Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK

“Konsep Menua”

OLEH :

KELOMPOK 5 B11-A

NI MADE SRI DAMAYANTI (183222936)


NI MADE WIDIADNYANI (183222937)
NI MADE YUNI ANTARI (183222938)
NI PUTU AYU SWASTININGSIH (183222939)
NI PUTU EKA PRADNYA KARTINI (183222940)
NI PUTU ITA MARTARIANI (183222941)
NI PUTU NICK TRI DANYATI (183222942)
NI PUTU RISKI DAMAYANTI (183222943)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


STIKES WIRA MEDIKA PPNI BALI
2019

i
KATA PENGANTAR

Om Swastyastu
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga kami mampu
menyelesaikan makalah tentang konsep menua ini tepat pada waktunya. Adapun
makalah ini merupakan salah satu tugas dari Keperawatan Gerontik.
Dalam menyelesaikan penulisan makalah ini, kami mendapat banyak bantuan dari
berbagai pihak dan sumber. Karena itu kami sangat menghargai bantuan dari semua
pihak yang telah memberi kami bantuan dukungan juga semangat, buku-buku dan
beberapa sumber lainnya sehingga tugas ini bias terwujud. Oleh karena itu, melalui
media ini kami sampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya dan jauh
dari kesempurnaan karena keterbatasan kemampuan dan ilmu pengetahuan yang kami
miliki. Maka itu kami dari pihak penyusun sangat mengharapkan saran dan kritik
yang dapat memotivasi saya agar dapat lebih baik lagi dimasa yang akan datang.

Om Santih, Santih, Santih Om

Denpasar, 14 Februari 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii


DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 3
1.2 Rumuan Masalah ............................................................................................. 4
1.3 Tujuan ............................................................................................................. 4
1.4 Manfaat ........................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Penuaan ......................................................................................... 6
2.2 Teori – teori Penuaan ...................................................................................... 7
2.2.1 Teori Penuaan ............................................................................................ 8
2.2.2 Proses Tahapan Penuaan ............................................................................ 14
2.3 Perubahan pada proses penuaan ...................................................................... 16
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan .................................................................................................... 23
3.2 Saran ................................................................................................................ 23
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 25

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Latar Belakang Penuaan adalah sebuah proses yang pasti dialami semua
orang, hal ini berarti perubahan pada fisiologi dan anatomi jantung juga akan
terjadi pada semua orang. Dengan bertambahnya usia, wajar saja bila kondisi dan
fungsi tubuh pun makin menurun. Usia lanjut adalah usia yang sangat renta
terhadap berbagai penyakit. Pada umumnya yang mendasari penyakit disaat
lanjut usia adalah akibat dari sisa penyakit yang pernah diderita di usia muda,
penyakit karena akibat kebiasaan dimasa lalu (seperti: merokok, minum alkohol
dan sebagainya) dan juga penyakit tertentu yang mudah sekali menyerang saat
usia lanjut. Tak heran bila pada usia lanjut, semakin banyak keluhan yang
dilontarkan karena tubuh tak lagi mau bekerja sama dengan baik seperti kala
muda dulu.
Penyakit yang berhubungan dengan kardiovaskular pada lansia
mempunyai penyebab yang multifaktorial yang saling tumpang tindih. Untuk itu
kita harus terlebih dahulu memahami mengenai konsep faktor risiko dan penyakit
degeneratif. Faktor risiko adalah suatu kebiasaan,kelainan dan faktor lain yang
bila ditemukan/dimiliki seseorang akan menyebabkan orang tersebut secara
bermakna lebih berpeluang menderita penyakit degeneratif tertentu. Penyakit
degeneratif adalah suatu penyakit yang mempunyai penyebab dan selalu
berhubungan dengan satu faktor risiko atau lebih,di mana faktor-faktor risiko
tersebut bekerja sama menimbulkan penyakit degeneratif itu. Penyakit
degeneratif itu sendiri dapat menjadi faktor resiko untuk penyakit degeneratif lain.
Misalnya: penyakit jantung dan hipertensi merupakan faktor resiko stroke.
Inilah yang menyebabkan pembahasan mengenai penyakit jantung pada lansia
dapat berkembang sangat luas,yaitu karena adanya keterkaitan yang sangat erat
antara penyakit yang satu dengan penyakit yang lain.

3
Berdasarkan data yang didapat dari penelitian di USA pada tahun 2001,penyakit
jantung yang sering ditemukan adalah Penyakit Jantung Koroner 13%,Infark Miokard
Akut 8%, Kelainan Katup 4%,Gagal Jantung 2%,Penyakit Jantung Hipertensif dan
Hipertensi 1%. Faktor lingkungan, personal, kehilangan pasangan, ditinggal anak,
tidak sekuat ketika muda dan penyakit menjadi hal yang paling ditakuti
lansia. Sehingga, melakukan persiapan ataupun mengetahui hal apa yang akan terjadi
di usia tua menjadi suatu yang sangat harus diketahui oleh seorang manusia
menjelang usia tuanya. Termasuk perawat, yang memberikan asuhan keperawatan
pada semua manusia dan usia.Penyakit, tidak hanya menjadi masalah bagi
lansia. Selain karena faktor fisik yang mulai lemah, bahkan kehilangan sel-sel nya
yang semakin berkurang setiap hari. Maka pasti waktu-waktu ini akan selalu dekat
dengan yang namanya sakit atau penyakit.

