Ratna Sitorus & Yulia (2006) Model praktik keperawatan profesional (MPKP)
adalah suatu sistem (struktur, proses dan nilai-nilai profesional), yang
memfasilitasi perawat profesional, mengatur pemberian asuhan keperawatan,
termasuk lingkungan tempat asuhan tersebut diberikan.
B. Tujuan MPKP
Tujuan MPKP adalah sebagai berikut :
a) Menjaga konsistensi asuhan keperawatan.
b) Mengurangi konflik, tumpang tindih dan kekososongan pelaksanaan asuhan
keperawatan oleh tim keperawatan.
c) Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan.
d) Memberikan pedoman dalam menentukan kebijakan dan keputusan.
penerima palayana keperawatan (klien dan keluarga). Pada pelaksanaan nya hubungan
professional secara interal artinya hubungan yang terjadi antara pembentuk pelayanan
kesehatan misalnya antara perawat dengan perawat, perawat dengan tim kesehatan
dan lain – lain. Sedangkan hubungan professional secara eksternal adalah hubungan
Segala diberikan/dibantu
Pemakaian suction
Gelisah/disorientasi
10 x 0,17 = 1,7
15 x 0,27 = 4,05
5 x 0,36 = 1,8
--------------------
Jumlah = 7,55 dan dibulatkan menjadi 8 orang perawat yang dibutuhkan untuk
dinas pagi.
dilakukan setiap hari selama minimal 22 hari, dan dalam waktu yang sama.
Jumlah = 19 orang
Terdapat pula cara lain dalam perhitungan jumlah kebutuhan tenaga keperawatan yang
huckabay, 1975 (Gillies, 1994) yang selanjutnya secara populer disebut Formula Gillies,
Rumus :
AXBXC F
------------- = ----- = H.
(C-D) E G
Contoh :
A=4
B = 20
E=8
4 x 20 x 365 29.200
Abdellah dan Levine pada tahun 1965 (Gillies, 1994) menyarankan kombinasi tenaga
% LPN, dan 16 % Aides (perawat pembantu). Apabila dikonversi kategori diatas pada
khusus untuk tindakan pemberian obat, perawat yang lain untuk mengganti
asuhan keperawatan dalam tanggung jawab kegiatan anggota tim. Tujuan metoda
pasien. Ketua Tim melakukan pengkajian dan menyusun rencana keperawatan pada
keperawatan.
Keuntungan :
Melibatkan semua anggota tim dalam asuhan keperawatan pasien.
Kerugian :
Dapat menimbulkan pragmentasi dalam keperawatan.
pasien masuk rumah sakit hingga pasien dinyatakan pulang, ini merupakan tugas
Keuntungan :
Secara lebih spesifik, dokumentasi berfungsi sebagai sarana komunikasi antar profesi
Kesehatan, sumber data untuk pemberian asuhan keperawatan, sumber data untuk
penelitian, sebagai bahan bukti pertanggung jawaban dan pertanggung gugatan
asuhan keperawatan. Dokumen dibuat berdasarkan pemecahan masalah pasien.
Dokumentasi berdasarkan masalah terdiri dari format pengkajian, rencana
keperawatan, catatan tindakan keperawatan, dan catatan perkembangan pasien.
Berdasarkan MPKP yang sudah dikembangkan di berbagai rumah sakit, Hoffart &
Woods (1996) menyimpulkan bahwa MPKP tediri lima komponen yaitu nilai – nilai
professional yang merupakan inti MPKP, hubungan antar professional, metode
pemberian asuhan keperawatan, pendekatan manajemen terutama dalam
perubahan pengambilan keputusan serta sistem kompensasi dan penghargaan.
a) Nilai – nilai professional
Pada model ini PP dan PA membangun kontrak dengan klien/keluarga, menjadi
Pada model ini diberlakukan manajemen SDM, yaitu ada garis koordinasi
yang jelas antara PP dan PA. performa PA dalam satu tim menjadi
tanggung jawab PP. Dengan demikian, PP adalah seorang manajer asuhan
keperawatan. Sebagai seorang manajer, PP harus dibekali dengan
kemampuan manajemen dan kepemimpinan sehingga PP dapat menjadi
manajer yang efektif dan pemimpin yang efektif.
e) Sistem kompensasi dan panghargaan.
PP dan timnya berhak atas kompensasi serta penghargaan untuk asuhan
keperawatan yang dilakukan sebagai asuhan yang profesional. Kompensasi
dan penghargaan yang diberikan kepada perawat bukan bagian dari asuhan
medis atau kompensasi dan penghargaan berdasarkan prosedur.
MAKP
Model Asuhan Keperawatan Profesional
Model Asuhan Keperawatan Profe-sional adalah sebagai suatu sistem (struktur,
proses dan nilai- nilai) yang memungkinkan perawat profesional mengatur
pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang pemberian
asuhan tersebut (Hoffart & Woods, 1996 dalam Hamid, 2001).
