Anda di halaman 1dari 88

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI


UNIVERSITAS SETIA BUDI
DI DINAS KESEHATAN, UPT INSTALASI FARMASI,
DAN UPT PUSKESMAS JAYENGAN KOTA SURAKARTA
Periode 1 dan : 19-24 November 2018

Disusun Oleh :
Asrianti (1820363998)
Ayu Zakiyah Darojat (1820363999)
Bella Anggreyani (1820364000)

HALAMAN JUDUL

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIABUDI
SURAKARTA
2018
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER


PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKERFAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
DI DINAS KESEHATN, UPT INSTALASI FARMASI,
DAN UPT PUSKESMAS JAYENGAN KOTA SURAKARTA
Periode 1 dan : 19-24 November 2018

Laporan ini disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar


Apoteker pada Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi
Universitas Setia Budi Surakarta

Telah disetujui dan disahkan oleh:

Disetujui Oleh:

a.n Kepala Dinas Kesehatan Surakarta Kepala UPT Instalasi Farmasi


Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Kota Surakarta

Ida Angklaita, SKM., M.Si Heru Cahyono, S.Si., Apt


NIP. 19630403 198603 2 015 NIP. 19720101 200604 1 007

Mengetahui :
Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Setia Budi Surakarta

Prof. Dr. R.A. Oetari SU., MM.,M.Sc., Apt.


NIS. 01.04.061
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER


PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKERFAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
DI DINAS KESEHATAN, UPT INSTALASI FARMASI,
DAN UPT PUSKESMAS JAYENGAN KOTA SURAKARTA
Periode 1 dan : 19-24 November 2018

Laporan ini disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar


Apoteker pada Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi
Universitas Setia Budi Surakarta

Telah disetujui dan disahkan oleh:

Kepala UPT Puskesmas Jayengan Pembimbing Lapangan UPT


Kota Surakarta Puskesmas Jayengan

drg. Liliana Subagio Erna Indri Astuti, S.Farm.,Apt


NIP196005211988022001 NIP198108252006042015

Mengetahui :
Ketua Program Studi Profesi Apoteker
Universitas Setia Budi
Surakarta

Dewi Ekowati, M.Sc.,Apt.


NIDN. 0618057801
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat melaksanakan
Kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Dinas Kesehatan Kota
Surakarta, UPT Instalasi Farmasi, UPT Puskesmas JAYENGAN dan dapat
menyelesaikan laporan ini dengan baik dan penuh tanggung jawab.
Pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini dilaksanakan untuk
memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Pendidikan Profesi
Apoteker di Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta.
Kami menyadari bahwa selama pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker
ini tidak lepas dari bimbingan, bantuan dan doa dari berbagai pihak,untuk itu pada
kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Ir. Djoni Tarigan, MBA selaku Rektor Universitas Setia Budi Surakarta
2. Prof. Dr. R.A. Oetari, SU., MM., M.Sc., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Setia Budi Surakarta.
3. Dewi Ekowati, M.Sc., Apt., selaku Ketua Jurusan Program Profesi Apoteker
Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi
4. drg. Liliana Subagioselaku Kepala UPT Puskesmas JayenganSurakarta.
5. Erna Indri Astutie, S.Farm., Apt, selaku Pembimbing UPT Puskesmas Jayenan
Surakarta.
6. Novita, SKM, selak Pembimbing Promkes Praktek Kerja Profesi Apoteker
7. Prof. Dr. R.A. Oetari, SU., MM., M.Sc., Apt., selaku pembimbing UPTP
uskesmas Jayenggan yang telah tulus membimbing kami hingga terselesainnya
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini.
8. Karyawan dan Staf Dinas Kesehatan Kota, Instalasi Farmasi dan Puskesmas
Jayengan di Surakarta.
9. Semua pihak yang telah membantu penyusunan Laporan Praktek Kerja Profesi
Apoteker
Penyusun menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penyusun
harapkan demi kesempurnaan laporan ini.

Surakarta, 24
November 2018

Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL................................................................................................1
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................................2
KATA PENGANTAR .............................................................................................4
DAFTAR ISI ............................................................................................................6
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................8
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................9
A. Latar Belakang..................................................................................9
B. Tujuan Praktek Kerja Profesi Apoteker .........................................10
C. Manfaat Praktek Kerja Profesi Apoteker .......................................11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................12
A. Puskesmas.......................................................................................13
1. Pengertian Puskesmas .............................................................13
2. Sejarah Perkembangan ............................................................14
3. Penanggungjawab Penyelenggaraan .......................................16
4. Wilayah Kerja..........................................................................16
5. Fasilitas Penunjang ..................................................................17
6. Tugas Puskesmas .....................................................................17
7. Fungsi Puskesmas....................................................................17
8. Prinsip Penyelenggaraan Puskesmas .......................................19
9. Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas........................................20
10. Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas ....................................21
BAB III TINJAUAN TEMPAT PRAKTEK KERJA LAPANGAN PROFESI
APOTEKER ..........................................................................................40
A. Puskesmas Jayengan .......................................................................56
1. Gambaran Umum Puskesmas Jayengan ..................................56
2. Visi dan Misi Puskesmas Jayengan .........................................56
3. Program UPT Puskesmas Jayengan di masyarakat .................57
4. Karyawan di puskesmas Jayengan ..........................................57
5. Pelayanan Kesehatan Puskesmas Jayengan ............................58
6. Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Puskesmas Jayengan ......60
7. Penerimaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai ....................63
8. Penyimpanan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai .................63
9. Pendistribusian Obat dan Bahan Medis Habis Pakai ..............63
10. Pencatatan dan Pelaporan Obat ...............................................63
11. Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas Jayengan .......64
BAB IV PEMBAHASAN ....................................................................................79
A. UPT Puskesmas Jayengan ..............................................................80
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................86
A. Kesimpulan .....................................................................................86
B. Saran ...............................................................................................86
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................88
LAMPIRAN ........................................................... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman

Lampiran 1. Struktur Organisasi Puskesmas Jayengan .... Error! Bookmark not

defined.

Lampiran 2. UPT PuskesmasJayengan Kota Surakarta Tampak Depan .... Error!

Bookmark not defined.

Lampiran 3. Alur pelayanan apotek di Puskesmas Jayengan .. Error! Bookmark

not defined.

Lampiran 4. Resep .............................................. Error! Bookmark not defined.

Lampiran 5. Ruang Pelayanan Farmasi/Apotek . Error! Bookmark not defined.

Lampiran 6. Rak Obat ......................................... Error! Bookmark not defined.

Lampiran 7. Lemari obat ..................................... Error! Bookmark not defined.

Lampiran 8. Meja racik ....................................... Error! Bookmark not defined.

Lampiran 9. Etiket............................................... Error! Bookmark not defined.

Lampiran 10. Lemari narkotik .............................. Error! Bookmark not defined.

Lampiran 11. Gudang obat.................................... Error! Bookmark not defined.

Lampiran 12. Kegiatan PIS-PK ............................ Error! Bookmark not defined.

Lampiran 13. Promkes .......................................... Error! Bookmark not defined.


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu tujuan nasional adalah memajukan kesejahteraan bangsa, yang
berarti memenuhi kebutuhan dasar manusia, yaitu pangan, sandang, papan,
pendidikan, kesehatan, lapangan kerja dan ketentraman hidup. Kesehatan menurut
UU No. 36 Tahun 2009 adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual
maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara
sosial dan ekonomis. Kesehatan merupakan bagian penting dari pembangunan
nasional. Salah satu sarana kesehatan yang mendukung upaya tersebut adalah peran
serta puskesmas.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.74 tahun 2016,
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang
bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah
kerja. Dinas Kesehatan adalah satuan kerja pemerintahan daerah yang
bertanggungjawab menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam bidang
kesehatan. Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam
bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui
pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan
untuk melakukan upaya kesehatan.
Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah berubah paradigma dari orientasi
pada obat menjadi orientasi pasien. Sebagai konsekuensi dari perubahan orientasi
tersebut, apoteker atau asisten apoteker sebagai tenaga farmasi dituntut untuk
meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan perilaku agar dapat melaksanakan
interaksi langsung dengan pasien. Bentuk interaksi tersebut dapat berupa pemberian
informasi, memantau penggunaan obat, dan mengetahui tujuan akhirnya sesuai
harapan dan terdokumentasi dengan baik. Selain itu apoteker harus berkomunikasi
dengan tenaga kesehatan yang lain dalam menetapkan terapi untuk mendukung obat
yang rasional.
Pendidikan tenaga kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan
nasional bidang kesehatan guna mencapai derajat kesehatan masyarakat yang
optimal dan menghasilkan tenaga kesehatan yang bermutu, mampu mewujudkan
perubahan, pertumbuhan serta pembaharuan guna memenuhi kebutuhan pelayanan
kesehatan bagi masyarakat. Oleh karena itu, salah satu upaya yang dapat dilakukan
penyelenggara pendidikan yaitu dengan memberikan kesempatan kepada setiap
mahasiswanya untuk melaksanakan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang
bertujuan untuk mendidik calon-calon tenaga kesehatan yang terampil, cakap,
profesional, handal dan mandiri.
Sehubungan dengan hal tersebut, mahasiswa melakukan Praktek Kerja
Profesi Apoteker (PKPA) perlu melakukan Praktek di Puskesmas. Diharapkan
mahasiswa dapat menerapkan teori diperkuliahan untuk diimplementasikan di
dalam dunia kerja. Kegiatan PKPA dilaksanakan selama 6 hari yaitu pada tanggal
21-26 MEI2018 di Puskesmas JAYENGAN Surakarta.

B. Tujuan Praktek Kerja Profesi Apoteker


Tujuan dari PKPA di Pusat Kesehatan Masyarakat JAYENGAN, Kota
Surakarta, Jawa Tengah adalah agar mahasiswa Program Profesi Apoteker Fakultas
Farmasi Universitas Setia Budi:
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa dapat mengetahui gambaran mengenai organisasi,
struktur, cara, situasi dan kondisi kerja dari berbagai bentuk lapangan pekerjaan
dibidang farmasi sehingga mendapat gambaran mengenai fungsi, peran dan
tugas seorang farmasis atau apoteker, sehingga dapat menjadi bekal di dunia
kerja.
Mempersiapkan para calon farmasis/apoteker untuk menjalani
profesinya secara profesional, handal dan mandiri serta mampu menjawab
tantangan sehingga dimasa depan dapat menghadapi persaingan MEA
(Masyarakat Ekonomi ASEAN) dan menjadi bekal pengabdian kerja.
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa calon farmasis/apoteker menjadi tenaga profesional
dibidang dan tempat kerjanya, berjiwa pancasila, berdedikasi, jujur,dapat
dipercaya,memegang teguh peraturan-undangan yang berlaku dan kode etik
profesi, kreatif, inovatif, berwawasan penderita (patient oriented), mampu
sebagai sumber informasi mengenai obat dan mempunyai tekad untuk selalu
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan dan kemandirian profesi serta citra profesi apoteker.

C. Manfaat Praktek Kerja Profesi Apoteker


Dengan dilakukannya PKPA dapat memberikan pengalaman pada
mahasiswa untuk memasyarakatkan diri pada suasana lingkungan kerja dan
menumbuhkembangkan serta memantapkan sikap profesional yang diperlukan
mahasiswa untuk memasuki lapangan kerja sesuai bidangnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Dinas Kesehatan

1. Gambaran Umum
Berdasarkan UU No. 12 tahun 2008 tentang Pemerintah Daerah, UU No. 33
tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah,
PP No. 25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah Propinsi sebagai Daerah
Otonomi dan PP No. 41 tahun 2007 tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah,
membawa perubahan terhadap tatanan penyelenggaraan pemerintah di daerah
dimana pemerintah daerah dituntut lebih profesional didalam memberikan
pelayanan kepada masyarakat. Perubahan tersebut membawa perubahan
konsekuensi terhadap kewenangan daerah dalam menentukan berbagai kebijakan
sebagai manifestasi otonomi daerah yang luas dan bertanggung jawab untuk
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat menurut prakarsa sendiri sesuai
kondisi dan potensi daerah. Penyusunan dan penataan organisasi dimaksudkan
sebagai langkah awal dalam menampung kewenangan dan urusan yang diberikan
kepada daerah dan disesuaikan dengan kondisi dan potensi di Kota Surakarta.
Setelah otonomi daerah tersebut berlaku di Indonesia maka perubahan
membawa konsekuensi terhadap kewenangan daerah dalarn menentukan
berbagai kebijakan sebagai manifestasi otonami daerah yang luas dan
bertanggung jawab untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat menurut
prakarsa sendiri sesuai kondisi dan potensi daerah. Penyusunan dan penataan
organisasi dimaksudkan sebagai langkah awal dalam menampung kewenangan dan
urusan yang diberikan kepada daerah dan disesuaikan dengan kondisi dan potensi
di Kota Surakarta.
Otonomi menjadikan kewenangan dan urusan yang dahulu berada di tangan
pemerintah pusat maupun di pemerintah propinsi sekarang merupakan hak di daerah
untuk mengelola berdasarkan potensi dan kemampuan masing-masing daerah. Atas
dasar prinsip-prinsip pemberian otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggung
jawab tersebut, pemerintah pusat memberikan arahan dan sekaligus menjadikan
pedoman bagi pemerintah Kota Surakarta untuk menata susunan organisasi.
Penyusunan penataan organisasi ini dimaksudkan sebagai langkah awal dalam
menampung kewenangan, dan urusan yang diberikan kepadadaerah serta disesuaikan
dengan kondisi potensi Kota Surakarta.
Dalam penyelenggaraan kegiatan kesehatan di Kota Surakarta,maka Dinas
Kesehatan Kota Surakarta melaksanakan tugas pokok dan fungsi, dimana Tugas
Pokok dan Fungsi (TUPOKSI) tersebut menjadi andalan dalam pelaksanaan tugas
pekerjaan bagi setiap pegawai di Dinas Kesehatan serta dibawahnya. Tugas pokok
dan fungsi akan dijabarkan lebih lanjut.
2. Fungsi Dinas Kesehatan
Dalam melaksanakan tugasnya Dinas Kesehatan mempunyai fungsi
yaitu :
a) Penyelenggaraan Tata Usaha Dinas
b) Penyusunan rencana program pengendalian, evaluasi dan pelaporan
c) Pembinaan teknis Rumah Sakit dan Kesehatan Khusus
d) Pengawasan dan pengendalian kefarmasian, makanan, minuman dan obat
tradisional
e) Penyelenggaraan registrasi dan akreditasi
f) Pencegahan dan pemberantasan penyakit
g) Peningkatan kesehatan lingkungan
h) Peningkatan kesehatan masyarakat dan peran serta masyarakat
i) Peningkatan kesehatan ibu, anak dan gizi keluarga
j) Pembinaan tenaga profesional
k) Pengelolaan Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD)