1.2 Rumusan Masalah


“Bagaimanakah Konsep Proses Menua?”
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui bagaimana Konsep Proses Menua.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mampu mengidentifikasi pengertian Penuaan
2. Mampu mengidentifikasi Teori- teori penuaan dan Proses penuaan.
3. Mampu mengidentifikasi Perubahan Biologis, Psikologis, Sosial,
Spiritual, Cultural yang terjadi pada proses penuaan.
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Mahasiswa Keperawatan
Makalah ini bisa bermanfaat bagi mahasiswa keperawatan untuk menambah
ilmu pengetahuan tentang konsep menua dapat digunakan sebagai refrensi tambahan
untuk mengetahui kesehatan di Indonesia.

4
1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan
Makalah ini dapat bermanfaat sebagai refrensi di Institusi Pendidikan dan
sebagai bahan bacaan tentang konsep menua.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Penuaan (ageing) merupakan suatu konsekuensi (proses alamiah) yang tidak
dapat dihindarkan dan pasti terjadi pada setiap manusia. Tidak seorangpun yang
dapat menghentikan proses penuaan. Siklus ini ditandai dengan tahap-tahap mulai
menurunnya berbagai fungsi organ tubuh karena setelah mencapai dewasa, secara
alamiah seluruh komponen tubuh tidak dapat berkembang lagi. Sebaliknya justru
terjadi penurunan karena proses penuaan. Penuaan merupakan suatu proses
multidimensional, yang tidak hanya terkait dengan faktor jasmani, tapi juga
psikologis dan sosial. Penuaan itu sendiri adalah suatu proses alamiah kompleks
yang melibatkan setiap molekul, sel dan organ dalam tubuh.
Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-
lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri / mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap
infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita.
Proses menua bukan merupakan suatu penyakit, melainkan suatu masa atau
tahap hidup manusia yaitu: bayi, kanak-kanak, dewasa, tua, dan lanjut usia. Orang
mati bukan karena lanjut usia tetapi karena suatu penyakit, atau juga suatu
kecacatan.Akan tetapi proses menua dapat menyebabkan berkurangnya daya
tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun luar tubuh.
Walaupun demikian, memang harus diakui bahwa ada berbagai penyakit yang
sering menghinggapi kaum lanjut usia.
Proses menua sudah mulai berlangsung sejak seseorang mencapai usia
dewasa. Misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan saraf,
dan jaringan lain sehingga tubuh mati sedikit demi sedikit. Sebenarnya tidak ada
batas yang tegas, pada usia berapa penampilan seseorang mulai menurun. Pada
setiap orang, fungsi fisiologis alat tubuhnya sangat berbeda, baik dalam hal
pencapaian puncak maupun menurunnya.

6
2.2 Teori - Teori Penuaan dan Proses Menua
Dari sudut pandang ilmiah, mengapa dan bagaimana tubuh kita mengalami
penuaan masih merupakan misteri yang terus menerus dicari jawabannya oleh para
ilmuwan. Proses penuaan itu sendiri dapat melingkupi adanya perubahan pada
jaringan tubuh sampai dengan perubahan mekanisme pada tingkat sel. Selama
bertahun-tahun, banyak teori yang berusaha menjelaskan mengenai proses ini dan
perubahan-perubahan apa yang menyebabkan penuaan.
Teori penuaan pada dasarnya terbagi menjadi dua kelompok, yaitu teori Program
dan Teori Wear and Tear.
1. Teori program menekankan prinsip bahwa di dalam tubuh manusia terdapat
suatu jam biologis, mulai dari proses janin sampai pada kematian dalam suatu
model yang memiliki program yang sudah “tercetak”. Peristiwa ini terprogram
mulai dari tingkat sel sampai embrio, janin, masa bayi dan anak-anak, remaja,
dewasa menjadi tua dan akhirnya meninggal. Teori Program meliputi pembatasan
replikasi sel, proses imun, dan mekanisme neuroendokrin dari penuaan. Pada
suatu penelitian laboratorium diketahui bahwa sel normal memiliki kapasitas
yang terbatas untuk melakukan pembelahan yang terus menerus, hal inilah yang
terjadi pada sel-sel tubuh orang dewasa yang akhirnya menjadi tua dan lemah,
teori ini menjadi dasar dari teori pembatasan replikasi sel. Mekanisme
neuroendokrin mengatakan bahwa ketika manusia menjadi tua, tubuh hanya
mampu memproduksi hormon lebih sedikit akibatnya fungsi tubuh terganggu dan
muncul berbagai keluhan.
2. Teori Wear and Tear menganggap bahwa tubuh dan sel-selnya yang sering
digunakan dan disalahgunakan secara terus menerus akan menjadi lemah dan
akan mengalami kerusakan dan akhirnya meninggal. Organ tubuh seperti hati,
lambung, ginjal, kulit dan yang lain akan menurun fungsinya karena toksin di
dalam makanan dan lingkungan yang kita terima setiap hari, selain itu juga akibat
dari konsu msi lemak, gula, kafein, nikotin, alkohol yang berlebihan. Dan yang
tidak kalah penting adalah akibar dari paparan sinar matahari serta stress fisik dan

7
psikis. Yang harus diingat adalah bahwa kerusakan ini tidak terbatas pada organ,
melainkan juga terjadi pada tingkat sel.

