Anda di halaman 1dari 8

EFEKTIVITAS TERAPI MUSIK KLASIK MOZART TERHADAP PENURUNAN SKOR

HALUSINASI PENDENGARAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA


Rosiana1, Jumaini2, Yesi Hasneli N3
Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Riau
Email: Rosianachaan@gmail.com

Abstract

Music therapy can be used as a therapy for psychiatric disorders, medical problems and communication disorders. One
of the therapies that can be utilized is the Mozart classical music therapy. This study aimed to determine the
effectiveness of Mozart classical music therapy against hallucinations in schizophrenic patients. This research used a
quasi-experimental design in the form of nonequivalent control group design. The sample was 30 respondents divided
into 15 experimental group and 15 control group. Samples were taken based on inclusion criteria using purposive
sampling technique. The instrument used was the Auditory Hallucination Rating Scale (AHRC) questionnaire. The
study was analyzed by univariate analysis to know the frequency distribution and bivariate analysis using Wilcoxon and
Mann-Whitney. The results showed the mean of posttest hallucination score in the experimental group was 13.00 and in
the control group was 27.00. The study found that there was a significant difference in hallucination scores after giving
Mozart classical music therapy between the experimental group and the control group with p-value 0.000 <(0.05). So it
can be concluded that the therapy of Mozart classical music is effective on the reduction of hallucinations in
schizophrenic patients. This study recommends the effectiveness of other therapies that can be associated with
hallucinatory patients.

Keywords:Hallucinations score, Mozart classical music therapy, schizophrenia

Skizofrenia merupakan sekelompok merasakan ada suara padahal tidak ada


reaksi psikotik dengan ciri-ciri pengunduran stimulus suara. Pasien melihat bayangan orang
diri dari kehidupan sosial, gangguan emosional atau sesuatu yang menakutkan padahal tidak
dan afektif atau penyakit dimana kepribadian ada bayangan tersebut. Pasien mencium bau
mengalami keretakan, alam pikir, perasaan, tertentu padahal orang lain tidak mencium bau
dan perbuatan individu terganggu tersebut. Pasien merasakan mengecap sesuatu
(Simanjuntak, 2008). Gangguan yang terjadi padahal tidak sedang makan apapun. Pasien
pada skizofrenia ialah mengenai pembentukan merasakan sensasi rabaan padahal tidak ada
arus serta isi pikiran, disamping itu juga apapun dalam permukaan kulit (Yosep, 2011).
ditemukan gejala gangguan persepsi, wawasan Data WHO (2016) terdapat sekitar 35
diri, perasaan, dan keinginan (Nasir & Muhith, juta orang terkena depresi, 60 juta orang
2011). terkena bipolar, 47,5 juta terkena dimensia
Gangguan persepsi merupakan serta 21 juta orang dari seluruh dunia terkena
ketidakmampuan manusia dalam membedakan skizofrenia. Skizofrenia lebih sering terjadi
antara rangsang yang timbul dari sumber pada laki-laki (12 juta), dibandingkan
internal (pikiran atau perasaan) ataupun yang perempuan (9 juta). Dari berbagai faktor
bersumber dari stimulus eksternal. Salah satu seperti biologis, psikologis dan sosial dengan
gangguan persepsi yang dapat terjadi yaitu keanekaragaman penduduk, orang yang
gangguan persepsi sensori yang merupakan mengalami skizofrenia terus bertambah yang
salah satu masalah keperawatan yang dapat kemudian akan berdampak pada penambahan
ditemukan pada pasien gangguan jiwa atau beban negara dan penurunan produktivitas
yang biasa dikenal dengan halusinasi (Keliat, manusia untuk jangka panjang.