B. Puskesmas
1. Pengertian Puskesmas
Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) adalah fasilitas pelayanan
kesehatan dasar yang menyelenggarakan upaya kesehatan pemeliharaan, peningkatan
kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit
(kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif), yang dilaksanakan secara
menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan.
Menurut Permenkes RI No.74 Tahun 2016, Puskesmas adalah unit
pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab
menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.
Sebagai Unit Pelaksana Teknis Kesehatan (UPT), Puskesmas berperan
menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis operasional Dinas Kesehatan dan
merupakan unit pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan
kesehatan di Indonesia.
2. Sejarah Perkembangan
Konsep puskesmas yang merupakan tulang punggung pelayanan kesehatan
tingkat pertama. Konsep puskesmas pada tahun ketika dilangsungkan Rapat Kerja
Kesehatan Nasional (Rakerkernas) I di Jakarta. Rakerkernas I membicarakan upaya
mengorganisir sistem pelayanan kesehatan di tanah air yang untuk pelayanan
tingkat I dirasakan kurang menguntungkan.
Rakerkernas I menimbulkan gagasan untuk meyatukan semua pelayanan
kesehatan tingkat I ke dalam satu pengorganisasian. Organisasi ini diberi nama
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Puskesmas pada Rakerkernas I
dibedakan menjadi 4 macam yaitu :
a. Puskesmas tingkat desa
b. Puskesmas tingkat kecamatan
c. Puskesmas tingkat kawedanan
d. Puskemas tingkat kabupaten
Rakerkernas II dilangsungkan ada tahun 1969 untuk memperbaharui
pembagian puskesmas menjadi 3 macam :
a. Puskesmas tipe A, puskesmas yang dipimpin oleh dokter penuh
b. Puskesmas tipe B, puskesmas yang dipimpin oleh dokter tidak penuh
c. Puskesmas tipe C, puskesmas yang dipimpin oleh tenaga paramedik
Rakernas III dilangsungkan pada tahun 1970 yang menetapkan hanya ada
satu macam puskesmas, dengan wilayah kerja tingkat kecamatan atau pada suatu
daerah dengan jumlah penduduk antara 30.000-50.000 jiwa.
Kategori Puskesmas
Puskesmas dapat dikategorikan berdasarkan karakteristik wilayah kerja dan
kemampuan penyelenggaraan. Puskesmas dikategorikan menjadi:
a. Puskesmas kawasan perkotaan
Puskesmas yang wilayah kerjanya meliputi kawasan yang memenuhi paling
sedikit 3 (tiga) dari 4 (empat) kriteria kawasan perkotaan sebagai berikut:
1) Aktivitas lebih dari 50% (lima puluh persen) penduduknya pada sektor non
agraris, terutama industri, perdagangan dan jasa;
2) Memiliki fasilitas perkotaan antara lain sekolah radius 2,5 km, pasar radius
2 km, memiliki rumah sakit radius kurang dari 5 km,bioskop, atau hotel;
3) Lebih dari 90% (sembilan puluh persen) rumah tangga memiliki listrik; dan
atau
4) Terdapat akses jalan raya dan transportasi menuju fasilitas perkotaan
b. Puskesmas kawasan pedesaan
Puskesmas kawasan pedesaan sebagaimana dimaksud merupakan Puskesmas
yang wilayah kerjanya meliputi kawasan yang memenuhi paling sedikit 3 (tiga)
dari 4 (empat) kriteria kawasan pedesaan sebagai berikut:
1) Aktivitas lebih dari 50% (lima puluh persen) penduduk pada sektor agraris
2) Memiliki fasilitas antara lain sekolah radius lebih dari 2,5 km,pasar dan
perkotaan radius lebih dari 2 km, rumah sakit radius lebih dari 5 km, tidak
memiliki fasilitas berupa bioskop atau hotel;
3) Rumah tangga dengan listrik kurang dari 90% (Sembilan puluh persen); dan
4) Terdapat akses jalan dan transportasi menuju fasilitas
c. Puskesmas kawasan terpencil dan sangat terpencil merupakan puskesmas yang
wilayah kerjanya meliputi kawasan dengan karakteristik sebagai berikut:
1) Berada di wilayah yang sulit dijangkau atau rawan bencana, pulau kecil,
gugus pulau, atau pesisir;
2) Akses transportasi umum rutin 1 kali dalam 1 minggu, jarak tempuh pulang
pergi dari ibukota kabupaten memerlukan waktu lebih dari 6 jam,
3) dan transportasi yang ada sewaktu-waktu dapat terhalang iklim atau cuaca;
dan
4) Kesulitan pemenuhan bahan pokok dan kondisi keamanan yang tidak stabil.
Berdasarkan kemampuan penyelenggaraan sebagaimana dimaksud
Puskesmas dikategorikan menjadi:
1) Puskesmas non rawat inap
Puskesmas non rawat inap adalah Puskesmas yang tidak pelayanan rawat
inap, kecuali pertolongan persalinan normal.
2) Puskesmas rawat inap.
Puskesmas rawat inap adalah Puskesmas yang diberi tambahan sumber daya
untuk menyelenggarakan pelayanan rawat inap, sesuai pertimbangan
kebutuhan pelayanan kesehatan (Permenkes RI No 75 tahun 2014 Tentang
Pusat Kesehatan Masyarakat).
3. Penanggungjawab Penyelenggaraan
Penanggungjawab utama penyelenggaraan seluruh upaya pembangunan
kesehatan di wilayah adalah Dinas Kesehatan, sedangkan Puskesmas
bertanggungjawab hanya sebagian upaya pembangunan kesehatan yang
dibebankan oleh dinas kesehatan sesuai dengan kemampuannya.
4. Wilayah Kerja
Wilayah kerja puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian dari
kecamatan.Faktor kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografik dan
keadaan infrastruktur lainnya merupakan bahan pertimbangan dalam menentukan
wilayah kerja puskesmas.
Puskesmas harus bertanggung jawab untuk setiap masalah kesehatan
diwilayah kerjanya walaupun wilayah kerjanya itu mempunyai lokasi yang berkilo-
kilo meter dari puskesmas. Puskesmas dituntut untuk mengutamakan pencegahan
penyakit dan demikian puskesmas dituntut secara aktif terjun kemasyarakat dan
bukan puskesmas menunggu kunjungan masyarakat saja.
Secara nasional, standar wilayah kerja Puskesmas adalah satu Kecamatan,
tetapi apabila di satu Kecamatan terdapat lebih dari satu Puskesmas, maka
tanggungjawab wilayah kerja dibagi antar Puskesmas, dengan memperhatikan
keutuhan konsep wilayah (Desa/Kelurahan atau RW). Masing-masing Puskesmas
tersebut secara operasional bertanggungjawab langsung kepada Dinas Kesehatan.
5. Fasilitas Penunjang
a. Puskesmas Pembantu
Puskesmas Pembantu atau yang lebih sering dikenal sebagai Pustu
atau Pusban, adalah unit pelayanan kesehatan sederhana dan berfungsi
menunjang serta membantu melaksanakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan
Puskesmas dalam ruang lingkup wilayah yang lebih kecil.
b. Puskesmas Keliling
Puskesmas Keliling merupakan unit pelayanan kesehatan Keliling
yang dilengkapi dengan kendaraan ambulance atau mobil dinas/operasional
puskesmas dan peralatan kesehatan, peralatan komunikasi serta sejumlah
tenaga dari Puskesmas. Puskesmas Keliling berfungsi menunjang dan
membantu melaksanakan kegiatan Puskesmas dalam wilayah kerjanya yang
belum terjangkau oleh pelayanan kesehatan.
Kegiatan Puskesmas Keliling adalah memberikan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat daerah yang sulit di jangkau oleh pelayanan
puskesmas atau puskesmas pembantu, atau disesuaikan dengan kondisi
geografis tiap puskesmas. Untuk puskesmas keliling dilakukan dalam tiga
kali seminggu dengan jadwal pada hari senin, rabu dan kamis.
6. Tugas Puskesmas
Tugas puskesmas adalah melaksanakan kebijakan kesehatan untuk
mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka
mendukung terwujudnya kecamatan sehat.
7. Fungsi Puskesmas
Menurut Permenkes RI No.75 Tahun 2016 , Pelayanan Kefarmasian di
Puskesmas harus mendukung tiga fungsi pokok Puskesmas, yaitu sebagai pusat
penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat,
dan pusat pelayanan kesehatan strata pertama yang meliputi pelayanan kesehatan
perorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat.
Menurut Permenkes RI No.75 Pasal 5 Tahun 2014 Puskesmas
menyelenggarakan fungsi:
a. Penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya.
1) Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan
masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan;
2) Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan;
3) Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan
masyarakat dalam bidang kesehatan;
4) Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan
masalah kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang
bekerjasama dengan sektor lain terkait;
5) Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan upaya
kesehatan berbasis masyarakat;
6) Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia
Puskesmas;
7) Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan;
8) Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses,
mutu, dan cakupan Pelayanan Kesehatan; dan
9) Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat,
termasuk dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan respon
penanggulangan penyakit.
b. Penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya.
1) MenyelenggarakanPelayanan Kesehatan dasar secara komprehensif,
berkesinambungan dan bermutu.
2) Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan upaya
promotif dan preventif.
3) Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang berorientasi pada
individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.
4) Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan
keamanan dan keselamatan pasien, petugas, dan pengunjung.
5) Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dengan prinsip koordinatif dan
kerja sama inter dan antar profesi.
6) Melaksanakan rekam medis.
7) Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap mutu dan
akses Pelayanan Kesehatan.
8) Melaksanakan peningkatan kompetensi Tenaga Kesehatan.
9) Mengoordinasikan dan melaksanakan pembinaan fasilitas pelayanan
kesehatan tingkat pertama di wilayah kerjanya.
10) Melaksaakan penapisan rujukan sesuai degan indikasi medis dan Sistem
Rujukan.
8. Prinsip Penyelenggaraan Puskesmas
Menurut Permenkes RI No.75 Tahun 2014 Puskesmas bertanggung jawab atas
satu wilayah administrasi pemerintahan, yakni kecamatan atau bagian dari
kecamatan. Di setiap kecamatan harus terdapat minimal satu Puskesmas. Untuk
membangun dan menentukan wilayah kerja Puskesmas, faktor wilayah, kondisi
geografis, dan kepadatan/jumlah penduduk merupakan dasar pertimbangan.
Selanjutnya ditetapkan pula bahwa dalam penyelenggaraan Puskesmas ada 6
(enam) prinsip berikut yang harus ditaati.
a. Prinsip Paradigma Sehat, Puskesmas mendorong seluruh pemangku
kepentingan untuk berkomitmen dalam upaya mencegah dan mengurangi
resiko kesehatan yang dihadapi individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat.
b. Prinsip Pertanggungjawaban wilayah, Puskesmas menggerakkan dan
bertanggung jawab terhadap pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya.
c. Prinsip Kemandirian Masyarakat, Puskesmas mendorong kemandirian
hidup sehat bagi individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.
d. Prinsip Pemerataan, Puskesmas menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan
yang dapat diakses dan terjangkau oleh seluruh masyarakat di wilayah
kerjanya secara adil tanpa membedakan status sosial, ekonomi, agama,
budaya dan kepercayaan.
e. Prinsip Teknologi Tepat guna, Puskesmas menyelenggarakan Pelayanan
Kesehatan dengan memanfaatkan teknologi tepat guna yang sesuai dengan
kebutuhan pelayanan, mudah dimanfaatkan dan tidak berdampak buruk
bagi lingkungan.
f. Prinsip Keterpaduan dan Kesinambungan, Puskesmas mengintegrasikan
dan mengkoordinasikan penyelenggaraan UKM dan UKP lintas program
dan lintas sektor serta melaksanakan Sistem Rujukan yang didukung
dengan manajemen Puskesmas.
9. Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas
Puskesmas menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat tingkat pertama
dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama. Upaya kesehatan sebagaimana
dimaksud dilaksanakan secara terintegrasi dan berkesinambungan. Upaya
kesehatan masyarakat tingkat pertama meliputi upaya kesehatan masyarakat
esensial dan upaya kesehatan masyarakat pengembangan.
Upaya kesehatan masyarakat esensial meliputi:
a. Pelayanan promosi kesehatan;
b. Pelayanan kesehatan lingkungan;
c. Pelayanan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana;
d. Pelayanan gizi; dan
e. Pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit.
Upaya kesehatan masyarakat esensial harus diselenggarakan oleh setiap
Puskesmas untukmendukung pencapaian standar pelayanan minimal
kabupaten/kotabidang kesehatan.
Upaya kesehatan masyarakat pengembangan merupakan upaya kesehatan
masyarakat yang kegiatannya memerlukan upaya yang sifatnya inovatif dan/atau
bersifat ekstensifikasi dan intensifikasi pelayanan, disesuaikan dengan prioritas
masalah kesehatan, kekhususan wilayah kerja dan potensi sumber daya yang
tersedia di masing-masing Puskesmas.
Upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama dalam bentuk:
a. Rawat jalan;
b. Pelayanan gawat darurat;
c. Pelayanan satu hari (one day care);
d. Home care; dan/atau
e. Rawat inap berdasarkan pertimbangan kebutuhan pelayanan kesehatan.
Untuk melaksanakan upaya kesehatan Puskesmas harus menyelenggarakan:
a. Manajemen Puskesmas;
b. Pelayanan kefarmasian;
c. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat; dan
d. Pelayanan laboratorium.
10. Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas
Standar Pelayanan Kefarmasian adalah tolok ukur yang dipergunakan
sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan pelayanan
kefarmasian.
Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung
jawab kepada pasien yang berkaitan dengan Sediaan Farmasi dengan maksud
mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Sediaan
Farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetika.
Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas meliputi standar:
a. Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai; dan
b. Pelayanan farmasi klinik.
Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai meliputi:
a. Perencanaan kebutuhan;
b. Permintaan;
c. Penerimaan;
d. Penyimpanan:
e. Pendistribusian;
f. Pengendalian;
g. Pencatatan, pelaporan, dan pengarsipan; dan
h. Pemantauan dan evaluasi pengelolaan.
Pelayanan farmasi klinik meliputi:
a. Pengkajian resep, penyerahan Obat, dan pemberian informasi Obat;
b. Pelayanan Informasi Obat (PIO);
c. Konseling;
d. Ronde/visite pasien (khusus Puskesmas rawat inap);
e. Pemantauan dan pelaporan efek samping Obat;
f. Pemantauan terapi Obat; dan
g. Evaluasi penggunaan Obat.
Pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai, terdiri dari:
1. Perencanaan kebutuhan
Perencanaan obat di puskesmas dilakukan untuk menentukan jenis obat
dan jumlah kebutuhan obat. Kebutuhan obat untuk puskesmas setiap periode
dilaksanakan oleh pengelola gudang obat dengan persetujuan Kepala
Puskesmas. Tujuan perencanaan adalah untuk mendapatkan perkiraan jenis dan
jumlah obat yang mendekati kebutuhan, meningkatkan penggunaan obat secara
rasional, dan meningkatkan efisiensi penggunaan obat.
Proses seleksi Obat dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan dengan
mempertimbangkan pola penyakit, pola konsumsi obat periode sebelumnya,
data mutasi obat, dan rencana pengembangan. Proses seleksi Obat dan Bahan
Medis Habis Pakai juga harus mengacu pada Daftar Obat Esensial Nasional
(DOEN) dan Formularium Nasional. Proses seleksi ini harus melibatkan tenaga
kesehatan yang ada di Puskesmas seperti dokter, dokter gigi, bidan, dan
perawat, serta pengelola program yang berkaitan dengan pengobatan.
Proses perencanaan kebutuhan obat per tahun dilakukan secara berjenjang
(bottom-up). Puskesmas diminta menyediakan data pemakaian obat dengan
menggunakan Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO).
2. Permintaan
Permintaan yaitu memasukkan pelaporan permintaan obat dari Instalasi
Farmasi sesuai dengan perencanaan kebutuhan.
Tujuan permintaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai adalah memenuhi
kebutuhan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai di Puskesmas, sesuai dengan
perencanaan kebutuhan yang telah dibuat. Permintaan diajukan kepada Dinas
Kesehatan, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan
kebijakan pemerintah daerah setempat.
3. Penerimaan
Penerimaan yakni melaksanakan penerimaan obat yang diserahkan dari
institusi yang lebih tinggi, dan atau menerima pengembalian obat dari bawah.
Penerimaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai adalah suatu kegiatan
dalam menerima Obat dan Bahan Medis Habis Pakai dari Instalasi Farmasi
sesuai dengan permintaan yang telah diajukan. Tujuannya adalah agar obat yang
diterima sesuai dengan kebutuhan berdasarkan permintaan yang diajukan oleh
Puskesmas.
Petugas penerimaan wajib melakukan pengecekan terhadap Obat dan
Bahan Medis Habis Pakai yang diserahkan, mencakup jumlah kemasan/peti,
jenis dan jumlah obat, bentuk obat sesuai dengan isi dokumen (LPLPO),
ditandatangani oleh petugas penerima, dan diketahui oleh Kepala Puskesmas.
Bila tidak memenuhi syarat, maka petugas penerima dapat mengajukan
keberatan.
4. Penyimpanan
Penyimpanan yakni kegiatan untuk mengamankan persediaan obat.
Penyimpanan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai merupakan suatu kegiatan
pengaturan terhadap obat yang diterima agar aman (tidak hilang), terhindar dari
kerusakan fisik maupun kimia dan mutunya tetap terjamin, sesuai dengan
persyaratan yang ditetapkan. Tujuannya adalah agar mutu obat yang tersedia di
Puskesmas dapat dipertahankan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.
Penyimpanan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai dengan
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
 Bentuk dan jenis sediaan;
 Stabilitas (suhu, cahaya, kelembaban);
 Mudah atau tidaknya meledak/terbakar; dan
 Narkotika dan psikotropika disimpan dalam lemari khusus.
 Tempat penyimpanan Sediaan Farmasi tidak dipergunakan untuk
penyimpanan barang lainnya yang menyebabkan kontaminasi.
5. Pendistribusian
Pendistribusian yakni kegiatan menyerahkan obat ke unit-unit pelayanan.
Pendistribusian Obat dan Bahan Medis Habis Pakai merupakan kegiatan
pengeluaran dan penyerahan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai secara merata
dan teratur untuk memenuhi kebutuhan sub unit/satelit farmasi Puskesmas dan
jaringannya. Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan obat sub unit
pelayanan kesehatan yang ada di wilayah kerja Puskesmas dengan jenis, mutu,
jumlah dan waktu yang tepat.