2.2.1 Teori Penuaan


A. Teori Biologi
1. Teori Seluler
Kemampuan sel hanya dapat membelah dalam jumlah tertentu dan
kebanyakan sel-sel tubuh “diprogram” untuk membelah 50 kali. Jika sebuah
sel pada lansia dilepas dari tubuh dan dibiakkan di laboratorium, lalu
diobservasi, jumlah sel-sel yang akan membelah, jumlah sel yang akan
membelah akan terlihat sedikit. (Spence & Masson dalam Waton, 1992). Hal
ini akan memberikan beberapa pengertian terhadap proses penuaan biologis
dan menunjukkan bahwa pembelahan sel lebih lanjut mungkin terjadi untuk
pertumbuhan dan perbaikan jaringan, sesuai dengan berkurangnya umur.
Pada beberapa sistem, seperti sistem saraf, sistem muskuloskeletal dan
jantung, sel pada jaringan dan organ dalam sistem itu tidak dapat diganti jika
sel tersebut dibuang karena rusak atau mati. Oleh karena itu, sistem tersebut
berisiko mengalami proses penuaan dan mempunyai kemampuan yang sedikit
atau tidak sama sekali untuk tumbuh dan memperbaiki diri. Ternyata
sepanjang kehidupan ini, sel pada sistem ditubuh kita cenderung mangalami
kerusakan dan akhirnya sel akan mati, dengan konsekuensi yang buruk karena
sistem sel tidak dapat diganti.
2. Teori “Genetik Clock”
Menurut teori ini menua telah diprogram secara genetik untuk species-
species tertentu. Tiap species mempunyai didalam nuclei (inti selnya) suatu
jam genetik yang telah diputar menurut suatu replikasi tertentu. Jam ini akan
menghitung mitosis dan menghentikan replikasi sel bila tidak berputar, jadi
menurut konsep ini bila jam kita berhenti kita akan meninggal dunia,
meskipun tanpa disertai kecelakaan lingkungan atau penyakit akhir yang
katastrofal. Konsep genetik clock didukung oleh kenyataan bahwa ini

8
merupakan cara menerangkan mengapa pada beberapa species terlihat adanya
perbedaan harapan hidup yang nyata. (misalnya manusia; 116 tahun, beruang;
47 tahun, kucing 40 tahun, anjing 27 tahun, sapi 20 tahun)
Secara teoritis dapat dimungkinkan memutar jam ini lagi meski hanya
untuk beberapa waktu dengan pangaruh-pengaruh dari luar, berupa
peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit atau tindakan-tindakan tertentu.
Usia harapan hidup tertinggi di dunia terdapat di Jepang yaitu pria 76 tahun
dan wanita 82 tahun .
Pengontrolan genetik umur rupanya dikontrol dalam tingkat seluler,
mengenai hal ini Hayflck (1980) melakukan penelitian melalaui kultur sel ini
vitro yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara kamampuan membelah
sel dalam kultur dengan umur spesies. Untuk membuktikan apakah yang
mengontrol replikasi tersebut nukleus atau sitoplasma, maka dilakukan
trasplantasi silang dari nukleus. Dari hasil penelitian tersebut jelas bahwa
nukleuslah yang menentukan jumla replikasi, kemudian menua, dan mati,
bukan sitoplasmanya.
3. Sintesis Protein (kolagen dan elastin)
Jaringan seperti kulit dan kartilago kehilangan elastisitasnya pada
lansia. Proses kehilangan elastisitas ini dihubungkan dengan adanya
perubahan kimia pada komponen perotein dalam jaringan tersebut. Pada
lansia beberapa protein (kolagen dan kartilago, dan elastin pada kulit) dibuat
oleh tubuh dengan bentuk dan struktrur yang berbeda dari protein yang lebih
muda. Contohnya banyak kolagen pada kartilago dan elastin pada klulit yang
kehilangan fleksibilitasnya serta menjadi lebih tebal, seiring dengan
bertambahnya usia. (Tortora & anagnostakos, 1990) hal ini dapat lebih mudah
dihubungkan dengan perubahan permukaan kulit yang kehilangan
elastisitasnya dan cenderung berkerut, juga terjadinya penurunan mobilitas
dan kecepatan pada sistem muskuloskeletal.