Menurut Kron.T & Gray (1997) ada 4 metode pemberian asuhan keperawatan
profesional yang sudah ada dan akan terus dikembangkan di masa depan dalam
menghadapi tren pelayanan keperawatan, yaitu:
sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua. Pada saat itu ka-rena masih
terbatasnya jumlah dan kemam-puan perawat maka setiap perawat hanya melakukan 1 – 2
jenis intervensi keperawa-tan kepada semua pasien di bangsal. Model ini berdasarkan
orientasi tugas dari filosofi keperawatan, perawat melaksanakan tugas ( tindakan) tertentu
pemberian asuhan keperawatan disebut perawat primer (primary nurse). Pada metode
dapat dipertanggung jawab-kan, setiap perawat primer biasanya mempunyai 4 – 6 klien dan
bertanggung jawab selama 24 jam selama klien dirawat dirumah sakit. Perawat primer ber-
asuhan keperawatan dan juga akan mem-buat rencana pulang klien jika diperlukan. Jika
perawat primer sedang tidak bertu-gas , kelanjutan asuhan akan didelegasikan kepada
perawat lain (associate nurse). Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung
jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien masuk
sampai keluar rumah sakit. Mendorong praktik kemandirian perawat, ada kejelasan antara
si pembuat rencana asuhan dan pelaksana. Metode primer ini ditandai dengan adanya
keterkaitan kuat dan terus menerus antarapasien dan perawat yang ditugaskan untuk
1993). Model tim didasarkan pada keyakinan bahwa setiap anggota kelompok mempunyai
moti-vasi dan rasa tanggung jawab perawat yang tinggi sehingga diharapkan mutu asuhan
diharapkan dan mampu memacu diri dalam kualitas pelayanan keperawatan sesuai dengan
standar rumah sakit kelas dunia atau bertaraf internasional (Kemenkes RI,2012)
SP2KP sebagai salah satu upaya dalam peningkatan indikator mutu pelayanan
keperawatan (Depkes RI, 2009). SP2KP merupakan pengembangan Model Praktik
Keperawatan Profesional (MPKP) yang diterapkan oleh Departemen Kesehatan.
Pelaksanaan MPKP maupun SP2KP merupakan upaya untuk meningkatkan mutu
asuhan keperawatan sehingga menjadi efektif dan efisien (Budi, 2009).
Dari hasil penelitian Wati, dkk tahun 2010 di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau
diperoleh gambaran pelaksanaan pemberian pelayanan keperawatan dari masing-
masing komponen dari SP2KP secara keseluruhan belum mencapai kategori baik.
Penerapan SP2KP sebagai salah satu bentuk dari kinerja perawat. Kinerja
merupakan pencapaian seseorang yang berkenaan dengan seluruh tugas yang
dibebankan kepadanya. Kinerja perawat adalah bentuk pelayanan
profesionalyang merupakan bagian dari pelayanan kesehatan (Triwibowo, 2013).
Kunci utama dalam meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan adalah
perawat yang mempunyai kinerja tinggi (Mulyono, 2013). Dari hasil penelitian
Mulyono (2013) kepuasan kerja merupakan variabel yang paling kuat/dominan
pengaruhnya terhadap kinerja perawat di Rumah Sakit Tingkat IIIAmbon.
Kepuasan kerja menjadi isu yang menarik dan penting terbukti karena besar manfaatnya
bagi perawat, pasien dan rumah sakit. Perawat yangmemiliki kepuasan kerja menampilkan
kinerja lebih baik dibandingkan dengan perawat yang tidak memiliki kepuasan kerja.
(Triasih, 2007 dalam Sitrait 2012). Menurut Robbin (2009), Luthans (2008) dan Nursalam
(2007) kepuasan kerja sekurang-kurangnya memiliki lima dimensi yaitu kepuasan terhadap
imbalan, kepuasan terhadap peluang promosi, dan kepuasan terhadap rekan kerja. Dari
mengalami derajat kepuasan kerja yang rendah (Zamzahar, 2010). Menurut Baumann di
Amerika Serikat, Kanada, lnggris,Jerman menunjukkan bahwa 41% perawat di rumah sakit
meninggalkan pekerjaannya dalam satu tahun (Wuryanto, 2010). Kepuasan kerja rendah ini
bisa disebabkan oleh penghargaan psikologis dan penghargaan keamaan yang kurang.
Tujuan
Menjaga konsistensi asuhan keperawatan. Sesuai dengan visi dan misi institusi Tercapainya kualitas pelayanan keperawatan
Mengurangi konflik, tumpang tindih dan dengan standar rumah sakit kelas dunia atau
Dapat diterapkan proses keperawa-tan
kekososongan pelaksanaan asuhan bertaraf internasional yang didasarkan pada
dalam asuhan keperawatan.
keperawatan oleh tim keperawatan. profesionalisme, ilmu pengetahuan, aspek
Menciptakan kemandirian dalam Efisien dan efektif penggunaan legal dan etik
DAFTAR PUSTAKA