6. Pengendalian
Pengendalian yakni kegiatan pemanfaatan obat untuk penderita yang
sesuai. Pengendalian Obat dan Bahan Medis Habis Pakai adalah suatu kegiatan
untuk memastikan tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai dengan strategi
dan program yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan dan
kekurangan/kekosongan obat di unit pelayanan kesehatan dasar. Tujuannya
adalah agar tidak terjadi kelebihan dan kekosongan obat di unit pelayanan
kesehatan dasar.
Pengendalian obat terdiri dari:
 Pengendalian persediaan;
 Pengendalian penggunaan; dan
 Penanganan obat hilang, rusak, dan kadaluwarsa.
7. Administrasi
Administrasi meliputi pencatatan dan pelaporan terhadap seluruh
rangkaian kegiatan dalam pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis
Pakai, baik Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang diterima,
disimpan, didistribusikan dan digunakan di Puskesmas atau unit pelayanan
lainnya.
Tujuan pencatatan dan pelaporan adalah:
a. Bukti bahwa pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
telah dilakukan;
b. Sumber data untuk melakukan pengaturan dan pengendalian; dan
c. Sumber data untuk pembuatan laporan.
8. Pemantauan dan evaluasi pengelolaan
Pemantauan dan evaluasi pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis
Pakai dilakukan secara periodik dengan tujuan untuk:
 Mengendalikan dan menghindari terjadinya kesalahan dalam pengelolaan
Obat dan Bahan Medis Habis Pakai sehingga dapat menjaga kualitas
maupun pemerataan pelayanan;
 Memperbaiki secara terus-menerus pengelolaan Obat dan Bahan Medis
Habis Pakai; dan
 Memberikan penilaian terhadap capaian kinerja pengelolaan.
9. Peresepan
Peresepan adalah proses pesanan atau permintaan obat tertulis dari
dokter, dokter gigi, dan praktisi lainnya yang berijin kepada pengelola obat
untuk menyediakan atau membuatkan obat dan menyerahkan kepada
pasien.Resep merupakan sarana komunikasi profesional antara dokter,
penyedia obat dan pasien (Penggunaan obat).
Tujuaannya adalah sebagai acuan langkah-langkah dalam melakukan
prosedur peresepan.
Prosedur :
a) Petugas Medis menuliskan resep di lembar resep dan memberikannya
kepada pasien dengan mencantumkan:
 Tanggal pembuatan resep
 Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan obat.
 Nama obat, dosis, jumlah perintah cara pembuatan sediaan dan aturan
pakai.
 Nama Dokter dan Tanda tangan atau paraf dokter.
 Nama penderita, umur, alamat (untuk pasien anaklebih baik
dicantumkan berat badan).
 Diagnosis penyakit
 Kode pasien Umum, JKN Non PBI.
b) Petugas obat menerima resep dari pasien:
 Petugas obat memberi nomor pada lembar resep dan memberikan
nomor urut pada pasien sesuai dengan nomor pada resep.
 Petugas obat melakukan pemeriksaan resep perihal: (1) nama obat,
jenis dan bentuk sediaan obat, (2) nama dan umur pasien, (3) dosis, (4)
cara pemakaian dan aturan pemberian dan menanyakan kepada penulis
resep apabila tulisan tidak jelas.
 Petugas obat memeriksa ketersediaan obat dan melakukan konsultasi
alternatif obat kepada penulis resep apabila obat yang dimaksud tidak
tersedia.
c) Petugas obat menyiapkan obat dengan memperhatikan:
 Penggunaan sendok atau spatula pada saat mengambil obat dari
tempatnya.
 Pemasangan etiket/label obat pada kemasan obat, Penulisan etiket
sesuai resep dengan mengacu pada SOP Pelabelan.
 Pengambilan/peracikan obat.
 Untuk obat nonracikan, dilakukan pengabilan obat dengan jenis,
jumlah, dosis dan bentuk sediaan sesuai resep.
 Untuk obat racikan, dilakuakan peracikan, pembagian dan pengemasan
sesuai resep.
d) Petugas obat menyerahkan obat sesui SOP pemberian obat Kepada Pasien.
e) Petugas Obat menjelaskan aturan pemakaian obat sesuai SOP pemberian
informasi penggunaan obat.
f) Pendokumentasian dengan mencatat resep dalam C2 dan meng-input data
dari C2 ke form harian pengeluaran obat melalui program excel.
a. Penjagaan obat agar tidak terjadi pemberian obat ED
Sistem First Expired First Out (FEFO) untuk masing-masing obat, artinya
obat yang lebih awal kadaluarsa harus dikeluarkan lebih dahulu dari obat yang
kadaluarsa kemudian, dan first In First Out (FIFO) untuk masing-masing obat,
artinya obat yanga datang pertama kali harus dikeluarkan lebih dahulu dari obat
yanga datang kemudian.
Tujuannya adalah sebagai acuan langakah-langakah dalam melakukan
prosedur penjagaan agar tidak terjadi pemberian obat kadaluarsa.
Prosedur :
1) Penanggung jawab Pelayanan obat mencatat seluruh perbekalan farmasi
dalam buku jadwal kadaluarsa.
2) Penanggung jawab pelayanan obat menyimpan dan mendistribusikan
perbekalan farmasi dengan sistem FEFO dan FIFO.
3) Penanggung jawab pelayanan obat menyimpan perbekalan farmasi dengan
rapi di rak.
4) Penanggung jawab pelayanan obat mengeluarkan obat yang lebih awal
kadaluarsa terlebih dahulu, untuk mempermudah dan terlihat jelas, pada dus
obat dengan tanggal kadaluarsa< 1 tahun dus diberi stiker kuning,
kadaluarsa< 6 bulan diberi stiker merah.
5) Penanggung jawab pelayanan obat mengeluarkan obat yang datang pertama
kali lebih dahulu dari obat yang datang kemudia, jika tanggal kadaluarsanya
sama.
b. Pelayanan resep psikotropika dan narkotika
Peresepan psikotropik dan narkotik adalah proses pesanan atau
permintaan obat jenis psikotropik dan narkotik secara tertulis dari dokter, dokter
gigi dan praktisi lainnya yang berizin pada pengelolaan obat di UPT puskesmas
untuk menyediakan atau membuat obat dan menyerahkan kepada pasien.
Tujuannya adalah sebagai acuan langkah-langkah dalam melakukan
prosedur peresepan psikotropik dan narkotik.
Prosedur:
a) Dokter menuliskan permintaan psikotropik atau narkotik pada resep secara
lengkap dosis obat, jumlah sediaan dan aturan pakai
b) Dokter menandatangani resep
c) Petugas memastikan resep psikotropik dan narkotik ditanda tangani oleh
dokter
d) Untuk pasien rawat inap, paramedis menulisan resep berdasarkan konsultasi
dengan dokter melalui telepon kemudian dokter menandatangani resep pada
esok harinya
e) Petugas farmasi menandai resep psikotropik dan narkotik dengan garis
bawah berwarna merah
f) Petugas menyiapkan obat sesuai dengan resep
g) Petugas membuka kunci lemari psikotropik dan narkotik lalu mengambil
obat sesuai resep
h) Petugas memasukkan obat dan etiket dalam kemasan
i) Petugas mengunci kembali lemari dan menyimpan kuncinyan obat pada
buku bantu penyerahan obat psikotropik dan narkotik
j) Petugas mencatat pengeluaran obat pada buku bantu penyerahan obat
psikotropik dan narkotik
c. Rekonsiliasi obat
Rekonsiliasi obat adalah penggunaan obat yang dibawa sendiri oleh
pasien di luar resep dokter di Puskesmas.
Tujuannya adalah sebagai acuan langkah-langakah dalam melakukan
prosedur rekonsiliasi obat
Prosedur :
1) Dokter menanyakan pada pasien apakah ada obat yang dibawa sendiri oleh
pasien untuk digunakan dalam pengobatan penyakit tertentu. Jika ada, dokter
memeriksa obat yang dibawa oleh pasien baik jenis, jumlah dan keadaan
obat.
2) Dokter memastikan obat yang dibawa oleh pasien jika dikonsumsi tidak
menimbulkan: kontr indikasi, efek interaksi obat yang merugikan pasien dan
efek ganda (agonis) dan antagonis terhadap obat yang diberikan petugas
medis/petugas kesehatan lainnya.
3) Apabila pasien tidak membawa obatnya, maka dokter meminta pasien
menghentikan minum obat di luar resep dokter.
4) Dokter menyerahkan obat jika obat yang dibawa sendiri tidak menimbulkan
efek samping, interaksi, dan efek ganda.
5) Dokter mencatat rekonsiliasi obat dalam rekam medis.
6) Dokter menuliskan rekonsiliasi obat pada resep lengkap dengan dosis,
jumlah dan aturan pemakaian dengan catatan ‘obat dibawa oleh pasien.
7) Pasien menyerahkan resep kepada petugas farmasi.
8) Petugas farmasi menerima resep dan meminta obat yang dibawa sendiri oleh
pasien.
9) Petugas farmasi mennyiapkan etiket obat sesuai resep, termasuk etiket untuk
obat yang dibawa sendiri oleh pasien.
10) Petugas farmasi menyiapkan/meracik obat sesuai permintaan resep,
termasuk obat yang dibawa sendiri oleh pasien.
11) Petugas farmasi mengecek kembali kesesuaian obat dengan resep.
12) Petugas farmasi menyerahkan obat kepada pasien disertai penjelasan aturan
pemakaiannya.
d. Penyimpanan obat
Penyimpanan obat adalah kegiatan memelihara dan menempatkan
perbekalan farmasi yang diterima pada tempat yang dinilai aman dari pencurian
serta gangguan fisik yang dapat merusak mutu obat serta menurut persyaratan
yang ditetapkan, yaitu dibedakan menurut bentuk sediaan dan jenisnya,
dibedakan menurut suhunya, kesetabilannya, mudah tidaknya meledak/terbakar,
tahan atau tidaknya terhadap cahaya, disertai dengan sistem informasi yang
selalu menjamin ketersediaan perbekalan farmasi sesuai kebutuhan.
Tujuannya adalah sebagai acuan langkah-langkah dalam melakukan
prosedur penyimpanan obat.
Prosedur:
1) Petugas Farmasi melakukan penyimpanan perbekalan farmasi sesuai dengan
ketentuan yang disyaratkan oleh produk meliputi kendali suhu, kelembaban
dan cahaya.
2) Obat disimpan pada suhu < 15°C di dalam lemari es yang suhunya terkontrol.
3) Memisahkan penyimpanan perbekalan farmasi berdasarkan jenisnya, yaitu :
obat oral los, obat oral dalam kemasan strip/blister, obat oral liquid, obat luar,
obat tetes mata, obat tetes telinga, obat kulit, cairan infus, obat parenteral,
cairan antiseptik dan desinfektan, alat kesehatan dann lain-lain.
4) Obat ditata secara alfabetis pada rak lemari dan pallet.
5) Memberikan penandaan “LASA” dan memberikan jeda dalam penataan obat-
obat yang kemasannya dan penyebutan namanya tampak mirip.
6) Memberikan penandaan “High Alert” dan memisahkan penataan obat yang
memerlukan kewaspadaan tinggi dari obat-obat lain, misal: Digoxin,
Glibenclamid, Glimepirid.
7) Mendistribusikan perbekalan farmasi dengan sistem FEFO (First Expired
First Out).
8) Petugas farmasi menyimpan obat psikotropika, dan narkotika di lemari
tersendiri dan terkunci.
e. Pelabelan obat
Pelabelan obat adalah proses pemberian penanda untuk identifikasi,
penjelasan dan pemahaman obat.
Tujuannya adalah sebagai acuan langkah-langkah dalam melakukan
prosedur pelabelan obat.
Prosedur:
1) Mempersiapkan label/etiket obat.
2) Mencantumkan informasi mengenai :
 Nama pasien
 Nama obat
 Petunjuk penggunaan obat
 Tanggal pemberian obat
 Identitas pemberi resep
 Identitas petugas penyerah obat
3) Menuliskan instrukasi simbol untuk pasien buta huruf
4) Memberikan label/etiket informasi tambahan untuk melengkapi instruksi yang
diberikan oleh dokter, seperti :
 “Kocok dahulu”
 “Obat luar”
 “simpan di tempat kering dan terlindung dari cahaya”
 “Buang sisa obat hari setelah pembukaan”
 “Jangan gunakan setelah”
 Untuk obat antibiotik yang telah mengalami pencampuran, pengenceran
dan sediaan topikal, dan untuk tetes mata.
5) Penanggung Jawab Pelayanan Obat tidak menghilangkan atau menutup label
yang sudah tertempel pada obat.
f. Pemberian obat
Pemberian obat adalah penyerahan obat yang benar kepada pasien dalam
jumlah dan dosis yang diresepkan secara rasional, petunjuk yang jelas, dalam
wadah yang dapat memelihara khasiat obat dengan disertai informasi yang
diperlukan.
Tujuannya adalah sebagai acuan langkah-langkah dalam melakukan
prosedur pemberian obat.
Prosedur:
1) Yang memeriksa kembali kesesuaian antara obat dengan resep dan
kebenaran penulisan label/etiket
2) Memanggil pasien dengan menekan tombol mesin panggil antrian resep
3) Meminta nomor urut dari pasien
4) Mencocokkan nomor urut pasien dengan nomor yang tertulis di resep
5) Konfirmasi identitas psaien yaitu nama dan alamat pasien untuk memastikan
bahwa yang menerima obat adalah pasien atau keluarganya
6) Menyerahkan obat disertai pemberian informasi obat
7) Menyerahkan obat dengan cara yang baik dan santun
8) Petugas membubuhkan paraf pada resep
9) Petugas menyimpan resep pada tempatnya
g. Pelayanan informasi obat
Pelayanan informasi obat adalah kegiatan yang dilakukan oleh petugas
farmasi dalam pemberian informasi obat yang tidak memihak, dievaluasi dengan
kritis dan dengan bukti terbaik dalam segala aspek penggunaan obat kepada
profesi kesehatan lain, pasien atau masyarakat.
Tujuannya adalah sebagai acuan langkah-langkah dalam melakukan prosedur
pelayanan informasi obat.
Prosedur:
1) Petugas menjelaskan secara lisan kepada pasien atau keluarga untuk instruksi
yang tertulis pada label atau etiket
2) Petugas menekankan pentingnya kapatuhan instruksi terapi
3) Petugas menginformasikan peringatan dan perhatian terkait obat
4) Petugas menginformasikan efek samping obat
5) Petugas menginformasikan cara penyimpanan obat yang benar
6) Petugas memberikan perhatian khusus terhadap kondisi tertentu
sepertiwanita hamil, pasien yang memliki gangguan penglihatan,
pendengaran, anak dn pasien lansia yang mendapatkan lebih dari satu jenis
obat
7) Petugas memberikan kesempatan kepada pasien untuk bertanya tentang
obatnya
h. Penanganan obat rusak dan/atau kadaluwarsa
Penanganan obat rusak dan atau kadaluarsa adalah kegiatan memisahkan,
melaporkan dan mengembalikan obat yang telah rusak dan kadaluwarsa ke
Instalasi Farmasi kota Surakarta guna dilakukan penghapusan dan pemusnahan
oleh Dinas Kesehatan agar tidak terkonsumsi oleh pasien. Obat rusak adalah obat
yang telah mengalami perubahan bentuk fisik, warna, bau, konsistensi,
timbulnya endapan atau keadaan yang tidak sesuai. Obat kadaluwarsa adalah
obat dimana tanggal kadaluwarsa yang tercantuk dalam kemasan telah
terlampaui.
Tujuannya adalah sebagai acuan langkah-langkah dalam melakukan
prosedur penanganan obat rusak dan atau kadaluwarsa.
Prosedur:
1) Petugas farmasi atau penanggung jawab subunit melaporkan dan
mengirimkan obat rusak atau kadaluwarsa kepada penanggung jawab gudang
puskesmas
2) Penanggungjawab gudang obat puskesmas menerima dan menyimpan obat
rusak atau kadaluwarsa dengan label penanda “rusak/kadaluwarsa” dan
meletakkan secara terpisah dari obat lain untuk mmenghindari kekeliruan
3) Jika terdapat obat rusak/ kadaluwarsa penanggungjawab gudang harus
mengurangi catatan stok pada masing-masing kartu stok obat
4) penanggungjawab gudang mendata obat rusak/ kadaluwarsa dalam buku
pencatatan obat rusak/ kadaluwarsa
5) penanggungjawab gudang membuat laporan obat rusak/kadaluwarsa ditanda
tangani oleh kepala puskesmas
6) penanggungjawab gudang mengirimkan laporan obat rusak/kadaluwarsa ke
Dinas Kesehatan Kota dan Instalasi Farmasi
7) penanggungjawab gudang menunggu pemberitahuan pemusnahan obat dari
Dinas Kesehatan Kota
8) jika telah ada pemberitahuan pemusnahan obat, penanggungjawab gudang
mengirim obat rusak/kadaluwarsa ke Dinas Kesehatan Kota untuk
dimusnahkan
i. Penyediaan obat gawat darurat di unit pelayanan
Penyediaan obat gawat darurat di unit pelayanan adalah usaha menyiapkan
dan melengkapi obat yang dibutuhkan dalam keadaan yang terjadinya
mendadak, mengakibatkan seseorang atau banyak orang memerlukan
penanganan/pertolongan segera, cermat, tepat dan cepat di unit pelayanan.
Tujuannya adalah sebagai acuan langakah-langkah dalam melakukan
prosedur penyediaan obat gawat darurat di unit pelayanan.
Prosedur :
1) Paramedis penanggung jawab obat di tiap unit pelayanan mengajukan
permintaan tertulis kepada penanngung jawab pelayanan obat untuk
menyediakan obat-obatan gawat darurat yang dibutuhkan.
2) Penanggung jawab pelayanan obat menyiapkan obat yang dimintta sesuai
prosedur dalam SOP pengelolaan obat.
j. Penyimpanan obat gawat darurat di unit pelayanan
Penyimpanan obat gawat darurat di unit pelayanan adalah usaha
melindungi, mengamankan dan memudahkan telusur obat yang dibutuhkan
dalam keadaan yang terjadinya mendadak, mengakibatkan seseorang atau
banyak orang memerlukan penanganan/pertolongan segera, cermat, tepat dan
cepat di unit pelayanan.
Tujuannya adalah sebagai acuan langkah-langkah dalam melakukan
prosedur penyimpanan obat gawat darurat di unit pelayanan.
Prosedur :
1) Paramedis pengelola obat mempersiapkan lokasi penyimpanan obat
emergensi yang mudah diakses dan terhindar dari penyalahgunaan dan
pencurian.
2) Paramedis pengelola obat memastikan jumlah dan jenis obat sesuai dengan
daftar Obat emergensi yang telah ditetapkan.
3) Paramedis pengelola obat memastikan obat emergensi tidak bercampur
dengan persediaan obat untuk kebutuhan lain.
4) Paramedis pengelola obat memastikan obat emergensi tidak dipinjam atau
digunakan untuk kebutuhan lain.
5) Bila dipakai untuk keperluan emergensi, paramedis pengelola obat
menuliskan resep untuk mengajukan permintaan obat emergensi pengganti
kepada petugas farmasi.
6) Paramedis pengelola obat menyimpan obat emergensi pengganti dalam
wadahnya semula.
7) Paramedis pengelola obat melakukan pemeriksaan tanggal kadaluarsa setiap
bulan dan menuliskannya di label pada wadah obat emergensi.

