Anda di halaman 1dari 30

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Sistem Pendukung Keputusan ( Decision Support System )

Sistem pendukung keputusan merupakan sebuah sistem informasi yang

menggunakan model keputusan, sebuah database dan sebuah wawasan dari

pembuat keputusan dalam sebuah proses pemodelan yang ad hoc dan interaktif

untuk mencapai sebuah keputusan yang spesifik oleh seorang pembuat keputusan

yang spesifik (James O'Brien, 2014). Dalam implementasi SPK, hasil dari

keputusan-keputusan dari sistem bukanlah hal yang menjadi patokan,

pengambilan keputusan tetap berada pada pengambil keputusan. Sistem hanya

menghasilkan keluaran yang mengkalkulasi data-data sebagaimana pertimbangan

seorang pengambil keputusan. Sehingga kerja pengambil keputusan dalam

mempertimbangkan keputusan dapat dimudahkan (Wibowo, 2011). Pada

dasarnya SPK dirancang untuk mendukung seluruh tahap pengambilan keputusan

mulai dari mengidentifikasi masalah, memilih data yang relevan, menentukan

pendekatan yang digunakan dalam proses pengambilan keputusan, sampai

mengevaluasi pemilihan alternatif (Fitriyani, 2016).

Adapun ciri – ciri sistem pendukung keputusan yang dirumuskan oleh

(Keen, 1996) sebagai berikut:

a. SPK ditujukan untuk membantu keputusan-keputusan yang kurang

terstruktur dan umumnya dihadapi oleh para manajer yang berada

ditingkat puncak.
b. SPK merupakan gabungan antara kumpulan model kualitatif dan

kumpulan data

c. SPK memiliki fasilitas interaktif yang dapat mempermudah hubungan

antara manusia dengan komputer.

d. SPK bersifat luwes dan dapat menyesuaikan dengan perubahan-

perubahan yang terjadi

Dalam penelitian ini, mendeskripsikan bahwa sistem pendukung keputusan

yaitu suatu sistem yang ditujukan kepada pihak dinas komunikasi dan informatika

untuk membantu dalam menentukan sebuah keputusan terhadap alternatif (

perusahaan pemenang lelang barang / jasa) yang melakukan verifikasi data atau

verifikasi kelengkapan data suatu perusahaan tersebut.

2.1.1 Proses Pengambilan Keputusan

Menurut (Simon, 1960), Merumuskan tahapan - tahapan dalam

pengambilan keputusan diantaranya sebagai berikut :

1. Intelligence

Pengumpulan informasi untuk mengindetifikasikan permasalahan.

2. Design

Tahap perancangan solusi dalam bentuk alternatif pemecahan masalah.

3. Choice

Tahap memilih dari solusi dari alternatif – alternatif yang disediakan.

4. Implementation

Tahap melaksanakan keputusan dan melaporkan hasilnya.


Sedangkan menurut (James L. Gibson, 1986) proses pengambilan keputusan

ditetapkan kebijakan untuk menangani masalah yang identik, maka manajer tidak

dituntut untuk mengembangkan dan mengevaluasi setiap munculnya masalah.

Adapun tahapannya sebagai berikut:

1. Intelligence

a. Identifikasi dan definisi masalah

Tahap ini meliputi kegiatan pengambilan informasi, proses informasi, dan

pertimbangan yang mendalam. Organisasi dapat diukur dengan perbedaan

antara tingkat hasil yang diharapkan pada perumusan tujuan dan sasaran

dengan hasil yang dicapai sesungguhnya.

b. Tipe – tipe Masalah

Masalah–masalah terstruktur (structured problems) merupakan masalah

pada umumnya, terus terang dan jelas dalam hal informasi yang membutuhkan

untuk menyelesaikanya. Sebagai contoh, masalah–masalah pribadi biasanya

terjadi ketika pembuatan keputusan kenaikan gaji dan promosi permintaan

liburan, tugas-tugas kepanitian, dan sebagainya. Masalah tidak terstruktur

(unstructured problems) merupakan masalah yang membingungkan dan

memiliki informasi yang terbatas dalam situasi yang baru atau tidak terduga.

