Anda di halaman 1dari 13

MATERI 1

(perawatan modern dan konvensional)

Moist wound healing merupakan suatu metode yang mempertahankan lingkungan


luka tetap terjaga kelembabannya untuk memfasilitasi penyembuhan luka. Luka lembab dapat
diciptakan dengan cara occlusive dressing (perawatan luka tertutup). Metode “moist wound
healing” ini sudah mulai dikenalkan oleh Prof. Winter pada tahun 1962. Di Indonesia mulai
dikembangkan pada tahun 2000 an.

Ada perbedaan mendasar antara perawatan luka konvensional dengan perawatan luka
modern. Di dalam teknik perawatan luka konvensional tidak mengenal perawatan luka
lembab, kasa biasanya lengket pada luka karena luka dalam kondisi kering. Pada cara
konvensional pertumbuhan jaringan lambat sehingga menyebabkan tingkat risiko infeksi
lebih tinggi.Sedangkan teknik modern atau moist wound healing, perawatan luka lembab
sehingga area luka tidak kering sehingga mengakibatkan kasa tidak mengalami lengket pada
luka. Dengan adanya kelembaban tersebut dapat memicu petumbuhan jaringan lebih cepat
dan tingkat risiko terjadinya infeksi menjadi rendah.

Apabila terjadi luka maka akan terjadi peningkatan aliran darah ke daerah yang rusak
yang akan menimbulkan warna kemerahan karena kapiler melebar (rubor), suhu hangat
(kalor), rasa nyeri (dolor), dan pembengkakan (tumor).

MATERI 2

(anatomi fisiologi kulit)

Kulit merupakan organ terbesar dari tubuh manusia, 15% dari berat badan (BB)
dewasa adalah kulit. Kulit berfungsi sebagai pelindung (proteksi), sensasi, ekskresi,
termoregulasi, sintesa metabolik, alat komunikasi, dan kosmetik. Ada beberapa factor yang
mengubah karakteristik kulit atau mengurangi bahkan menghilangkan fungsinya, diantaranya
adalah usia, sinar matahari, pengunaan sabun, hidrasi, nutrisi, dan obat-obatan. Kerusakan
kulit atau dikenal juga dengan istilah lesi kulit disebabkan oleh reaksi imun, infeksi,
keganasan, gangguan pembuluh darah, kerusakan mekanis, dan faktor psikologis

Anatomi kulit terdiri dari lapisan epidermis, dermis dan hipodermis:


1. Epidermis adalah lapisan kulit paling luar yang berhubungan langsung dengan lingkungan
eksternal sebagai barier atau perlindungan pertama dari tubuh.

2. Dermis adalah lapisan kedua dari kulit yang merupakan jaringan ikat (connective
tissue),memiliki banyak pembuluh darah,dan di kenal sebagai “pabriknya kulit”karena
memiliki system persarafan dan kelenjar tubuh.Epidermis dan dermis dipisahkan oleh lapisan
tipis yang disebut BMZ atau Dermal Epidermis Junction (DEJ).Lapisan ini mengalami
gangguan saat kejadian bula(blister) (Sams,1990).

3.Hypodermis atau lapisan subkutan adalah lapisan paling tebal dari kulit,terdiri atas
jaringan lemak (paling besar),jaringan ikat,dan pembuluh darah.Hipodermis memiliki fungsi
sebagai penyimpan lemak, kontrol temperature dan penyangga organ di sekitarnya.

MATERI 3

(PROSES PENYEMBUHAN LUKA)

Secara fisiologis, tubuh dapat memperbaiki kerusakan jaringan kulit (luka) sendiri
yang dikenal dengan penyembuhan luka. Penyembuhan luka terdiri atas tiga fase, yaitu

fase inflamasi, (0-3 hari maksimal 5 hari) Respons vaskuklar saat erjadi perlukaan atau
cedera jaringan, kondisi ini merupakan proses fisiologis dimana sejumlah zat dan kimia
tubuh akan menginvasi jaringan intersitial yang mengalami cedera

fase proliferasi, (3-21 hari).Fase ini juga dikenal dengan regenerasi sel atau granulasi
jaringan, dimana fibroblast adalah sel yang memiliki peranan besar dalam sintesa collagen,
elastin, fibronectin, dan proteoglycans yang berperan besar dalam rekontruksi jaringan baru
serta memberikan kekuatan dan integritas struktur pada luka

fase maturasi atau remodeling. (21 hari-2 tahun).fase maturasi adalah fase akhir dari proses
penyembuhan luka dimanan kolagen secara terus menerus melakukan reorganisasi dan
memperkuat jaringan.
MATERI 4

(Faktor yang meghambat dan nutrisi penyembuhan luka)

Factor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka adalah factor local yang terdiri
dari hidrasi luka, manajemen perawatan luka tidak tepat, temperature luka, dll. Sedangkan
factor umum terdiri dari usia, nutrisi, vaskularisasi, obat-obatan dll. Factor lainnya adalah
gaya hidup klien dan ambulansi dini (Konzie, 1995)

Nutrisi adalah satu factor yang penting dalam penyembuhan luka.Setiap fase dalam
penyembuhan luka memerlukan nutrisi.Kurangnya dukungan nutrisi dapat meningkatkan
angka kejadian kematian dan kecacatan dalam perawatan luka.Deteksi dini status nutrisi pada
pasien luka menjadi hal yang sangat penting.Deteksi dapat dimulai sejak pasien dirawat atau
sebelum pulang kerumah dan pada saat melakukan evaluasi status nutrisi. Nutrisi yang
dibutuhkan dan penting adalah asam amino (protein), lemak, energy sel (karbohidrat),
vitamin (C, A, B kompleks, D, K, E), zink, trace element (besi, magnesium), dan air.

MATERI 5

(manajemen luka infeksi)

A. Luka terkontaminasi;

Ditandai dengan adanya mikroorganisme yang tidak berproliferasi pada permukaan


luka ,dan tidak ada tanda-tanda kerusakan atau reaksi imun dari penderita luka seperti
kemerahan,edema,nyeri,panas atau eksudat purulen

Adanya bakteri pada luka tetapi masih dapat dikontrol oleh sistem pertahan tubuh
sehingga tidak menimbulkan masalah klinis pada luka.

B. luka kolonisasi;

Ditandai dengan adanya mikroorganisme yang berproliferasi ,namun tidak ada


kerusakan atau perubahan pada luka .kolonasi tidak akan mengganggu penyembuhan luka.

Bakteri yang ada mulai memperbanyak diri dan melapisi permukaan luka biasanya
dalam bentuk biofilm yang menyerupai lapisan lendir yang tebal ataupun tipis seperti
gel.penampilan warna luka merah tapi tidak segar /pucat,tidak ada tanda-tanda inflamasi
lokal (belum menimbulkan masalah klinis) biofilm adalah penyebab paling besar terjadinya
kegagalan dalam proses penyembuhan luka.pada pemeriksaan mikrobiologi,secara
mikroskopis ditemukan 60% dari luka kronik terdiri atas biofilm dan luka akut hanya 6%
(wound international 2013),hampir semua luka kronik terdiri atas lapisan biofilm.biofilm
terdiri atas jumlah bakteri dan jamur,bakteri yang paling sering ditemukan adalah
Staphylococcus,Streptococcus,Pseudomonas,Escherichia coli dan jenis bakteri lainnya

C. Luka Kolonisasi kritis (critical colonization);

Ditandai dengan adanya mikroorganisme yang tingkat multiplikasinya dapat


mengganggu penyembuhan luka ,namun tidak ada kerusakan jaringan dan tidak ada tanda-
tanda inflamasi jaringan seperti nyeri,panas,edema, dan kemerahan.

D. LukaInfeksi;

Ditandai dengan adanya multiplikasi mikroorganisme pada jaringan yang sehat(pada


jaringan di bawah permukaan luka). Infeksi ditandai dengan adanya kerusakan jaringan yang
dapat dilihat secara visual. Infeksi dapat bersifat lokal(termasuk didalamnya selulitis), atau
sistemik (sepsis).

Tanda-tanda primer dari infeksi adalah:

1. Peningkatan eksudat
2. Nyeri
3. Adanya kemerahan (eritema) yang baru atau peningkatan kemerahan pada luka
4. Peningkatan temperatur pada daerah sekitar luka
5. Bau(luka atau eksudatnya)

Tanda-tanda sekunder dari infeksi adalah :

1. Luka yang sulit menyembuh


2. Jaringan granulasi yang tidak sehat (jaringan granulasi yang pucat)
3. Peningkatan slaf
4. Peningkatan ukuran luka
5. Adanya jaringan baru yang rusak
6. Adanya kantong luka(undermining) atau adanya jembatan antar luka(tunneling)
MATERI 6

(MANAJEMEN PENGKAJIAN LUKA)

Prinsip utama dalam manajemen perawatan luka adalah pengkajian luka yang komprehensif
agar dapat menentukan keputusan klinis yang sesuai dengan kebutuhan pasien. Manajemen
perawatan Luka yang Terpenting adalah TIME Manajemen. Balutan luka yang ideal adalah
apabila mampu menciptakan kondisi lingkungan yang optimal dan dapat melindungi diri dari
cedera

Tipe penyembuhan luka

Mekanisme peneyembuhan luka terdiri dari atas 3 model

1.Primary intention healing

Primary intention healing adalah kategoro luka akut dimana kedua tepinya dirapatkan dengan
benang, plester (adhesive wound stripe), lem luka (wound glue), ataupun dengan staples
2.Secondary intention healing

secondary intention healing adalah jenis penyembuhan untuk semua luka kronik yaitu jenis
luka dengan kehilangan jaringan yang banyak sehingga membutuhkan pemulihan jaringan
yang banyak dan kontraksi jaringan serta sintesa kolagen untuk mengisi atau mengganti
jaringan yang rusak
3.Delayed wound helaing

Delayed wound helaing adalah kegagalan dalam proses penutupan luka primer,
(penyembuhan luka yang memanjang), faktor penyebab diantaranya: infeksi, nutrisi yang
buruk

Warna Luka:
1. Necrotic atau hitam.
Tujuan : Rehydrate and Debridemen.
Contoh : Surgical, Larval, Mechanical, Enzymatic, atau Chemical.
2. Sloughy atau kuning.
Tujuan : Manajemen eksudat dan Lunakkan (deslough).
Contoh : Hydrogel atau madu.
3. Granulating atau merah.
Tujuan : Pertahankan dan control terjadinya hipergranulasi.
Contoh : Alginates.
4. Epitheliating atau pink.
Tujuan : Lindungi dan cegah dari cedera.
Contoh : Minimalkan manipulasi pada luka, lindungi dengan film.

MATERI 7

(Penatalaksanaan luka akut)

Luka akut adalah luka yang sembuh sesuai dengan waktu penyembuhan luka, baik luka steril,
luka bersih, maupun luka bersih terkontaminasi

Dalam prinsip perawatan luka akut (pasca-pembedahan) steril, penanganan luka secara steril,
terutama pada fase inflamasi hingga proliferasi yaitu sekitar 21 hari. Pada usia luka 21 hari,
luka menutup dengan kesempurnaan kulit sekitar 20% sehingga kemungkinan kuman dapat
mengontaminasi luka sangat kecil.

Berikut ini adalah hal-hal yang harus diperhatikan selama perawatan luka akut steril sehingga
tidak menyebabkan luka infeksi.

1. Pertahankan prinsip steril selama tindakan dengan:


a. Menggunakan sarung tangan steril
b. Menggunakan alat-alat steril
c. Menggunakan balutan steril
d. Meminimalkan kontaminasi selama tindakan
2. Luka akut steril selama terlindungi akan sembuh dengan sendirinya
3. Lindungi luka dengan menggunakan balutan penutup yang dapat meminimalkan
kontaminasi kuman dari luar, misalnya dengan menggunakan balutan hydrocolloid, kasa
dan transparent film, dll.
4. Ganti balutan minimal setiap 3 hari sekali dan maksimal 7 hari sekali (sesuaikan dengan
kondisi luka).

MATERI 8

(Penatalaksanaan luka kronik)

Penatalaksanaan luka kronis sedikit berbeda dengan penatalaksanaan luka akut karena
kondisi lukanya berbeda walaupun pada prinsipnya penatalaksanaan luka sama yaitu
mengontrol dan menghilangkan penyebabnya, menciptakan dukungan sistemik (nutrisi dan
cairan, edema, GDS), serta mempertahankan lingkungan luka (mencegah infeksi, kebersihan
luka, jaringan mati, lembab dll).

TIME . T adalah manajemien jaringan, I adalah manajemen pengaturan kelembapan


luka,dan E adalah manajemen tepi luka untuk mendukung proses epitelisasi.

TISSUE MANAGEMENT ( Manajement membuang jaringan mati)

Tissue manajemen adalah manajemen jaringan mati, sebagai kerangka pertama dalam
mempersiapkan dasar luka,dasar luka yang dimaksud adalah menciptakan dasar luka dari
kondisi hitam(necrotic/slough) menjadi dasar luka yang berwarna merah,kondisi luka yang
berwarna menggabarkan bahwa luka dengan vaskularisasi yang sehat akan mempercepat
proses proloferasi jaringan dan pembentukan epitel.

INFECTION/INFLMATION CONTROL( Kontrol inflamasi dan infeksi)

Manajemen :

- Pencucian luka yang adekuat ,penggunaan sabun ringan sabun ringan (mild soap),juga
penggunaan antiseptic yang sifatnya tidak toksik untuk melepaskan biofilm pada
permukaan luka.
- Debridement cswd (conservative sharp wound debridment)
- Penggunaan topical/balutan antimicrobial yang tepat.
- Sistemik antibiotik harus harus diberikan sistemik infeksi seperti demam, mual, dan
muntah dan nyeri yang meningkat. Penggunaan antibiotic disesuaikan dengan
protocol atau standard kebijakan pelayanan atau sesuai hasil kultur .
- Obat anti inflamasi jika inflamasi tidak dikotrol (multi displin)
- Obat-obat yang mampu menghambat pelepasan enzim protoasea (multidisplin)
- Adjunctive therapy( terapi tambahan) seperti penggunaan ozone terapy.

MOISTURE BALANCE (kelembaban yang seimbang).

Adalah menciptakan suasana lembab pada permukaan luka dengan pemilihan


balutan yang tepat. Saat tubuh mengalami perlukaan maka tubuh secara normal akan
mengeluarkan eksudat untuk memfasiitasi sel-sel tubuh melakukan mitosis (pembelahan
sel)atau profilarasi, juga memfasilitasi tubuh melakukan proses autolisis debridment
untuk melepaskan jaringan mati pada permukaan luka.

Manajemen:

- Pengkajian cairan eksudat sangat penting terutama karakteristik/ tipe eksudat, jumlah
dan viskositas ataupun bau.
- Pemilihan balutan yang tepat berdasarkan hasil pengkajian seperti, jika kondisi luka
mengalami nekrotik (menggabarkan kondisi luka mengalami iskemia) maka sifat
balutan yang harus digunakan yang bisa merehidrasi permukaan luka(oclusive) atau
menciptakan kelembaban pada permukaan luka sehingga proses autolisis bisa berjalan
dengan baik, seperti penggunaan hydrogel plus transparent filem.
- Jika kondisi luka dengan eksudat kategori sedang sampai banyak maka pemilihan
balutan harus yang mampu menyerap eksudat namun tetap mampu menciptakan
suasana lembab pada permukaan luka seperti; foam,alginate, hydrocolloid dan
hidrofiber.
- Penggunaan vacuum therapy (NPWT) ataupun penggunaan compression bandage (
four layer bandaging) untuk kasus dengan gangguan vena untuk mengurangi
peningkatan jumlah eksudat pada luka.

EPITELIAL EDGE (TEPI LUKA)

- Adalah tindakan untuk mempercepat proses pembentukan dari tepi luka. Pada saat
terjadi kegagalan proses pembentukan epitel atau kegagalan kontraksi jaringan
terutama pada minggu ketiga(fase profilerasi) maka perluh dilakukan pengkajian
ulang ( nutrisi,dressing,,antiseptik,glukosa darah,stress,serta pertimbangan untuk
melakukan wound bed preparation.

Faktor yang harus dipertahankan untuk terjadinya proses epitelisasi adalah;

- Proliferasi harus baik dengan dasar luka harus sejajar dengan tepi luka
- Adekuat oksigen dan nutrisi
- Tepi luka bebas dari kallus atau jaringan mati/ hyperkeratosis
- Bebas dari infeksi
- Hindari dressing yang merekat kuat karna bisa menimbulkan trauma/robekan epitel
saat menggati balutan.
Manajemen epitel:

- Debridement
- Skin graft
- Biological agent
- Adjunctive therapies

MATERI 9

(PEMILIHAN BALUTAN

A. PENGERTIAN PEMILIHAN BALUTAN


Pemilihan balutan adalah menentukan balutan yang dapat mempertahankan kelembapan
dengan memperhatikan warna dasar luka, jumlah eksudate dan ada tidaknya infeksi.
B. TUJUAN PEMILIHAN BALUTAN
1. Menciptakan lingkungan yang kondusif dalam penyembuhan luka.
2. Meningkatkan kenyamanan klien.
3. Melindungi luka dan kulit sekitarnya
4. Mengurangi nyeri dengan mengeluarkan udara dari ujung saraf (kondisi oklusif).
5. Mempertahankan suhu pada luka.
6. Mengontrol dan mencegah perdarahan.
C. DRESSING IDEAL ADALAH SEBAGAI BERIKUT
1. Calcium Alginat
Terbuat dari rumput laut yang ditambahkan calciumand sodium salts of alginic acid.
Fungsi dan aplikasinya:
a. Digunakan pada dasar luka merah
b. Mampu menghentikan pendarahan minor
c. Menyerap cairan dari sedikit sampai banyak
2. Hydrogel
Mengandung air dan CMC dengan komposisi yang berbeda-beda sediaan: tube dan spray serta
lembaran
Fungsi dan aplikasinya:
a. Digunakan pada dasar luka yang kering ( hitam/kuning ) untuk menciptakan kelembaban
sehingga terjadi autolisis debridement.
b. Menghidrasi jaringan sehingga efektif pada luka bakar.
3. Hydrocolloids
Mengandung carboxymethylcellulose ( CMC ), polysaccharides dan protein.
Sediaan : lembaran, pasta dan powder.
Fungsi dan aplikasinya:
a. Balutan primer dan diaplikasi pada dasar luka merah/granulasi
4. Polyurethane foam dressing
Terbuat dari polyrethance yang memiliki pori-pori semi permeable pada lapisan permukaan
sehingga mampu menyerap cairan dan menguapkan kembali setelah terjadi absorbsi, serta
mencegah bakteri menembus kedalam luka.
Sediaan: dalam bentuk adhesie foam, non adhesive and capiy.
Fungsi dan aplikasinya:
a. Menyerap cairan lebih banyak.

5.Hydrofibre.

Terbuat dari sodium carboxymethylcellulose dan hydrocolloi fibre. Sehingga mampu menyerap
cairan dan menangkap/membatasi cairan setelah terjadi absorbsi dan mampu mencegah
maserasi kulit disekitar luka.
Sediaan dalam bentuk lembaran.
Fungsi dan aplikasinya:

Digunakan pada kondisi proliferasi

6.Zinc Cream (metcovazink salep)

Adalah racikan yang dibuat oleh ibu Widasari srigatarja sejak tahun 1997 di wocare center bogor
dan telah menyelamatkan ribuan kaki diindonesia. Balutan yang terdiri dari zinc dan vasseline,
bentuknya dalam bentuk salep dan telah didaftarkan sebagai bahan perawatan kulit. Ada tiga jenis
yaitu reguler, gold dan red
Fungsi dan aplikasinya:
a. Metcovazinc reguler dipakai pada dasar luka hitam dan kuning, yang dapat mempercepat
proses autolisis debridemant.

7.Madu/Honey

Madu dapat digunakan untuk perawatan luka akut dan kronik.Madu memiliki kemampuan antibakteri
secara alami seperti alami seperti hydrogen perixide tanpa merusak jarigan, kandugan osmolaritas
yang tinggi dapat menghambhat pertumbuhan bakteri. Kandugan lain senyawa phytochemical juga
dapat membunuh mikroorganisme.

KONSEP LEMBAB

Konsep lembab (moist wound healing) adalah metode mempertahankan lingkungan luka dalam
suasana yang lembab dengan menggunakan balutan yang sifatnya occlusive (tertutup).

MATERI 10

(perawatan luka)
Perawatan luka adalah suatu proses tindakan pencegahan komplikasi pada luka dan
peningkatan penyembuhan luka. (nursing interventions classification edisi keenam).
Gangrene adalah luka yang terinfeksi di sertai dengan adanya jaringan yang mati.
penyembuhan luka selalu terjadi melalui tahapan yang berurutan mulai dari proses inflamasi,
proliferasi, pematangan, dan penutupn luka.

