AHMAD AZKIA
1614401110044
(http://www.scribd.com/doc/7244500/Kebutuhan-Cairan-Dan-Elektrolit)
1. Ginjal
Merupakan organ yang memiliki peran cukup besar dalam pengaturan kebutuhan
cairan dan elektrolit. Hal ini terlihat pada fungsi ginjal yakni sebagai pengatur air,
pengatur konsentrasi garam dan darah, pengatur keseimbangan cairan asam basa darah,
dan pengatur ekskresi bahan buangan atau kelebihan garam.
Proses pengaturan kebutuhan keseimbangan air ini diawali oleh kemampuan
bagian ginjal seperti glomerulus sebagai penyaing cairan. Rata-rata setiap 1 liter darah
mengandung 500 cc plasma yang mengalir melalui glomerulus, 10 % disaring keluar.
Cairan yang tersaring (filtrar glomerulus), kemudian mengalir melalui tubuh renalis yang
sel-selnya menyerap semua bahan yang dibutuhkan. Jumlah urine yang diproduksi ginjal
dapat dipengaruhi oleh ADH dan aldosteron dengan rata-rata 1 ml/kg/bb/jam.
2. Kulit
Merupakan bagian penting dalam pengaturan cairan yang terkait dalam proses
pengaturan panas. Proses ini diatur oleh pusat pengatur panas yang disarafi oleh
vasomotorik dengan kemampuan mengendalikan arteriolakutan dengan cara vasodilatasi
dan vasokontriksi. Banyaknya darah yang mengalir melalui pembuluh darah dalam kulit
mempengaruhi jumlah keringat yang dikeluarkan. Proses pelepasan panas kemudian dapat
dilakukan dengan cara penguapan.
Keringat merupakan sekresi aktif dari kelenjar keringat dibawah pengendalian
saraf simpatis. Melalui kelenjar keringat ini suhu dapat diturunkan dengan melepaskan air
yang jumlahnya kurang lebih setengah liter sehari. Perangsangan kelenjar keringat dapat
diperoleh dari aktivitas otot, suhu lingkungan, dan melalui kondisi tubuh yang panas.
Proses pelepasan panas lainnya dilakukan melalui cara pemancaran, yaitu dengan
melepaskan panas ke udara sekitarnya. Cara tersebut berupa cara konduksi dan konveksi.
Cara konduksi adalah pengalihan panas ke benda benda yang disentuh, sedangkan cara
konveksi yaitu mengalirkan udara yang telah panas ke permukaan yang lebih dingin.
3. Paru-paru
Organ paru-paru berperan dalam pengeluaran cairan dengan menghasilkan
insensible water loss ±400 ml/hari. Proses pengeluaran cairan terkait dengan respons
akibat perubahan-perubahan frekuensi dan kedalaman pernafasan (kemampuan bernafas),
misalnya orang yang olahraga berat.
4. Gastrointestinal
Merupakan organ saluran pencernaan yang berperan dalam mengeluarkan cairan
melalui proses penyerapan dan pengeluaran air. Dalam kondisi normal, cairan yang hilang
dalam sistem ini sekitar 100-200 ml/hari.
Selain itu, pengaturan keseimbangann cairan dapat melalui mekanisme rasa haus
yang dikontrol melalui sistem endokrin (hormonal) yaitu anti diuretik hormon (ADH),
sistem aldosteron, prostaglandin, dan glukokortikoid.
a) ADH
Hormon ini memiliki peran dalam meningkatkan reabsorbsi air sehingga dapat
mengendalikan keseimbangan air dalam tubuh. Hormon ini dibentuk oleh hipotalamus
yang ada di hipofisis posterior yang mensekresi ADH dengan meningkatkan
osmolaritas dan menurunkan cairan ekstrasel.
b) Aldosteron
Hormon ini disekresi oleh kelenjar adrenal di tubulus ginjal dan berfungsi pada
absorbsi natrium. Proses pengeluaran aldosteron diatur oleh adanya perubahan
konsentrasi kalium, natrium, dan sistem angiotensin renin.
c) Glukokortikoid
Hormon ini berfungsi mengatur peningkatan reabsorbsi natrium dan air yang
menyebabkan volume darah meningkat sehingga terjadi retensi natrium.