Contohnya, perusahaan dihadapi pada problem dimana unit bisnisnya terpaksa

dijual karena hilangnya pelanggan.


2. Design

a. Mengembangkan Alternatif Pemecahan

Pengembangan alternatif merupakan proses pencarian dimana

lingkungan intern dan ekstern yang relavan dari organisasi diperiksa untuk

memberikan informasi yang dapat dikembangkan menjadi alternatif yang

mungkin. Namun demikian, manajer harus ingat akan beberapa

keterbatasan dalam setiap alternatif, misalnya keterbatasan dalam masalah

hukum, etika, peraturan yang ada.

b. Evaluasi alternatif pemecahan

Pada situasi yang lain, manajemen lebih sering menghadapi situasi

dengan kepastian yang tinggi. Dalam hal ini tidak mudah memperkirakan

konsekuesin dari keputusan. Situasi resiko dengan tidak pasti berada

diantara dari ekstern tersebut

3. Choice

Tahap ke empat merupakan tindakan terpenting yaitu memilih alternatif

terbaik diantara alternatif – alternatif yang telah dinilai dan di evaluasi. Tujuan

pemilihan alternaif adalah memecahka masalah agar dapat mencapai tujuan dan

sasaran yang telah ditentukan sebelumnya. Walaupun manajer sebagai

pengambil keputusan memilih alternatif dengan harapan mencapai sasaran,

tetapi memilih tersebut seharus tidak dipandang sebagai suatu aktifitas yang

mandiri.
4. Implementation

a. Implementasi keputusan

Implementasi mencakup pencapaian keputusan itu kepada orang–orang

yang terkait dan mendapatkan komitmen mereka pada keputusan tersebut. Oleh

karena itu pekerjaan manajer tidak hanya terbatas pada keterampilan memilih

pemecahan yang baik, akan tetapi meliputi juga pengetahuan dan keterampilan

yang perlu untuk melaksanakan pemecahan masalah tersebut menjadi perilaku

dalam organisasi.

b. Evaluasi dan Pengendalian

Tahap terakhir adalah monitor dan evaluasi. Tahap ini dilaksanakan untuk

memastikan bahwa pelaksanaan keputusan yang diambil mengenai sasaran dan

tujuan yang ingin dicapai. Jika ternyata tujuan tidak tercapai, manajer dapat

melakukan respon dengan cepat.

c. Gaya dan Model Pengambilan Keputusan

Gaya Manajer dalam pengambilan keputusan akan banyak diwarnai oleh

beberapa hal seperti latar belakang pengetahuan, perilaku pengalaman, dan

sejenisnya.
2.1.2 Komponen sistem pendukung keputusan
Menurut (Riadi, 2013), Secara umum sistem pendukung keputusan

dibangun oleh tiga komponen besar yaitu database Management, Model Base dan

Software System/User Interface. Komponen SPK tersebut dapat digambarkan

seperti gambar di bawah ini.

Gambar 2.1 Komponen SPK (Riadi, 2013)

1. Database Management

Merupakan subsistem data yang terorganisasi dalam suatu basis data. Data

yang merupakan suatu sistem pendukung keputusan dapat berasal dari luar

maupun dalam lingkungan. Untuk keperluan SPK, diperlukan data yang relevan

dengan permasalahan yang hendak dipecahkan melalui simulasi.


2. Model Base

Merupakan suatu model yang merepresentasikan permasalahan kedalam

format kuantitatif (model matematika sebagai contohnya) sebagai dasar

simulasi atau pengambilan keputusan, termasuk didalamnya tujuan dari

permaslahan (objektif), komponen-komponen terkait, batasan-batasan yang ada

(constraints), dan hal-hal terkait lainnya. Model Base memungkinkan

pengambil keputusan menganalisa secara utuh dengan mengembangkan dan

membandingkan solusi alternatif.

3. User Interfase / Pengelolaan Dialog

Terkadang disebut sebagai subsistem dialog, merupakan penggabungan

antara dua komponen sebelumnya yaitu Database Management dan Model Base

yang disatukan dalam komponen ketiga (user interface), setelah sebelumnya

dipresentasikan dalam bentuk model yang dimengerti komputer. User Interface

menampilkan keluaran sistem bagi pemakai dan menerima masukan dari

pemakai kedalam sistem pendukung keputusan.


