Tugas Teori Belajar Dan Permen
Tugas Teori Belajar Dan Permen
1
Sugihartono, dkk, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: UNY Press, 2007.), hlm. 89-90.
2
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Rosda, 1995), hlm.
105-106.
3
Hamzah B. Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006),
hlm., 7.
1
kapan harus memberikan hadiah atau penguat. Ia menunjukan satu ikatan antara
stimulus dan respons yang terjadi dalam matematika. Ulangan yang tetap dari tabel
perkalian dengan memberikan hadiah dari guru akan membentuk ikatan antara
stimulus (berapa 7x7) dan respons (49) dalam membaca ulangan juga ditekankan
dengan menyuruh siswa belajar menggunakan kata sesering mungkin pada berbagai
tingkat kelas.
Teori ini adalah sebuah prosedur penciptaan refleks baru dengan cara
mendatangkan stimulus sebelum terjadinya refleks tersebut. Belajar adalah
perubahan yang ditandai dengan adanya hubungan antara stimulus dan respons.
Stimulus yang diadakan selalu disertai dengan stimulus penguat. Stimulus tadi,
cepat atau lambat akan menimbulkan respons atau perubahan yang dikendaki.4
c. Watson
Menurutnya, stimulus dan respons harus berbentuk tingkah laku yang bisa
diamati. Ia mengabaikan perubahan mental yang terjadi dalam belajar dan
menganggapnya sebagai faktor yang tidak perlu diketahui. Perubahan mental juga
penting bagi siswa tetapi perubahan itu tidak bisa menjelaskan apakah proses
belajar sudah terjadi atau belum. Ia tidak memikirkan hal-hal yang tidak bisa
diukur, tetapi mereka tetap mengakui bahwa semua hal itu penting.5
Belajar adalah suatu proses dari respons melalui pergantian dari suatu
stimulus kepada yang lain. Menurutnya, manusia dilahirkan dengan beberapa
4
Ibid., Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru,..., hlm. 107-108.
5
Ibid., Hamzah B. Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran,..., hlm., 7-8.
2
refleks dan reaksi emosi, ketakutan, cinta, dan marah.6 Semua tingkah laku
dikembangkan oleh pembentukan hubungan stimulus dan respons baru melalui
pengkondisian.
d. Clark Hull
e. Edwin Guthrie
6
Sri Esti Wuryani Djiwandono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Grasindo, 2006), hlm. 129.
7
Ibid., Hamzah B. Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran,..., hlm., 8.
8
Ibid., Hamzah B. Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran,..., hlm.,8-9.
9
Ibid., Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru,..., hlm. 109.
3
sekitar terutama alam pendidikan. individu bisa pintar, terampil, dan berperasaan
hanya bergantung pada bagaimana individu itu dididik.10
a) dapat diamati secara langsung padahal belajar adalah proses kegiatan mental
yang tidak dapat disaksikan dari luar kecuali sebagian gejalanya.
b) bersifat otomatis-mekanis, sehingga terkesan seperti gerakan mesin dan
robot, padahal setiap siswa memiliki kemampuan mengarahkan diri dan
pengendalian diri yang bersifat kognitif, dan karenanya ia bisa menolak
merespons jika ia tidak mengendaki, misal ia lelah dengan kata hati.
10
Ibid., Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru,..., hlm. 111-112.
11
Dalyono, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), hlm. 32.
12
Sri Esti Wuryani Djiwandono, Psikologi Pendidikan..., hlm. 131.
13
Ibid.,
14
Ibid., Hamzah B. Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran,..., hlm., 9.
4
c) manusia yang dianalogikan dengan perilaku hewan itu sangat sulit diterima,
mengingat mencoloknya perbedaan karakter fisik dan psikis antara manusia
dan hewan”.15
d) usaha-usaha mengubah perilaku mengabaikan faktor-faktor kognitif yang
potensial mengganggu proses belajar. Untuk siswa yang pengetahuan atau
kemampuan kognitifnya lemah, harus menggunakan strategi belajar
mengajar pada teori kognitif.
e) penguatan yang diberikan karena menyelesaikan tugas-tugas akademis yang
bisa mendorong siswa untuk melakukannya lebih cepat dan bagus.
f) penguatan ekstrinsik terhadap sebuah aktivitas yang dianggap siswa sudah
menguatkan secara intrinsik akan mengurangi kesenangan siswa terhadap
kegiatan tersebut. Ketika siswa mengerjakan tugas yang sulit, guru
memberikan dorongan agar siswa mengerjakan dengan baik tetapi siswa
akan merasakan kebosanan”.16
Teori ini lebih mementingkan proses belajar daripada hasil belajar itu
sendiri. Belajar melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Hal ini terpusat
pada proses bagaimana suatu ilmu yang berasimilasi dengan ilmu yang sebelumnya
telah dikuasai siswa. Ilmu pengetahuan dibangun dalam diri seorang siswa melalui
proses interaksi yang berkesinambungan dengan lingkungan. Proses ini mengalir,
sambung-menyambung dan menyeluruh. Para ahli teori ini adalah:
a. Piaget (1975)
Ia menganggap bahwa proses belajar terdiri dari tiga tahapan yaitu:
1) Asimilasi, proses penyatuan dan pengintegrasian informasi baru ke struktur
kognitif yang sudah ada dalam benak siswa.
