Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Desiriana
2018
I. MAKSUD DAN TUJUAN
Melakukan pencapan pada kain kapas dengan zat warna reaktif dingin
dengan variasi waktu proses fiksasi.
Serat kapas merupakan salah satu serat yang berasal dari tanaman
dengan kandungan utama selulosa.Tanaman ini tumbuh dengan baik
didaerah lembab dan banyak disinari oleh matahari. Sifat dan kualitas kapas
tergantung pada tempat tumbuh dan berkembang. Walaupun saat ini telah
banyak serat regenerasi selulosa maupun serat buatan yang memiliki sifat
mirip dengan selulosa telah banyak diproduksi, kapas tetap memegang
peranan penting dalam perindustrian tekstil ± 51%.
V. RESEP
5.1 Resep pengental induk
- Kebutuhan Pengental sintetik : 10 %
5.2 Resep pasta pencapan
- ZW reaktif dingin : 20 gram
- Pengental emulsi : 650 gram
- Urea : 100 gram
- NaHCO3 : 5 gram
- Zat anti reduksi : 30 gram
- Air : 195 gram
5.3 Resep pencucian
- Teepol : 1 g/l
- Na2CO3 : 1 g/l
5.4 Perhitungan resep
a) Resep pengental induk
Pengental induk dibuat dari 40 gram pengental sintetik dan air 360 ml
Waktu Fiksasi
6 jam 12 jam 22 jam 34 jam
Uji Tahan
Gosok
Basah
4 2 3 3/4
Uji Tahan
Gosok
Kering
4/5 4/5 4 4
Ketuaan
3 2 5 4
Warna
X. DISKUSI
Pada praktikum ini, dilakukan pencapan kapas dengan zat warna reaktif
dingin. Zat warna reaktif memiliki sifat mudah bereaksi dengan suatu senyawa,
sehingga pengental yang digunakan harus tidak bereaksi dengan zat warna, karena
jika bereaksi hasil pencapan menjadi kaku dan kasar. Sehingga pengental yang
digunakan tidak dapat beraksi dengan serat/zat warna, tidak berwarna, memiliki
daya rekat baik dan mudah hilang pada saat pencucian. Penambahan pengental
terhadap pembuatan pasta cap di perhitungkan untuk mendapatkan viskositas yang
sesuai. Penambahan NaHCO3 bertujuan agar mendapatkan suasana alkali karena
proses fiksasi akan lebih baik pada suasana tersebut. Proses pencucian juga
dilakukan untuk menghilangkan pengental dan sisa zat warna yang tidak terfiksasi
dipermukaan serat.
Pada praktikum ini dilakukan pencapan dengan variasi waktu fiksasi, fiksasi
yang dilakukan dengan cara diangin-angin (hanging) . Variasi waktu yang
digunakan adalah 6, 12, 22 dan 34jam. Evaluasi yang dilakukan adalah ketuaan
warna dan tahan luntur warna terhadap gosokan basah maupun kering.
Pada metode ini setelah kain dilakukan proses pencapan, kain difiksasi dengan
cara diangin-angin selama 6, 12, 22 dan 34jam. Kain yang diangin-angin selama 12
jam memberikan hasil cap dengan warna yang lebih muda, dibandingkan kain yang
diangin-angin selama 6 jam. Disini terjadi ketidak sesuaian ketuaan warna dari
lamanya proses fiksasi, yang dimana seharusnya waktu 12 jam menghasilkan
fiksasi yang lebih baik dari waktu 6 jam. Sedangkan yang memiliki ketuaan warna
paling tua dibandingkan dengan yang lainnya dilakukan pada waktu fiksasi 22 jam.
Sedangkan proses fiksasi 34jam sedikit lebih muda dibandingkan dengan proses
fiksasi 22 jam, tetapi masih lebih tua dibandingkan fiksasi 6 dan 12 jam.
Hal ini dikarenakan, waktu proses fiksasi yang terlalu lama dari yang
dibutuhkan akan menyebabkan turunnya hasil pewarnaan yang disebabkan ketidak
stabilan ikatan kovalen serat dengan zat warna dibawah kondisi alkali. Penentun
kondisi fiksasi bergantung pada tingkat kereaktifan zat warna. Banyaknya zat
warna yang berikatan dengan serat ini akan berpengaruh terhadap ketuaan dan
ketahanan luntur warna terhadap gosokan basah dan kering.
Evaluasi ketahanan luntur warna terhadap gosokan paling baik terdapat pada
kain pencapan dengan waktu fiksasi 6 jam dengan nilai gosok basah 4 dan gosok
kering 4/5 dibandingkan dengan waktu fiksasi 12, 22 dan 34jam. Tahan luntur
warna terhadap gosokan ini tergantung proses pencucian yang dilakukan, jika
proses pencucian dilakukan dengan baik maka zat warna yang tidak terfiksasi akan
hilang dan ketahan luntur warna terhadap gosokan basah/kering akan baik.
Hasil cap diperoleh didalam praktikum ini belum menunjukan hasil yang
maksimal karena adanya cacat-cacat printing sebagai berikut:
Out setting
Perpaduan antara dua motif dengan warna yang berbeda tidak pas. Ini terlihat
pada bagian sambungan motif yang renggang atau nampak warna dasar
diantaranya. Hal ini disebabkan pemasangan atau penempatan screen ke duan
yang kurang tepat pada motif pertama.
Motif kurang tajam
Hal ini disebabkan karena screen pada bagian motif mampet oleh pengental
yang mengering ataupun ketika prose perakelan yang kurang sempurna atau
kurang menekan
Over lap
Hasil pencapan terdapat warna yang saling menumpang, antara warna satu
dengan warna yang lain sedikit.
XI. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil evaluasi praktikum pencapan kapas dengan zat warna reaktif
dingin dengan variasi waktu fiksasi, dapat disimpulkan bahwa
1. Ketuaan warna paling baik terdapat pada kain pencapan dengan waktu fiksasi
22 jam.
2. Ketahanan luntur warna terhadap gosok basah dan kering paling baik terdapat
pada kain pencapan dengan waktu fiksasi 6 jam.
DAFTAR PUSTAKA
Lubis, Arifin., dkk. 1998. Teknologi Pencapan Tekstil. Bandung : Sekolah Tinggi
Teknologi Tekstil.
Suprapto, Agus., dkk. 2006. Bahan Ajar Teknologi Pencapan 1. Bandung : Sekolah
Tinggi Teknologi Tekstil.
Djufri, Rasjid., dkk. 1973. Teknologi Pengelantangan, Pencelupan Dan
Pencapan. Bandung : Institute Teknologi Tekstil.