2.2 Pengadaan Barang dan Jasa

2.2.1 Definisi Pengadaan Barang dan Jasa

Menurut (PERPRES No 54, 2010), pengadaan barang dan jasa merupakan

suatu kegiatan pengadaan dalam hal untuk mendapatkan barang dan jasa.

Tahapan-tahapan dalam pengadaan barang dan jasa dengan prakualifikasi yaitu:

a. Pengumuman prakualifikasi

b. Pengambilan dokumen prakualifikasi

c. Pemasukan dokumen prakualifikasi

d. Evaluasi dokumen prakualifikasi

e. Penetapan hasil prakualiflkasi x

f. Pengumuman hasil prakualifikasi

g. Masa sanggah prakualifikasi

h. Undangan kepada peserta yang lulus prakualifikasi

i. Pengambilan dokumen lelang umum

j. Penjelasan

k. Penyusunan berita acara penjelasan dokumen lelang dan perubahannya

l. Pemasukan penawaran

m. Pembukaan penawaran

n. Evaluasi penawaran

o. Penetapan pemenang
p. Pengumuman pemenang

q. Masa sanggah

r. Penunjukan pemenang

s. Penandatanganan kontrak

2.2.2 Landasan Hukum Pengadaan Barang dan Jasa

1. Dasar Hukum

a. Perpres No. 54 Tahun 2010, tentang pedoman pelaksanaan pengadaan

barang dan jasa pemerintah

b. Inpres No. 5 Tahun 2003, tentang paket kebijakan ekonomi menjelang dan

sesudah berakhimya program kerjasama dengan international monetary

fund

c. Inpres No. 5 Tahun 2004, tentang percepatan pemberantasan korupsi

d. Perpres No. 8 tahun 2006, tentang perubahan keempat atas keputusan

Presiden No. 8 Tahun 2003, tentang pedoman pelaksanaan pengadaan

barang/jasa pemerintah

2. Peraturan Perundang

a. Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2003 Tentang Kebijakan dan Strategi

Pengembangan e-Government Lamp. 1 : Menteri dalam melakukan

pemantapan e-Gov perlu membuat situs transaksi elektronik dalam

pelayanan publik.

b. Keputusan Presiden Nomor 50 Tahun 2003 tentang pedoman pelaksanaan

pengadaan barang/jasa instansi pemerintah. pasal 3 : Pengadaan barang/jasa

wajib menerapkan prinsip-prinsip - terbuka dan bersaing. pasal 10 :


Panitia/Pejabat pengadaan harus mengumumkan pengadaan barang/jasa

melalui media cetak dan papan pengumuman resmi untuk penerangan

umum dan jika memungkinkan melalui media elektronik.

2.3 Metode SMART (Simple Multi Attribut Rating Technique)

2.3.1 Pengertian Metode SMART

SMART (Simple Multi Attribute Rating Technique) merupakan metode

pengambilan keputusan multi kriteria yang dikembangkan oleh Edward pada

tahun 1977. Menurut (Novianti, 2016), teknik pengambilan keputusan multi

kriteria ini didasarkan pada teori bahwa setiap alternatif terdiri dari sejumlah

kriteria yang memiliki nilai-nilai dan setiap kriteria memiliki bobot yang

menggambarkan seberapa penting dibandingkan dengan kriteria lain. Pembobotan

ini digunakan untuk menilai setiap alternatif agar diperoleh alternatif terbaik.