9
4. Keracunan Oksigen
Teori tentang adanya sejumlah penurunan kemampuan sel didalam
tubuh untuk mempertahankan diri dari oksigen yang mengandung zat racun
dengan kadar yang tinggi, tanpa mekanisme pertahan diri tertentu. Ketidak
mampuan mempertahankan diri dari toksik tersebut membuat struktur
membran sel mangalami perubahan dari rigid, serta terjadi kesalahan genetik.
(Tortora & anagnostakos, 1990)
Membran sel tersebut merupakan alat untuk memfasilitasi sel dalam
berkomunikasi dengan lingkungannya yang juga mengontrol proses
pengambilan nutrien dengan proses ekskresi zat toksik didalam tubuh. Fungsi
komponen protein pada membran sel yang sangat penting bagi proses diatas,
dipengaruhi oleh rigiditas membran tersebut. Konsekuensi dari kesalahan
genetik adalah adanya penurunan reproduksi sel oleh mitosis yang
mengakibatkan jumlah sel anak di semua jaringan dan organ berkurang. Hal
ini akan menyebabkan peningkatan kerusakan sistem tubuh.
5. Sistem Imun
Kemampuan sistem imun mengalami kemunduran pada masa penuaan.
Walaupun demikian, kemunduran kamampuan sistem yang terdiri dari sistem
limfatik dan khususnya sel darah putih, juga merupakan faktor yang
berkontribusi dalam proses penuaan.
Mutasi yang berulang atau perubahan protein pasca translasi, dapat
menyebabkan berkurangnya kamampuan sistem imun tubuh mengenali
dirinya sendiri (self recognition). Jika mutasi somatik menyebabkan terjadinya
kelainan pada antigen permukaan sel, maka hal ini akan dapat menyebabkan
sistem imun tubuh menganggap sel yang megalami perubahan tersebut sebagi
sel asing dan menghancurkannya. Perubahan inilah yang menjadi dasar
terjadinya peristiwa autoimun .
Hasilnya dapat pula berupa reaksi antigen antibody yang luas
mengenai jaringan-jaringan beraneka ragam, efek menua jadi akan
menyebabkan reaksi histoinkomtabilitas pada banyak jaringan. Salah satu

10
bukti yang ditemukan ialah bertambahnya prevalensi auto antibodi bermacam-
macam pada orang lanjut usia.
Disisi lain sistem imun tubuh sendiri daya pertahanannya mengalami
penurunan pada proses menua, daya serangnya terhadap sel kanker menjadi
menurun, sehingga sel kanker leluasa membelah-belah. Inilah yang
menyebabkan kanker yang meningkat sesuai dengan meningkatnya umur.
Teori atau kombinasi teori apapun untuk penuaan biologis dan hasil akhir
penuaan, dalam pengertian biologis yang murni adalah benar. Terdapat
perubahan yang progresif dalam kemampuan tubuh untuk merespons secara
adaptif (homeostatis), untuk beradaptasi terhadap stres biologis. Macam-
macam stres dapat mencakup dehidrasi, hipotermi, dan proses penyakit.
(kronik dan akut)
6. Teori Radikal Bebas
Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, tidak stabilnya radikal
bebas (kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-bahan organic
seperti karbohidrat dan protein. Radikal ini menyebabkan sel-sel tidak dapat
beregenerasi. Didalam tubuh yang bersiap merusak, dapat dinetralkan dalam
tubuh oleh enzim atau senyawanon enzim contohnya adalah : vitamin C
betakorotin, vitamin E.
7. Teori Stress
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh.
Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan
internal, kelebihan usaha dan stress menyebabkan sel-sel tubuh telah terpakai.
stress meliputi suatu ancaman atau suatu perubahan dalam lingkungan, yang
harus ditangani. Stress dapat positip atau negatip tergantung pada hasil akhir.
Stress dapat mendorong individu untuk mengambil tindakan positip dalam
mencapai keinginan atau kebutuhan. Stress juga dapat menyebabkan
kelelahan jika stress begitu kuat sehingga individu tidak dapat mengatasi.
Florence N, menekankan penempatan pasien dalam lingkungan yang optimum
sehingga akan menimumkan efek stressor, misalnya tempat yang gaduh,

11
membangunkan pasien dengan tiba-tiba, ,semuanya itu dipandang sebagai
suatu stressor yang negatif. Jumlah dan lamanya stressor juga mempunyai
pengaruh kuat pada kemampuan koping individu.
8. Teori rantai silang
Sel-sel yang tua atau asing reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang kuat,
khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastic,
kekakuan dan hilangnya fungsi.

B. Teori Sosiologi
Teori sosiologi merupakan teori yang berhubungan dengan status
hubungan sosial. Teori ini cenderung dipengaruhi oleh dampak dari luar tubuh
(Stanley, 2006).
a. Teori Kepribadian
Teori kepribadian menyebutkan aspek-aspek pertumbuhan psikologis tanpa
menggambarkan harapan atau tugas spesifik lansia. Teori pengembangan
kepribadian yang dikembangkan oleh Jung menyebutkan bahwa terdapat dua
tipe kepribadian yaitu introvert dan ekstrovert. Lansia akan cenderung
menjadi introvert kerenan penurunan tanggungjawab dan tuntutan dari
keluarga dan ikatan sosial (Stanley, 2006).
b. Teori Tugas Perkembangan
Tugas perkembangan merupakan aktivitas dan tantangan yang harus dipenuhi
oleh seseorang pada tahap-tahap spesifik dalam hidupnya untuk mencapai
penuaan yang sukses.pada kondisi tidak danya pencapaian perasaan bahwa ia
telah menikmati kehidupan yang baik, maka lansia tersebut berisiko untuk
memiliki rasa penyeselan atau putus asa (Stanley, 2006).
c. Teori Penarikan Diri
Teori ini menggambarkan penarikan diri ole lansia dari peran masyarakat dan
tanggung jawabnya. Lansia akan dikatakan bahagia apabila kontak sosial telah
berkurang dan tanggungjawab telah diambil oleh generasi yang lebih muda.
Manfaat dari pengurangan kontak sosial bagi lansia adalah agar dapat