2) Akomodasi, penyesuaian struktur kognitif dalam situasi yang baru.
15
Ibid., Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru,..., hlm., 110.
16
Jeanne Ellis Ormrod. Psikologi Pendidikan Membantu Siswa Tumbuh dan Berkembang
Edisi keenam, (Jakarta: Erlangga, 2008), hlm. 466.
5
3) Equilibrasi (penyeimbangan), penyesuaian berkesinambungan antara
asimilasi dan akomodasi.
b. Ausubel (1968)
Pengetahuan guru terhadap isi mata pelajaran harus sangat baik sehingga
guru akan mampu menemukan informasi yang sangat abstrak, umum dan inkusif,
untuk diajarkan pada siswa. Logika berpikir guru juga dituntut sebaik mungkin agar
tidak kesulitan memilah materi pelajaran serta mengurutkan materi demi materi
kedalam struktur urutan yang logis dan mudah dipahami.18
Teori ini adalah proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika
guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suau aturan
(konsep, teori definisi dll) melalui contoh yang menggambarkan aturan yang
17
Ibid., Hamzah B. Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran,..., hlm., 10-11.
18
Ibid., Hamzah B. Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran,..., hlm., 12.
6
menjadi sumbernya. Siswa dibimbing secara induktif untuk memahami suatu
kebenaran umum.
19
Ibid., Hamzah B. Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran,..., hlm., 12-13.
20
Dalyono, Psikologi Pendidikan..., hlm. 35.
21
Sri Esti Wuryani Djiwandono, Psikologi Pendidikan..., hlm. 149.
22
Mustaqin, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), hlm., 61
7
sebaik-baiknya. Teori ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang
pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya.23
1) Arthur Combs
2) Maslow
23
Sugihartono, dkk, Psikologi Pendidikan...,hlm. 116.
24
Sri Esti Wuryani Djiwandono, Psikologi Pendidikan..., hlm. 181.
25
Ibid., hlm. 183.
8
kebutuhan yang lebih tinggi lagi, prestasi intelektual, penghargaan estetis, dan
akhirnya self-actualization.26
3) Rogers
Melalui bukunya Freedom to Learn and Freedom to Learn for the 80’s,
menganjurkan pendekatan pendidikan sebaiknya mencoba membuat belajar dan
mengajar lebih manusiawi, lebih personal, dan berarti. Prinsip-prinsip penting
belajar humanistik menurut Rogers27 yaitu keinginan untuk belajar (The Desire to
Learn), belajar secara signifikan (Significant Learning), belajar tanpa ancaman
(Learning Without Threat), belajar atas inisiatif sendiri (Self-initiated Learning),
belajar dan berubah (Learning and Change).
26
Ibid.
27
Ibid., hlm. 184-186.
9
benar), perangkaian (melakukan beberapa gerakan sekaligus), naturalisasi
(melakukan gerak secara wajar).
5) Kolb
1) Pengalaman konkret. Pada tahap pertama dan paling dini ini, siswa hanya
mampu mengalami suatu kejadian.
2) Pengamatan aktif dan reflektif. Pada tahap kedua ini, siswa mampu
mengadakan observasi aktif dan memahami terhadap kejadian itu.
3) Konseptualisasi. Tahap ketiga ini, siswa mulai belajar membuat abstraksi
atau teori tentang suatu hal yang pernah diamatinya.
4) Eksperimentasi aktif. Pada tahap akhir ini, siswa sudah mampu
mengaplikasikan suatu aturan umum ke situasi yang baru.
Siklus belajar semacam ini terjadi secara berkesinambungan dan
berlangsung di luar kesadaran siswa sehingga sulit ditentukan kapan beralihnya,
tetapi ada garis tegas antara tahap satu dengan tahap lain.29
6) Honey dan Mumford
1) Siswa tipe aktivis adalah yang suka melibatkan diri pada pengalaman baru
dan cenderung berpikiran terbuka serta mudah diajak berdialog.
2) Siswa dengan tipe reflektor sangat berhati-hati mengambil langkah.
28
Ibid., Hamzah B. Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran,..., hlm., 13-15.
29
Ibid., Hamzah B. Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran,..., hlm., 15-16.
10
3) Siswa dengan tipe teoris sangat kritis, senang menganalisis, dan tidak
menyukai pendapat atau penilaian yang sifatnya subjektif.
4) Siswa tipe pragmatis menaruh perhatian besar pada aspek praktis. Siswa tipe
ini tidak suka berlarut-larut dalam membahas aspek teoritis filosofis karena
lebih baik praktiknya.30
7) Habermas (tokoh yang dipengaruhi oleh interaksi, baik dengan lingkungan
maupun dengan sesama manusia)
Tipe belajar dibagi menjadi:
1) Tipe belajar teknis, belajar berinteraksi dengan alam sekelilingnya.