C. Instalasi Farmasi

Pembangunan di bidang obat antara lain bertujuan untuk menjamin tersedianya


obat dengan jenis dan jumlah yang cukup sesuai kebutuhan dengan mutu terjamin,
tersebar secara merata dan teratur, sehingga mudah diperoleh pada tempat dan
waktu yang tepat.
Pengelolaan obat merupakan salah satu pendukung penting dalam pelayanan
kesehatan. Demikian juga halnya pengelolaan obat di pelayanan kesehatan dasar
mempunyai peran sangat signifikan dalam pelayanan kesehatan di puskesmas. Oleh
karena itu pengembangan dan penyempurnaan pengelolaan obat di kabupaten/kota
harus dilakukan secara terus menerus. Hal ini perlu dilakukan agar dapat
mendukung kualitas pelayanan kesehatan dasar. Perbaikan secara menyeluruh di
semua aspek pelayanan kesehatan dasar diharapkan dapat memenuhi kebutuhan
masyarakat yang semakin meningkat.
Dengan adanya PP Nomor 41 Tahun 2007 Organisasi Perangkat Daerah
diharapkan organisasi pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan sudah
berbentuk UPT. Namun, saat ini bentuk organisasinya masih sangat beragam mulai
dari seksi, UPT, GFK, Instalasi dan sebagainya.
1. Tugas dan Fungsi Instalasi Farmasi
Sesuai Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 610/Menkes/SK/XI/81 tahun 1981
tentang Organisasi dan Tata Kerja Gudang Perbekalan Kesehatan di Bidang
Farmasi Kabupaten/Kota madya antara lain ditetapkan mengenai tugas dan fungsi
Instalasi farmasi yang meliputi:
a. UPT Instalasi Farmasi mempunyai tugas melaksanakan sebagian kegiatan
teknis operasional dan atau teknis penunjang Dinas di bidang pengelolaan,
penerimaan, penyimpanan dan pendistribusian perbekalan farmasi dan alat
kesehatan.
b. UPT Instalasi Farmasi mempunyai fungsi: Penyusunan rencana teknis
operational di bidang pengelolaan kefarmasian dan pembekalan kesehatan,
pelaksanaan kebijakan teknis operasional bidang pengelolaan kefarmasian
dan perbekalan kesehatan, pemantauan, evaluasi dan pelaporan bidang
pengelolaan kefarmasian dan perbekalan kesehatan, pengelolaan
ketatausahaan, pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas
sesuai dengan tugas & fungsinya.
2. Kedudukan Instalasi Farmasi
Instalasi Farmasi merupakan UPT pada Dinas yang dipimpin oleh seorang
Kepala Instalasi Farmasi yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab
kepada Kepala Dinas.
3. Manajemen Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan
Habis Pakai
Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan dalam mengelola dengan menggunakan
Manajemen pengelolaan obat. Manajemen tersebut meliputi suatu rangkaian
kegiatan yang menyangkut aspek perencanaan seleksi, pengadaan, pendistribusian
dan penggunaan obat dengan memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia seperti
tenaga, dana, sarana dan perangkat lunak (metode dan tatalaksana) dalam upaya
mencapai tujuan yang ditetapkan. Tujuan pengelolaan obat yaitu menjamin
tersedianya obat dengan mutu yang terjamin, tersebar secara merata dan teratur,
sehingga mudah diperoleh pada tempat dan waktu yang tepat.
a. Perencanaan
Perencanaan adalah suatu proses kegiatan seleksi obat dan menentukan
jumlah obat dalam rangka pengadaan. Tujuan perencanaanadalah untuk
mendapatkan jenis dan jumlah obat yang tepat sesuai kebutuhan, menghindari
terjadinya kekosongan obat, meningkatkanpenggunaan obat secara rasional dan
sebagainya. Perencanaan dilakukan secara terpadu karena dana yang tersedia
berasal dari berbagai sumber yaitu APBN, APBD PROVINSI, dan APBD KOTA.
Perencanaan dimulai dari Puskesmas berdasarkan pada jumlah kebutuhan selama 1
tahun, tidak hanya dari daftar obat essensial nasional tetapi juga berdasarkan
rasionalisasi (kenyataan). Perencanaan menggunakan 2 metode :
1) Metode Konsumsi
2) Metode Epidemiologi
Seleksi dilakukan oleh Tim Perencanaan Obat Terpadu. Seleksi obatdilakukan
melalui :
1) Formularium Nasional
2) Daftar Obat Esensial Nasional
3) Daftar obat Program kesehatan
4) Obat Generik
b. Pengadaan
Pengadaan adalah suatu proses untuk pengadaan obat yang dibutuhkan.
Tujuannya yaitu tersedianya obat dengan jenis dan jumlah yang tepat dengan mutu
yang tinggi dan dapat diperoleh pada waktu yang tepat. Pengadaan obat
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam Peraturan Presiden
Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Barang/Jasa pemerintah yaitu
melalui pelelangan umum, pelelangan terbatas dan penunjukkan langsung.
Pengadaan obat dilakukan oleh PBF (Pedagang Besar Farmasi) berizin dan masih
berlaku, pengadaan dilakukan secara efisien dan efektif sesuai dengan kebutuhan
nyata dan ketersediaan anggaran, obat dan perbekalan kesehatan memenuhi kriteria
keamanan, mutu, khasiat, dan keabsahan serta telah mempunyai izin edar (nomor
registrasi). Mulai tahun 2013 pengadaan obat dilakukan dengan menggunakan e-
katalog.
c. Penerimaan dan pengecekkan
Penerimaan adalah suatu proses dalam menerima obat-obat daripemasok ke
Gudang Farmasi dalam rangka memenuhi pesanan atau permintaan obat dari yang
bersangkutan. Tujuannya supaya obat yang diterima baik jenis dan jumlahnya
sesuai dengan dokumen yang menyertainya. Penerimaan obat disesuaikan dengan
adanya dokumen yang jelas dan diperiksa kelengkapannya. Kelengkapan dokumen
meliputi dari pabrik mana, penandaan, waktu kadaluarsa, no. batch, bentuk sediaan
dan jumlah. Hal-hal yang harus diperhatikan saat penerimaan obat meliputi :
1) Nama obat
2) Kekuatan sediaan
3) Bentuk sediaan
4) Satuan kemasan
Jika obat tidak sesuai maka obat tidak diterima dan dikembalikan.
d. Distribusi
Distribusi adalah suatu rangkaian kegiatan dalam rangka pengeluarandan
pengiriman obat-obatan yang bermutu dari gudang secara merata dan teratur untuk
memenuhi pesanan atau permintaan unit-unit pelayanan kesehatan. Tujuannya
adalah terlaksananya penyebaran obat dan teratur dan dapat diperoleh pada saat
dibutuhkan serta terjaminnya mutu dan keabsahan obat serta ketepatan,
kerasionalan dan efisiensi penggunaan. Pendistribusian obat dilakukan dengan
sistem FIFO dan FEFO. Penyaluran obat, alat kesehatan dan reagensia dari instalasi
farmasi ke Puskesmas yang kemudian diteruskan ke puskesmas pembantu.
e. Penyimpanan
Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan memeliharadengan
cara menempatkan obat dan perbekalan kesehatan yang diterima pada tempat yang
dinilai aman dari pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak mutu obat dan
perbekalan kesehatan. Tujuan penyimpanan adalah untuk memelihara mutu obat,
menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab, menjaga kelangsungan
persediaan, serta memudahkanpencarian dan pengawasan. Adapun metode
penyimpanan berdasarkanpenggunaan sistem Alfabetis, bentuk sediaan, dan kelas
terapi, tingkat penggunaan (slow moving dan fast moving), indikasi penggunaan
(obat dalam, obat luar), sistem FIFO, FEFO agar mudah di akses, serta narkotika,
dan psikotropika sesuai ketentuan regulasi sesuai dengan PerMenkes No. 3 Tahun
2015 yaitu harus dibuat seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat, tidak
mudah dipindahkan, harus mempunyai dua kunci yang berbeda yang dipegang oleh
Apoteker penanggung jawab dan pegawai lain yang dikuasakan, harus disimpan di
ruangan khusus dimana lemari dibagi menjadi dua bagian, bagian pertama untuk
menyimpan morfin, pethidin dan garam garamnya serta persediaan narkotika,
bagian kedua dipergunakan untuk menyimpan narkotika lainya yang dipakai sehari-
hari.
f. Pencatatan dan pelaporan daftar obat.
Pencatatan dan pelaporan data obat merupakan rangkaian kegiatandalarn
rangka penatausahaan obat-obatan secara tertib, baik obat-obatan yang diterima,
disimpan, didistribusikan maupun yang digunakan di unit-unit pelayanan di
puskesmas dan rumah sakit. Tujuannya yaitu tersedianya data mengenai jenis dan
jumlah penerimaan, persediaan, pengeluaran dan penggunaan dan data mengenai
waktu dari seluruh rangkaian kegiatan mutasi obat. Jumlah item obat dicatat,
dilaporkan kemudian di evaluasi dan pada akhimya digunakan untuk perencanaan
yang akan datang.
g. Monitoring dan Evaluasi
Monitoring merupakan proses pengamatan secara terencana olehpetugas
pengelola obat Instalasi Farmasi terhadap petugas di Puskesmas. Monitoring
dilakukan pada seluruh kegiatan pengelolaan obat meliputi perencanaan,
penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pencatatan dan pelaporan. Langkah-
langkah monitoring :
a. Menyusun jadwal
b. Menyiapkan instrumen
c. Melakukan monitoring
d. Mengevaluasi hasil
Evaluasi adalah serangkaian kegiatan untuk mengetahui efektivitas dan
efisiensi pelaksanaan dan perencanaan serta mengukur penilaian obyektif
pencapaian hasil yang telah direncanakan sebelumnya atas seluruh rantai kegiatan
pengelolaan obat dan pemanfaatan sumber-sumber yang tersedia.
BAB III
TINJAUAN TEMPAT PRAKTEK KERJA
LAPANGAN PROFESI APOTEKER

A. Dinas Kesehatan Kota Surakarta


1. Profil Dinas Kesehatan Kota Surakarta
Visi
Terwujudnya masyarakat Surakarta yang sehat, mandiri, dan
berbudaya.
Misi
a. Mengoptimalkan pelayanan kesehatan yang paripurna.
b. Meningkatkan kualitas sumberdaya kesehatan.
c. Memantapkan sistem kewaspadaan dini penanggulangan penyakit
d. Memantapkan manajemen kesehatan yang efektif, efisien, dan
akuntabel.
e. Meningkatkan upaya promotif preventif untuk mewujudkan budaya
hidup bersih dan sehat serta kemandirian masyarakat.
f. Menggerakkan kemitraan dan peran serta masyarakat dibidang
kesehatan.
2. Struktur Organisasi
a. Kepala Dinas
b. Sektretariat
1) Sub Bagian Perencanaan evaluasi dan pelaporan
2) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
3) Sub Bagian Keuangan
c. Bidang Promosi Kesehatan Pemberdayaan Masyarakat dan Kemitraan
1) Seksi Promosi Kesehatan Reproduksi Remaja, Lanjut Usia dan UKS
2) Seksi Pemberdayaan Masyarakat dan Kemitraan
3) Seksi Informasi Manajemen Kesehatan