12
menyediakan eaktu untuk mengrefleksi kembali pencapaian yang telah
dialami dan untuk menghadapi harapan yang belum dicapai (Stanley, 2006).
d. Teori Aktivitas
Teori ini berpendapat apabila seorang lansia menuju penuaan yang sukses
maka ia harus tetap beraktivitas.kesempatan untuk turut berperan dengan cara
yang penuh arti bagi kehidupan seseorang yang penting bagi dirinya adalah
suatu komponen kesejahteraan yang penting bagi lansia. Penelitian
menunjukkan bahwa hilangnya fungsi peran lansia secara negatif
mempengaruhi kepuasan hidup, dan aktivitas mental serta fisik yang
berkesinambungan akan memelihara kesehatan sepanjang kehidupan (Stanley,
2006).
e. Teori Subkulutur
Lansia, sebagai suatu kelompok, memiliki norma mereka sendiri, harapan,
keyakinan, dan kebiasaan; karena itu, mereka telah memiliki subkultur mereka
sendiri. Teori ini juga menyatakan bahwa orang tua kurang terintegrasi secara
baik dalam masyarakat yang lebih luas dan berinteraksi lebih baik di antara
lansia lainnya bila dibandingkan dengan orang dari kelompok usia berbeda.
Salah satu hasil dari subkultur usia akan menjadi pengembangan "kesadaran
kelompok umur" yang akan berfungsi untuk meningkatkan citra diri orang tua
dan mengubah definisi budaya negatif dari penuaan (Tonny, 1999).

C. Teori Psikologis
1. Teori Pelepasan
Teori pelepasan memberikan pandangan bahwa penyesuaian diri lansia
merupakan suatu proses yang secara berangsur-angsur sengaja dilakukan oleh
mereka, untuk melepaskan diri dari masyarakat.
2. Teori Aktivitas
Teori aktivitas berpandangan bahwa walaupun lansia pasti terbebas dari
aktivitas, tetapi mereka secara bertahap mengisi waktu luangnya dengan
melakukan aktivitas lain sebagai kompensasi dan penyesuaian.

13
3. Teori Kebutuhan Manusia
Banyak teori psikologis yang memberi konsep motivasi dan kebutuhan
manusia. Teori Maslow merupakan salah satu contoh yang diberikan pada
lansia. Setiap manusia yang berada pada level pertama akan mengambil
prioritas untuk mencapai level yang lebih tinggi; aktualisasi diri akan terjadi
apabila seseorang dengan yang lebih rendah tingkat kebutuhannya terpenuhi
untuk beberapa derajat, maka ia akan terus bergerak di antara tingkat, dan
mereka selalu berusaha menuju tingkat yang lebih tinggi (Tonny, 1999).
4. Teori Keberlangsungan Hidup dan perkembangan Kepribadian
Teori keberlangsungan hidup menjelaskan beberapa perkembangan melalui
berbagai tahapan dan menyarankan bahwa progresi sukses terkait dengan cara
meraih kesuksesan di tahap sebelumnya. ada empat pola dasar kepribadian
lansia: terpadu, keras-membela, pasif-dependen, dan tidak terintegrasi
(Neugarten et al.) (Tonny, 1999).
5. Teori Kepribadian Genetik
Teori kepribadian genetik berupaya menjelaskan mengapa beberapa lansia
lebih baik dibandingkan lainnya.; hal ini tidak berfokus pada perbedaan dari
kedua kelompok tersebut. Meskipun didasarkan pada bukti empiris yang
terbatas, teori ini merupakan upaya yang menjanjikan untuk mengintegrasikan
dan mengembangkan lebih lanjut beberapa teori psikologi tradisional dan baru
bagi lansia. Tema dasar dari teori ini adalah perilaku bifurkasi atau
percabangan dari seseorang di berbagai aspek seperti biologis, sosial, atau
tingkat fungsi psikososial. Menurut teori ini, penuaan didefinisikan sebagai
rangkaian transformasi terhadap meningkatnya gangguan dan ketertiban
dalam bentuk, pola, atau struktur (Tonny, 1999).