2) Tipe belajar praktis,belajar berinteraksi dengan orang disekelilingnya.
3) Tipe belajar emansipatoris berusaha mencapai pemahaman dan kesadaran
tentang perubahan kultural suatu lingkungan. Pemahaman kesadaran
terhadap perubahan kultural menjadi tahapan terpenting karena dianggap
sebagai tujuan pendidikan yang paling tinggi.31
30
Ibid., Hamzah B. Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran,..., hlm., 16.
31
Ibid., Hamzah B. Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran,..., hlm.,16-17.
11
Pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati.
Kesalahan harus segera diperbaiki. Pengulangan dan latihan digunakan supaya
perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan. Hasil yang diharapkan dari
penerapan teori ini adalah terbentuknya suatu perilaku yang diinginkan. Perilaku
yang diinginkan mendapat penguatan positif, sedangkan perilaku yang kurang
sesuai mendapatkan penghargaan negatif. Evaluasi atau penilaian didasarkan pada
perilaku yang tampak.32
Ada sejumlah cara untuk menggunakan model belajar kognitif dalam kelas.
Pertama kita akan melihat strategi mengajar pada umumnya, terutama yang
menyangkut rencana pembelajaran, kemudian yang kedua kita akan memusatkan
perhatian untuk membantu siswa dalam mengingat informasi baru.
Dalam permulaan pelajaran, guru dapat membuat kontak mata atau berbuat
sesuatu yang mengejutkan siswa dengan maksud untuk menarik perhatian
siswa.mengidentifikasi apa yang penting, sulit, dan tidak bisa, belajar dapat
dipertinggi jika guru membantu siswa merasa betapa pentingnya informasi baru.
32
Sugihartono, dkk, Psikologi Pendidikan...,hlm. 103.
12
Strategi selanjutnya yaitu, strategi untuk membantu siswa dalam mengingat
informasi baru. Lindsy dan Norman menyampaikan tiga aturan umum untuk
memperbaiki ingatan, pertama, menghafal memerlukan usaha. kedua; materi yang
harus dihafal atau diingat seharusnya berhubungan dengan hal-hal lain. Ketiga;
materi dapat dibagi dalam kelompok atau bagian-bagian kecil dan kemudian
diletakkan kembali bersama-sama pola yang berarti.33
33
Sri Esti Wuryani Djiwandono, Psikologi Pendidikan..., hlm. 163.
34
Ibid., Sri Esti Wuryani Djiwandono, Psikologi Pendidikan..., hlm 187.
13
memperoleh kesadaran antar pribadi yang lebih besar dengan mendiskusikan
konsep tentang keberanian, keteguhan hati, dan kekuatan mereka sendiri.
14
8) Mengasumsikan anak-anak dan proses belajar (Assumption about Children
and the Learning Process). Suasana kelas hangat dan diterima. Anak-anak
terlibat dengan apa yang mereka kerjakan.35
a. Pengertian
b. Tujuan
35
Ibid., hlm.188-190.
36
Ibid., hlm. 191.
15
c. Ruang Lingkup
16
5) lingkungan.
17
Usia Dini. Berdasarkan pertimbangan di atas, Tingkat Kompetensi dirumuskan
sebagai berikut:
3 Dasar SMP/MTS/SMPLB/Paket B
Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi maka prinsip
pembelajaran yang digunakan:
1) dari peserta didik diberi tahu menuju peserta didik mencari tahu;
2) dari guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis
aneka sumber belajar;
3) dari pendekatan tekstual menuju proses sebagai penguatan penggunaan
pendekatan ilmiah;
4) dari pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaran berbasis
kompetensi;
5) dari pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu;
6) dari pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menuju pembelajaran
dengan jawaban yang kebenarannya multi dimensi;
7) dari pembelajaran verbalisme menuju keterampilan aplikatif;
8) peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisikal (hardskills) dan
keterampilan mental (softskills);
9) pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan
peserta didik sebagai pembelajar sepanjang hayat;
10) pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan
(ing ngarso sung tulodo), membangun kemauan (ing madyo mangun karso),
dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran
(tut wuri handayani);
11) pembelajaran yang berlangsung di rumah di sekolah, dan di masyarakat;
12) pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru, siapa
saja adalah peserta didik, dan di mana saja adalah kelas;
13) Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan
efisiensi dan efektivitas pembelajaran; dan
19
14) Pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya peserta
didik.
20
Pembelajaran adalah proses interaksi antar peserta didik, antara peserta
didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Keempat peraturan menteri di atas tidak dapat dilepaskan dari adanya upaya
revisi Kurikulum 2013 yang saat ini sedang diterapkan di beberapa sekolah
sasaran. Dengan kata lain, keempat peraturan menteri di atas pada dasarnya
merupakan landasan yuridis bagi penerapan kurikulum 2013 yang telah direvisi.
21