SMART menggunakan linear additive model untuk meramal nilai setiap

alternatif. Menurut (Auliya, 2015), SMART merupakan metode pengambilan

keputusan yang fleksibel. SMART lebih banyak digunakan karena

kesederhanaanya dalam merespon kebutuhan pembuat keputusan dan caranya

menganalisa respon. Analisa yang terlibat adalah transparan sehingga metode ini

memberikan pemahaman masalah yang tinggi dan dapat diterima oleh pembuat

keputusan.
Menurut (Shepetukha, 2001), Model fungsi utility linear yang digunakan

metode SMART :

.....................(2.1)

Keterangan :

a. Wj adalah pembobtan kriteria ke-j dari k kriteria

b. Uij adalah nilai utility alternatif i pada kriteria j.

c. Pemilihan keputusan adalah mengidentifikasi mana dari n alternatif yang

mempunyai nilai fungsi terbesar

d. Nilai fungsi ini juga dapat digunakan untuk merangking n alternatif

2.3.1 Proses Pemodelan SMART

Menurut (Auliya, 2015), Edwards mendefinisikan ada beberapa langkah

dalam penyelesaian metode SMART, yaitu :

1. Mengidentifikasi masalah keputusan.

Pendefenisian masalah harus dilakukan untuk mencari akar masalah dan

batasan-batasan yang ada. Keputusan seperti apa yang akan diambil harus

didefenisikan terlebih dahulu, sehingga proses pengambilan keputusan dapat

terarah dan tidak menyimpang dari tujuan yang akan dicapai. Pendefenisian

pembuat keputusan (decision maker) dilakukan agar pemberian nilai terhadap

kriteria dapat sesuai dengan kepentingan kriteria tersebut terhadap alternatif.


2. Mengidentifikasi kriteria – kriteria yang digunakan dalam membuat

keputusan.

3. Mengidentifikasi alternatif – alternatif yang di evaluasi.

4. Mengidentifikasi batasan kriteria yang relevan untuk penilaian alternatif.

Perlu untuk membatasi nilai. Ini dapat dicapai dengan menghilangkan tujuan

yang kurang penting. Edwards berpendapat bahwa tidak perlu memiliki daftar

lengkap suatu tujuan. Lima belas dianggap terlalu banyak dan delapan dianggap

cukup besar.

5. Melakukan peringkat terhadap kedudukan kepentingan kriteria.

Dalam hal ini dinilai cukup mudah dibandingkan dengan pengembangan

bobot. Hal ini perlu dilakukan untuk dapat memberikan bobot pada setiap kriteria.

Karena bobot yang diberikan pada kriteria akan bergantung pada perangkingan

kriteria.

6. Memberi bobot pada setiap kriteria.

Pemberian bobot diberikan dengan nilai yang dapat ditentukan oleh user

sendiri. Dalam hal ini akan dilakukan dua kali pembobotan yaitu berdasarkan

kriteria yang dianggap paling penting dan berdasarkan kriteria yang dianggap

paling tidak penting. Kriteria yang dianggap paling penting diberikan nilai 100.

Kriteria yang penting berikutnya diberikan sebuah nilai yang menggambarkan

perbandingan kepentingan relatif ke dimensi paling tidak penting. Proses ini akan

diteruskan sampai pemberian bobot ke kriteria yang dianggap paling tidak penting

diperoleh. Langkah yang sama juga akan dilakukan dengan membandingkan


kriteria yang paling tidak penting yang diberikan nilai 10. Kriteria yang paling

penting berikutnya diberikan sebuah nilai yang menggambarkan perbandingan

kepentingan relatif ke dimensi paling penting. Proses ini akan diteruskan sampai

pemberian bobot ke kriteria yang dianggap paling penting diperoleh.

7. Menghitung normalisasi bobot kriteria.

Bobot yang diperoleh akan dinormalkan dimana bobot setiap kriteria yang

diperoleh akan dibagikan dengan hasil jumlah setiap bobot kriteria. Normalisasi

juga akan dilakukan berdasarkan kriteria yang paling penting dan kriteria yang

paling tidak penting. Nilai dari dua normalisasi yang diperoleh akan dicari nilai

rata-rata nya.

Langkah 0 :

Jika i = 0 maka proses berhenti

Jika i > 0 maka proses berlanjut ke langkah 1.

Langkah 1 :

Hitung normalisasi bobot

.................(2.2)

a. nwj = Normalisasi bobot kriteria

b. k = Jumlah kriteria
c. wn = bobot kriteria n

8. Mengembangkan single-attribute utilities.

Yang mencerminkan seberapa baik setiap alternatif dilihat dari setiap kriteria.