Akemat, Helena & Nurhaeni, 2012). Data Riskesdas (2013), prevalensi
Halusinasi merupakan gangguan atau gangguan jiwa berat seperti skizofrenia
perubahan persepsi dimana pasien mencapai sekitar 400.000 orang atau sebanyak
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya 1,7 per 1000 penduduk Indonesia. Prevalensi
tidak terjadi (Prabowo, 2014). Pasien yang tertinggi dari seluruh wilayah Indonesia berada
mengalami halusinasi biasanya merasakan diwilayah Yogyakarta dan Aceh dimana
stimulus yang sebetulnya tidak ada. Pasien masing masing berjumlah 2,7 per 1000
214
penderita. Sedangkan untuk wilayah Riau musik juga digunakan sebagai terapi untuk
termasuk wilayah dengan penderita skizofrenia gangguan kejiwaan, masalah medis, cacat
yang cukup banyak yaitu 0,9 per 1000 fisik, gangguan sensorik, cacat perkembangan,
penderita. penyalahguanaan zat, gangguan komunikasi,
Yosep (2011) mengatakan bahwa masalah interpersonal dan penuaan (Suryana,
diperkirakan lebih dari 90% klien dengan 2012).
skizofrenia mengalami halusinasi, meskipun Terapi musik dinegara maju telah
bentuk halusinasinya bervariasi tetapi sebagian menjadi bagian dari profesi kesehatan untuk
besar klien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa mengatasi masalah fisik, emosi, kognitif dan
mengalami halusinasi pendengaran. Halusinasi sosial pada anak-anak dan orang dewasa yang
pendengaran dapat berasal dari dalam diri mengalami gangguan atau penyakit tertentu
individu atau dari luar individu itu sendiri. (Djohan, 2006). Selain itu terapi musik juga
Data dari Rumah Sakit Jiwa Tampan bermanfaat untuk pasien yang terisolir dalam
Provinsi Riau, diketahui bahwa pada bulan lembaga rehabilitasi (Djohan, 2009).
Januari-Desember 2016 pasien yang Musik terdiri dari beberapa jenis yaitu
mengalami skizofrenia paranoid berjumlah musik keroncong, musik etnik, musik pop,
7.589 orang dan merupakan diagnosa penyakit musik klasik, musik blues, musik Ska, dan
nomor satu dari sepuluh besar diagnosa musik metal (Tim KSM Radio Crast, 2010).
penyakit di Rumah Sakit Jiwa Panam (Rekam Salah satu terapi musik yang efektif digunakan
Medis RSJ Tampan, 2017). Salah satu tanda dalam bidang kesehatan yaitu musik klasik
dan gejala dari skizofrenia paranoid yaitu (Suryana, 2012). Musik klasik memiliki
halusinasi (Videbeck, 2012). Di ruang rawat kejernihan dan kebeningan yang terkandung
inap Rumah Sakit Jiwa Tampan, halusinasi didalam musik sehingga mampu memperbaiki
merupakan diagnosa keperawatan terbanyak konsentrasi dan persepsi parsial (Campbell,
dan rata-rata lebih dari 60% pasien rawat inap 2002). Selain itu musik klasik Mozart juga
diagnosa keperawatannya adalah halusinasi. bisa mengurangi perilaku agresif, anti sosial,
Data dari 5 ruang rawat inap Rumah Sakit mengatur hormon yang berkaitan dengan stres,
Jiwa Tampan didapatkan jumlah pasien mengubah persepsi dan mempengaruhi untuk
halusinasi pada bulan januari – september mengenal ruang sekitar, menimbulkan rasa
2017 sebanyak 348 pasien. Di ruang Kampar aman, relaksasi, mengurangi kecemasan, serta
terdapat 78 pasien halusinasi, diruang Indragiri mengatasi depresi (Campbell, 2002).
104 pasien halusinasi, di ruang Siak 68 pasien Musik Mozart juga dapat memodifikasi
halusinasi, di ruang Sebayang 47 pasien gelombang otak dari gelombang beta yang
halusinasi dan di ruang Kuantan 51 pasien dicirikan dengan kesadaran biasa atau pada
halusinasi. saat seseorang mengalami perasaan negatif
Penatalaksanaan yang dapat diberikan menjadi kisaran gelombang theta yang
pada pasien halusinasi ada 2 yaitu mengakibatkan berubahnya keadaan sadar
farmakoterapi dan non farmakoterapi bahkan menghilangkan persepsi-persepsi
(Prabowo, 2014). Salah satu non tentang dimensi lain (Champbell, 2002).