( Hidayat, AAA dan Uliyah. 2011)
B. PENGERTIAN
1) CAIRAN
Cairan adalah volume air bisa berupa kekurangan atau kelebihan air. Cairan tubuh
terdiri dari cairan eksternal dan cairan internal. Volume cairan intrasel tidak dapat diukur
secara langsung dengan prinsip difusi oleh karena tidak ada bahan yang hanya terdapat
dalam cairan intrasel. Volume cairan intrasel dapat diketahui dengan mengurangi jumlah
cairan ekternal, terdiri dari cairan tubuh total.
Cairan Eksternal terdiri dari cairan tubuh total :
1. Cairan Interstitiel: bagian cairan ekstra sel yang ada diluar pembuluh darah.
2. Cairan Transeluler, cairan yang terdapat pada rongga khusus seperti dalam pleura,
perikardium, cairan sendi, cairan serebrospinalis.
Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme
tubuh membutuhkan perubahann yang tetap dalam berespons terhadap stressor fisiologis
dan lingkungan. Cairan dan elektrolit saling berhubungan, ketidakseimbangan yang
berdiri sendiri jarang terjadi dalam bentuk kelebihan atau kekurangan.
2) ELEKTROLIT
Elektrolit adalah substansi yanag menyebabkan ion kation (+) dan anion (-). Ada
tiga cairan elektrolit yang paling esensial yaitu :
1. Natrium (sodium)
a. Merupaka kation paling banyak yang terdapa pada Cairan Ekstrasel (CES)
b. Na+ mempenagruhi keseimbangan air, hantaran implus araf dan kontraksi otot.
c. Sodium diatur oleh intake garam aldosteron, dan pengeluaran urine. Normalnya sekitar
135-148 mEq/lt.
2. Kalium (potassium)
a. Merupakan kation utama dalam CIS
b. Berfungsi sebagai excitability neuromuskuler dan kontraksi otot.
c. Diperlukan untuk pembentukan glikkogen, sintesa protein, pengaturan keseibangan asam
basa, karena ion K+ dapat diubah menjadi ion H+. Nilai normalnya sekitar 3,5-5,5
mEq/lt.
3. Kalsium
a. Berguna untuk integritas kulit dan struktur sel, kondusi jantung, pembekuan darah serta
pembentukan tulang dan gigi.
b. Kalsium dalam cairan ekstrasel diatur oleh kelenjar paratiroid dan tiroid.
c. Hormone paratiroid mengarbsobsi kalsium melalui gastrointestinal, sekresi melalui
ginjal
d. Hormon thirocaltitonim menghambat penyerapan Ca+ tulang.
D. PATOFISIOLOGI/PATHWAY
F. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan medis utama diarahkan pada pengendalian atau pengobatan penyakit
dasar. Obat-obatan tersebut misalnya; prednison yang dapat mengurangi beratnya
diare dan penyakit.
Untuk diare ringan cairan oral dengan segera ditingkatkan dan glukosa oral serta
larutan elektrolit dapat diberikan untuk rehydrasi pasien.
Untuk diare sedang, akibat sumber non infeksius, obat-obatan tidak spesifik seperti
defenosiklat (lomotil) dan loperamit (imodium) juga diberikan untuk menurunkan
motilitas.
Preparat anti mikrobial diberikan bila preparat infeksius telah teridentifiksi atau bila
diare sangat berat.
Terapi cairan intra vena mungkin diperlukan untuk hydrasi cepat, khususnya untuk
anak kecil dan lansia.
c. Pemeriksaan fisik
Karena gangguan cairan, elektrolit dan asam basa dapat mempengaruhi semua
sistem, kita harus mengidentifikasi secara sistematis setiap adanya abnormalitaspada
tubuh. Seperti denyut nadi dan tekanan darah, sistem pernapasan, sistem
gastrotestinal, sistem ginjal, sistem neuromuscular, kulit
d. Pemeriksaan labolatorium
Pemeriksaan labolatorium dilakukan untuk memperoleh data objektif lebih
lanjut tentang keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam basa. Pemeriksaan ini
meliputi kadar elektrolit serum, hitung darah lengkap, kadar keratin darah, berat
jenis urine, dan kadar gas darah arteri.