2.2.2 Proses Tahapan Penuaan


Penuaan tidak terjadi secara tiba-tiba, melainkan melalui beberapa tahapan
atau fase, sehingga kita memiliki kesempatan untuk menghambatnya, salah
satunya dengan menjaga pola makan dan pemakaian krim atau pelembab untuk

14
melindungi kulit dari sengatan matahari agar kulit tidak cepat kering atau keriput.
Menurut Dr. Maria Sulindro, direktur medis Pasadena anti-aging, AS, Proses
penuaan terjadi secara bertahap dan secara garis besar dapat dibagi menjadi 3
fase :
a) Fase 1 Subklinik
Pada saat mencapai usia 25-35 tahun. Pada masa ini produksi hormon mulai
berkurang (mulai mengalami penurunan produksi). Pada tahap ini, sebagian besar
hormon di dalam tubuh mulai menurun, yaitu hormon testosteron, growth
hormon, dan hormon estrogen. Pembentukan radikal bebas, yang dapat merusak
sel dan DNA, mulai memengaruhi tubuh. Polusi udara, diet yang tak sehat dan
stres merupakan serangan radikal bebas yang dapat merusak sel-sel tubuh.
Kerusakan ini biasanya tak tampak dari luar. Karena itu, pada tahap ini orang
merasa dan tampak normal, tidak mengalami gejala dan tanda penuaan. Di fase
ini mulai terjadi kerusakan sel tapi tidak memberi pengaruh pada kesehatan.
Tubuh pun masih bugar terus. Penurunan ini mencapai 14 % ketika seseorang
berusia 35 tahun.
b) Fase 2 Transisi
Kedua transisi, yakni pada usia 35-45 tahun. Produksi hormon sudah
menurun sebanyak 25%, sehingga tubuh pun mulai mengalami penuaan.
Biasanya pada masa ini, ditandai dengan lemahnya penglihatan (mata mulai
mengalami rabun dekat) sehingga perlu menggunakan kacamata berlensa plus,
rambut mulai beruban, stamina dan energi tubuh pun berkurang. Bila pada masa
ini dan sebelumnya atau bila pada usia muda, kita melakukan gaya hidup yang
tidak sehat bisa berisiko terkena kanker.

c) Fase 3 Klinik
Puncaknya pada tahap fase klinikal, yakni pada usia 45 tahun ke atas.
Pada masa ini produksi hormon sudah berkurang hingga akhirnya berhenti
sama sekali. Kaum perempuan mengalami masa yang disebut menopause
sedangkan kaum pria mengalami masa andropause. Pada masa ini kulit pun

15
menjadi kering karena mengalami dehidrasi/kulit menjadi keriput, terutama di
bagian samping dan di bawah mata kita, juga kulit tangan kita yang tidak
sekencang dulu, tubuh juga menjadi cepat lelah. Berbagai penyakit degeneratif
seperti diabetes, osteoporosis, hipertensi dan penyakit jantung koroner mulai
menyerang dan menjadi sesuatu yang sangat mengerikan.
Karena proses penuaan ini terjadi melalui beberapa tahapan, sebenarnya
ada banyak waktu untuk menghambatnya. Cepat lambatnya proses penuaan,
30% dipengaruhi oleh faktor genetika/keturunan dan 70 % lebih dipengaruhi
oleh gaya hidup. Kalau anggota keluarga cenderung awet muda. Kita pun besar
kemungkinan akan berpenampilan awet muda. Gaya hidup yang penuh stres,
kurang istirahat, banyak makan makanan berlemak dan berkalori tinggi, kurang
gerak serta hidup di lingkungan yang penuh polusi akan merusak sel sehingga
menjadi lebih tua. Akibatnya, kita pun mengalami penuaan usia biologik.
Namun, kondisi ini dapat dihindari dengan program anti aging baik yang
dilakukan sendiri maupun dengan bantuan medis. Misalnya: Seseorang yang
rajin berolahraga, terbukti bisa menangkal sejumlah penyakit kardiovaskuler.
Olah raga ringan di sela aktivitas seperti senam, lari atau jalan cepat sebaiknya
sering dilakukan.

2.3 Perubahan Biologis, Psikologis, Sosial, Spiritual, Cultural Yang Terjadi


Pada Proses Penuaan

A. Perubahan Pada Lanjut Usia


1. Perubahan-perubahan Fisik
a. Sel
1) Lebih sedikit jumlahnya.
2) Lebih besar ukurannya.
3) Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan
intraseluler.
4) Menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah, dan hati.

16
5) Jumlah sel otak menurun.
6) Terganggunya mekanisme perbaikan sel.
7) Otak menjadi atrofis beratnya berkurang 5-10%.
b. Sistem Persarafan
1) Berat otak menurun 10-20%. (Setiap orang berkurang sel saraf
otaknya dalam setiap harinya).
2) Cepatnya menurun hubungan persarafan.
3) Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya dengan
stres.
4) Mengecilnya saraf panca indra. Berkurangnya penglihatan, hilangnya
pendengaran, mengecilnya saraf penciumdan perasa, lebih sensitif
terhadap perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap
dingin.
5) Kurang sensitif terhadap sentuhan.
c. Sistem Pendengaran
1) Presbiakusis (gangguan dalam pendengaran). Hilangnya kemampuan
pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau
nadanada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata-kata,
50% terjadi pada usia diatas umur 65 tahun.
2) Otosklerosis akibat atrofi membran tympani .
3) Terjadinya pengumpulan serumen dapat mengeras karena
meningkatnya keratin.
4) Pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami
ketegangan jiwa/stres.

d. Sistem Penglihatan
1) Timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar.
2) Kornea lebih berbentuk sferis (bola).
3) Kekeruhan pada lensa menyebabkan katarak.