farmakoterapi yang dapat diberikan untuk Data dari Rumah Sakit Jiwa Tampan
pasien halusinasi yaitu terapi musik. Musik Provinsi Riau, diketahui bahwa pada bulan
memiliki pengaruh terhadap perubahan pada Januari-Desember 2016 pasien yang
memori sensorik, memori aktif serta memori mengalami skizofrenia paranoid berjumlah
jangka panjang pada pasien yang mengalami 7.589 orang dan merupakan diagnosa penyakit
skizofrenia (Pasha, Akhavan, & Gorjian, nomor satu dari sepuluh besar diagnosa
2012). penyakit di Rumah Sakit Jiwa Panam (Rekam
Terapi musik dinegara maju telah Medis RSJ Tampan, 2017). Salah satu tanda
menjadi bagian dari profesi kesehatan untuk dan gejala dari skizofrenia paranoid yaitu
mengatasi masalah fisik, emosi, kognitif dan halusinasi (Videbeck, 2012). Di ruang rawat
sosial pada anak-anak dan orang dewasa yang inap Rumah Sakit Jiwa Tampan, halusinasi
mengalami gangguan atau penyakit tertentu merupakan diagnosa keperawatan terbanyak
(Djohan, 2006). Sedangkan di Indonesia terapi
215
dan rata-rata lebih dari 60% pasien rawat inap mengetahui apakah ada hubungan yang
diagnosa keperawatannya adalah halusinasi. signifikan antara dua variabel yakni variabel
Di ruang rawat inap Rumah Sakit Jiwa independen dan dependen, bisa juga digunakan
Tampan, halusinasi merupakan diagnosa
untuk mengetaui apakah ada perbedaan yang
keperawatan terbanyak dan rata-rata lebih dari
60% pasien rawat inap diagnosa signifikan antara dua atau lebih kelompok.
keperawatannya adalah halusinasi. Data dari 5
HASIL PENELITIAN
ruang rawat inap Rumah Sakit Jiwa Tampan
Tabel 1
didapatkan jumlah pasien halusinasi pada
Distribusi Karakteristik Responden
bulan januari – september 2017 sebanyak 348 Eksperime Kontrol
pasien. Di ruang Kampar terdapat 78 pasien n (n=15)
halusinasi, diruang Indragiri 104 pasien Karakteristik p value
(n=15)
halusinasi, di ruang Siak 68 pasien halusinasi, N % N %
di ruang Sebayang 47 pasien halusinasi dan di Umur:
ruang Kuantan 51 pasien halusinasi. Dewasa awal 13 86,7 11 73,3 0,327
Studi pendahuluan yang dilakukan pada (18-40 tahun)
Dewasa tengah 2 13,3 4 26,7
tanggal 30 Oktober 2017, melalui wawancara (41-60 tahun)
kepada perawat di lima ruang rawat inap jumlah 15 100 15 100
Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau. Dari Jenis kelamin:
hasil wawancara perawat mengatakan tindakan Laki-laki 11 73,3 11 73,3
0,03
keperawatan yang pernah dilakukan pada Perempuan 4 26,7 4 26,7
pasien halusinasi adalah mengidentifikasi
halusinasi, mengontrol halusinasi dengan Jumlah 15 100 15 100
menghardik, bercakap-cakap, aktivitas Pendidikan:
terjadwal, minum obat, senam bersama, dan Tidak sekolah 0 0 1 6,7
kegiatan kerohanian. Selain itu dilakukan juga SD/tidak tamat 5 33,3 2 13,3
Terapi Aktifitas Kelompok (TAK) diantaranya SMP 6 40,0 8 53,3 0,66
yaitu TAK sosialisasi, TAK persepsi khusus SMA 4 26,7 4 26,7
dan TAK Resiko Perilaku Kekerasan (RPK). Jumlah 15 100 15 100
Status
METODOLOGI PENELITIAN pernikahan:
Desain yang digunakan dalam penelitian Menikah 3 20 5 33,3
0,201
ini adalah desain quasi eksperimental berupa Belum menikah 12 80 9 60
Cerai 0 0 1 6,7
rancangan “non equivalent control group”,
dalam rancangan ini kelompok eksperimen Jumlah 15 100 15 100
diberi intervensi sedangkan kelompok kontrol Pekerjaan:
tidak diberi intervensi tetapi mendapatkan Pelajar/mahasis 1 6,7 0 0
perawatan seperti yang dilakukan sehari-hari wa