Tahap ini adalah memberikan suatu nilai pada semua kriteria untuk setiap

alternatif . Dalam bidang ini seorang ahli memperkirakan nilai alternatif dalam

skala 0 – 100. Dimana 0 sebagai nilai minimum dan 100 sebagai nilai maksimum.

Dalam pembobotan alternatif menggunakan rumus konversi untuk mencari bobot

alternatif personel berdasarkan kriteria yang ditentukan.

........................(2.3)

a. uij = nilai utility kriteria ke-j untuk alternatif ke-i

b. cmax = nilai kriteria maksimal

c. cmin = nilai kriteria minimal

d. cout i = nilai kriteria ke-i

9. Menghitung penilaian/utilitas terhadap setiap alternatif Perhitungan dilakukan

menggunakan SMART.

10. Memutuskan

Nilai utilitas dari setiap alternatif akan diperoleh dari langkah 9. Jika suatu

alternatif tunggal yang akan dipilih, maka pilih alternatif dengan nilai utilitas

terbesar.
2.4 Penelitian Terkait

Tabel 2.1 Penelitian terkait metode SMART

Nama ; tahun penelitian Muhammad Auliya B ; 2015

Judul penelitian Aplikasi penilaian kinerja karyawan

menggunakan metode SMART

Hasil Pembahasan Setelah dilakukan perangkingan

berdasarkan proses perhitungan dari nilai

total masing masing alternatif, maka

metode SMART dapat memberikan rujukan

dan rekomendasi untuk mendukung

keputusan manager operasional dalam

menentukan karyawan yang mendapatkan

prestasi berdasarkan alternatif dan kriteria

masing masing karyawan.

Kelebihan - Efektif dalam mempermudah

manager dalam melakukan proses

perhitungan kinerja karyawan.

- Dapat menerapkan jenis kriteria

sesuai dari pedoman pihak

managemen.
Kekurangan Data karyawan berdasarkan data dari satu

pihak tanpa adanya validasi dari pihak lain

artinya keaslian data tersebut masih

dipertanyakan.

Perbedaan Penelitian Penelitian yang dilakukan Muhammad

Auliya B tidak ada perhitungan sub kriteria

dan hanya menghitung nilai total kriteria.

Dan pada penelitian layanan verifikator

yang dilakukan selain perhitungan kriteria

adanya perhitungan sub kriteria yaitu untuk

mengetahui data dari kriteria tersebut serta

sub kriteria tersebut memiliki nilai

tersendiri.

Nama ; Tahun penelitian Diana diana; 2016

Judul penelitian Sistem pendukung keputusan menentukan

kelayakan bisnis menerapkan simple multi

attribute rating technique (smart)

Hasil Pembahasan Metode SMART dapat diterapkan untuk

menentukan kelayakan bisnis dengan

kriteria Payback period (PP), Net Present


Value (NPV), Average Rate of Return

(ARR), Internal Rate of Return (IRR),

Kelebihan Dapat menerapkan metode perhitungan lain

yaitu Payback period (PP), Net Present

Value (NPV), Average Rate of Return

(ARR), Internal Rate of Return (IRR) pada

metode SMART

Kekurangan - Tidak ada perhitungan sub kriteria

dan hanya menghitung kriteria.

- Data nilai diinputkan oleh pengguna

sehingga data tersebut bisa

dimanipulasi kriterianya nilainya.

Perbedaan Penelitian yang dilakukan Diana tidak ada

perhitungan sub kriteria dan hanya

menghitung nilai total kriteria. Dan pada

penelitian layanan verifikator yang

dilakukan selain perhitungan kriteria

adanya perhitungan sub kriteria yaitu untuk

mengetahui data dari kriteria tersebut serta

sub kriteria tersebut memiliki nilai

tersendiri. Dan data verifikasi hanya diisi

atau diinputkan oleh admin sehingga data

tersebut tidak dapat dimanipulasi


keasliannya dan akan menghasilkan data

yang akurat.

