Pembimbing :
dr. Syahril Rahmat Lubis, Sp.KK(K)
Oleh :
Mohammad Haekal (140100158)
Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan
judul “Steven Johnson Syndrome”.
Penulisan makalah ini adalah salah satu syarat untuk menyelesaikan
Kepaniteraan Klinik Senior Program Pendidikan Profesi Dokter di Departemen
Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada
pembimbing, dr. Syahril Rahmat Lubis, Sp.KK(K) yang telah meluangkan
waktu dan memberikan banyak masukan dalam penyusunan makalah ini sehingga
penulis dapat menyelesaikan tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik isi maupun susunan bahasanya, untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritik dari pembaca sebagai koreksi dalam penulisan
makalah selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfaat, akhir kata penulis
mengucapkan terima kasih.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
STEVEN JOHNSON SYNDROME (SJS)
I. DEFINISI
II. PATOFISIOLOGI
1
2
III. INSIDENSI
Pada SJS, rasio penderita pria;wanita 2;1. Angka kematian pada kasus SJS
didasarkan pada luas tidaknya kulit yang terkena. Jika total luas tubuh yang
mengelupas kurang dari 10%, angka kematian berkisar antar 1-5%. Jika total luas
tubuh yang terkena(mengelupas) lebih dari 30%, angka kematian akan menjadi
sekitar 25-35%. , mungkin bisa bertambah menjadi diatas 50% jika
bakteremia/sepsis ikut menyerang.
Lesi pada kulit akan berkembang menjadi erosi dalam 2-3 minggu. Lesi
pada membrane mukosa mungkin akan berkembang membentuk skar dan
menggangu fungsi organ yang terkena. Striktur esophagus mungkin dapat muncul
jika terdapat perluasan lesi ke esophagus. Gejala sisa yang dapat terjadi pada mata
antara lain ulserasi kornea dan uveitis anterior. Kebutaan dapat terjadi sebagai efek
sekunder dari keratitis berat atau panophthalmitis pada 3-10% pasien.
IV. ETIOLOGI
Infeksi
Infeksi bakteri Fungal Infeksi protozoa Obat-obatan Lain-lain
virus
Herpes Streptococcus Coccidiodomycosis Malaria Antibiotic Keganasan (
virus Diphtheria Dermatophytosis Trichomoniasis (penisilin,sulfa) misalnya
HIV Brucellosis Histoplasmosis Antikonvulsan kegansan
Influenza Mycobacteria (phenitoin, hematologi)
Hepatitis Mycoplasma CBZ)
Mumps pneumonia Digitalis
Rickettsia Typhoid Analgetik
Variola Antipiretik
Epstein-
Barr
3
V. MANIFESTASI KLINIS
• Demam
• Orthostasis
• Tachycardia
• Hipotensi
• Perubahan tingkat kesadaran
• Epistaksis
• Konjungtivitis
• Ulserasi kornea
• Erosif vulvovaginitis atau balanitis
• Kejang, koma
- Kulit dan kultur darah telah dianjurkan karena kejadian serius infeksi aliran
darah oleh bakteri dan sepsis berkontribusi terhadap morbiditas dan
kematian.
- Menentukan fungsi ginjal dan mengevaluasi urin untuk darah
- Kultur darah, urine, dan luka diindikasikan ketika infeksi secara klinis
dicurigai.
- Biopsi kulit merupakan alat diagnosis pasti terhadap SJS tapi bukan
merupakan prosedur emergency
VIII. PENATALAKSANAAN
Intravena Immunoglobulin
epidermis. Penelitian yang dilakukan pada pasein dewasa dan pasien anak-anak
menunjukkan hasil yang baik dengan pemberian IVIG. Akan tetapi penelitian lebih
lanjut diperlukan untuk lebih mengetahui dosis optimal IVIG yang diperlukan serta
kemanan dan kemanjuran agen ini jika digunakan pada penyakit SJS dan TEN.
IX. KOMPLIKASI
1. Mata : ulserasi kornea, uveitis anterior, panophtalmitis, kebutaan
2. Gastroenterology : striktur esophagus
3. Genitourinary : Renal tubular nekrosis, gagal ginjal
4. Kulit : pembentukan skar, infeksi sekunder
X. PROGNOSIS
- Lesi pada pasien akan mebaik kira-kira 1-2 minggu, kecuali jika
terdapat sekunder infeksi. Sebagian besar pasien membaik tanap
sekuele.
- Lebih dari 15% pasien SJS meninggal. Bakteremia dan sepsis menjadi
pemicu utama tingginya mortalitas
KESIMPULAN
8
DAFTAR PUSTAKA
2. Roujeau, Jean-Claude, Kelly., Judith P., Naldi, L., Rzany, B., Stern, R.,
Anderson, T., et al. (1995). Medication use and the risk of steven-Johnson
syndrome or toxic epidermal necrolysis. The New England Journal of
Medicine. 1995,1600-7
4. Metry, Denise w., Jung, Peter., Levy, Moise L. (2002). Use of Intravenous
Immunoglobulin in Children With Steven-Johnson Syndrome and Toxic
Epidermal Necrolysis: Seven case and review of the Literature. Official
journal of the American Academy of Pediatric. 112, 1430-1436
5. Davis, Mark D., Rogers, Roy S., Pittelkow, Mark R. (2002). Recurrent
Erythema Multiforme/Stevens-Johnson Syndrome. Arch Dermatol vol.138