pada kelompok eksperimen. Kedua kelompok Wiraswasta 4 26,7 10 66,7 0,237
Tidak bekerja 5 33,3 2 13,3
diawali dengan pengukuran sebelum Lainnya 5 33,3 3 20
pemberian perlakuan (pretest), dan setelah
pemberian perlakuan diadakan pengukuran Jumlah 15 100 15 100
kembali (posttest) (Setiadi,2013). Frekuensi
Instrumen yang digunakan adalah dirawat:
Pertama kali 2 13,3 1 6,7 0,54
Auditory Hallucination Rating Scale (AHRC) Kedua 13 86,7 14 93,3
yang disusun oleh Gillian Haddock yang kali/lebih
terdiri dari 11 komponen tentang halusinasi
Jumlah 15 100 15 100
pendengaran. Analisa yang digunakan adalah Lama dirawat:
analisa univariat untuk menjelaskan atau < 30 hari 7 46,7 2 13,3
0,77
> 30 hari 8 53,5 13 86,7
mendiskripsikan karakteristik masing-masing
variabel yang diteliti dan analisa bivariat untuk Jumlah 15 100 15 100
216
Berdasarkan tabel diatas distribusi Kelompok Kontrol Sebelum Diberikan Terapi
responden menurut usia yang terbanyak adalah Musik Klasik Mozart
kelompok usia dewasa awal 18-40 tahun Variabel Median SD
Min-
p value
dengan jumlah 24 responden (80,7%) dengan max
p value = 0,327 yang berarti karakteristik Kelompok 27,00 3,225 20-31
eksperimen
kelompok usia adalah homogen. Pada jenis 0,628
Kelompok 27,00 3,840 23-37
kelamin responden kelompok eksperimen dan kontrol
kelompok kontrol yang terbanyak adalah laki- Median pre test skor halusinasi
laki yaitu sebanyak 22 orang (73,3%) dengan p pendengaran pada kelompok eksperimen
value = 0,03 yang berarti karakteristik adalah 27,00 dengan skor minimal 20 dan skor
kelompok jenis kelamin adalah tidak maksimal 31 serta standar deviasi 3,225.
homogen. Median pre test skor halusinasi pendengaran
Karakteristik pendidikan terakhir pada kelompok kontrol adalah 27,00 dengan
responden kelompok eksperimen dan kontrol skor minimal 23 dan skor maksimal 37 serta
terbanyak berada pada tingkat pendidikan standar deviasi 3,840. Uji homogenitas
SMP yaitu sebanyak 14 orang (46,65%) menggunakan uji Mann-Whitney diperoleh p
dengan p value = 0,66 yang berarti value 0,628 > α (0,05), maka dapat
karakteristik kelompok pendidikan terakhir disimpulkan bahwa skor halusinasi
adalah homogen. Pada karakteristik status pendengaran pada kelompok eksperimen dan
pernikahan responden kelompok eksperimen kelompok kontrol sebelum diberikan terapi
dan kontrol sebagian besar belum menikah musik klasik Mozart adalah homogen.
dengan jumlah 21 orang (70%) dengan p value
= 0,201 yang berarti karakteristik status Tabel 3
pernikahan adalah homogen. Perbandingan Skor Halusinasi Pendengaran
Karakteristik pekerjaan responden pada Pada Kelompok Eksperimen dan Kontrol
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol Sebelum dan Sesudah Diberikan Terapi Musik
sebagian besar wiraswasta yaitu sebanyak 14 Klasik Mozart
orang (46,7%) dengan p value = 0,237 yang Kelompok Min- p
N Median SD
berarti karakteristik pekerjaan adalah responden max value
Eksperimen 15 3,225 27,00 20-
homogen. Pada karakteristik frekuensi dirawat (Pretest) 31
pada kelompok eksperimen dan kelompok 0,001
Eksperimen 15 5,180 13,00 7-28
kontrol sebagian besar merupakan pasien (posttest)
dengan frekuensi dirawat 2 kali atau lebih kontrol 15 3,840 27,00 23-
yaitu sebanyak 27 orang (90%) dengan p value (Pretest) 37
0,786
kontrol 15 2,875 27,00 24-
= 0,054 yang berarti karakteristik frekuensi (posttest) 36
dirawat adalah homogen.