17
4) Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap
kegelapan lebih lambat dan susah melihat dalam cahaya gelap.
5) Hilangnya daya akomodasi.
6) Menurunnya lapangan pandang, berkurang luas pandangannya.
7) Menurunnya daya membedakan warna biru atau hijau.
e. Sistem Kardiovaskuler
1) Elastisitas dinding aorta menurun.
2) Katup jantung menebal dan menjadi kaku.
3) Kemampuan jantung memompa darah menurun, hal ini
menyebabakan menurunnya kontraksi dan volumenya.
4) Kehilangan elastisitas pembuluh darah, kurangnya efektivitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenisasi. Perubahan posisi dari
tidur ke duduk atau dari duduk ke berdiri bisa menyebabkan tekanan
darah menurun, mengakibatkan pusing mendadak.
5) Tekanan darah meninggi akibat meningkatnya resistensi pembuluh
darah perifer.
f. Sistem Pengaturan Temperatur Tubuh
1) Temperatur tubuh menurun ( hipotermia ) secara fisiologis akibat
metabolisme yang menurun.
2) Keterbatasan refleks menggigil dan tidak dapat memproduksi panas
akibatnya aktivitas otot menurun.
g. Sistem Respirasi
1) Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku.
2) Menurunnya aktivitas dari silia.
3) Paru-paru kehilangan elastisitas, menarik nafas lebih berat, kapasitas
pernafasan maksimum menurun, dan kedalaman bernafas menurun.
4) Alveoli ukuranya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang.
5) Kemampuan untuk batuk berkurang.
6) Kemampuan kekuatan otot pernafasan akan menurun seiring dengan
pertambahan usia.

18
h. Sistem Gastrointestinal
1) Kehilangan gigi akibat Periodontal disease, kesehatan gigi yang buruk
dan gizi yang buruk.
2) Indera pengecap menurun, hilangnya sensitivitas saraf pengecapm di
lidah terhadap rasa manis, asin, asam, dan pahit.
3) Eosephagus melebar.
4) Rasa lapar menurun, asam lambung menurun.
5) Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi.
6) Daya absorbsi melemah.
i. Sistem Reproduksi
1) Menciutnya ovari dan uterus.
2) Atrofi payudara.
3) Pada laki-laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa meskipun
adanya penurunan secara berangsur-angsur.
4) Kehidupan seksual dapat diupayakan sampai masa lanjut usia asal
kondisi kesehatan baik.
5) Selaput lendir vagina menurun.
j. Sistem Perkemihan
1) Ginjal merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme tubuh
melalui urin, darah yang masuk ke ginjal disaring di glomerulus
(nefron). Nefron menjadi atrofi dan aliran darah ke ginjal menurun
sampai 50%.
2) Otot-otot vesika urinaria menjadi lemah, frekuensi buang air kecil
meningkat dan terkadang menyebabkan retensi urin pada pria.
k. Sistem Endokrin
1) Produksi semua hormon menurun.
2) Menurunnya aktivitas tyroid, menurunnya BMR (Basal Metabolic
Rate), dan menurunnya daya pertukaran zat.
3) Menurunnya produksi aldosteron.

19
4) Menurunya sekresi hormon kelamin misalnya, progesteron, estrogen,
dan testosteron.
l. Sistem Kulit (Sistem Integumen)
1) Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak.
2) Permukaan kulit kasar dan bersisik karena kehilangan proses
keratinisasi, serta perubahan ukuran dan bentuk-bentuk sel epidermis.
3) Kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu.
4) Rambut dalam hidung dan telinga menebal.
5) Berkurangnya elastisitas akibat dari menurunya cairan dan
vaskularisasi.
6) Pertumbuhan kuku lebih lambat.
7) Kuku jari menjadi keras dan rapuh, pudar dan kurang bercahaya.
8) Kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya.
m. Sistem Muskuloskletal
1) Tulang kehilangan density ( cairan ) dan makin rapuh.
2) Kifosis
3) Pergerakan pinggang, lutut, dan jari-jari terbatas.
4) Persendiaan membesar dan menjadi kaku.
5) Tendon mengerut dan mengalami skelerosis.
6) Atrofi serabut otot (otot-otot serabut mengecil). Otot-otot serabut
mengecil sehingga seseorang bergerak menjadi lamban, otot-otot
kram dan menjadi tremor.
7) Otot-otot polos tidak begitu berpengaruh.

2. Perubahan-perubahan Mental
a. Kenangan (Memory)
1) Kenangan jangka panjang: Berjam-jam sampai berhari-hari yang lalu
mencakup beberapa perubahan.
2) Kenangan jangka pendek atau seketika: 0-10 menit, kenangan buruk.

