Complain Internal
Complain Internal
Pendahuluan
terhadap barang atau jasa yang digunakan. Baik itu perusahaan jasa maupun barang pasti
mengenai masalah keluhan konsumen padahal keluhan konsumen adalah hal yang penting.
Karena jika tidak ditangani dengan baik akan berpengaruh pada negative word-of-mouth
(Kau and Loh, 2006). Perilaku keluhan sendiri sangat erat dengan kepuasan konsumen yang
menjadi tujuan utama semua perusahaan karena akan mempengaruhi pembelian ulang
perusahaan. Namun perilaku complainer cukup complex karena tidak hanya ada konsumen
yang melakukan keluhan (complainer) namun juga ada non-complainer yaitu konsumen
yang tidak melakukan keluhan apapun kondisi barang atau jasa yang diterimanya tapi tetap
Menurut Kotler dan Keller (2009, p168) 25% dari konsumen tidak puas dengan
pembelian mereka dimana hanya 5% dari konsumen yang tidak puas tersebut yang
melakukan keluhan dan sisanya 95% tidak melakukan keluhan karena dianggap merepotkan,
tidak tahu bagaimana atau kepada siapa keluhan ditujukan, dan atau mereka berhenti
hanya mengenai penanganan masalah pada saat terjadi atau yang umum adalah
penanganan setelah pembelian atau lebih kepada membuat konsumen puas. Istilah yang
jika ditarik ke masa sebelum pembelian (pre-purchase), ada faktor-faktor yang bisa membuat
1
2
konsumen puas dan tidak, setelah konsumen membeli dan mengevaluasi produk (Soderlund,
2002) yang kemudian puas tidaknya konsumen akan memberikan pengaruh kepada perilaku
keluhan.
Industri pay tv di Indonesia sebenarnya sudah ada cukup lama. Pay tv pertama di
Indonesia adalah Indovision (tahun 1994) kemudian disusul oleh Telkomvision (1997),
okevision (2005), First Media (2007), Top TV (2008), AORA TV (2008), Yes TV (2009),
terbagi menjadi provider yang menggunakan satelit sebagai media siar dan provider yang
menggunakan kabel sebagai media siar. Kedua hal tersebut tentu memiliki kekurangan dan
kelebihan masing-masing. Provider yang menggunakan media siar satelit dapat menjangkau
lebih luas daerah penyiarannya (cakupan seluruh indonesia) dengan tidak ada batasan
namun memiliki kelemahan berupa gangguan siar yang lebih sering terjadi daripada kabel
dikarenakan faktor alam. Sedangkan yang menggunakan media kabel memiliki keterbatasan
yaitu daerah sebaran kabel tersebut tapi kelebihannya adalah penyiaran yang lebih stabil
daripada penyiaran satelit. Pekembangan industri pay tv sendiri pada awalnya bertumbuh
perlahan dikarenakan kurang edukasi dan juga sifat prestige yang melekat pada pay tv. Hal
lain yang menjadi faktor adalah penyebaran televisi, kurangnya jangkauan layanan dan juga
cukup bagusnya konten lokal yang disediakan stasiun televisi lokal (RCTI, SCTV, dll).
(http://www.agbnielsen.com/Uploads/Indonesia/Nielsen_Newsletter_Sept_2010-Ind.pdf)
terlihat bahwa pada tahun 2010 ada 2,8 juta orang yang berlangganan pay tv. Jika dilihat
dari waktu masuknya hingga tahun 2010 (16 tahun) maka dapat dikatakan bertumbuhan pay
sebenarnya penetrasi pay tv di Indonesia terbilang rendah, yaitu sebesar 3%. Namun
seiring dengan perkembangan zaman dan pertumbuhan ekonomi maka semakin bertumbuh
3
para pengguna pay tv. Riset Nielsen tersebut juga menyatakan bahwa dalam 3 tahun
kebelakang penetrasi pay tv bertumbuh hampir 10 kali lipat. Apa yang menyebabkan hal ini
terjadi? Apakah promosi yang dilakukan tidak efektif? Apakah kurang jangkauan layanan?
(forum dimana pengguna dan ahli satelit berdiskusi, didalamnya ada bagian mengenai pay
tv) banyak sekali keluhan yang dikeluhkan konsumen. Mulai dari layanan, promosi yang tidak
sesuai, customer service yang tidak ramah, dll. Jika ditarik kesimpulan maka yang terjadi
adalah apa yang dijanjikan oleh provider tidak terpenuhi sehingga membuat konsumen
mengalami kekecewaan. Yang menarik adalah bagaimana jika konsumen tersebut tidak
melakukan keluhan dan hanya melakukan dan terus menyebarkan berita mengenai keluhan
mereka? Bagaimana jika mereka langsung melakukan exit strategi? Bagaimana jika mereka
tidak bisa melakukan exit strategi namun tidak juga mendapat recovery yang mereka
harapkan? Masalah-masalah tersebut akan menjadi terlambat ditangani jika tidak adanya
media penyalur keluhan yang benar-benar baik dari pihak provider. Oleh karena itu tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada perbedaan reaksi dari konsumen yang
mengalami kegagalan produk jika dilihat dari promosi, sehingga nantinya akan membuat
para manajemen berpikir ulang apakah yang mereka lakukan sekarang akan menjadi sebuah
data sales yang memuaskan atau menjadi data pelanggan yang melakukan exit dimasa
2. Apakah ada perbedaan reaksi repurchase intention konsumen yang tidak puas
berbeda
5
• Bagi industri/perusahaan :
promosi.
konsumen mereka.
• Bagi Penulis :
2. Dengan melakukan penelitian ini penulis dapat lebih memahami tentang efek
complainer.
khususnya non-complainer.
non-complainer.
3. Agar penelitian ini dapat menjadi pedoman atau inspirasi bagi yang peneliti