Karakteristik lama dirawat pada Hasil analisa statistik menggunakan uji
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol Wilcoxon didapatkan median skor halusinasi
sebagian besar adalah yang lama rawatnya sebelum diberikan terapi musik klasik Mozart
lebih dari 30 hari yaitu sebanyak 21 orang pada kelompok eksperimen yaitu sebesar
(70,1%) dengan p value = 0,77 yang berarti 27,00 setelah diberikan terapi musik klasik
karakteristik lama dirawat adalah homogen. Mozart sebesar 13,86 artinya terjadi penurunan
Hasil data diatas menunjukkan ketujuh nilai median sebesar 13,00 dan diperoleh p
karakteristik responden memiliki nilai uji value 0,001 < α (0,05), maka dapat
homogenitas p value > α yang berarti ketujuh disimpulkan Ho ditolak yang berarti ada
karakteristik responden memiliki data yang perbedaan yang bermakna rata-rata skor
homogen. halusinasi sebelum dan sesudah diberikan
terapi musik klasik Mozart pada kelompok
Tabel 2 eksperimen.
Uji Homogenitas dan Skor Halusinasi Didapatkan median skor halusinasi pada
Pendengaran Kelompok Eksperimen dan kelompok kontrol pada saat pre test adalah

217
27,00 dan post test didapatkan sebesar 27,00. Mental Health (NIMH, 2000) melaporkan
Berdasarkan hasil uji statistik dengan prevalensi skizofrenia antara laki-laki dan
menggunakan uji Wilcoxon didapatkan p value wanita adalah sama tetapi dua jenis kelamin
0,786 > α (0,05) dapat disimpulkan tidak ada tersebut menunjukkan perbedaan dalam onset
penurunan yang signifikan antara skor pertama timbulnya serangan, laki-laki
halusinasi sebelum dan sesudah diberikan mempunyai onset skizofrenia yang lebih awal
terapi musik klasik Mozart pada kelompok dari wanita (Simbolon, 2013).
kontrol. Hasil penelitian didapatkan hasil bahwa
sebagian besar responden dengan tingkat
Tabel 4 pendidikan SMP yaitu sebanyak 14 orang
Perbandingan Skor Halusinasi Pendengaran (46,65%). Pendidikan merupakan pengajaran
Pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok yang dilakukan disuatu lembaga pendidikan
Kontrol Sesudah Diberikan Terapi Musik formal (sekolah) dan segala pengaruh
Klasik Mozart diupayakan untuk anak-anak yang bersekolah
Variabel Medi SD Min- p agar mempunyai kemampuan yang sempurna
an max value dan memiliki kesadaran penuh terhadap
Kelompok 5,18 13,00 7-28 hubungan-hubungan dan tugas sosial mereka
eksperimen
Kelompok 3,32 27,00 24-36
0,000 (Kadir, 2012).
kontrol Penelitian yang didapatkan dari
karakteristik responden dengan status pernikan
Didapatkan median pada kelompok belum menikah sebanyak 21 orang (70%).
eksperimen adalah 13,00 dengan nilai minimal Stigma dari masyarakat yang dialami oleh
7 dan maksimal 28, median skor halusinasi penderita skizofrenia mempersulit penderita
pada kelompok kontrol adalah 27,00 dengan skizofrenia untuk memperoleh pasangan
nilai minimal 24 dan nilai maksimal 36. hasil (Loganathan & Murthy, 2008).
analisa menggunakan uji Mann-Whitney Penelitian yang didapatkan dari
karena uji T-Independent tidak memenuhi karakteristik pekerjaan sebagian besar
syarat yaitu data tidak berdistribusi normal. responden pekerjaannya adalah wiraswasta
Hasil analisa diperoleh p value 0,001 < α yaitu sebanyak 14 orang (46,7%). Pekerjaan
(0,05), maka ada perbedaan yang bermakna merupakan salah satu faktor yang dapat
skor halusinasi sesudah (posttest) diberikan mempengaruhi perilaku manusia (Stuart &
terapi musik klasik Mozart antara kelompok Laraia, 2005). Banyaknya tuntutan yang
eksperimen dan kelompok kontrol. dialami individu dalam lingkup pekerjaan
membuat seseorang mengalami tekanan
PEMBAHASAN pikiran dan mental.