d. Bidang Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan


1) Seksi Pencegahan Penyakit dan Penanggulangan KLB
2) Seksi Pengendalian Penyakit
3) Seksi Penyehatan Lingkungan
e. Bidang Upaya Kesehatan
1) Seksi Sumber Daya Kesehatan
2) Seksi Kefarmasian Makanan Minuman dan Pembekalan Kesehatan
3) Seksi Akreditasi dan Registrasi
f. Bidang Bina Kesehatan dan Masyarakat
1) Seksi Kesehatan Ibu, Anak dan Keluarga Berencana
2) Seksi Perbaikan Gizi Masyarakat
3) Seksi Pelayanan Kesehatan
g. Kelompok Jabatan Fungsional
h. Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD)
3. Uraian Tugas Organisasi
a. Kepala Dinas Kesehatan
Dinas Kesehatan mempunyai fungsi :
1) Penyelenggaraan kesekretariatan dinas;
2) Penyusunan rencana program, pengendalian, evaluasi dan
pelaporan;
3) Penyelenggaraan promosi kesehatan;
4) Penyelenggaraan penyakit dan penyehatan lingkungan;
5) Penyelenggaraan upaya kesehatan;
6) Penyelenggaraan bina kesehatan;
7) Penyelenggaraan dan pembinaan teknis rumah sakit dan kesehatan
khusus;
8) Pengawasan dan pengendalian kefarmasian, makanan, minuman,
dan obat tradisional;
9) Penyelenggaraan registrasi, akreditasi dan ijin praktek;
10) Pencegahan dan pemberantasan penyakit;
11) Peningkatan kesehatan masyarakat dan lingkungan;
12) Peningkatan kesehatan ibu dan anak;
13) Pembinaan kesehatan remaja dan usia lanjut;
14) Penyelenggaraan sosialisasi;
15) Pembinaan jabatan fungsional;
16) Pengelolaan Unit Pelaksana Teknis (UPTD).
Kepala Dinas membawahi oleh:
1) Sekretariat
2) Bidang Promosi kesehatan
3) Bidang Promosi Kesehatan Pemberdayaan Masyarakat dan
Kemitraan
4) Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
5) Bidang Upaya Kesehatan
6) Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD)
7) Kelompok Jabatan Fungsional.
b. Sekretariat
Sekretariat mempunyai tugas melaksanakan penyiapan
perumusan kebijakan teknis, pembinaan, pengkoordinasian
penyelenggaraan tugas secara terpadu, pelayanan administrasi, dan
pelaksanaan di bidang perencanaan, evaluasi dan pelaporan, keuangan,
umum dan kepegawaian.
Sekretariat mempunyai fungsi:
a) Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan,
pengkoordinasian penyelenggaraan tugas secara terpadu, pelayanan
administrasi, dan pelaksanaan di bidang perencanaan, evaluasi dan
pelaporan.
b) Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan,
pengkoordinasian penyelenggaraan tugas secara terpadu, pelayanan
administrasi, dan pelaksanaan di bidang keuangan.
c) Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan,
pengkoordinasian penyelenggaraan tugas secara terpadu, pelayanan
administrasi, dan pelaksanaan di bidang umum dan kepegawaian.
d) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
Sekretariat, membawahi :
1) Sub Bagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan;
2) Sub Bagian Keuangan;
3) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian.
Masing-masing sub bagian dipimpin oleh seorang Kepala Sub
Bagian yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Sekretariat.
1) Sub Bagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan mempunyai tugas
melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis,
pembinaan, pengkoordinasian, penyelenggaraan tugas secara
terpadu, pelayanan administrasi, dan pelaksanaan di bidang
perencanaan, evaluasi dan pelaporan, meliputi : koordinasi
perencanaan, pemantauan, evaluasi dan pelaporan di lingkungan
Dinas.
2) Sub Bagian Keuangan, mempunyai tugas melakukan penyiapan
bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan, pengkoordinasian,
penyelenggaraan tugas secara terpadu, pelayanan administrasi, dan
pelaksanaan di bidang keuangan, meliputi : pengelolaan keuangan,
verifikasi, pembukuan dan akuntasi di lingkungan Dinas.
3) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian, mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan,
pengkoordinasian, penyelenggaraan tugas secara terpadu, pelayanan
administrasi, dan pelaksanaan di bidang umum dan kepegawaian,
meliputi : pengelolaan administrasi kepegawaian, hokum, humas,
organisasi dan tatalaksana, ketatausahaan, rumah tangga dan
perlengkapan di lingkungan Dinas.
c. Bidang Promosi kesehatan Pemberdayaan Masyarakat dan Kemitraan
Bidang Promosi Kesehatan Pemberdayaan Masyarakat dan
Kemitraanmempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan
kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang pemberdayaan
masyarakat dan kemitraan, manajemen informasi kesehatan, dan
pengembangan promosi kesehatan.
Bidang Promosi Kesehatan Pemberdayaan Masyarakat dan
Kemitraanmempunyai fungsi :
1) Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan
pelaksanaan di bidang pemberdayaan masyarakat dan kemitraan;
2) Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan
pelaksanaan di bidang manajemen informasi kesehatan;
3) Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan
pelaksanaan di bidang pengembangan promosi kesehatan;
4) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
Bidang Promosi Kesehatan Pemberdayaan Masyarakat dan
Kemitraan terdiri dari :
1) Seksi Promosi Kesehatan, Reproduksi Remaja, Lanjut Usia dan
UKS
2) Seksi Pemberdayaan Masyarakat dan Kemitraan
3) Seksi Sistem Manajemen Informasi Kesehatan
Seksi masing-masing dipimpin oleh seorang Kepala Seksi, yang
berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Promosi
Kesehatan Pemberdayaan Masyarakat dan Kemitraan.
1) Seksi Promosi Kesehatan, Reproduksi Remaja, Lanjut Usia dan
UKSmempunyai tugas yaitu melakukan penyiapan bahan
perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang
pengembangan promosi kesehatan, meliputi pemberian fasilitas dan
mengembangkan kegiatan advokasi, promosi kesehatan reproduksi
remaja lanjut usia dan UKS demi terwujudnya perilaku hidup bersih
dan sehat di masyarakat.
2) Seksi Pemberdayaan Masyarakat dan Kemitraan mempunyai tugas
yaitu melakukan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan
pelaksanaan dibidang pemberdayaan masyarakat dan kemitraan,
meliputi : menggerakkan peningkatan peran serta masyarakat,
organisasi sosial, organisasi profesi, institusi pendidikan dan dunia
usaha serta memacu tumbuhnya upaya kesehatan bersumber daya
masyarakat.
3) Seksi Sistem Manajemen Informasi Kesehatan mempunyai tugas
yaitu melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis,
pembinaan dan pelaksanaan dibidang manajemen informasi
kesehatan meliputi : pengembangan sistem informasi kesehatan dan
kehumasan.
d. Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan
teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang pencegahan penyakit dan
penanggulangan KLB, pengendalian penyakit, dan penyehatan
lingkungan.
Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
mempunyai fungsi :
1) Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan
pelaksanaan di bidang pencegahan penyakit dan penanggulangan
KLB;
2) Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan
pelaksanaan di bidang pengendalian penyakit;
3) Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan
pelaksanaan di bidang Penyehatan Lingkungan;
4) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan,
membawahkan :
1) Seksi Pencegahan Penyakit dan Penanggulangan Kejadian Luar
Biasa
2) Seksi Pengendalian Penyakit
3) Seksi Penyehatan Lingkungan
Seksi masing-masing dipimpin oleh seorang Kepala Seksi, yang
berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.
1) Seksi Pencegahan Penyakit dan Penanggulangan Kejadian Luar
Biasa, mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan
kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang pencegahan
penyakit dan penanggulangan kejadian luar biasa, meliputi :
penyelenggaranaan survailans epidemiologi penyakit menular dan
tidak menular, penyelidikan epidemiologi kejadian luar biasa.
2) Seksi Pengendalian Penyakit, mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan
pelaksanaan di bidang pengendalian penyakit, meliputi :
penyelenggaraan upaya pengendalian penyakit menular, upaya
pencegahan dan penanggulangan penyakit tidak menular.
3) Seksi Penyehatan Lingkungan, mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan
pelaksanaan di bidang penyehatan lingkungan, meliputu :
penyelenggaraan pembinaan, pengawasan, penyehatan lingkungan
pemukiman, tempat-tempat umum, industry, penyehatan tempat
pengolahan makanan minuman, tempat-tempat pengolahan pestisida
dan pengawasan kualitas air minum dan air bersih.
e. Bidang Upaya Kesehatan
Bidang Upaya Kesehatan mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan
pelaksanaan di bidang pelayanan kesehatan, kefarmasian, makanan,
minuman dan perbekalan kesehatan, dan akreditasi dan registrasi.
Bidang Upaya Kesehatan mempunyai fungsi :
1) Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan
pelaksanaan di bidang pelayanan kesehatan
2) Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan
pelaksanaan di bidang kefarmasian, makanan, minimun dan
perbekalan kesehatan;
3) Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan
pelaksanaan di bidang akreditasi dan registrasi;
4) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
Bidang Upaya Kesehatan terdiri dari :
1) Seksi Sumberdaya Kesehatan
2) Seksi Kefarmasian, Makanan, Minuman dan Perbekalan Kesehatan;
3) Seksi Akreditasi dan Registrasi.
Seksi masing-masing dipimpin oleh seorang Kepala Seksi, yang
berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Upaya
Kesehatan.
1) Seksi Sumberdaya Kesehatan mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis meliputi
penyelenggaraan pembinaan, pengawasan, pengembangan sarana /
fasilitas pelayanan kesehatan dasar dan rujukan, penunjang medik
dan medik spesifik, mengembangkan dan memantapkan pelayanan
penanggulangan kegawatdaruratan kesehatan.
2) Seksi Kefarmasian, makanan, Minuman Dan Perbekalan Kesehatan,
mempuntai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan
teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang farmasi, makanan,
minuman dan perbekalan kesehatan.
3) Seksi Akreditasi dan Registrasi, mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan
pelaksanaan di bidang akreditasi dan registrasi, meliputu :
pelaksanaan proses penerbitan dan penertiban perijinan, kelayakan,
pengawasan dan akreditasi terhadap upaya penyelenggaraan sarana
pelayanan kesehatan (medik dan penunjang medik) dan tenaga
kesehatan, usaha farmasi, industri rumah tangga pangan dan usaha
lain di bidang kesehatan serta pemberian rekomendasi perijinan
rumah sakit.
f. Bidang Bina Kesehatan Masyarakat
Bidang Bina Kesehatan Masyarakat mempunyai tugas
melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan
dan pelaksanaan di bidang kesehatan ibu, anak dan keluarga berencana,
perbaikan gizi masyarakat, dan kesehatan remaja dan lansia.
Bidang Bina Kesehatan Masyarakat mempunyai fungsi :
1) Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan
pelaksanaan di bidang kesehatan ibu, anak dan KB
2) Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan
pelaksanaan di bidang perbaikan gizi masyarakat
3) Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan
pelaksanaan di bidang kesehatan remaja dan lansia
4) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepal Dinas sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
Bidang Bina Kesehatan Masyarakat terdiri dari :
1) Seksi Kesehatan Ibu, Anak dan KB
2) Seksi Perbaikan Gizi masyarakat
3) Seksi Pelayanan Kesehatan
Seksi masing-masing dipimpin oleh seorang Kepala Seksi, yang
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepal Bidang Bina
Kesehatan Masyarakat.
1) Seksi Kesehatan Ibu, Anak dan KB, mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan
pelaksanaan di bidang kesehatan ibu, anak dan KB, meliputi :
penyelenggaraan pembinaan, bimbingan dan pengendalian upaya
pelayanan kesehatan ibu, anak dan keluarga berencana.
2) Seksi Perbaikan Gizi Masyarakat, mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan
pelaksanaan di bidang perbaikan gizi masyarakat, meliputu :
penyelenggaraan upaya perbaikan gizi keluarga, masyarakat dan
institusi.
3) Seksi Pelayanan Kesehatan mempunyai tugas melakukan pelayanan
kesehatan terhadap pihak – pihak terkait.
g. Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD)
Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) terdiri dari :
1) Kepala UPTD Puskesmas
Kepala UPTD Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan
pengelolaan pusat kesehatan masyarakat sesuai dengan kebijakan
teknis yang ditetapkan oleh Kepala Dinas. Uraian tugas yang
dimaksud di atas adalah sebagai berikut :
a) Membuat program kerja UPTD Puskesmas sesuai dengan
program kerja Dinas Kesehatan dan skala prioritas sebagai dasar
pelaksanaan tugas
b) Membagi tugas kepada bawahan sesuai bidang tugas agar
tercipta pemerataan tugas
c) Memberi petunjuk dan arahan hepada bawahan guna kejelasan
pelaksanaan tugas
d) Mengawasi pelaksanaan tugas bawahan agar tidak terjadi
penyimpangan
e) Memeriksa hasil kerja bawahan tmtuk mengetahui kesulitan dan
hambatan serta memberikan jalan keluarnya
f) Menilai hasil kerja bawahan secara periodik guna bahan
peningkatan kinerja
2) Kepala Unit Pelaksanaan Teknis Dinas (UPTD) Instalasi Farmasi
Kepala Instalasi Farmasi mempunyai tugas melaksanakan
pengelolaan instalasi farmasi sesuai dengan kebijakan teknis yang
ditetapkan oleh Kepala Dinas. Uraian tugas yang dimaksud di atas
adalah sebagai berikut:
a) Membuat program UPTP Instalasi Farmasi sesuai dengan
program kerja Dinas Kesehatan dan skala prioritas guna dasar
pelaksanaan tugas
b) Membagi tugas kepada bawahan sesuai bidang tugas agar
tercipta pemerataan tugas
c) Memberi petunjuk dan arahan kepada bawahan guna kejelasan
pelaksanaan tugas
d) Mengawasi pelaksanaan tugas bawahan agar tidak terjadi
penyimpangan
e) Memeriksa hasil kerja bawahan untuk mengetahui kesulitan dan
hambatan serta memberikan jalan keluarnya
f) Menilai hasil kerja bawahan secara periodik guna bahan
peningkatan kinerja
g) Melaksanakan pembinaan kefarmasian
h) Menerima menyimpan, memelihara dan mendistribusikan obat,
alat kesehatan dan perbekalan kefarmasian
i) Melaksanakan pencatatan dan pelaporan mengenai ketersediaan
dan penggunaan obat, alat kesehatan dan perbekalan kesehatan
j) Melaksanakan pengamatan, pengawasan dan pemeriksaan
terhadap mutu obat, alat kesehatan dan perbekalan farmasi
sesuai dengan standar yang telah diterapkan.
k) Mengadakan monitoring dan evaluasi terhadap ketersediaan
penggunaan obat, alat kesehatan dan perbekalan.
l) Melaksanakan penghapusan obat yang kadaluarsa dan
pemusnahan alat kesehatan yang usdah tidak memenuhi standart
ketentuan peraturan perundangan yang berlaku.
m) Menginventarisasi permasalahan – permasalahan guna
menyiapkan bahan petunjuk pemecahan masalah
n) Menyelenggarakan tata tertib administrasi serta membuat
laporan berkala dan tahunan
o) Melaksanakan koordinasi dengan instalasi terkait guna
kelancaran pelaksanaan tugas
p) Memberikan usul dan saran kepada atasan dalam rangka
kelancaran pelaksanaan tugas
q) Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada atasan
r) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan
3) Kepala Unit Pelaksanaan Teknis Dinas (UPTD) Laboratorium
Kesehatan
Kepala UPTD Laboratorium Kesehatan mempunyai tugas
melaksanakan pengelolaan laboratorium kesehatan sesuai dengan
kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Kepala Dinas. Uraian tugas
yang dimaksud di atas adalah sebagai berikut :
a) Membuat program kerja UPTD Laboratorium Kesehatan sesuai
dengan program kerja Dinas Kesehatan dan skala prioritas
sebagai dasar pelaksanaan tugas
b) Membagi tugas kepada bawahan sesuai bidang tugas agar
tercipta pe- merataan tugas
c) Memberi petunjuk dan arahan kepada bawahan guna kejelasan
pelaksanaan tugas.
d) Mengawasi pelaksanaan tugas bawahan agar tidak terjadi
penyimpangan
e) Memeriksa hasil kerja bawahan untuk mengetahui kesulitan dan
hambatan serta memberikan jalan keluarnya
f) Menilai hasil kerja bawahan secara periodik guna bahan
peningkatan kinerja
g) Merencanakan dan melaksanakan perencanaan kegiatan
laboratorium
h) Melaksanakan kegiatan klinis dan non klinis yang berkaitan
dengan kesehatan lingkungan yang diminta oleh masyarakat.
i) Melaksanakan pencatatan dan pelaporan mengenai jumlah
pasien, ketersediaan dan penggunaan reagensia klinis dan non
klinis peralatan laboratorium.
j) Melaksanakan pengamatan, pengawasan dan pemeriksaan mutu
pelayanan pelayanan reagensia dan peralatan laboratorium klinis
dan non klinis serta sarana prasarana sesuai dengan standar.
k) Memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan pemeriksaan pasien,
ketersediaan bahan dan alat laboratorium, penggunaan peralatan
dan sarana serta prasarana laboratorium.
l) Menginventarisasi permasalahan- permasalahan guna
menyiapkan bahan petunjuk pemecahan masalah.
m) Menyelenggarakan tertib administrasi serta membuat laporan
tahunan
n) Melaksanakan kordinasi guna melaksanakan kelancaran tugas.
o) Memberikan saran dan usul kepada atasan.
p) Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada atasan.
q) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan.
4) UPTD PKMS
Kepala UPTD PKMS mempunyai tugas melaksanakan
pengelolaan sesuai dengan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh
Kepala Dinas. Uraian tugas yang dimaksud adalah :
a) Membuat program UPTD PKMS sesuai program kerja dinas
kesehatan dan skala prioritas sebagai dasar pelaksanaan tugas.
b) Membagi tugas kepada bawahan sesuai bidang tugas agar
tercipta pemerataan tugas
c) Memberi petunjuk dan arahan kepada bawahan guna kejelasan
pelaksanaan tugas
d) Mengawasi pelaksanaan tugas bawahan agar tidak terjadi
penyimpangan.
e) Memeriksa hasil kerja bawahan untuk mengetahui kesulitan dan
hambatan serta memberikan jalan keluar
f) Menilai hasil kerja bawahan secara periodik.
g) Melaksanakan pembinaan, pelayanan kesehatan dan
pengobatan, perawatan laboratorium klinis dan ketatausahaan
sebagai pedoman pelaksanaan tugas.
h) Melaksanakan pelayanan kesehatan dan pengobatan umum
keperawatan, laboratorium klinis dan ketatausahaan
i) Melaksanakan pemeriksaan klinis dan non klinis yang berkaitan
dengan kesehatan masyarakat.
j) Melaksanakan pencatatan dan pelaporan mengenai jumlah
pasien, ketersediaan dan penggunaan obat.
k) Melaksanakan pengamatan, pengawasan dan pemeriksaan
terhadap mutu pelayanan kesehatan dan pengobatan,
keperawatan, obat dan reagensia, peralatan kesehatan dan
peralatan laboratorium klinis, serta sarana prasarana sesuai
dengan standar baku mutu yang diterapkan.
l) Melaksanakan rujukan kesehatan
m) Menginventarisasi permasalahan – permasalahan guna
menyiapkan bahan petunjuk pemecahan masalah.
n) Menyelenggarakan administrasi kerja dan membuat laporan
berkala
o) Melaksanakan koordinasi dengan instasi terkait guna kelancaran
pelaksanaan tugas
p) Memberikan usul dan saran kepada atasan dalam rangka
kelancaran pelaksanaan tugas.
q) Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada atasan sebagai
pertanggunjawaban pelaksanaan tugas.
5) Kelompok Jabatan Fungsional
Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas sesuai
dengan Jabatan Fungsional masing-masing berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Kelompok Jabatan Fungsional
di lingkungan Dinas terdiri dari: Dokter, Dokter Gigi, Apoteker,
Perawat, Asisten Apoteker, Sanitarian, Administrator, Perawat Gizi
dan Nutrisionis, Bidan. Uraian Tugas Kelompok Jabatan Fungsional
mengikuti pedoman uraian tugas sesuai ketentuan peraturan
perundangan yang berlaku.
4. Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Kesehatan Kota Surakarta
Dinas Kesehatan Kota Surakarta mempunyai tujuan yang akan dicapai,
yaitu :
a. Meningkatkan derajat kesehatan ibu, anak, remaja dan lansia.
b. Menurunkan angka kesakitan dan angka kematian, penyakit menular dan
penyakit tidak menular.
c. Meningkatkan pengawasan dan pembinaan kesehatan lingkungan.
d. Meningkatkan status gizi masyarakat.
e. Tersedianya sumber daya kesehatan yang berkualitas untuk mewujudkan
pelayanan sesuai standar.
f. Meningkatkan kemandirian masyarakat di bidang kesehatan.
g. Meningkatkan budaya hidup bersih dan sehat.
h. Meningkatnya kemitraan dan peran serta masyarakat di bidang kesehatan.
i. Berkembangnya sistem informasi kesehatan yang efektif.
j. Optimalnya fungsi regulasi Dinas Kesehatan.
Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut Dinas Kesehatan
menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:
a. Penyelenggaran kesekretariatan dinas;
b. Penyusunan rencana program, pengendalian, evaluasi dan pelaporan;
c. Penyelenggaraan promosi kesehatan dan pemberdayaan;
d. Penyelenggaraan kesehatan keluarga dan gizi;
e. Penyelenggaraan kesehatan lingkungan;
f. Pencegahan dan pengendalian penyakit menular;
g. Pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular;
h. Penyelenggaraan surveilans dan kejadian luar biasa (KLB);
i. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan dasar;
j. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan rujukan;
k. Penyelenggaraan peningkatan mutu pelayanan kesehatan dan fasilitas
pelayanan kesehatan;
l. Perencanaan, pendayagunaan, dan pengembangan sumber daya manusia
kesehatan;
m. Pengawasan dan pengendalian kefarmasian, makanan, minuman, obat
tradisional serta perbekalan kesehatan;
n. Penyelenggaraan sistem informasi manajemen kesehatan;
o. Penyelenggaraan sosialisasi;
p. Pembinaan jabatan fungsional; dan
q. Pengelolaan UPT.
5. Unit Pelaksana Teknis Dinas di Kota Surakarta terdiri dari :
a. 17 Puskesmas
b. 1 Instalasi Farmasi
c. 1 Labkes
d. 1 PKMS
6. Daftar Nama Puskesmas di Wilayah Kota Surakarta
a. Puskesmas Pajang
b. Puskesmas Penumping
c. Puskesmas Purwosari
d. Puskesmas Jayengan
e. Puskesmas Kratonan
f. Puskesmas Gajahan
g. Puskesmas Sangkrah
h. Puskesmas Purwodiningratan
i. Puskesmas Ngoresan
j. Puskesmas Pucangsawit
k. Puskesmas Sibela
l. Puskesmas Gilingan
m. Puskesmas Setabelan
n. Puskesmas Nusukan
o. Puskesmas Manahan
p. Puskesmas Banyuanyar
q. Puskesmas Gambirsari

B. Puskesmas Jayengan
11. Gambaran Umum Puskesmas Jayengan
Puskesmas Jayengan berdiri tahun 1975 di Wilayah Kecamatan Serengan
dengan 7 wilayah binaan kelurahan (Kemlayan, Jayengan, Kratonan, Tipes,
Serengan, Danusuman dan Joyotakan), karena berkembangnya penduduk maka
Tahun 1980 an di wilayah Kecamatan serengan ada dua Puskesmas Induk yaitu
Puskesmas Jayengan dengan wilayah binaan Kelurahan (Kemlayan, Jayengan,
Tipes, & Serengan) dan Puskesmas Kratonan dengan wilayah binaan Kelurahan
(Kratonan, Danusuman dan Joyotakan)
Di Puskesmas Jayengan telah mengalami pergantian kepemimpinan
kepala Puskesmas sampai dengan tahun 2018 sebanyak 8 kali yaitu: dr. Syarif
Sudirman, Sp., dr. Sri Rahayu,MM, dr.Titiek Kadarsih, dr.Kustiyah (menjabat
tahun 1998 sampai dengan Nopember 2000), dr.Dwi Martyastuti (menjabat
Desember 2000 sampai dengan Desember 2008)dan terakhir dr.Umi Kalsum
(menjabat Januari 2009 sampai dengan Oktober 2010), dr. Suci Wuryanti,
(Menjabat Januari 2011 sampai dengan Februari 2018) dan drg. Liliana Subagio
(Maret 2018 s.d sekarang)
12. Visi dan Misi Puskesmas Jayengan
a. Visi
Terwujudnya pelayanan prima dan kemandirian masyarakat dibidang
kesehatan.
b. Misi
 Meningkatkan mutu pelayanan secara berkesinambungan.
 Meningkatkan promosi kesehatan di masyarakat.
 Mendorong kemandirian dan kesadaran masyarakat ber PHBS.
 Meningkatkan kompetensi SDM yang profesional.
 Memelihara dan menjaga hubungan kerjasama lintas sektoral.
 Menjalin dan menjaga kemitraan dengan pihak swasta.
 Mengadakan dan menjaga sarana dan prasarana kesehatan.
13. Program UPT Puskesmas Jayengan di masyarakat
No Jenis Jumlah Jumlah Dilatih Jumlah Aktif
1 Posyandu Balita 33 270 Kader 262 97%
2 Posyandu Lansia 17 161 Kader 161 100%
3 Kelurahan Siaga 4 50 Kader 50 100%
4 KP Ibu 4 8 Motivator 16 200%
5 Posbindu 2 40 Kader 30 75%
6 PHBS 186 Kader

14. Karyawan di puskesmas Jayengan


No Jenis Kegiatan Jumlah Butuh Kurang Status
1 Dokter Umum 2 2 0 PNS
2 Dokter Gigi 1 1 - PNS
3 Ka Subag. TU 1 1 - PNS
4 Sarjana S1 PNS
a. SKM - 1 1 PNS
5 Paramedis
a. Bidan 5 5 - PNS
b. Perawat 5 5 - PNS
c. Perawat Gigi 1 2 1 PNS
d. Sanitarian 1 1 -
e. Gizi 1 1 - PNS
f. Laborat 1 1 - PNS
g. Apoteker - 1 1 PNS
h. Asisten Apoteker 3 3 - PNS
6 Staf : 8 8 0 PNS
7 Promkes 1 1 0 Outsourching
8 Administrasi 1 1 0 Outsourching
Keuangan
9 PKPK 1 - - BLUD
10 Driver 1 1 0 Outsourching
11 Cleaning Service 1 1 0 Outsourching
JUMLAH 34 37 4
15. Pelayanan Kesehatan Puskesmas Jayengan
Puskesmas merupakan pusat kesehatan kesehatan strata pertama yang
bertanggungjawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara
menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Pelayanan kesehatan yang dilakukan
oleh Puskesmas Jayengan meliputi :
a. Pelayanan kesehatan perorangan (private goods) adalah pelayanan kesehatan
yang bersifat pribadi, dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit serta
memulihkan kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan pemeliharaan
kesehatan dan pencegahan penyakit. Pelayanan kesehatan perorangan
mencakup rawat jalan.
b. Pelayanan kesehatan masyarakat (public goods) adalah pelayanan bersifat
publik dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan
masyarakat, mencegah penyakit tanpa mengabaikan upaya penyembuhan dan
pemulihan kesehatan. Contoh pelayanan publik yang telah dilakukan
puskesmas jayengan dibedakan antara pelayanan kesehatan essensial dan
pengembangan. Adapun jenis pelayanan essensial antara lain:
1) Promosi Kesehatan Promosi kesehatan yang dilakukan dengan tujuan
merubah perilaku individu, kelompok dan masyarakat dalam membina dan
memelihara perilaku dan lingkungan sehat, serta berperan aktif dalam upaya
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Promosi kesehatan dilakukan
di tiap posyandu yang telah ditetapkan jadwalnya.
2) Upaya Kesehatan Ibu dan anak (KIA), Imunisasi dan Keluarga Berencana
(KB)
a) KIA
Merupakan upaya di bidang kesehatan yang menyangkut
pemeliharaan dan pelayanan ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan balita
dengan ruang lingkup : Prosedur ini mencakup penerimaan pasien,
anamnese, pemeriksaan, menegakan diagnosa, penyuluhan, tindakan,
memberikan resep sampai dengan memberikan rujukan ke pelayanan
terkait (rujukan internal) atau rujukan ke rumah sakit (rujukan
eksternal). Antenatal care adalah suatu program yang terencana berupa
observasi , edukasi dan penanganan medik oleh tenaga profesional untuk
ibu hamil selama masa kehamilan sesuai dengan standar pelayanan
antenatal. Tujuan Umum : Melaksanakan dan memberikan pelayanan
kehamilan guna meningkatkan dan memelihara kesehatan ibu hamil
sesuai dengan kebutuhan sehingga dapat merawat kehamilan dengan
baik dan melahirkan bayi sehat. Kegiatan yang dilakukan KIA, usaha
yang ditujukan pada ibu Kesehatan ibu hamil perlu diperhatikan dengan
tujuan supaya dapat memantau kesehatan ibu hamil dan kenormalan
janin yang dikandungnya. Sehingga pada saat melahirkan bayi dalam
keadaan yang sehat dan selamat.
b) Imunisasi
Tujuan : Untuk memberikan pelayanan imunisasi yang
berkualitas agar dapat meningkatkan derajat kesehatan bayi dengan cara
mencegah PD3I (penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi) dan
dapat mengurangi kejadian KIPI. Ruang lingkup : Prosedur pelayanan
imunisasi ini mencakup penerimaan pasien, melakukan anamnese,
pemeriksaan fisik, menegakkan diagnosa, pemberian resep, penyuluhan
dan bila diperlukan memberikan rujukan.
No Jenis Vaksin Pemberian Interval Umur Keterangan
Imunisasi (bulan)
1 BCG 1x 0 Mencegah
TBC
2 Polio 4x 1 bulan 0-6 Mencegah
Polio
3 Pentabio 3x 1 bulan 2-6 Mencegah
(DPT, Hb, difteri,
Hib) pertusi,
tetanus,
meningitis
4 Campak 1x 9-12 Mencegah
campak
5 TT 2x 1 bulan WUS bln T5 Mencegah
tetanus,
menotarium
6 HbO 1x 0-7 hari Mencegah
hepatitis