Nama ; Tahun penelitian Suryanto ; 2015

Judul penelitian Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan

Karyawan Teladan dengan Metode

SMART (Simple Multi Attribute Rating

Technique)

Hasil Pembahasan Aplikasi sistem pendukung keputusan

pemilihan karyawan teladan ini telah

berhasil dibangun untuk Metro Plaza

swalayan pemilihan karyawan untuk

menghasilkan keputusan yang lebih

objektif, terkomputerisasi dan mengurangi

terjadinya human error. Berdasarkan

penelitian berupa kuesioner yang dilakukan

terhadap Admin didapatkan hasil

persentase sistem berada pada kisaran

angka 83,57% sesuai pada realitas jawaban

yang diharapkan, sehingga sistem ini sudah

dikatakan user interface dan manager

didapatkan hasil persentase sistem berada


pada kisaran angka 83% sesuai pada realitas

jawaban yang diharapkan

Kelebihan Menghitung nilai kuisioner dengan metode

SMART

Kekurangan Data kriteria berupa hasil kuisioner yang

dilakukan dan tidak ada sub kriteria.

Perbedaan Pada penelitian layanan verifikator terdapat

data kriteria yang memiliki bobot nilai dan

sub kriteria yang memiliki bobot nilai

artinya data bukan hanya pada nilai kriteria

tapi di jumlahkan dengan sub kriteria. Dan

pada penelitian yang dilakukan oleh

Suryanto hanya menghitung kriteria dan

kriteria tersebut hanya 3 kriteria yaitu ya,

tidak dan tidak tahu sehingga sulit untuk

mengambil keputusan bahwa data tersebut

akurat karena hanya berdasarkan data

kuisioner yang dilakukan.

Nama ; tahun penelitian Nandik Sesnika ; 2016

Judul penelitian Aplikasi sistem pendukung keputusan

pemilihan gedung serba guna di kota


bengkulu dengan menggunakan metode

SMART berbasis android

Hasil pembahasan Penelitian ini dibangun dengan

memberikan kemudahan kepada pengguna

dalam menentukan atau memilih gedung

serbaguna dengan menerapkan metode

SMART.

Kelebihan - Melakukan perhitungan bobot

kriteria

- Melakukan perhitungan sub kriteria

- Melakukan perhitungan nilai utility

Kekurangan Tidak ada perhitungan normalisasi

Perbedaan Pada penelitian layanan verifikator terdapat

perhitungan normalisasi yaitu untuk

membatasi nilai keseluruhan suatu data

yang dimasukkan.

Nama ; Tahun penelitian Dwi Novianti ; 2016

Judul Penelitian Sistem Pendukung Keputusan Berbasis

Web Untuk Pemilihan Café Menggunakan

Metode Smart (Simple Multi-Attribute


Rating Technique) (Studi Kasus : Kota

Samarinda)

Hasil Pembahasan Mengimplementasikan Metode Simple

Multi Attribute Rating Technique

(SMART) sistem mampu melakukan hasil

perhitungan dari setiap cafe sebagai hasil

rekomendasi yang disarankan sebagai

pemilihan cafe pada setiap kriteria. Sistem

dapat membantu calon konsumen cafe

dalam proses pengambilan keputusan

dalam memilih cafe yang sesuai dengan

keinginan konsumen. Hasil pengujian

sistem maka konsumen café menginputkan

kriteria yang ada pada sistem, nilai inputan

user dihitung menggunakan metode Simple

Multi Attribute Rating Technique, setelah

itu dicari nilai yang paling mendekati antara

nilai inputan user dan nilai dari masing-

masing cafe. Kemudian akan dihasilkan

rekomendasi cafe yang sesuai dengan

kriteria yang sudah diinputkan oleh

konsumen cafe. Hasil dari pengujian sistem


secara manual sesuai dengan hasil dari

pengujian menggunakan sistem

Kelebihan - Terdapat perhitungan kriteria dan

sub kriteria yang memiliki nilai

tersendiri.