2. Diagnosa keperawatan
a. Kekurangan volume cairan b.d. gangguan mekanisme pengaturan.
b. Kelebihan volume cairan b.d. kelebihan intake cairan, kompensasi mekanisme
pengaturan.
c. Risiko ketidakseimbangan elektrolit
d. Ketidakefektifan pola nafas
e. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
tekanan darah, penurunan Mempertahankan urine output sesuai Monitor status nutrisi
volume/tekanan nadi dengan usia dan BB, BJ urine
Berikan cairan oral
- Pengisian vena menurun normal,
- Perubahan status mental Tekanan darah, nadi, suhu tubuh
Berikan penggantian nasogatrik sesuai output (50 –
Batasan karakteristik :
- Penurunan tekanan inspirasi/ekspirasi
- Penurunan pertukaran udara per menit
- Menggunakan otot pernafasan tambahan
- Nasal flaring
- Dyspnea
- Orthopnea
- Perubahan penyimpangan dada
- Nafas pendek
- Assumption of 3-point position
- Pernafasan pursed-lip
- Tahap ekspirasi berlangsung sangat lama
- Peningkatan diameter anterior-posterior
- Pernafasan rata-rata/minimal
- Bayi : < 25 atau > 60
- Usia 1-4 : < 20 atau > 30
- Usia 5-14 : < 14 atau > 25
- Usia > 14 : < 11 atau > 24
- Kedalaman pernafasan
- Dewasa volume tidalnya 500 ml saat istirahat
- Bayi volume tidalnya 6-8 ml/Kg
- Timing rasio
- Penurunan kapasitas vital
Intervensi Keperawatan :
NIC :
Airway Management
- Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
- Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
- Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
- Pasang mayo bila perlu
- Lakukan fisioterapi dada jika perlu
- Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
- Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
- Lakukan suction pada mayo
- Berikan bronkodilator bila perlu
- Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab
- Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
- Monitor respirasi dan status O2
Oxygen Therapy
- Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
- Pertahankan jalan nafas yang paten
- Atur peralatan oksigenasi
- Monitor aliran oksigen
- Pertahankan posisi pasien
- Onservasi adanya tanda tanda hipoventilasi
- Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi
Batasan Karakteristik
Hambatan kemampuan untuk:
Mengubah posisi dari telentang ke posisi duduk
Mengubah posisi dari duduk ke telentang
Mengubah posisi dari telentang ke telungkup
Mengubah posisi dari telungkup ke telentang
Mengubah posisi dari telentang ke duduk selonjor
Mengubah posisi dari duduk selonjor ke telentang
Bergerak cepat atau mengatur reposisi diri ditempat tidur
Berbalik dari sisi ke sisi
Intervensi Keperawatan
Aktivitas lain
Tempatkan tombola tau lampu pemanggil bantuan ditempat yang mudah diraih
Berikan alat bantu, jiak perlu
Berikan penguatan positif selama aktivitas
Lakukan tindakan pengendalian nyeri sebelum memulai latihan atau terapi fisik
Pastikan rencana perawatan mencakup jumlah persona yang dibutuhkan untuk
membalik posisi pasien
DAFTAR PUSTAKA
Fhatimfhatim (2012), LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN
KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT, terdapat di:
http://fhatimfhatim.wordpress.com/2012/07/24/cairan-dan-elektrolit/
Lencana, Putra Satya (2012), Laporan Pendahuluan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit, terdapat
di : http://satyaexcel.blogspot.com/2012/07/laporan-pendahuluan-kebutuhan-eliminasi.html
Hidayat, AAA dan Uliyah. 2011. Keterampilan Dasar Praktik Klinik. Jakarta: Salemba Medika
Kusuma Hardi. 2015. Nanda. MediAction : Jogjakarta
Clinical Insructure Clinical Teacher