c) Keluarga Berencana
Tujuan : Menjamin kualitas pelayanan keluarga berencana (KB)
dan dapat memenuhi standar yang telah ditentukan. Ruang lingkup :
Prosedur ini mencakup penerimaan pasien, anamnese, pemeriksaan,
konseling, tindakan pemberian kontrasepsi sesuai yang di inginkan
pasien dan memenuhi persyaratan, dan memberikan rujukan ke
pelayanan terkait.
Kegiatan Keluarga Berencana meliputi :
 Mengadakan kursus keluarga berencana untuk para ibu dan calon
ibu yang mengunjungi KIA.
 Mengadakan pembicaraan – pembicaraan tentang KB kapan saja ada
kesempatan, baik di Puskesmas maupun sewaktu mengadakan
kunjungan rumah.
 Memasang IUD, cara – cara penggunaan pil KB, kondom dan cara
– cara lain dengan memberi sarananya.
 Melanjutkan dan mengamati mereka yang menggunakan sarana
pencegahan kehamilan.
16. Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Puskesmas Jayengan
a. Perencanaan Kebutuhan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
1) Perencanaan
Perencanaan obat di Puskesmas Jayengan dilakukan setiap satu tahun
sekali, dengan metode konsumsi berdasarkan pemakaian obat tahun
sebelumnya.
Adapun rumus perencanaan obat yang digunakan di Puskesmas
Jayengan adalah:
Perencanaan (tahun) = Stok Optimum – Sisa Stok
SO = SK + SWT + SWK + BS
Keterangan :
SK = Stok Kerja ( Stok pemakaian obat)
SWT = Stok waktu tunggu (50% x SK)
SWK = Stok waktu kosong
BS = Buffer Stok (50% x SK)
2) Pengadaan
Puskesmas mengirimkan LPLPO ke instalasi farmasi paling
lambat tanggal 5 setiap bulan. LPLPO dikirim dalam bentuk soft file
dan print out dengan lembar pengesahan sebanyak 3 lembar yang telah
ditandatangani oleh Kepala Puskesmas. Instalasi farmasi
mengalokasikan pemberian perbekalan farmasi ke puskesmas.
Instalasi Farmasi menyiapkan perbekalan farmasi sesuai jenis dan
jumlah yang dialokasikan untuk puskesmas. Petugas pengelola obat
puskesmas mengambil perbekalan farmasi ke Instalasi Farmasi Kota
Surakarta.
Permintaan (bulan) = Stok Optimum – Sisa Stok
SO = SK + SWT + SWK + BS
Keterangan :
SK = Stok Kerja ( Stok pemakaian obat)
SWT = Stok waktu tunggu
SWK = Stok waktu kosong
BS = Buffer Stok
Puskesmas diberikan keleluasaan untuk mengadakan pembelian
langsung perbekalan kesehatan yang tidak bisa dipenuhi oleh Instalasi
Farmasi ke PBF. Sumber dana yang digunakan adalah berasal dari
BLUD. Adapun pengadaan sendiri ini harus memiliki persetujuan dari
Instalasi Farmasi. Pada pengadaan sendiri ini juga dilakukan proses
seleksi yang dilihat berdasarkan kelengkapan administrasi yang
dimiliki PBF, harga, serta kecepatan dan ketepatan pengiriman
barang.
3) Perencanaan Tahunan
Perencanaan Tahunan ini dilakukan setiap awal tahun untuk
menetukan kebutuhan obat dalam satu setengah tahun ke depan,
sehingga diperlukan data pelaporan obat tahun lalu. Data yang
digunakan untuk Perencanaan Pengadaan Obat Tahunan adalah
sebagai berikut:
a) Stok Awal, data stok awal didapatkan dari stok akhir tahun lalu.
b) Penerimaan, data penerimaan didapatkan dari penerimaan dari
Instalasi Farmasi selama satu tahun mulai dari bulanJanuari
hingga bulan Mei.
c) Pemakaian, data pemakaian didapatkan dari Data pemakaian obat
selama satu tahun yang dapat dilihat di Simpus pada data
rekapitulasi obat total, kemudian dirata-rata pemakaian setiap
bulannya.
d) Perencanaan ditetapkan oleh Pemerintah Kota Surakarta bahwa
Stok Buffer (Penyangga) yang digunakan adalah untuk 1,5 tahun
ke depan (18 bulan).
e) Permintaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai.
Permintaan dilakukan sesuai dengan metode konsumsi dan
epidemiologi. Permintaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
diajukan menggunakan LPLPO untuk permintaan berkala setiap satu
bulan sekali, selain itu permintaan dapat dilakukan di luar jadwal
perencanaan bulanan menggunakan lembar permintaan tambahan.
Lembar Permintaan Tambahan adalah formulir yang digunakan
untuk melakukan permintaan tambahan obat di luar LPLPO.
Permintaan tambahan diperbolehkan apabila stok obat diawal bulan
diperkirakan mencukupi kebutuhan obat selama satu bulan, namun
pada pelaksanaannya terjadi stok kosong/ kehabisan stok karena
terjadi Kejadiaan Luar Biasa (KLB) sehingga stock awal tidak
mencukupi kebutuhan obat. Permintaan Tambahan ditandatangani
oleh Kepala Puskesmas kemudiaan diajukan kepada Dinas Kesehatan
Kabupaten/ Kota, setelah disetujui oleh Dinas Kesehatan akan
dikembalikan ke Puskesmas yang mengajukan untuk dilakukan
pengadaan dari Instalasi Farmasi.
17. Penerimaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
Petugas penerimaan wajib melakukan pengecekan terhadap obat dan Bahan
Medis Habis Pakai yang diserahkan, mencakup jumlah kemasan/peti, jenis dan
jumlah obat, bentuk obat sesuai dengan isi dokumen (LPLPO), ditandatangani oleh
petugas penerima, dan diketahui oleh kepala Puskesmas. Bila tidak sesuai, maka
petugas penerima dapat mengkonfirmasikan ke Instalasi Farmasi.
18. Penyimpanan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
Penyimpanan obat dan Bahan Medis Habis Pakai dengan mempertimbangkan
bentuk dan jenis sediaan, stabilitas (suhu, cahaya, kelembaban), mudah atau
tidaknya meledak/terbakar. Untuk narkotika dan psikotropika disimpan dalam
lemari khusus dengan 2 kunci yang berbeda. Untuk obat-obat yang tidak stabil oleh
suhu disimpan dalam lemari pendingin.
Setiap item obat dan Bahan Medis Habis Pakai memiliki kartu stok masing-
masing yang diletakkan berdekatan dengan masing-masing item untuk
memudahkan pengecekan dan pelaporan obat dan Bahan Medis Habis Pakai.
Ruang penyimpanan obat dan Bahan Medis Habis Pakai memiliki suhu 15 oC
o
-25 C yang dikondisikan dengan pemasangan AC untuk menjaga suhu
penyimpanan dan terdapat lembar CheckList untuk melakukan pemantauan suhu
ruang penyimpanan.
19. Pendistribusian Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
Sub-sub unit di Puskesmas JAYENGAN:
a. Sub unit pelayanan kesehatan di dalam lingkungan Puskesmas;
b. Puskesmas Pembantu;
c. Puskesmas Keliling;
Pendistribusian ke sub unit dilakukan dengan cara pemberian obat sesuai
yang diterima (floorstock), sedangkan pendistribusian ke jaringan Puskesmas
dilakukan dengan cara penyerahan obat sesuai dengan kebutuhan (floorstock).
20. Pencatatan dan Pelaporan Obat
Laporan pemakaian obat di Puskesmas meliputi laporan bulanan dan tahunan.
Pelaporan pengelolaan obat di Puskesmas bertujuan agar tercapainya persediaan
yang rasional dan untuk pengembangan serta peningkatan pelayanan obat. Dimana
agar tertib administrasi dalam pengelolaaan obat, tersedianya data yang akurat dan
tepat waktu, tersedianya data untuk melakukan pengaturan dan pengendalian oleh
unit yang lebih tinggi. Evaluasi dilakukan agar bisa lebih baik dengan tahun
sebelumnya.
Menurut PERMENKES nomor 3 tahun 2015, pelaporan narkotika dan
LPLPO dibuat tiap bulan dan laporan psikotropika dibuat tiap bulan. Pelaporannya
berupa formulir Laporan Pemakaian Lembar Permintaan Obat (LPLPO). LPLPO
dibuat oleh puskesmas, dilaporkan ke Instalasi Farmasi Kota (IFK). Pelaporan ada
3 jenis antara lain :
- Laporan narkotik dibuat tiap bulan
- LPLPO juga setiap bulannya
- Laporan psikotropika setiap bulan
21. Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas Jayengan
a. Penyediaan dan Penggunaan Obat
Penyediaan dan penggunaan obat merukan kegiatan yang dilakukan dalam
rangka memenuhi kebutuhan obat yang meliputi aspek teknis dan non teknis
mulai dari perencanaan , permintaan, penerimaan, penyimpanan, distribusi,
pelayanan, pengendalian obat, pencatatan dan pelaporan.
Prosedur penyediaan dan penggunaan obat tercantum dilampiran
b. Pelayanan Resep
Prosedur :
1) Petugas farmasi menerima resep dari pasien
2) Petugas farmasi melalukan pemeriksaan resep perihal (1) nama, umur,
dan berat badan, (2) nama obat, bentuk sediaan, dan dosis obat, (3) cara
pemakaian dan aturan pemberian obat
3) Petugas farmasi memeriksa ketersediaan obat, menghubungi penulis
resep apabila obat tidak tersedia, mempersiapkan etiket.
4) Petugas farmasi menyiapkan obat
5) Untuk obat racikan petugas farmasi melakukan peracikan, pembagian
secara visual dan pengemasan obat sesuai resep
6) Untuk sediaan sirup kering petugas farmasi merekonstitusi dengan
menambahkan aqua sesuai volume yang diperlukan dan mengocok
sediaan sampai homogen
7) Petugas farmasi mengemas obat menggunakan wadah yang sesuai dan
memasukan etiket pada masing-masing obat.
c. Pemesanan Obat
Prosedur :
1) Petugas farmasi puskesmas menyusun laporan pemakaian obat setiap
bulan serta mengajukan permintaan perbekalan farmasi dengan rumus :
(( 2 × pemakaian ) – sisa stok), dengan form LPLPO
2) Petugas Farmasi mengirimkan LPLPO ke Instalasi Farmasi paling
lambat tanggal 5 setiap bulan . LPLPO dikirim dalam bentuk soft file
dan print out dengan lembar pengesahan sebanyak 3 lembar yang
ditandatangani oleh kepala puskesmas
3) Petugas Instalasi Farmasi mengalokasikan dan menyiapkan perbekalan
farmasi yang akan diberikan ke puskesmas
4) Petugas farmasi puskesmas bersama petugas instalasi farmasi
mencocokan jenis dan jumlah perbekalan farmasi dengan LPLPO
5) Petugas Farmasi Puskesmas mengecek kondisi fisik barang dan tanggal
kadaluwarsa secara sampling
6) Setelah sampai ke puskesmas perbekalan farmasi dimasukan ke gudang
obat puskesmas, di tata dan dicocokan kembali dengan LPLPO
7) Petugas farmasi mencataat penerimaan perbekalan farmasi pada kartu
stok gudang
8) Jika terdapat kekurangan atau kehabisan perbekalan farmasi sebelum
waktu pengambilan obat di bulan berikutnya, petugas farmasi
melakukan prosedur permintaan tambahan perbekalan farmasi ke
Instalasi Farmasi
d. Pengelolaan obat
Pengelolaan obat di puskesmas merupakan hal yang sangat penting,
mengingat dengan pengelolaan yang tidak sesuai dengan prosedur yang
tepat akan terjadi masalah tumpang tindih anggaran dan pemakaian yang
tidak tepat guna. Sehingga ketidakefisienan dalam pengelolaan obat akan
berdampak negatif.
Obat merupakan elemen penting dalam pelayanan kesehatan serta
besarnya biaya yang diserap untuk pengadaan obat. Pengelolaan obat yang
tidak efisien menyebabkan tingkat ketersediaan obat menjadi berkurang,
terjadi kekosongan obat, banyaknya obat yang menumpuk akibat
perencanaan obat yang tidak sesuai, serta biaya obat yang menjadi mahal
disebabkan penggunaan obat yang tidak rasional. Oleh karena tu diperlukan
pengelola obat yang efektif dan efisien.
e. Pendistribusian
Pendistribusian yakni kegiatan menyerahkan obat ke unit-unit
pelayanan. Pendistribusian Obat dan Bahan Medis Habis Pakai merupakan
kegiatan pengeluaran dan penyerahan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
secara merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan sub unit/satelit
farmasi Puskesmas dan jaringannya. Tujuannya adalah untuk memenuhi
kebutuhan obat sub unit pelayanan kesehatan yang ada di wilayah kerja
Puskesmas dengan jenis, mutu, jumlah dan waktu yang tepat.
f. Pengendalian
Pengendalian yakni kegiatan pemanfaatan obat untuk penderita yang
sesuai. Pengendalian Obat dan Bahan Medis Habis Pakai adalah suatu
kegiatan untuk memastikan tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai
dengan strategi dan program yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi
kelebihan dan kekurangan/kekosongan obat di unit pelayanan kesehatan
dasar. Tujuannya adalah agar tidak terjadi kelebihan dan kekosongan obat
di unit pelayanan kesehatan dasar.
g. Pencatatan
Pelaporan dan pengarsipan, yakni kegiatan membuat catatan dan
laporan untuk tata usaha obat-obatan di Puskesmas. Pelaporan obat adalah
proses kegiatan membuat dan mengirimkan pelaporan mengenai
penyelenggaraan obat yaitu tentang penerimaan dan penggunaannya.
Tujuannya adalah agar instansi atas dapat menerima informasi tentang
penyelenggaraan diunit bawahnya sehingga dapat mengambil langkah-
langkah bijaksana.
Obat-obat yang dilaporkan adalah:
 Yang diterima dan digunakan di Puskesmas secara keseluruhan
 Yang diterima dan digunakan di Puskesmas dan sub unit lain.
h. Pemantauan dan evaluasi pengelolaan
Pemantauan dan evaluasi pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis
Pakai dilakukan secara periodik dengan tujuan untuk:
 Mengendalikan dan menghindari terjadinya kesalahan dalam
pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai sehingga dapat menjaga
kualitas maupun pemerataan pelayanan;
 Memperbaiki secara terus-menerus pengelolaan Obat dan Bahan Medis
Habis Pakai; dan
 Memberikan penilaian terhadap capaian kinerja pengelolaan.
i. Peresepan
Peresepan adalah proses pesanan atau permintaan obat tertulis dari
dokter, dokter gigi, dan praktisi lainnya yang berijin kepada pengelola obat
untuk menyediakan atau membuatkan obat dan menyerahkan kepada
pasien.Resep merupakan sarana komunikasi profesional antara dokter,
penyedia obat dan pasien (Penggunaan obat).
Tujuaannya adalah sebagai acuan langkah-langkah dalam melakukan
prosedur peresepan.
Prosedur :
1) Petugas Medis menuliskan resep di lembar resep dan memberikannya
kepada pasien dengan mencantumkan:
 Tanggal pembuatan resep
 Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan obat.
 Nama obat, dosis, jumlah perintah cara pembuatan sediaan dan
aturan pakai.
 Nama Dokter dan Tanda tangan atau paraf dokter.
 Nama penderita, umur, alamat (untuk pasien anaklebih baik
dicantumkan berat badan).
 Diagnosis penyakit
 Kode pasien Umum, JKN Non PBI.
2) Petugas obat menerima resep dari pasien:
 Petugas obat memberi nomor pada lembar resep dan memberikan
nomor urut pada pasien sesuai dengan nomor pada resep.
 Petugas obat melakukan pemeriksaan resep perihal: (1) nama obat,
jenis dan bentuk sediaan obat, (2) nama dan umur pasien, (3) dosis,
(4) cara pemakaian dan aturan pemberian dan menanyakan kepada
penulis resep apabila tulisan tidak jelas.
 Petugas obat memeriksa ketersediaan obat dan melakukan
konsultasi alternatif obat kepada penulis resep apabila obat yang
dimaksud tidak tersedia.
3) Petugas obat menyiapkan obat dengan memperhatikan:
 Penggunaan sendok atau spatula pada saat mengambil obat dari
tempatnya.
 Pemasangan etiket/label obat pada kemasan obat, Penulisan etiket
sesuai resep dengan mengacu pada SOP Pelabelan.
 Pengambilan/peracikan obat.
 Untuk obat nonracikan, dilakukan pengabilan obat dengan jenis,
jumlah, dosis dan bentuk sediaan sesuai resep.
 Untuk obat racikan, dilakuakan peracikan, pembagian dan
pengemasan sesuai resep.
4) Petugas obat menyerahkan obat sesui SOP pemberian obat Kepada
Pasien.
5) Petugas Obat menjelaskan aturan pemakaian obat sesuai SOP
pemberian informasi penggunaan obat.
6) Pendokumentasian dengan mencatat resep dalam C2 dan meng-input
data dari C2 ke form harian pengeluaran obat melalui program excel.
j. Penjagaan obat agar tidak terjadi pemberian obat ED
Sistem First Expired First Out (FEFO) untuk masing-masing obat,
artinya obat yang lebih awal kadaluarsa harus dikeluarkan lebih dahulu dari
obat yang kadaluarsa kemudian, dan first In First Out (FIFO) untuk masing-
masing obat, artinya obat yanga datang pertama kali harus dikeluarkan lebih
dahulu dari obat yang datang kemudian.
k. Pelayanan resep psikotropika dan narkotika
Peresepan psikotropik dan narkotik adalah proses pesanan atau
permintaan obat jenis psikotropik dan narkotik secara tertulis dari dokter,
dokter gigi dan praktisi lainnya yang berizin pada pengelolaan obat di
UPTpuskesmas JAYENGAN untuk menyediakan atau membuat obat dan
menyerahkan kepada pasien.
Tujuannya adalah sebagai acuan langkah-langkah dalam melakukan
prosedur peresepan psikotropik dan narkotik.
Prosedur:
1) Dokter menuliskan permintaan psikotropik atau narkotik pada resep
secara lengkap dosis obat, jumlah sediaan dan aturan pakai
2) Dokter menandatangani resep
3) Petugas memastikan resep psikotropik dan narkotik ditanda tangani oleh
dokter
4) Untuk pasien rawat inap, paramedis menulisan resep berdasarkan
konsultasi dengan dokter melalui telepon kemudian dokter
menandatangani resep pada esok harinya
5) Petugas farmasi menandai resep psikotropik dan narkotik dengan garis
bawah berwarna merah
6) Petugas menyiapkan obat sesuai dengan resep
7) Petugas membuka kunci lemari psikotropik dan narkotik lalu mengambil
obat sesuai resep
8) Petugas memasukkan obat dan etiket dalam kemasan
9) Petugas mengunci kembali lemari dan menyimpan kuncinyan obat pada
buku bantu penyerahan obat psikotropik dan narkotik
10) Petugas mencatat pengeluaran obat pada buku bantu penyerahan obat
psikotropik dan narkotik
l. Rekonsiliasi obat
Rekonsiliasi obat adalah penggunaan obat yang dibawa sendiri oleh
pasien di luar resep dokter Puskesmas JAYENGAN.Tujuannya adalah
sebagai acuan langkah-langkah dalam melakukan prosedur rekonsiliasi obat
Prosedur :
1) Dokter menanyakan pada pasien apakah ada obat yang dibawa sendiri
oleh pasien untuk digunakan dalam pengobatan penyakit tertentu. Jika
ada, dokter memeriksa obat yang dibawa oleh pasien baik jenis, jumlah
dan keadaan obat.
2) Dokter memastikan obat yang dibawa oleh pasien jika dikonsumsi tidak
menimbulkan: kontr indikasi, efek interaksi obat yang merugikan pasien
dan efek ganda (agonis) dan antagonis terhadap obat yang diberikan
petugas medis/petugas kesehatan lainnya.
3) Apabila pasien tidak membawa obatnya, maka dokter meminta pasien
menghentikan minum obat di luar resep dokter.
4) Dokter menyerahkan obat jika obat yang dibawa sendiri tidak
menimbulkan efek samping, interaksi, dan efek ganda.
5) Dokter mencatat rekonsiliasi obat dalam rekam medis.
6) Dokter menuliskan rekonsiliasi obat pada resep lengkap dengan dosis,
jumlah dan aturan pemakaian dengan catatan ‘obat dibawa oleh pasien.
7) Pasien menyerahkan resep kepada petugas farmasi.
8) Petugas farmasi menerima resep dan meminta obat yang dibawa sendiri
oleh pasien.
9) Petugas farmasi mennyiapkan etiket obat sesuai resep, termasuk etiket
untuk obat yang dibawa sendiri oleh pasien.
10) Petugas farmasi menyiapkan/meracik obat sesuai permintaan resep,
termasuk obat yang dibawa sendiri oleh pasien.
11) Petugas farmasi mengecek kembali kesesuaian obat dengan resep.
12) Petugas farmasi menyerahkan obat kepada pasien disertai penjelasan
aturan pemakaiannya.
m. Penyimpanan obat
Penyimpanan obat adalah kegiatan memelihara dan menempatkan
perbekalan farmasi yang diterima pada tempat yang dinilai aman dari
pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak mutu obat serta menurut
persyaratan yang ditetapkan, yaitu dibedakan menurut bentuk sediaan dan
jenisnya, dibedakan menurut suhunya, kesetabilannya, mudah tidaknya
meledak/terbakar, tahan atau tidaknya terhadap cahaya, disertai dengan
sistem informasi yang selalu menjamin ketersediaan perbekalan farmasi
sesuai kebutuhan.
Tujuannya adalah sebagai acuan langkah-langkah dalam melakukan
prosedur penyimpanan obat.
Prosedur:
1) Petugas Farmasi melakukan penyimpanan perbekalan farmasi sesuai
dengan ketentuan yang disyaratkan oleh produk meliputi kendali suhu,
kelembaban dan cahaya.
2) Obat disimpan pada suhu < 15°C di dalam lemari es yang suhunya
terkontrol.
3) Memisahkan penyimpanan perbekalan farmasi berdasarkan jenisnya,
yaitu : obat oral los, obat oral dalam kemasan strip/blister, obat oral
liquid, obat luar, obat tetes mata, obat tetes telinga, obat kulit, cairan
infus, obat parenteral, cairan antiseptik dan desinfektan, alat kesehatan
dann lain-lain.
4) Obat ditata secara alfabetis pada rak lemari dan pallet.
5) Memberikan penandaan “LASA” dan memberikan jeda dalam penataan
obat-obat yang kemasannya dan penyebutan namanya tampak mirip.
6) Memberikan penandaan “High Alert” dan memisahkan penataan obat
yang memerlukan kewaspadaan tinggi dari obat-obat lain, misal:
Digoxin, Glibenclamid, Glimepirid.
7) Mendistribusikan perbekalan farmasi dengan sistem FEFO (First Expired
First Out).
8) Petugas farmasi menyimpan obat psikotropika, dan narkotika di lemari
tersendiri dan terkunci.
n. Pelabelan obat
Pelabelan obat adalah proses pemberian penanda untuk identifikasi,
penjelasan dan pemahaman obat.
Tujuannya adalah sebagai acuan langkah-langkah dalam melakukan
prosedur pelabelan obat.
Prosedur:
1) Mempersiapkan label/etiket obat.
2) Mencantumkan informasi mengenai :
 Nama pasien
 Nama obat
 Petunjuk penggunaan obat
 Tanggal pemberian obat
 Identitas pemberi resep
 Identitas petugas penyerah obat
3) Menuliskan instrukasi simbol untuk pasien buta huruf
4) Memberikan label/etiket informasi tambahan untuk melengkapi instruksi
yang diberikan oleh dokter, seperti :
 “Kocok dahulu”
 “Obat luar”
 “simpan di tempat kering dan terlindung dari cahaya”
 “Buang sisa obat hari setelah pembukaan”
 “Jangan gunakan setelah”
 Untuk obat antibiotik yang telah mengalami pencampuran,
pengenceran dan sediaan topikal, dan untuk tetes mata.
5) Penanggung Jawab Pelayanan Obat tidak menghilangkan atau menutup
label yang sudah tertempel pada obat.
o. Pemberian obat
Pemberian obat adalah penyerahan obat yang benar kepada pasien dalam
jumlah dan dosis yang diresepkan secara rasional, petunjuk yang jelas,
dalam wadah yang dapat memelihara khasiat obat dengan disertai informasi
yang diperlukan.
p. Pelayanan informasi obat
Pelayanan informasi obat adalah kegiatan yang dilakukan oleh petugas
farmasi dalam pemberian informasi obat yang tidak memihak, dievaluasi
dengan kritis dan dengan bukti terbaik dalam segala aspek penggunaan obat
kepada profesi kesehatan lain, pasien atau masyarakat.
q. Penanganan obat rusak dan atau kadaluarsa adalah kegiatan memisahkan,
melaporkan dan mengembalikan obat yang telah rusak dan kadaluwarsa ke
Instalasi Farmasi kota Surakarta guna dilakukan penghapusan dan
pemusnahan oleh Dinas Kesehatan agar tidak terkonsumsi oleh pasien. Obat
rusak adalah obat yang telah mengalami perubahan bentuk fisik, warna, bau,
konsistensi, timbulnya endapan atau keadaan yang tidak sesuai. Obat
kadaluwarsa adalah obat dimana tanggal kadaluwarsa yang tercantuk dalam
kemasan telah terlampaui.Tujuannya adalah sebagai acuan langkah-langkah
dalam melakukan prosedur penanganan obat rusak dan atau kadaluwarsa.
r. Penyediaan obat gawat darurat di unit pelayanan
Penyediaan obat gawat darurat di unit pelayanan adalah usaha
menyiapkan dan melengkapi obat yang dibutuhkan dalam keadaan yang
terjadinya mendadak, mengakibatkan seseorang atau banyak orang
memerlukan penanganan/pertolongan segera, cermat, tepat dan cepat di unit
pelayanan.Tujuannya adalah sebagai acuan langakah-langkah dalam
melakukan prosedur penyediaan obat gawat darurat di unit pelayanan.
s. Penyimpanan obat gawat darurat di unit pelayanan
Penyimpanan obat gawat darurat di unit pelayanan adalah usaha
melindungi, mengamankan dan memudahkan telusur obat yang dibutuhkan
dalam keadaan yang terjadinya mendadak, mengakibatkan seseorang atau
banyak orang memerlukan penanganan/pertolongan segera, cermat, tepat
dan cepat di unit pelayanan.Tujuannya adalah sebagai acuan langkah-
langkah dalam melakukan prosedur penyimpanan obat gawat darurat di
unit pelayanan.