- Terdapat perhitungan nilai utiliti

Kekurangan Data tidak dapat dikatakan valid karena

data tersebut diinputkan oleh user dan

bukan berdasarkan hasil survei dari pihak

peneliti ataupun yang berkaitan

Perbedaan Layanan verifikator terdapat kriteria yang

menentukan suatu kelayakan data dimana

data tersebut dinamakan sub kriteria yang

memiliki nilai sendiri.

Nama ; Tahun penelitian C. S. Yap; K. S. Raman; C. M. Leong ; 1992

Judul penelitian Methods for information system project

selection: an experimental study of AHP

and SMART (Metode pemilihan proyek

sistem informasi: studi eksperimental dari

AHP dan SMART )


Hasil pembahasan Metode multi-kriteria seperti AHP dan

SMART cenderung digunakan lebih luas

untuk memprioritaskan proyek IS. Studi ini

memberikan tambahan yang berguna untuk

literatur dengan memberikan wawasan ke

dalam kekuatan dan kelemahan relatif dari

AHP dan SMART. Meskipun AHP

didasarkan pada pondasi teoritis yang kuat

dan sangat dianjurkan oleh para

pendukungnya sebagai metode yang baik

untuk pemilihan proyek IS , hasil penelitian

ini menunjukkan bahwa AHP tidak

seefektif SMART, terutama untuk masalah

pemilihan yang melibatkan sejumlah besar

altematif dan kriteria seleksi. SMART lebih

praktis daripada AHP karena dapat

digunakan secara manual, bahkan untuk

masalah yang cukup rumit. AHP hanya

dapat diterapkan secara manual untuk

masalah sederhana, dan bahkan kemudian,

cukup banyak waktu yang diperlukan.

Secara khusus, SMART lebih baik dalam

memunculkan tujuan dan preferensi


pembuat keputusan, dalam klarifikasi

masalah, dan dalam hal persyaratan waktu.

Tugas-tugas yang terlibat dalam

menggunakan SMART juga lebih mudah

dipahami dibandingkan dengan AHP.

Kelebihan Membandingkan metode AHP dan SMART

untuk menentukan dan membandingkan

dalam pemilihan proyek perusahaan

manager IS

Kekurangan Membandingkan metode AHP dan SMART

tanpa adanya perhitungan pada metode-

metode tersebut sehingga sulit untuk

memahami penelitian terkait tersebut.

Perbedaan Penelitian yang dilakukan C. S. Yap; K. S.

Raman; C. M. Leong yaitu membandingan

antara metode AHP dan SMART untuk

menentukan pemilihan proyek perusahaan

IS dengan hasil metode SMART lebih

dalam memunculkan tujuan preferensi

pembuat keputusan, dalam klarifikasi

masalah, dan dalam hal persyaratan waktu.

Terkait dengan penelitian yang dilakukan .

S. Yap; K. S. Raman; C. M. Leong maka


Pada penelitian layanan verifikator

mengggunakan metode SMART untuk

melakukan verifikasi data perusahaan

pemenang lelang barang/jasa.

Nama ; Tahun penelitian R. M. Melo; D. D. Medeiros; A. T. de

Almeida; 2001

Judul Penelitian Selection and Ranking of Improvement

Approaches in Construction Companies:

SMARTS Method (Seleksi dan

Pemeringkatan Pendekatan Perbaikan

dalam Perusahaan Konstruksi: Metode

SMARTS)

Hasil Pembahasan Melakukan perangkingan perbaikan dalam

perusahaan kontruksi atau memeilih

perbaikan mana yang harus didahulukan

berdasarkan keuangan perusahaan dan

berdasarkan kendala atau keadaan

keuangan perusahaan kontruksi baik itu

menengah dan besar untuk memecahkan

permasalan tersebut dengan menggunakan

metode SAMRT dapat membantu dalam


pemilihan alternatif perbaikan perusahaan

kontruksi berdsarkan kendala keuangan

perusahaan kontruksi tersebut.

Kelebihan Terdapat perhitungan utillity multi attribute

pada setiap alternatif.

Kekurangan Perhitungan didasari pada penjumlahan

kriteria dan tidak ada penjumlahan sub

kriteria sehingga data yang dihasilkan

hanya berdasarkan penjumlahan kriteria.