A.Karakteristik responden Penelitian yang telah dilakukan
Penelitian yang telah dilakukan di didapatkan hasil bahwa frekuensi rawat
Rumah Sakit Jiwa Tampan Pekanbaru responden sebagian besar sudah dirawat lebih
terhadap 30 responden didapatkan mayoritas dari satu kali yaitu sebanyak 28 orang. Data ini
umur responden berada pada rentang dewasa sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
awal yaitu 18-40 tahun yang berjumlah 24 Sari (2016) yang mendapatkan hasil sebagian
responden (80%). besar responden merupakan pasien dengan
Hal ini diperkuat oleh teori yang frekuensi dirawat 2 kali atau lebih yaitu
dijelaskan Videbeck (2012) bahwa skizofrenia sebanyak 30 orang. Tingginya tingkat
banyak terjadi pada saat dewasa yang insiden kekambuhan yang dialami oleh pasien
puncak awitannya pada awal dewasa sampai skizofrenia disebabkan oleh beberapa faktor
18-25 tahun untuk pria dan 25 sampai 35 tahun diantaranya seperti faktor psikososial yaitu
untuk wanita. pengaruh lingkungan keluarga maupun
Penelitian untuk jenis kelamin dari 30 lingkungan sosial yang tidak mendukung,
responden didapatkan bahwa 22 orang (73,3%) faktor ekonomi, dan tidak patuhnya pasien
berjenis kelamin laki-laki dan 8 orang berjenis dalam meminum obat (Suwondo, 2013).
kelamin perempuan. National Institute of
218
Penelitian yang didapatkan dari seseorang. Musik juga dapat meningkatkan
karakteristik lama rawat bahwa responden imunitas tubuh, suasana yang ditimbulkan oleh
yang lama rawatnya lebih dari 30 hari yaitu musik akan mempengaruhi sistem kerja
sebanyak 21 orang.Lama rawat inap yang hormon manusia. Jika kita mendengar musik
efektif bagi pasien skizofrenia adalah 4 yang baik/positif maka hormon yang
minggu dan bisa dipulangkan namun dengan meningkatkan imunitas tubuh juga akan
kriteria tenang, kooperatif, perawatan diri berproduksi. Salah satu manfaat musik sebagai
cukup, minum obat teratur, serta makan dan terapi adalah self-mastery yaitu kemampuan
minum teratur (Fahrul, 2014). untuk mengendalikan diri. (Natalina, 2013).
Royal Edinburg Hospital and University
B. Efektivitas terapi musik klasik Mozart of Edinburgh di Skotlandia (1994) pernah
terhadap skor halusinasi pendengaran pada mengadakan sesi terapi mengenai efek Mozart
pasien skizofrenia dan melaporkan bahwa pasien-pasien yang
Hasil statistik menunjukkan terdapat menghadiri serangkaian sesi terapi musik
perbedaan yang bermakna antara skor tersebut mengalami perbaikan klinis serta
halusinasi setelah diberikan terapi musik meningkatnya mutu keterampilan komunikasi
klasik Mozart pada kelompok eksperimen dan pada pasien (Campbell, 2002). Dari
kelompok kontrol dengan p value 0,000 < α keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa
(0,05) yang berarti terapi musik klasik Mozart terapi musik klasik Mozart efektif dalam
efektif terhadap penurunan skor halusinasi. menurunkan skor halusinasi.