20
b. IQ (Inteligentia Quantion).
1) Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal.
2) Berkurangnya penampilan, persepsi dan ketrampilan psikomotor,
terjadi perubahan pada daya membayangkan karena tekanan-tekanan
dari faktor waktu.
c. Faktor yang mempengaruhi perubahan mental
1) Perubahan fisik, khususnya organ perasa
2) Kesehatan umum
3) Tingkat pendidikan
4) Keturunan (Hereditas)
5) Lingkungan
3. Perubahan-perubahan Psikososial
a. Pensiun: nilai seseorang sering diukur oleh produktivitasnya dan identitas
dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan. Bila seseorang pensiun (purna
tugas), ia akan mengalami kehilangan-kehilangan, antara lain :
1) Kehilangan finansial (income berkurang).
2) Kehilangan status (dulu mempunyai jabatan posisi yang cukup tinggi,
lengkap dengan segala fasilitasnya).
3) Kehilangan teman/kenalan atau relasi.
4) Kehilangan pekerjaan/kegiatan.
b. Merasakan atau sadar akan kematian (sense of awareness of mortality)
c. Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan bergerak
lebih sempit.
d. Ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan (economic deprivation).
e. Meningkatnya biaya hidup pada penghasilan yang sulit, bertambahnya biaya
pengobatan.
f. Penyakit kronis dan ketidakmampuan.
g. Gangguan saraf pancaindra, timbul kebutaan dan ketulian.
h. Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan.

21
i. Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan teman-teman
dan family.
j. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik: perubahan terhadap gambaran diri,
perubahan konsep diri.
4. Perubahan Spiritual Cultural
Agama dan kepercayaan semakin menjadi terintegrasi pada kehidupan
lansia. Lansia menjadi semakin matur dalam kehidupan keagamaannya, ini
terlihat dari cara bertindak dan berfikir sehari-hari.

BAB III
PENUTUP

22
3.1 Kesimpulan
Proses penuaan dapat ditinjau dari aspek biologis, sosial dan psikologik.
Teori-teori biologik sosial dan fungsional telah ditemukan untuk menjelaskan dan
mendukung berbagai definisi mengenai proses menua.
Dan pendekatan multi disiplin mengenai gangguan dan perubahan-
perubahan yang terjadi pada lansia terutama gangguan yang terjadi pada system
kardiovaskular, perawat harus memiliki kemampuan untuk mensintesa berbagai
masalah serta perubahan-perubahan tersebut dan menerapkannya secara total pada
lingkungan perawatan klien usia lanjut termasuk aspek fisik, mental/emosional
dan aspek-aspek sosial. Dengan demikian pendekatan eklektik akan menghasilkan
dasar yang baik saat merencanakan suatu asuhan keperawatan berkualitas pada
klien lansia.

3.2 Saran
 Berbagai proses harus dilewati, namun beberapa orang ada yang dapat melalui
prosesnya dengan baik, namun ada pula yang tidak cukup lancar. Ditinjau dari
berbagai aspek dan sudut pandang, dari segi fisik dan kejiwaan.
 Proses penuaan yang dialami dapat menimbulkan berbagai masalah fisik,
psikis dan sosial bagi pasien dan keluarga. Oleh karena itu perawat sebaiknya
meningkatkan pendekatan-pendekatan melalui komunikasi terapeutik,
sehingga akan tercipta lingkungan yang nyaman dan kerja sama yang baik
dalam memberikan asuhan keperawatan gerontik.
 Perawat sebagai anggota tim kesehatan yang paling banyak berhubungan
dengan pasien dituntut meningkatkan secara terus menerus dalam hal
pemberian informasi dan pendidikan kesehatan sesuai dengan latar belakang
pasien dan keluarga.
Semoga makalah ini dapat menjadi salah satu referensinya. Baik sebagai
acuan dalam pembelajaran, ataupun sebagai pedoman dalam tindakan asuhan
keperawatan pada klien usia lanjut.

23
DAFTAR PUSTAKA

Adi Kusumo Yulianto, 2008. “Analisis Kinerja Keuangan Bank Syariah Mandiri
Periode 2002-2007”. Jurnal Ekonomi Islam, Vol. II, No. 1, Juli.

24
Bandiyah, Siti. 2009. Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nulia
Medika

Maryam, Siti. 2008. “Menengenal Usia Lanjut dan Perawatannya”. Jakarta: Salemba
Medika
Nugroho. 2000. Keperawatan Komunitas . Jakarta : Salemba Medika Notoadmodjo.
2006. Metodologi Penelitia Ed Revisi. Jakarta : Rineka Cipta

Pringgoutumo, dkk. 2002. Buku Ajar Patologi 1 (umum), Edisi 1. Jakarta. Sagung
Seto.

Riza, Beberapa Teori Penuaan,


http://nursingbrainriza.blogspot.com/2007/05/beberapa-teori-penuaan-
teori.html

Sutisna Hilawan (1992), Patologi, Jakarta, Bagian Patologi Anatomi FKUI.

Stanley, Mickey. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC.

Tamher,S. Medika.&Noorkasiani.(2009).Kesehatan Usia Lanjut deangan Pendekatan


Asuhan Keperawatan.Jakarta:Salemba

25

Anda mungkin juga menyukai