Perbedaan Penelitian terkait membahas perangkingan

perbaikan perusahaan kontruksi dengan

metode SMART yang hanya menggunakan

perhitungan kriteria. Penelitian layanan

verifikatr menggunakan metode SMART

dengan tujuan memverifikasi kelengkapan

data perusahaan pemenang lelang dan

adanya perhitungan sub kriteria.


DAFTAR PUSTAKA

54, P. (2010, Mei 31). Pengertian Definisi Pengadaan Barang dan Jasa. Dipetik

Mei 31, 2018, dari KAMAR SEMUT:

http://www.kamarsemut.com/2015/05/pengertian-definisi-pengadaan-

barang.html

54, P. N. (2015). Landasan hukum pengadaan barang dan jasa. Dipetik Mei 31,

2018, dari http://www.kamarsemut.com/2015/05/pengertian-definisi-

pengadaan-barang.html

Auliya, M. (2015). SMART merupakan SPK yang fleksibel. Aplikasi penilaian

kinerja karyawan menggunakan metode SMART, 1, 36.

Diana, D. (2016). Sistem pendukung keputusan menentukan kelayakan bisnis

menerapkan simple multi attribute rating technique (SMART), 18, 113-124

Dwi Novianti, I. F. ( 2016). Sistem Pendukung Keputusan Berbasis Web Untuk

Pemilihan Café Menggunakan Metode Smart (Simple Multi-Attribute

Rating Technique) (Studi Kasus : Kota Samarinda) .

Fitriyani. (2016, Agustus). Pada dasarnya SPK dirancang untuk mendukung

seluruh tahap. Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Mahasiswa

Berprestasi di STMIK Atma Luhur, 02, 110-118.

James L. Gibson. (1986). Proses pengambilan keputusan. Retrieved Mei 31,

2018, from https://sinhansemm.wordpress.com/pengambilan-keputusan/


James O'Brien, G. M. (2014). Pengertian sistem pendukung keputusan. Dipetik

Mei 28, 2018, dari https://www.noficahyono.com/2016/12/pengertian-

sistem-pendukung-keputusan.html

Keen, A. (1996). Ciri - ciri SPK. Dipetik Mei 31, 2018, dari

http://rayshamd.wixsite.com/clawyshaa/single-post/2016/10/13/Macam-

Macam-SPK-dalam-Pengambilan-Keputusan

Melo, R. M., Medeiros, D. D., & Almeida, A. T. (2001). Selection and Ranking of

improvement approaches in construction caompanies : SMART, 81-85.

Nandik Sesnika, D. A. (2016). Aplikasi sistem pendukung keputusan pemilihan

gedung serba guna di kota bengkulu dengan menggunakan metode

SMART berbasis android, 4.

Novianti, D. (2016). Pengertian metode SMART. Sistem Pendukung Keputusan

Berbasis Web Untuk Pemilihan Café Menggunakan Metode Smart (Simple

Multi-Attribute Rating Technique) (Studi Kasus : Kota Samarinda) , 462.

Riadi, M. (2013). Komponen sistem pendukung keputusan. Dipetik Mei 28, 2018,

dari https://www.kajianpustaka.com/2013/09/sistem-pendukung-

keputusan-spk.html

Shepetukha. (2001). Model fungsi utiliti linear. Dipetik Mei 28, 2018, dari

https://text-id.123dok.com/document/nq7wgkoz6-metode-simple-multi-

attribute-rating-technique-smart.html
Simon, H. A. (1960). proses pengambilan keputusan. Dipetik Mei 28, 2018, dari

https://sinhansemm.wordpress.com/pengambilan-keputusan/

Suryanto, M. S. (2015). Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Karyawan

Teladan dengan Metode SMART (Simple Multi Attribute Rating

Technique), 1.

Wibowo. (2011). Sistem Pendukung Keputusan. Retrieved Mei 28, 2018, from

http://digilib.unila.ac.id/888/8/BAB%20II.pdf

Yap, C. S., Raman, K. S., & Leong, C. M. (1992). Methods for information system

project selection : an experimental of AHP and SMART, 3, 578-589.

Anda mungkin juga menyukai