C. UPT Instalasi Farmasi Kota Surakarta


Unit Pelaksana Teknis (UPT) Instalasi Farmasi Kota Surakarta bertempat di
Jl. Tentara Pelajar Kandangsapi RT 1 RW 35, Kelurahan Jebres, Kecamatan Jebres,
Kota Surakarta. Sebelum adanya otonomi daerah namanya adalah Gudang Farmasi
Kota Surakarta. Kegiatan di Instalasi Farmasi Kota Surakarta adalah :
1. Perencanaan
2. Penerimaan
3. Penyimpanan
4. Pendistribusian
5. Pencatatan dan Pelaporan
6. Monitoring dan evaluasi Pengelolaan Obat di Puskesmas

1. Visi dan Misi Instalasi Farmasi Surakarta


Visi : Kecukupan Sediaan Farmasi dalam pengobatan rasional.
Misi : Memberikan pelayanan prima dengan tersedianya SDM yang berkualitas
didukung informasi data sediaan farmasi yang akurat sehingga kebutuhan
obat, alkes dan reagensia terpenuhi dalam mencapai pengobatan rasional.
Tujuan : Pelayanan prima pada pelayanan pengobatan yang rasional dengan
kecukupan sediaan farmasi dan alat kesehatan.
Sasaran : Puskesmas, laboratorium dan P3K .
2. Organisasi Instalasi Farmasi
Unit Pelaksana Teknis (UPT) Instalasi Farmasi dipimpin oleh seorang
Kepala Instalasi Farmasi yang berada di bawah Kepala Dinas Kesehatan dan
bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Kesehatan Kota Surakarta. Tugas
Kepala Instalasi Farmasi adalah :
a. Membuat program UPT Instalasi Farmasi sesuai dengan program kerja
Dinas Kesehatan dan skala prioritas guna dasar pelaksanaan tugas.
b. Membagi tugas kepada bawahan sesuai bidang tugas agar tercipta
pemerataan tugas.
c. Memberi petunjuk dan arahan kepada bawahan guna kejelasan
pelaksanaan tugas.
d. Mengawasi pelaksanaan tugas bawahan agar tidak terjadi penyimpangan.
e. Memeriksa hasil kerja bawahan untuk mengetahui kesulitan dan hambatan
serta memberikan jalan keluarnya.
f. Menilai hasil kerja bawahan secara periodik guna bahan peningkatan
kinerja.
g. Melaksanakan pembinaan kefarmasian.
h. Menerima, menyimpan, memelihara dan mendistribusikan obat, alat
kesehatan dan perbekalan kefarmasian.
i. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan mengenai ketersediaan dan
penggunaan obat, alat kesehatan dan perbekalan kesehatan.
j. Melaksanakan pengamatan, pengawasan dan pemeriksaan terhadap mutu
obat, alat kesehatan dan perbekalan farmasi sesuai dengan standar
yangditetapkan.
k. Mengadakan monitoring dan evaluasi terhadap ketersediaan,
penggunaandan pendistribusian obat, alat kesehatan dan perbekalan
farmasi.
l. Melaksanakan penghapusan obat yang kadaluarsa dan pemusnahan
alatkesehatan yang sudah tidak memenuhi standar ketentuan
peraturanperundangan yang berlaku.
m. Menginventarisasi permasalahan-permasalahan guna menyiapkan bahan
petunjuk pemecahan masalah.
n. Menyelenggarakan tertib administrasi, membuat laporan berkala dan
tahunan.
o. Melaksanakan koordinasi dengan instansi terkait guna kelancaran
pelaksanaan tugas.
p. Memberikan usul dan saran kepada atasan dalam rangka kelancaran
pelaksanaan tugas.
q. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada atasan sebagai
pertanggungjawaban pelaksanaan tugas.
r. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan.
2. Pengelolaan Obat di Instalasi Farmasi
a. Perencanaan
Obat-obat yang diterima oleh Instalasi Farmasi adalah hasil perencanaan
yang dikerjakan oleh tim perencana obat Dinas Kesehatan Kota Surakarta
yang terdiri dari :
1. Tim Perencana Tingkat Puskesmas
Tim Perencana Tingkat Puskesmas terdiri dari pengelola obat
Puskesmas, Laboratorium Kesehatan dan Instalasi Farmasi. Bertugas
merencanakan kebutuhan obat, alat kesehatan habis pakai, obat gigi dan
reagen. Hasil dari Tim Perencana Tingkat Puskesmas diserahkan kepada
Tim Perencana Tingkat Kota.
2. Tim Perencana Tingkat Kota
Tim Perencana Tingkat Kota terdiri dari Bidang di Dinas Kesehatan,
Laboratorium Kesehatan, Instalasi Farmasi, serta perwakilan Puskesmas
Rawat Inap dan Rawat Jalan. Dasar pertimbangan pemilihan obat :
1) Obat dipilih berdasarkan efek terapi lebih baik dibandingkan risiko
Efek samping
2) Jenis obat yang dipilih seminimal mungkin
3) Menghindari penggunaan obat kombinasi
4) Memiliki rasio manfaat / biaya yang paling menguntungkan
b. Penerimaan dan Pemeriksaan
Penerimaan adalah suatu proses dalam menerima obat-obat dari pemasok
ke Instalasi Farmasi dalam rangka memenuhi pesanan atau permintaan obat.
Tujuannya supaya obat yang diterima baik jenis dan jumlahnya sesuai
dengan dokumen yang menyertainya. Pemeriksaan obat disesuaikan dengan
adanya dokumen yang jelas dan diperiksa kelengkapannya. Kelengkapan
dokumen meliputi nama pabrik, penandaan, waktu kadaluwarsa, no. batch,
bentuk sediaan dan jumlah. Obat yang tidak sesuai dengan persyaratan akan
dikembalikan untuk diganti dengan yang memenuhi syarat.
c. Penyimpanan
Penyimpanan adalah suatu kegiatan pengamanan dengan cara
menempatkan obat-obatan yang diterima pada tempat yang dinilai aman.
Tujuan penyimpanan adalah untuk memelihara mutu obat, menghindari
penggunaan yang tidak bertanggung jawab, menjaga kelangsungan
persediaan, serta memudahkan pencarian. Obat di Instalasi Farmasi
dikelompokkan berdasarkan sumber dana yaitu dari APBN, APBD
Provinsi, APBD Kota, serta disusun secara alfabetis mengikuti sistem FIFO
(first in first out) dan FEFO (first expiry first out). Obat di Instalasi Farmasi
disimpan pada kondisi cukup sinar, cukup sirkulasi udara, tidak lembab dan
aman. Obat tersebut ditempatkan di rak dan/atau palet dengan jarak tembok
dan rak + 0,2 meter, kulkas untuk vaksin dan reagen, almari narkotika untuk
codein. Setiap item obat dilengkapi kartu stok/steling untuk mencatat setiap
mutasi.
d. Distribusi
Distribusi adalah suatu rangkaian kegiatan dalam rangka pengeluaran dan
pengiriman obat-obatan dari Instalasi Farmasi untuk memenuhi permintaan
unit-unit pelayanan kesehatan. Tujuannya adalah terlaksananya penyebaran
obat secara merata dan teratur dan dapat diperoleh pada saat dibutuhkan
serta terjaminnya mutu, ketepatan, kerasionalan dan efisiensi penggunaan.
Pendistribusian obat untuk 17 Puskesmas dilaksanakan satu bulan sekali.
Apabila dalam keadaan KLB (kejadian luar biasa), puskesmas dapat
mengajukan permintaan tambahan. Alur pendistribusian obat adalah :
a) Puskesmas menyerahkan LPLPO (Laporan Pemakaian dan Lembar
Permintaan Obat) ke Instalasi Farmasi sebelum tanggal 5 tiap bulan.
b) LPLPO diteliti kelengkapannya.
c) Dialokasikan pemberian obat, sesuai dengan sumber dananya.
d) Ditandatangani Kepala UPT Instalasi Farmasi.
e) Penandatanganan LPLPO di Dinas Kesehatan untuk mendapatkan
persetujuan Kepala Dinas Kesehatan.
f) Permintaan dilayani sesuai dengan nomor urut.
g) Pada waktu pengambilan, obat diperiksa oleh petugas Instalasi Farmasi
bersama dengan petugas puskesmas. Setiap item obat dilengkapi kartu
stok/steling untuk mencatat setiap mutasi. Pada akhir bulan dilakukan
stock opname untuk mencocokkan jumlah obat di kartu steling dengan
jumlah fisik obat.
e. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dan pelaporan merupakan rangkaian kegiatan dalam rangka
penatausahaan obat-obatan secara tertib, baik obat yang diterima, disimpan,
dan didistribusikan ke puskesmas. Pencatatan dan pelaporan merupakan
sarana perhitungan dalam rangka pertanggungjawaban obat-obatan yang
berada di Instalasi Farmasi dan merupakan sarana informasi dalam rangka
pengendalian persediaan, perencanaan pengadaan dan perencanaan
pendistribusian. Tujuannya yaitu tersedianya data mengenai jenis dan
jumlah penerimaan, persediaan, pengeluaran atau penggunaan dan data
mengenai waktu dari seluruh rangkaian kegiatan mutasi obat. Jumlah item
obat dan mutasi dicatat, dilaporkan kemudian di evaluasi dan pada akhimya
digunakan untuk perencanaan yang akan datang. Laporan ketersediaan obat
dilakukan tiap bulan dan akhir tahun. Pencatatan dan pelaporan di Instalasi
Farmasi Kota Surakarta antara lain: catatan penerimaan, catatan
pengeluaran, catatan ED, neraca obat, kartu steling.
f. Monitoring dan Evaluasi Pengelolaan Obat Evaluasi adalah suatu rangkaian
kegiatan untuk mengetahui efektifitas dan efisiensi pelaksanaan dan
perencanaan sekaligus untuk mengukur memberi nilai secara obyektif
pencapaian hasil yang telah direncanakan sebelumnya atas seluruh rantai
kegiatan pengelolaan obat dan pemanfaatan sumber-sumber yang tersedia.
Monitoring dan evaluasi dilakukan terhadap pengelolaan obat di Puskesmas
atau Puskesmas Pembantu, meliputi perencanaan, permintaan,
penyimpanan, penggunaan, pencatatan dan pelaporan.
BAB IV
PEMBAHASAN

Praktek Kerja Profesi Apoteker dilakukan dibeberapa sarana pelayanan


kesehatan antara lain Rumah Sakit, Apotek, Dinas Kesehatan, Puskesmas dan
Instalasi Farmasi. Praktek Kerja Profesi Apoteker telah dijadwalkan oleh pihak
Universitas selaku penyelenggara. Mahasiswa Program Profesi Apoteker Angkatan
XXXV Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta melaksanakan kegiatan
Praktek Kerja Profesi Apoteker di UPT Puskesmas Jayengan hari Senin – Sabtu
tanggal 14-26 Mei2 018.
Kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker dimaksudkan agar mahasiswa
mampu mengerti dan memahami tugas, wewenang, tanggung jawab serta struktur
organisasi dan jalur koordinasi Dinas Kesehatan, Instalasi Farmasi, dan Puskesmas
khususnya UPT Puskesmas Jayengan sehingga diharapkan mahasiswa dapat
melaksanakan kewajiban dan tanggung jawabnya sebagai apoteker secara
profesional.

