokter kepada apoteker untuk menyiapakan dan/
atau membuat obat, meracik serta menyerahkan obat kepada pasien.

4. Obat paten: obat yang baru ditemukan berdasarkan risetyang memiliki masa paten
tergantung jenis obatnya dan dalam masa itu hanya perusahaan farmasi yang
diperbolehkan memproduksi obat tersebut.

STEP II: Identifikasi Masalah


1. Bagaimana seorang dokter tidak mengetahui bahwa pasieennya mempunyai alergi
terhadap antalgin sedangkan perawat mengetahui?
2. Bagaimana reaksi tubuh jika antalgin dikonsumsi pasien tersebut?

26
3. Apakah sudah benar prosedur yang dilakukan perawat?
4. Apakah komunikasi antar tenaga medis sudah efektif? Jika belum bagaimana
komunikasi yang efektif?
5. Bagaimana seharusnya respon tenaga medis terhadap keluahan pasien?
6. Apakah tindakan selanjutnya dari tenaga medis dan rumah sakit setelah hal tersebt
terjadi?
7. Bagaimana cara pasien dating ke rumah sakit mendapatkan pelayanan yang baik?
8. Apakah kasus tersebut dilaporkan ke manager rumah sakit?
9. Bagaimana komunikasi yang efektif antar pasien dan dokter?
10. Bagaimana reaksi tenaga medis agar tidak terjadi kesalahan?
11. Mengapa perlu ada komunikasi yang efektif?
12. Apa efek samping alergi antalgin?

STEP III: Analisi Masalah


1. karena analisis dokter kurang akurat karena tidak bertanya tentang alergi pasien dan
kurang komunikasi efektif dengan perawat.
2. Reaksinya berupa gatal pada tubuh, flu dan dlam jangka panjang dapat menyebabkan
retensi cairan pada tubuh
3. Belum, kesalahan perawat dimulai sejak pengkajian yaitu tidak mengetahui alergi
pasien.
4. Belum efektif, harus ada kejelasan konteks, alur dan budaya
5. Ditampung dan dievaluasi KIE yang dilakukan oleh apoteker sebelum pasien pulang
dari Rumah Sakit
6. Mengevaluasi standart pelayanan kesehatan di rumah sakit tersebut.
7. Pasien harus berkomunikasi dengan efektif agar dapat dipahami oleh tenaga medis
agar tidak terjadi kesalahan seperti pada kasus
8. Sangat perlu untuk mengevaluasi tenaga medis dan peningkatan mutu pelayanan
9. Pasien merasa dokter menjelaskan sesuai dengan tujuan pasien berobat.
10. Dengan komunikasi yang efektif dan dengan data yang akurat
11. Untuk memaksimalkan mutu pelayanan di rumah sakit
12. Gatal pada kulit, kemerahan, bersin, flu, sakit pada ulu hati dan retensi cairan pada
tubuh

27
STEP IV: MIND MAPPING

TN. A

Dirawat 3 hari
di RS
Diperbolehkan
pulang

Diberi Resep

Menebus Obat

Alergi obat

Kurang komunikasi

Komunikasi efektif

28
STEP V: Learning Objection
1. media efektif dalam komunikasi efektif
2. hal-hal yang perlu diperhatikan dalam komunikasi efektif
3. aplikasi komunikasi yang efektif antar dokter dan pasien
4. akibat salah memberi resep obat

STEP VI: Jawaban L.O


1. Model Kontinjensi (Pemilihan Media Komunikasi yang Efektif)
 Dasar pemilihan media yang efektif :
 Kekayaan Informasi (information richness),
Pembawa informasi potensial yang berkapasitas data. (Richard Daft dan
Robert Lengel)
 Kompleksitas Masalah
Situasi / Permasalahan yang dihadapi oleh individu (manager), yang dilihat
berdasarkan kadar tinggi – rendahnya permasalahan yang dihadapi.

29
2. Hal- hal yang perlu diperhatikan dalam komunikasi efektif
1) Komunikasi satu arah
2) Mendengarkan sambil memahami
3) Persepsi yang selektif dalam mendengarkan dan memahami
4) Memahami sudut pandang orang lain.
3. Aplikasi komunikasi yang efektif antara dokter dan pasien
Yang perlu diperhatikan dalam meningkatkan komunikasi efektif antar dokter dan
pasien adalah:
1) Sikap professional dokter
2) Pengumpulan informasi
3) Penyampaian informasi yang akurat
4) Proses langkah-langkah komunikasi yang terdiri dari salam, ajak bicara,
menjelaskan dan mengingatkan
4. Akibat salah memberikan resep obat
Dapat menimbulkan reaksi alergi tergantung jenis obat dan efek-efek tertentu yang tidak
diharapkan di dalam tubuh dan yang paling parah penyakit pasien berujung kematian.

30

Anda mungkin juga menyukai