Penanganan pasien dalam mengontrol
halusinasinya dapat meliputi dengan SIMPULAN
pemberian obat serta tindakan keperawatan Penelitian yang dilakukan pada 30
yang sesuai dengan standar asuhan reponden dengan kelompok eksperimen 15
keperawatan. Hal ini sesuai dengan yang orang dan kelompok kontrol 15 orang,
dikatakan Prabowo (2014) bahwa didapatkan responden berusia antara 18-60
penatalaksanaan pasien dengan skizofrenia dengan mayoritas jenis kelamin laki-laki
dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu terapi (73,3%) dan paling banyak berpendidikan
farmakologi dan terapi non farmakologi. Salah SMP (46,65%) serta kebanyakan responden
satu dari terapi non farmakologi yang efektif belum menikah (70%). Hasil penelitian ini
yaitu terapi musik klasik Mozart. juga didapatkan rata-rata frekuensi dirawat
Musik Mozart memberikan efek pada pasien adalah 2 kali atau lebih (90%) dengan
pendengarnya menjadi santai dan damai. rata-rata lama rawat > 30 hari (70,1%).
Selain itu musik Mozart juga dapat menutupi Skor halusinasi pada kelompok
perasaan yang tidak menyenangkan, eksperimen didapatkan nilai significancy (p
mengurangi ketegangan otot dan memperbaiki value) 0,001 atau p value < α (0,05), maka Ho
koordinasi tubuh, mengatur hormon-hormon ditolak. Hal ini berarti ada perbedaan antara
yang berkaitan dengan stres, mengubah pretest dan posttest dan terjadi penurunan nilai
persepsi tentang ruang dengan kata lain median pretest dan posttest diberikan terapi
mempengaruhi untuk mengenali ruang sekitar, musik klasik Mozart dari 27 menjadi 13. Jadi
menimbulkan rasa aman, mengurangi dapat disimpulkan bahwa adanya penurunan
kecemasan, relaksasi, mengurangi perilaku skor halusinasi pada kelompok eksperimen
agresif dan antisosial, serta mengatasi depresi yang telah diberikan terapi musik klasik
(Campbell, 2002). Mozart. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan
Musik dapat bersifat preventif dalam bahwa terapi musik klasik Mozart efektif
usaha penyembuhan terhadap penderita yang terhadap penurunan skor halusinasi di Rumah
mengalami sosial emosional maupun mental Sakit Jiwa Tampan Pekanbaru.
intelegensy (Suryana, 2012). Selain itu terapi
musik juga merupakan suatu proses yang SARAN
menggabungkan antara aspek penyembuhan Saran bagi peneliti selanjutnya penelitian ini
dengan kondisi dan situasi, fisik/tubuh, emosi, dapat dijadikan sebagai evidence based dan
mental, spiritual, kognitif dan kebutuhan sosial tambahan informasi untuk mengembangkan
219
penelitian lebih lanjut tentang efektivitas terapi https://www.cambridge.org/core/journals/ps
lain yang bisa dihubungkan dengan pasien ychological-medicine/article/scales-to-
halusinasi. measure-dimensions-of-hallucinations-and-
delusions-the-psychotic-symptom-rating-
¹Rosiana: Mahasiswa Program Studi Ilmu scales-
Keperawatan Universitas Riau, Indonesia ²Ns. psyrats/F98A9A5A0D5CB9715161C1547
Jumaini, M.Kep.,Sp.Kep.J: Dosen Bidang DB010B8
Keilmuan Keperawatan Jiwa Program Studi Kadir, A. (2012). Dasar-dasar pendidikan
Ilmu Keperawatan Universitas Riau, Indonesia edisi pertama. Jakarta: Prenada Media
³Yesi Hasneli N, S.Kp., MNS: Dosen Bidang Group
Keilmuan Keperawatan Medikal Bedah Keliat, B.A., Akemat, Helena, C., & Nurhaeni.
Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas (2012). Model praktik keperawatan
Riau, Indonesia profesional jiwa. Jakarta: EGC
Loganathan, S. & Murthy, S. R. (2008).
DAFTAR PUSTAKA Experiences of stigma and discrimination
Campbell, D. (2002). Efek Mozart endured by people suffering from
memanfaatkan kekuatan musik untuk schizophrenia. Diperoleh tanggal 29 Januari
mempertajam pikiran, meningkatkan 2018 dari
kreativitas, dan menyehatkan tubuh. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/197
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama 71306
Candra, I. W., Ekawati, I. G. A, & Gama, I. K. Mayasari, E., Elita, V., & Bayhakki. (2017).