A. Dinas Kesehatan Kota Surakarta

PKPA di Dinas Kesehatan Kota Surakarta berguna untuk meningkatkan dan


mengembangan pengetahuan calon apoteker dalam melakukan pelayanan
kesehatan, terutama di bidang kefarmasian, makanan, dan minuman, obat
tradisional, registrasi dan akreditasi serta struktur organisasi di Dinas Kesehatan
Kota Surakarta.
Dinas Kesehatan Kota dalam bidang registrasi dan akreditasi, menangani
tata cara perijinan usaha farmasi yang meliputi ijin industri obat tradisional dan
bahan baku farmasi (BBF), izin apotek, izin makanan dan minuman dan izin
penyuluhan alat kesehatan. Bentuk pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh Dinas
Kesehatan Kota Surakarta adalah promosi kesehatan (promkes). Promosi kesehatan
ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan individu, keluarga, kelompok
masyarakat untuk hidup sehat dan mengembangkan upaya kesehatan yang
bersumber dari masyarakat serta terciptanya lingkungan yang kondusif untuk
mendorong terbentuknya kemampuan tersebut.
B. UPT Puskesmas Jayengan
Kegiatan PKPA di UPT Puskesmas Jayengan dilaksanakan selama 1 (satu
minggu pada tanggal 14 – 19 Mei 2018 dimana mahasiswa dilibatkan dalam
kegiatan pelayanan di Puskesmas. Kegiatan Pelayanan di UPT Puskesmas Jayengan
dilakukan setiap hari Senin – Kamis jam 08.00 – 13.00, hari Jumat jam 08.00 -
11.00 dan Sabtu jam 08.00 - 11.00.
Kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Puskesmas Jayengan bertujuan
agar mahasiswa profesi apoteker dapat memahami seluruh kegiatan kefarmasian
dan mampu melakukan praktek pekerjaan kefarmasian di puskesmas Jayengan.
Selama melaksanakan kegitan PKPA di Puskesmas Jayengan mahasiswa
melakukan kegiatan sebagai berikut: mempelajari cara pelayanan resep yang
meliputi membaca resep dari dokter, melakukan skrining resep, menyiapkan obat,
memberi etiket lalu menyerahkan obat kepada pasein disertai pelayanan informasi
obat berupa aturan pakai, lama pemberian, dan cara pemakainnya. Mahasiswa juga
melakukan pelayanan resep di Puskesmas Pembantu yaitu Puskesmas Pembantu,
serta di Puskesmas Keliling yang dilakukan setiap hari Senin, Rabu dan Kamis dan
mahasiswa juga serta berperan aktif dalam melakukan promosi kesehatan
dimasyarakat. Secara keseluruhan pelayanan kefarmasian di Puskesmas Jayengan
sudah dilaksanakan secara baik dan terus ditingkatkan untuk meningkatakan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Puskesmas Jayengan memiliki satu puskesmas pembantu dan satu
puskesmas keliling.Puskesmas Pembantu bertujuan untuk memaksimalkan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Pelayanan kefarmasian di puskesmas
pembantu tidak sama dengan pelayanan kefarmasian yang dilakukan di puskesmas
induk Jayengan. Jika pelayanan resep di induk dilakukan oleh apoteker dan tenaga
teknis kefarmasian, pelayanan resep di Puskesmas pembantu dilakukan oleh
perawat dan bidan yang sudah mengetahui tentang teknis farmasi.
Selain melakukan pelayanan di puskesmas, dilakukan juga kegiatan
Puskesmas Keliling secara rutin pada hari Senin, Rabu dan Kamis sesuai sesuai
jadwal yang dibuat.Kegiatan puskesmas keliling adalah memberikan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat daerah yang tidak atau sulit di jangkau oleh
pelayanan puskesmas atau puskesmas pembantu, atau disesuaikan dengan kondisi
geografis tiap puskesmas.
Adapun kegiatan kefarmasian di puskesmas yang bertujuan untuk
mengetahui dan memahami seluruh kegiatan kefarmasian di Puskesmas Jayengan.
Kegiatan yang dilakukan adalah membaca resep, menyiapkan obat lalu
menyerahkan ke asisten apoteker untuk di cek ulang kemudian menyerahkan
kepada pasien dan melakukan KIE kepada pasien. Pelayanan apotek di Puskesmas
Jayengan memiliki sasaran mutu yaitu kecepatan pelayanan pemberian obat non
racikan maksimal 5 menit dan resep racikan tidak lebih dari 10 menit.
Pengelolaan obat di Puskesmas Jayengan bertujuan agar tercapai
penggunaan obat yang rasional dan terciptanya pelayanan obat secara merata.
Kegiatan pengelolaan obat di Puskesmas Jayengan meliputi perencanaan,
kebutuhan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pelayanan obat,
pencatatan, dan pelaporan. Perencanaan kebutuhan obat di Puskesmas
menggunakan metode konsumsi. Pada dasarnya Puskesmas tidak melakukan
pengadaan obat sendiri tetapi memperoleh dari Instalasi Farmasi. Jika dalam
pelayanan terdapat obat yang tidak tersedia di Instalasi Farmasi, maka puskesmas
dapat melakukan pengadaan menggunakan dana BLUD dengan persetujuan Kepala
Instalasi Farmasi.
Secara umum sistem penyimpanan obat di UPT Puskesmas Jayengansudah
dilakukan dengan baik. Obat yang diterima dari UPT Instalasi Farmasi Kota
Surakarta terlebih dahulu diperiksa kesesuaiannya antara permintaan dan
penerimaan, selanjutnya obat disimpan dalam gudang obat. Gudang penyimpanan
obat di UPT Puskesmas Jayengan dinilai aman, terkunci, selalu bersih, rapi dan
selalu terjaga. Gudang dilengkapi dengan almari, rak untuk menyimpan obat dan
alkes. Setiap pengambilan obat langsung dicatat di kartu stok. Penyimpanan obat
di gudang Puskesmas Jayengan tersusun secara alfabetis yang dilengkapi dengan
kartu stok. Obat narkotika dan psikotropika disimpan dalam almari yang terkunci
secara terpisah dengan almari obat – obat yang lain.
Secara umum sistem penyimpanan obat di UPT Puskesmas Jayengansudah
dilakukan dengan baik. Obat yang diterima dari UPT Instalasi Farmasi Kota
Surakarta terlebih dahulu diperiksa kesesuaiannya antara permintaan dan
penerimaan, selanjutnya obat disimpan dalam gudang obat. Gudang penyimpanan
obat di UPT Puskesmas Jayengan dinilai aman, terkunci, selalu bersih, rapi dan
selalu terjaga. Gudang dilengkapi dengan almari, rak untuk menyimpan obat dan
alkes. Setiap pengambilan obat langsung dicatat di kartu stok. Penyimpanan obat
di gudang Puskesmas Jayengan tersusun secara alfabetis yang dilengkapi dengan
kartu stok. Obat narkotika dan psikotropika disimpan dalam almari yang terkunci
secara terpisah dengan almari obat – obat yang lain
Pelayanan resep di Puskesmas Jayengan berdasarkan Standar Operasional
yang berlaku di Puskesmas Jayengan. Standar operasional dibuat dengan tujuan
menjamin pelayanan obat tepat pasien dan sesuai resep. Adapun prosedurnya:
1. Penerimaan Resep. Apoteker atau asisten apoteker menerima resep kemudian
memberi nomor pada lembar resep dan memberikan nomor urut pada pasien
dengan nomor resep.
2. Pemeriksaan resep. Apoteker atau asisten apoteker memeriksa resep
(kelengkapan identitas pasien dan rasional terapi). Jika identitas pasien kurang
lengkap, ditanyakan ke pasien. Kemudian diperiksa ketersediaan obat. Jika tidak
sesuai atau obat tidak tersedia konfirmasi ke pemeriksa pasien.
3. Penulisan etiket. Apoteker atau asisten apoteker menuliskan etike sesuai resep.
Etiket putih untuk obat oral dan etiket biru untuk obat luar dan parenteral.
4. Pengambilan / peracikan obat. Untuk obat non racikan, dilakukan pengambilan
obat dengan jenis, jumlah, dosis dan bentuk sediaan sesuai resep. Untuk obat
racikan, dilakukan peracikan, pembagian dan pengemasan sesuai resep.
5. Obat dicek kesesuaiannya meliputi jenis, jumlah dan etiket.
6. Penyerahan obat. Apoteker atau asisten apoteker memanggil pasien dengan
nama dan alamatnya. Meminta kembali nomor antrian resep. Mencocokkan
nomor antrian dengan yang tertulis di lembar resep. Menjelaskan aturan pakai
obat, indikasi dan efek sampingnya kepada pasien/keluarga pasien.
Menyerahkan obat kepada pasien.
Pelayanan resep di puskesmas Jayengan sudah hampir sesuai dengan
Standar Operasional Pelayanan Resep yang dibuat, hanya saja pada prosedur
penerimaan resep tidak diberikan nomor urut resep, tetapi pelayanan resep tetap
sesuai dengan antrian.
Pelaporan penggunaan obat di Puskesmas disebut dengan Laporan
Penerimaan dan Laporan Penggunaan Obat (LPLPO). LPLPO ini direkap setiap
bulan dan dilaporkan ke UPT Instalasi Farmasi Kota Surakarta sebagai acuan dalam
pendistribusian obat ke Puskesmas. Laporan pemakaian obat di Puskesmas meliputi
laporan harian, bulanan, dan tahunan. Selain LPLPO, setiap bulan UPT Puskesmas
Sangkrah juga membuat laporan Anti Tuberkulosis (LPLPOAT), laporan
penggunaan sediaan narkotika dan psikotropika, laporan monitoring indikator
peresepan dan laporan obat generik. Sedangkan laporan rekapan LPLPO selama
setahun dibuat dalam bentuk laporan tahunan. UPT Puskesmas Jayenganjuga
membuat laporan perencanaan kebutuuhan obat dan alat kesehatan untuk tahun
berikutnya.
Pencatatan dan pelaporan bertujuan menertibkan administrasi dalam
pengelolaan obat agar tersedia data yang cukup akurat dan tepat waktu, untuk
melakukan pengaturan dan pengendalian oleh unit yang lebih tinggi. Tujuan
dilakukan evaluasi agar bisa lebih baik lagi dari tahun sebelumnya. Untuk
memperlancar administrasi dilakukan perekapan pada resep yang masuk setiap hari
dan diklasifikasikan berdasarkan jenis pasien yaitu UMUM dan JKN.
UPT Puskesmas Jayenganmelakukan pencatatan pemakaian obat setiap hari
dengan mengunakan program GERMAS yang berisi data pasien meliputi biodata
pasien, jenis kartu, nama obat beserta jumlah dan aturan pakainya. Pencatatan dan
pelaporan meliputi laporan pemakaian dan lembar permintaan obat (LPLPO) setiap
bulan.
Selama melaksanakan kegiatan PKPA di UPT Puskesmas Jayengan
mahasiswa melakukan kegiatan sebagai berikut: mempelajari cara pelayanan resep
yang meliputi membaca resep dari dokter, melakukan skrining resep, menyiapkan
obat, memberi etiket lalu menyerahkan obat kepada pasein disertai pelayanan
informasi obat berupa aturan pakai, lama pemberian, dan cara pemakaiannya,
setelah itu menginput data pasien di GERMAS. Mahasiswa juga melakukan
pelayanan resep di Puskesmas Pembantu dan Puskesmas Keliling. Secara
keseluruhan pelayanan kefarmasian di UPT Puskesmas GERMAS sudah
dilaksanakan dengan baik dan terus dioptimalkan untuk meningkatkan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat.
C. UPT Instalasi Farmasi Kota Surakarta
Pada kegiatan PKPA di Instalasi Farmasi, mahasiswa diberi pengarahan
tentang hal-hal yang berkaitan dengan sistem pengelolaan obat yang dilakukan di
Instalasi Farmasi meliputi pencatatan dan pelaporan; penyimpanan dan
pendistribusian reagen dan alkes; penyimpanan dan pendistribusian obat;
penyimpanan dan pendistribusian vaksin; serta penyimpanan dan pendistribusian
obat-obat program khusus seperti: TBC, kusta dan malaria. Selain menerima
pengarahan tentang fungsi dan tugas Instalasi Farmasi, mahasiswa juga dapat
melihat secara langsung penyimpanan perbekalan farmasi di Instalasi Farmasi.
Metode perencanaan di Instalasi Farmasi yaitu metode konsumsi yang digunakan
berdasarkan analisis data penggunaan obat tahun sebelumnya. Perencanaan
dilakukan berdasarkan jumlah penggunaan obat di UPT Puskesmas Kota Surakarta.
Data penggunaan obat di Puskesmas dapat dilihat berdasarkan LPLPO dari
Puskesmas. Jika terjadi kekosongan obat maka pihak Instalasi Farmasi akan
meminta perbekalan obat tambahan dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.
Penerimaan obat diterima baik jenis dan jumlah sesuai dengan
dokumenyang menyertainya, bentuk barang/sediaan, nomor batch serta Expired
Date-nya (ED).
Penyimpanan perbekalan farmasi harus memperhatikan kapasitas gudang,
ventilasi, penerangan. Obat-obatan disimpan pada rak, lemari, dan kulkas untuk
menyimpan vaksin dan obat-obat yang harus disimpan pada suhu dingin selain itu
terdapat juga obat-obatan diletakan dengan alas palet menghindari kontak langsung
dengan lantai. Pada penyimpanan tiap item obat dilengkapi dengan kartu stok
dengan warna yang berbeda sesuai dengan sumber dana. Kartu sterling yang
ditempel pada setiap obat dan juga berdasarkan sumber dana meliputi sumber dana
APBD yang berasal dari Pemerintah Kota, Propinsi, Buffer stock, Program dan
DAK (Dana Alokasi Khusus).
Distribusi obat dilakukan setiap bulan atas dasar permintaan yang dilakukan
oleh Puskesmas. Permintaan dari Puskesmas menggunakan lembar LPLPO
(Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat). Pendistrisibusian obat untuk
17 Puskesmas dilaksanakan satu bulan sekali dan dalam keadaan khusus,
Puskesmas dapat mengajukan permintaan tambahan ke Instalasi Farmasi. Setiap
pengeluaran obat ke Puskesmas langsung dicatat untuk data pemakaian obat setiap
bulan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Bedasarkan kegiatan PKPA di UPT Puskesmas Jayengan dan Dinas
Kesehatan Kota Surakarta disimpulkan sebagai berikut:
1. Secara umum kegiatan pengelolaan obat serta pelayanan kefarmasian di UPT
Puskesmas Jayengan meliputi perencanaan, kebutuhan, pengadaan,
penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pelayanan obat, pencatatan, dan
pelaporan telah dilakukan dengan baik dan akan terus dioptimalkan untuk
meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
2. UPT Puskesmas Jayengan memberikan pelayanan kesehatan terhadap
masyarakat yang menjangkau secara merata di wilayah kerjanya. UPT
Puskesmas Jayengan melakukan pelayanan di Puskesmas Induk, di Puskesmas
Pembantu dan Puskesmas Keliling. Pelayanan kefarmasian meliputi
pengelolaan sumber daya (SDM, sarana prasarana, sediaan farmasi, perbekalan
farmasi, dan administrasi) dan pelayanan farmasi klinik (penerimaan resep,
peracikan obat, penyerahan obat, informasi obat, dan pencatatan/penyimpanan
resep) dengan memanfaatkan tenaga, dana, sarana, prasarana, dan metode
pelaksanaan yang tersedia di Puskesmas Jayengan.
3. Kegiatan di UPT Instalasi Farmasi Kota Surakarta meliputi perencanaan,
penerimaan, penyimpanan, distribusi obat publik dan perbekalan kesehatan.
Dimana masing-masing kegiatan satu dengan yang lainnya saling berhubungan
Instalasi Farmasi merupakan pemasok obat ke Puskesmas. Dengan demikian,
Instalasi Farmasi merupakan pelaksana fungsi dari Dinas Kesehatan yang
menangani obat dan perbekalan farmasi lainnya seperti alat kesehatan. Kepala
Instalasi Farmasi bertanggung jawab kepada Dinas Kesehatan

B. Saran
1. Perlu dipertimbangkan penambahan tenaga kesehatan untuk memenuhi
kebutuhan tenaga kesehatan terutama tenaga kefarmasian khususnya apoteker
untuk mengoptimalkan pelayanan kepada masyarakat secara maksimal dan
efektif.
2. Peningkatan sarana dan prasarana di bidang kesehatan sangat diperlukan, untuk
dapat memberikan pelayanan secara menyeluruh ke semua lapisan masyarakat.
3.Dinas Kesehatan Kota Surakarta diharapkan dapat meningkatkan pelayanan
Kesehatan khususnya di bidang kefarmasian kepada masyarakat dan lebih sering
melakukan pelatihan dan pendidikan tenaga kefarmasian di daerah Surakarta.
DAFTAR PUSTAKA

[Departemen Dalam Negeri]. 2007. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41


Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah. Departemen Dalam Negeri:
Jakarta.

[Depkes RI]. 1983. Pemanfaatan Tanaman Obat. Edisi III. Jakarta: Direktorat Jenderal
Pengawasan Obat dan Makanan.

[Depkes RI]. 1999. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1999 Tentang
Pemerintah Daerah. Undang-undang Republik Indonesia: Jakarta

[Depkes RI]. 2000. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


633/MENKES/SK/IV/2000 Tentang Pembentukan Gudang Perbekalan Kesehatan di
Bidang Farmasi di Kabupaten/Kota Tertentu. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia: Jakarta.

[Depkes RI]. 2005. Kebijakan Obat Nasional. Departemen Kesehatan Republik Indonesia:
Jakarta.

[Depkes RI]. 2008. Pedoman Teknis Pengorganisasian Dinas Kesehatan Daerah. Indonesia:
Jakarta

[Depkes RI]. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia No.36 Tentang Kesehatan.


Departemen Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta.

[UU RI]. 2004. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang
Pemerintah Daerah. Undang-undang Republik Indonesia: Jakarta

Anonim. 2005. Teknik Budidaya Tanaman Obat. Kabupaten Majene: Satuan Kerja Pembina
dan Pengembangan Hortikultura.

Dirjen Bimfar. 2010. Materi Pelatihan Manajemen Kefarmasian di Puskesmas. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai