Anda di halaman 1dari 2

Nicholas II (18 Mei 1868 - 17 Juli 1918), yang dikenal sebagai Saint Nicholas the Passion-

Bearer di Gereja Orthodox Rusia, adalah Kaisar terakhir Rusia. Ia memerintah sejak 1 November
1894 hingga pengunduran dirinya secara paksa pada 2 Maret 1917. Pemerintahannya menandai
jatuhnya Kekaisaran Rusia dari salah satu kekuatan besar dunia yang paling penting hingga
keruntuhan ekonomi dan militer. Dia diberi julukan Nicholas Bloody atau Vile Nicholas oleh
lawan politiknya. Sejarawan Soviet menggambarkan Nicholas sebagai pemimpin yang lemah dan
tidak kompeten yang keputusannya menyebabkan kekalahan militer dan kematian jutaan
rakyatnya..

Pada 1904, timbul perang antara Rusia dan Jepang (Februari 1094-September 1905). Akar
konflik ini adalah perebutan Kota Port Arthur dan Jazirah Liadong. Kekalahan Rusia dalam perang
ini memicu ketidakpuasan rakyat terhadap pemimpinnya

Pada 22 Januari 1905 terjadi sebuah peristiwa yang dikenal dengan Bloody Sunday atau
Minggu berdarah, peristiwa ini dimulai ketika seorang pastor radikal Georgy Apollonovich Gapon
memimpin ribuan orang Rusia untuk berdemonstrasi dan menyuarakan protes terhadap Tsar
Nicholas II di Istana Musim Dingin di St. Petersburg. Mereka pun mengutarakan beberapa tuntutan
terhadap Tsar. Namun, alih-alih didengarkan, Gapon dan ribuan orang yang terlibat dalam aksi
tersebut justru diberondong tembakan oleh pasukan kekaisaran. Tidak jelas berapa jumlah korban
penembakan tersebut, namun sedikitnya ratusan orang tewas dan mengalami luka – luka.
Meskipun tidak sedang berada di Istana Musim Dingin serta tidak memberikan perintah kepada
tentara untuk menembak, Tsar disalahkan sebagai orang yang bertanggung jawab atas tewasnya
para pendemo.
Kebiadaban pasukan kekaisaran akhirnya memicu gelombang demonstrasi dan kerusuhan
yang kian masif di seluruh Rusia. Peristiwa tersebut berujung pada Reformasi Konstitusional
dengan ditandatanganinya manifesto yang menjanjikan reformasi, pendirian Duma Negara atau
majelis legislatif, dan dasar kebebasan sipil di Rusia. Tak lama kemudian, Nicholas membubarkan
Duma karena dianggap melawan rencana kaisar. Kondisi ini menjadikan rakyat semakin tidak puas
dan mendukung gerakan Bolshevik pimpinan Vladimir Lenin.
Ketidakpuasaan rakyat semakin bertambah ketika Tsar membawa Rusia ke dalam Perang
Dunia I yang menyebabkan kelangkaan pangan di Rusia dan anjloknya moral para tentara karena
kekalahan yang dialami Rusia. Kondisi semakin kacau dan akhirnya pada Maret 1917, revolusi
pecah di Kota Petrograd atau kini disebut Saint Petersburg yang mengakibatkan lengsernya
Nicholas II dari kursi kekaisaran. Lengsernya Nicholas II dari tahtanya sekaligus mengakhiri
dominasi Dinasti Romanov yang sudah berkuasa selama 300 tahun.
Setelah lengser dari tahtanya, pemerintahan transisi Rusia membawa keluarga kerajaan ke
kota Tobolsk di pegunungan Ural untuk menjauhkan mereka dari gelombang revolusi. Pada pada
30 April 1918, keluarga Nicholas dibawa ke kota Yekaterinburg. Di kota itu, Nicholas dan
keluarganya ditahan di sebuah rumah dua lantai milik seorang teknisi militer Nikolay
Nikolayevich Ipatiev. Hingga akhirnya, keluarga Nicholas II yang terdiri dari dirinya, istrinya
Alexandra Feodorovna, anak-anak mereka, yakni Alexei, Olga, Tatiana, Maria, dan Anastasia,
dokter keluarga Evgeny Botkin, serta tiga staf rumah tangga, masing-masing Alexei Trupp, Anna
Demidova, dan Ivan Kharitonov dieksekusi di sebuah ruang bawah tanah oleh kaum Bolshevik.
Peristiwa ini terjadi pada 17 Juli 1918

Anda mungkin juga menyukai