Abstract
Music therapy can be used as a therapy for psychiatric disorders, medical problems and communication disorders. One
of the therapies that can be utilized is the Mozart classical music therapy. This study aimed to determine the
effectiveness of Mozart classical music therapy against hallucinations in schizophrenic patients. This research used a
quasi-experimental design in the form of nonequivalent control group design. The sample was 30 respondents divided
into 15 experimental group and 15 control group. Samples were taken based on inclusion criteria using purposive
sampling technique. The instrument used was the Auditory Hallucination Rating Scale (AHRC) questionnaire. The
study was analyzed by univariate analysis to know the frequency distribution and bivariate analysis using Wilcoxon and
Mann-Whitney. The results showed the mean of posttest hallucination score in the experimental group was 13.00 and in
the control group was 27.00. The study found that there was a significant difference in hallucination scores after giving
Mozart classical music therapy between the experimental group and the control group with p-value 0.000 <(0.05). So it
can be concluded that the therapy of Mozart classical music is effective on the reduction of hallucinations in
schizophrenic patients. This study recommends the effectiveness of other therapies that can be associated with
hallucinatory patients.
217
27,00 dan post test didapatkan sebesar 27,00. Mental Health (NIMH, 2000) melaporkan
Berdasarkan hasil uji statistik dengan prevalensi skizofrenia antara laki-laki dan
menggunakan uji Wilcoxon didapatkan p value wanita adalah sama tetapi dua jenis kelamin
0,786 > α (0,05) dapat disimpulkan tidak ada tersebut menunjukkan perbedaan dalam onset
penurunan yang signifikan antara skor pertama timbulnya serangan, laki-laki
halusinasi sebelum dan sesudah diberikan mempunyai onset skizofrenia yang lebih awal
terapi musik klasik Mozart pada kelompok dari wanita (Simbolon, 2013).
kontrol. Hasil penelitian didapatkan hasil bahwa
sebagian besar responden dengan tingkat
Tabel 4 pendidikan SMP yaitu sebanyak 14 orang
Perbandingan Skor Halusinasi Pendengaran (46,65%). Pendidikan merupakan pengajaran
Pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok yang dilakukan disuatu lembaga pendidikan
Kontrol Sesudah Diberikan Terapi Musik formal (sekolah) dan segala pengaruh
Klasik Mozart diupayakan untuk anak-anak yang bersekolah
Variabel Medi SD Min- p agar mempunyai kemampuan yang sempurna
an max value dan memiliki kesadaran penuh terhadap
Kelompok 5,18 13,00 7-28 hubungan-hubungan dan tugas sosial mereka
eksperimen
Kelompok 3,32 27,00 24-36
0,000 (Kadir, 2012).
kontrol Penelitian yang didapatkan dari
karakteristik responden dengan status pernikan
Didapatkan median pada kelompok belum menikah sebanyak 21 orang (70%).
eksperimen adalah 13,00 dengan nilai minimal Stigma dari masyarakat yang dialami oleh
7 dan maksimal 28, median skor halusinasi penderita skizofrenia mempersulit penderita
pada kelompok kontrol adalah 27,00 dengan skizofrenia untuk memperoleh pasangan
nilai minimal 24 dan nilai maksimal 36. hasil (Loganathan & Murthy, 2008).
analisa menggunakan uji Mann-Whitney Penelitian yang didapatkan dari
karena uji T-Independent tidak memenuhi karakteristik pekerjaan sebagian besar
syarat yaitu data tidak berdistribusi normal. responden pekerjaannya adalah wiraswasta
Hasil analisa diperoleh p value 0,001 < α yaitu sebanyak 14 orang (46,7%). Pekerjaan
(0,05), maka ada perbedaan yang bermakna merupakan salah satu faktor yang dapat
skor halusinasi sesudah (posttest) diberikan mempengaruhi perilaku manusia (Stuart &
terapi musik klasik Mozart antara kelompok Laraia, 2005). Banyaknya tuntutan yang
eksperimen dan kelompok kontrol. dialami individu dalam lingkup pekerjaan
membuat seseorang mengalami tekanan
PEMBAHASAN pikiran dan mental.