(2013). Terapi musik klasik terhadap Efektivitas terapi psikoreligius: zikir al-
perubahan gejala perilaku agresif pasien ma’tsurat terhadap skor halusinasi
skizofrenia. Diperoleh tanggal 29 Januari pendengaran pada pasien skizofrenia di
2018 dari http:// -denpasar.ac.id/ rumah sakit jiwa tampan provinsi riau.
Damaiyanti, M., & Iskandar. (2012). Asuhan Diperoleh tanggal 20 oktober 2017 dari
keperawatan jiwa. Bandung: Aditama https://jom.unri.ac.id/index.php/JOMPSIK/
Damayanti, R., Jumaini, & Utami, S. (2014). article/view/16227
Efektifitas musik klasik terhadap penurunan Nasir, A, & Muhith, A. (2011). Dasar - dasar
tingkat halusinasi pada pasien halusinasi keperawatan jiwa pengantar dan teori.
dengar di rsj tampan provinsi riau. Jakarta: Salemba Medika
Diperoleh tanggal 20 Oktober 2017 dari Pasha, G., Akhavan, G, & Gorjian, B. (2012).
http://jom.unri.ac.id/ Music therapy and Schizophrenia.
Djohan. (2009). Psikologi musik. Yogyakarta: Diperoleh Tanggal 31 Desember 2017 dari
Buku Baik http://www.americanscience.org
Ermawati, D. (2009). Konsep dasar Prabowo, E. (2014). Konsep dan aplikasi
keperawatan jiwa. Jakarta: Trans Info asuhan keperawatan jiwa. Yogyakarta:
Media Medical Book
Fahrul., Mukaddas, A., & Faustine, I. (2014). Rekam Medik RSJ Tampan Provinsi Riau.
Rasionalitas penggunaan anti psikotik pada (2016). Laporan akuntabilitas kinerja
pasien skizofrenia di instalasi rawat inap rumah sakit jiwa tampan tahun anggaran
jiwa RSD Madani Provinsi Sulawesi 2016. Pekanbaru: RM RSJ Tampan. Tidak
Tengah. Diperoleh tanggal 29 januari 2018 dipublikasikan
dari Riset Kesehatan Dasar (Kemenkes). (2013).
http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/ej Badan penelitian dan pengembangan
urnalfmipa/article/view/2981 kesehatan kementerian ri tahun 2013.
Haddock, G., McCarron, J., Tarrier, N., & Diperoleh Tanggal 3 Oktober 2017 dari
Fragher, E. B. (1999). Scales to measure http://www.depkes.go.id
dimensions of hallucinations and delusions: Setiadi (2013). Konsep dan praktek penulisan
the Psychotic Symptom Rating Scales riset keperawatan, edisi 2. Yogyakarta:
(PSYRATS). Diperoleh tanggal 10 Graha Ilmu
November 2017 dari
220
Simanjuntak, J. (2008). Konseling gangguan Videbeck, S.L. (2012). Buku ajar keperawatan
jiwa & okultisme. Jakarta: Gramedia jiwa. Jakarta: EGC
Pustaka Utama World Health Organization. (2016).
Stuart, G. W., & Laraia, M. T. (2005). Schizophrenia. Diperoleh Tanggal 3
Principle and practice of psychiatric Oktober 2017 dari
nursing. Philadelphia: Elseiver Mosby Http://www.who.int/mediacentre/factsheets
Suryana, D. (2012). Terapi musik. Diperoleh /fs397/en/
tanggal 29 Oktober 2017 dari Yosep, I. (2011). Keperawatan jiwa. Bandung:
https://books.google.co.id/books/about/Tera Aditama
pi_Musik.html?id=fuCO5gqmoVcC&redir_
esc=y.
Suwondo. (2013). Hubungan antara frekuensi
kekambuhan pasien skizofrenia dengan
tingkat kecemasan keluarga. Diperoleh
tanggal 29 Januari 2018 dari
https://pmb.stikestelogorejo.ac.id

221

Anda mungkin juga menyukai