A. DEBRIDEMENT
1. Defenisi Debridement

Menurut Ramundo,JE (2006) mengemukakan hal-hal sebagai berikut:


a. Debridement merupakan peristiwa yang terjadi secara alami dalam proses
penyembuhan luka.
b. Tujuan Debridement

Beberapa tujuan Debridement, antara lain:


 Debridement menurunkan bioburden pada luka
 Debridement mengendalikan dan berpotensi mencegah infeksi luka, terutama pada
luka yang mengalami perburukan.
 Debridement menfasilitasi visualisai pada dinding dan dasar luka. Dengan adanya
jaringan nekrotik, pengkajian yang akurat dan menyeluruh menjadi terganggu.
(Rolstand & Harris, 1997)
B. TEKHNIK DEBRIDEBMENT

Macam-macam tekhnik Debridement, antara lain:

1. Debridement Autolitik (Autolotyc Debridement)

a. Defenisi autolytic Debridement


Autolysis merupakan lysis jaringan nekrotik oleh sel darah putih dan
enzim tubuh, yang memasuki tempat luka selama proses inflamasi normal.
Enzim-enzim proteolytic, fibrinolytic, dan collagenolytic dilepaskan untuk
mencerna jaringan-jaringan mati yang terdapat pada luka (Rodeheaver, et al,
1994).
Menggunakan balutan khusus luka ( wound dressing) yang sesuai kondisis
luka

Dressing tersebut menfasilitasi sel fagostik dan enzim tubuh sendiri
membersihkan dasar luka

Makrofak luka memproduksi kolagenase dan protease, yang memecah dan
menghancurkan protein yang mengikat eschar atau nekrosis pada luka

Pada saat protein hancur, eschar atau nekrosis pada luka akan terlepas dan
terjadilah Debridement

Hal tersebut akan menstimulus neutrophil

Kemudian melajutkan proses Debridement

Proses Debridementtersebut diatasi, di kenal sebagai ‘Debridement
Autolisis’
2. Debridement Mekanik (Mechanical Debridement)
Mechanical Dressing merupakan Debridementnon selektif.Mechanical
dressing paling baik di gunakan pada luka-luka denga jumlah jaringan nekrotik
atau debris sedang hingga banyak.Dengan jaringan granulasi menjadi makin
prevalansi, maka metode debridement selektif di gunakan untuk mencegah injuri
pada jaringan yang sehat.

Jenis metode mechanical dressing, meliputi:


a. Debridement bedah (tajam)
b. Wound scrubbing
c. Wet to dray dressing
d. Berbagai macam bentuk hydrotherapy, seperti:
1.) Irigasi bertekanan tinggi
2.) Whirpool therapy
3.) Pulsative lavage

3. Debridement kimiawi (chemical Debridement)


Metode ini di gunakan pada luka yang tidak dapat di bedah, termasuk tidak
dapat di obati di rumah atau di panti penitipan.
Metode chemical Debridement mengangkat/membuang jaringan nekrotik atau
debris dasar luka melalui proses kimia. Metode chemical Debridement ini bisa
merupakan bentuk Debridement selektif maupun non-selektif tergantung pada zat
kimia yang di gunakan.

4. Debridement biologis (biological Debridement)


Di gunakan pada luka yang tidak dapat di obati secara bedah ataupun kimiawi,
termasuk luka yang telah gagal diobati dengan metode Debridement lainnya.

Mekanisme kerja Debridement biologis:


a. Menggunakan larva lalat atau belatung
b. Di beberapa Negara, hal ini di kenal dengan terapi larva (terapi maggot)
c. Therapy maggot di sebut juga sebagai ‘Debridement biologik’ atau
‘biosurgery’
d. Therapy maggot therapeutic meliputi penggunakan telur lalat /larva yang di
sterilkan.
e. Pada saat telur menetas, larva steril di perkenalkan pada dasar luka nekrotik.
f. Secara teoritis bahwa larva mensekresikan enzim proteolitik, meliputi
collagenase, yang memcah jaringan nekrotik
g. Larva juga berfungsi sebagai antimicrobial pada luka dengan mencerna
mikroorganisme dan mengurangi bioburden luka serta bau.
h. Balatung memakan jaringan mati atau nekrotik menyekresi kolagenase, enzim
yang mencairkan jaringan mati
i. Belatung kemudia mencerna jaringan yang mencair.

Anda mungkin juga menyukai