A.Karakteristik responden Penelitian yang telah dilakukan
Penelitian yang telah dilakukan di didapatkan hasil bahwa frekuensi rawat
Rumah Sakit Jiwa Tampan Pekanbaru responden sebagian besar sudah dirawat lebih
terhadap 30 responden didapatkan mayoritas dari satu kali yaitu sebanyak 28 orang. Data ini
umur responden berada pada rentang dewasa sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
awal yaitu 18-40 tahun yang berjumlah 24 Sari (2016) yang mendapatkan hasil sebagian
responden (80%). besar responden merupakan pasien dengan
Hal ini diperkuat oleh teori yang frekuensi dirawat 2 kali atau lebih yaitu
dijelaskan Videbeck (2012) bahwa skizofrenia sebanyak 30 orang. Tingginya tingkat
banyak terjadi pada saat dewasa yang insiden kekambuhan yang dialami oleh pasien
puncak awitannya pada awal dewasa sampai skizofrenia disebabkan oleh beberapa faktor
18-25 tahun untuk pria dan 25 sampai 35 tahun diantaranya seperti faktor psikososial yaitu
untuk wanita. pengaruh lingkungan keluarga maupun
Penelitian untuk jenis kelamin dari 30 lingkungan sosial yang tidak mendukung,
responden didapatkan bahwa 22 orang (73,3%) faktor ekonomi, dan tidak patuhnya pasien
berjenis kelamin laki-laki dan 8 orang berjenis dalam meminum obat (Suwondo, 2013).
kelamin perempuan. National Institute of
218
Penelitian yang didapatkan dari seseorang. Musik juga dapat meningkatkan
karakteristik lama rawat bahwa responden imunitas tubuh, suasana yang ditimbulkan oleh
yang lama rawatnya lebih dari 30 hari yaitu musik akan mempengaruhi sistem kerja
sebanyak 21 orang.Lama rawat inap yang hormon manusia. Jika kita mendengar musik
efektif bagi pasien skizofrenia adalah 4 yang baik/positif maka hormon yang
minggu dan bisa dipulangkan namun dengan meningkatkan imunitas tubuh juga akan
kriteria tenang, kooperatif, perawatan diri berproduksi. Salah satu manfaat musik sebagai
cukup, minum obat teratur, serta makan dan terapi adalah self-mastery yaitu kemampuan
minum teratur (Fahrul, 2014). untuk mengendalikan diri. (Natalina, 2013).
Royal Edinburg Hospital and University
B. Efektivitas terapi musik klasik Mozart of Edinburgh di Skotlandia (1994) pernah
terhadap skor halusinasi pendengaran pada mengadakan sesi terapi mengenai efek Mozart
pasien skizofrenia dan melaporkan bahwa pasien-pasien yang
Hasil statistik menunjukkan terdapat menghadiri serangkaian sesi terapi musik
perbedaan yang bermakna antara skor tersebut mengalami perbaikan klinis serta
halusinasi setelah diberikan terapi musik meningkatnya mutu keterampilan komunikasi
klasik Mozart pada kelompok eksperimen dan pada pasien (Campbell, 2002). Dari
kelompok kontrol dengan p value 0,000 < α keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa
(0,05) yang berarti terapi musik klasik Mozart terapi musik klasik Mozart efektif dalam
efektif terhadap penurunan skor halusinasi. menurunkan skor halusinasi.
Penanganan pasien dalam mengontrol
halusinasinya dapat meliputi dengan SIMPULAN
pemberian obat serta tindakan keperawatan Penelitian yang dilakukan pada 30
yang sesuai dengan standar asuhan reponden dengan kelompok eksperimen 15
keperawatan. Hal ini sesuai dengan yang orang dan kelompok kontrol 15 orang,
dikatakan Prabowo (2014) bahwa didapatkan responden berusia antara 18-60
penatalaksanaan pasien dengan skizofrenia dengan mayoritas jenis kelamin laki-laki
dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu terapi (73,3%) dan paling banyak berpendidikan
farmakologi dan terapi non farmakologi. Salah SMP (46,65%) serta kebanyakan responden
satu dari terapi non farmakologi yang efektif belum menikah (70%). Hasil penelitian ini
yaitu terapi musik klasik Mozart. juga didapatkan rata-rata frekuensi dirawat
Musik Mozart memberikan efek pada pasien adalah 2 kali atau lebih (90%) dengan
pendengarnya menjadi santai dan damai. rata-rata lama rawat > 30 hari (70,1%).
Selain itu musik Mozart juga dapat menutupi Skor halusinasi pada kelompok
perasaan yang tidak menyenangkan, eksperimen didapatkan nilai significancy (p
mengurangi ketegangan otot dan memperbaiki value) 0,001 atau p value < α (0,05), maka Ho
koordinasi tubuh, mengatur hormon-hormon ditolak. Hal ini berarti ada perbedaan antara
yang berkaitan dengan stres, mengubah pretest dan posttest dan terjadi penurunan nilai
persepsi tentang ruang dengan kata lain median pretest dan posttest diberikan terapi
mempengaruhi untuk mengenali ruang sekitar, musik klasik Mozart dari 27 menjadi 13. Jadi
menimbulkan rasa aman, mengurangi dapat disimpulkan bahwa adanya penurunan
kecemasan, relaksasi, mengurangi perilaku skor halusinasi pada kelompok eksperimen
agresif dan antisosial, serta mengatasi depresi yang telah diberikan terapi musik klasik
(Campbell, 2002). Mozart. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan
Musik dapat bersifat preventif dalam bahwa terapi musik klasik Mozart efektif
usaha penyembuhan terhadap penderita yang terhadap penurunan skor halusinasi di Rumah
mengalami sosial emosional maupun mental Sakit Jiwa Tampan Pekanbaru.
intelegensy (Suryana, 2012). Selain itu terapi
musik juga merupakan suatu proses yang SARAN
menggabungkan antara aspek penyembuhan Saran bagi peneliti selanjutnya penelitian ini
dengan kondisi dan situasi, fisik/tubuh, emosi, dapat dijadikan sebagai evidence based dan
mental, spiritual, kognitif dan kebutuhan sosial tambahan informasi untuk mengembangkan
219
penelitian lebih lanjut tentang efektivitas terapi https://www.cambridge.org/core/journals/ps
lain yang bisa dihubungkan dengan pasien ychological-medicine/article/scales-to-
halusinasi. measure-dimensions-of-hallucinations-and-
delusions-the-psychotic-symptom-rating-
¹Rosiana: Mahasiswa Program Studi Ilmu scales-
Keperawatan Universitas Riau, Indonesia ²Ns. psyrats/F98A9A5A0D5CB9715161C1547
Jumaini, M.Kep.,Sp.Kep.J: Dosen Bidang DB010B8
Keilmuan Keperawatan Jiwa Program Studi Kadir, A. (2012). Dasar-dasar pendidikan
Ilmu Keperawatan Universitas Riau, Indonesia edisi pertama. Jakarta: Prenada Media
³Yesi Hasneli N, S.Kp., MNS: Dosen Bidang Group
Keilmuan Keperawatan Medikal Bedah Keliat, B.A., Akemat, Helena, C., & Nurhaeni.
Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas (2012). Model praktik keperawatan
Riau, Indonesia profesional jiwa. Jakarta: EGC
Loganathan, S. & Murthy, S. R. (2008).
DAFTAR PUSTAKA Experiences of stigma and discrimination
Campbell, D. (2002). Efek Mozart endured by people suffering from
memanfaatkan kekuatan musik untuk schizophrenia. Diperoleh tanggal 29 Januari
mempertajam pikiran, meningkatkan 2018 dari
kreativitas, dan menyehatkan tubuh. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/197
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama 71306
Candra, I. W., Ekawati, I. G. A, & Gama, I. K. Mayasari, E., Elita, V., & Bayhakki. (2017).
(2013). Terapi musik klasik terhadap Efektivitas terapi psikoreligius: zikir al-
perubahan gejala perilaku agresif pasien ma’tsurat terhadap skor halusinasi
skizofrenia. Diperoleh tanggal 29 Januari pendengaran pada pasien skizofrenia di
2018 dari http:// -denpasar.ac.id/ rumah sakit jiwa tampan provinsi riau.
Damaiyanti, M., & Iskandar. (2012). Asuhan Diperoleh tanggal 20 oktober 2017 dari
keperawatan jiwa. Bandung: Aditama https://jom.unri.ac.id/index.php/JOMPSIK/
Damayanti, R., Jumaini, & Utami, S. (2014). article/view/16227
Efektifitas musik klasik terhadap penurunan Nasir, A, & Muhith, A. (2011). Dasar - dasar
tingkat halusinasi pada pasien halusinasi keperawatan jiwa pengantar dan teori.
dengar di rsj tampan provinsi riau. Jakarta: Salemba Medika
Diperoleh tanggal 20 Oktober 2017 dari Pasha, G., Akhavan, G, & Gorjian, B. (2012).
http://jom.unri.ac.id/ Music therapy and Schizophrenia.
Djohan. (2009). Psikologi musik. Yogyakarta: Diperoleh Tanggal 31 Desember 2017 dari
Buku Baik http://www.americanscience.org
Ermawati, D. (2009). Konsep dasar Prabowo, E. (2014). Konsep dan aplikasi
keperawatan jiwa. Jakarta: Trans Info asuhan keperawatan jiwa. Yogyakarta:
Media Medical Book
Fahrul., Mukaddas, A., & Faustine, I. (2014). Rekam Medik RSJ Tampan Provinsi Riau.
Rasionalitas penggunaan anti psikotik pada (2016). Laporan akuntabilitas kinerja
pasien skizofrenia di instalasi rawat inap rumah sakit jiwa tampan tahun anggaran
jiwa RSD Madani Provinsi Sulawesi 2016. Pekanbaru: RM RSJ Tampan. Tidak
Tengah. Diperoleh tanggal 29 januari 2018 dipublikasikan
dari Riset Kesehatan Dasar (Kemenkes). (2013).
http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/ej Badan penelitian dan pengembangan
urnalfmipa/article/view/2981 kesehatan kementerian ri tahun 2013.
Haddock, G., McCarron, J., Tarrier, N., & Diperoleh Tanggal 3 Oktober 2017 dari
Fragher, E. B. (1999). Scales to measure http://www.depkes.go.id
dimensions of hallucinations and delusions: Setiadi (2013). Konsep dan praktek penulisan
the Psychotic Symptom Rating Scales riset keperawatan, edisi 2. Yogyakarta:
(PSYRATS). Diperoleh tanggal 10 Graha Ilmu
November 2017 dari
220
Simanjuntak, J. (2008). Konseling gangguan Videbeck, S.L. (2012). Buku ajar keperawatan
jiwa & okultisme. Jakarta: Gramedia jiwa. Jakarta: EGC
Pustaka Utama World Health Organization. (2016).
Stuart, G. W., & Laraia, M. T. (2005). Schizophrenia. Diperoleh Tanggal 3
Principle and practice of psychiatric Oktober 2017 dari
nursing. Philadelphia: Elseiver Mosby Http://www.who.int/mediacentre/factsheets
Suryana, D. (2012). Terapi musik. Diperoleh /fs397/en/
tanggal 29 Oktober 2017 dari Yosep, I. (2011). Keperawatan jiwa. Bandung:
https://books.google.co.id/books/about/Tera Aditama
pi_Musik.html?id=fuCO5gqmoVcC&redir_
esc=y.
Suwondo. (2013). Hubungan antara frekuensi
kekambuhan pasien skizofrenia dengan
tingkat kecemasan keluarga. Diperoleh
tanggal 29 Januari 2018 dari
https://pmb.stikestelogorejo.ac.id
221