1605 3290 1 SM PDF
1605 3290 1 SM PDF
Penerbit :
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto
ISSN 1693 - 7309
ARTIKEL PENELITIAN
1. HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN RIWAYAT KELUARGA DENGAN 1–8
PERILAKU MEROKOK PESERTA DIDIK LAKI-LAKI DI MTs NEGERI
TAMBAK
Sjamsul Huda
MEDISAINS: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan diterbitkan tiga kali dalam setahun (April,
Agustus dan Desember) oleh Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
Jurnal ini merupakan sarana penyebarluasan ilmu pengetahuan, teknologi, riset dan
pengabdian masyarakat serta pemikiran ilmiah dalam bidang kedokteran, keperawatan,
kebidanan, analis kesehatan dan kesehatan masyarakat.
KARAKTERISTIK MIOMA UTERI DI RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO BANYUMAS
1 1
Islimsyaf Anwar Salim , Irma Finurina
1
Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Email:dr.islimsyaf@gmail.com
ABSTRAK
Latar belakang: Mioma uteri adalah tumor jinak otot polos uterus yang terdiri dari sel-sel
jaringan otot polos, jaringan pengikat fibroid dan kolagen. Mioma uteri ditemukan di Indonesia
antara 2,39%-11,70% pada semua penderita ginekologi yang dirawat. Gejala mioma uteri
secara medis dan sosial cukup meningkatkan morbiditas, termasuk menoragia,
ketidaknyamanan daerah pelvis, dan disfungsi reproduksi. Faktor penyebabnya tidak diketahui
secara pasti.
Tujuan: Mengetahui karakteristik penderita mioma uteri berdasarkan usia penderita, jumlah
paratis, Indeks Massa Tubuh, keluhan utama, kadar hemoglobin, jenis mioma uteri, dan terapi
yang diberikan.
Metode: Penelitian menggunakan desain observational diskriptif dengan menggunakan teknik
sampling fixed disease sampling. Subjek dalam penelitian ini adalah semua pasien wanita
RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo yang mengidap mioma uteri mulai Februari 2014 - Februari
2015.
Hasil dan simpulan: Penderita mioma uteri terbanyak ditemukan pada usia 40-50 tahun
sebesar 63,33 %, terbanyak pada paratis nullipara sebesar 26,32%, terbanyak pada IMT 18,5 -
25 sebanyak 33,34%, terbanyak keluhannya berupa pendarahan (50,03%), terbanyak dengan
kadar Hb 7,1 – 11,9 sebesar 57,02%, terbanyak berjenis mioma intramural sebesar 48,25%,
dan terapi terbanyak adalah histerektomi sebesar 70,18%.
jika otot rahimnya yang dominan (Sozen, I. Nigeria Teaching Hospital Enugu)
2003) melaporkan mioma uteri 190 diantara 1.938
Mioma uteri adalah tumor jinak pada kasus ginekologi dengan prevalensi 9.8%
daerah rahim atau lebih tepatnya otot rahim (Okezie, O., Ezegwui, H.U.Management of
dan jaringan ikat di sekitarnya. Mioma Uterine Fibroids in Enugu, Nigeria, 2006).
belum pernah ditemukan sebelum Di India (Departement of Obstetric and
terjadinya menarche, sedangkan setelah Gynecology, Kasturba Medical College and
menopause hanya kira-kira 10% mioma Hospital) terdapat 150 kasus mioma uteri,
yang masih tumbuh (Guyton AC, 2008) dan 77 kasus terjadi pada wanita umur 40-
Diperkirakan insiden mioma uteri sekitar 49 tahun dengan prevalensi 51%, dan 45
20%-30% dari seluruh wanita. Di Indonesia kasus terjadi pada wanita umur lebih dari
mioma ditemukan 2,39% - 11,7% pada 50 tahun dengan prevalensi 30% (Bhat,
semua penderita ginekologi yang dirawat Akhil, R., Kumar PN, 2006)
(Baziad A, 2003). Wanita yang sering Awal mulanya pembentukan tumor
melahirkan, sedikit kemungkinannya untuk adalah terjadinya mutasi somatik dari sel-
perkembangan mioma ini dibandingkan sel miometrium. Mutasi ini mencakup
dengan wanita yang tak pernah hamil atau rentetan perubahan kromosom baik secara
hanya satu kali hamil. Statistik parsial maupun keseluruhan. Aberasi
menunjukkan 60% mioma uteri kromosom ditemukan pada 23-50% dari
berkembang pada wanita yang tidak pernah mioma uteri yang diperiksa dan yang
hamil atau hanya hamil satu kali. Prevalensi terbanyak (36,6%) ditemukan pada
meningkat apabila ditemukan riwayat kromosom 7 (del(7) (q 21) /q 21 q 32).
keluarga, ras, kegemukan dan nullipara Dipercayai bahwa mioma merupakan
(Schorge et al, 2008) sebuah tumor monoklonal yang dihasilkan
Berdasarkan penelitian sebelumnya di dari mutasi somatik dari sebuah sel
Italia melaporkan 73 kasus mioma uteri dari neoplastik tunggal yang berada di antara
341 wanita terjadi pada usia 30-60 tahun otot polos miometrium. Sel-sel mioma
dengan prevalensi 21,4% (Marino, J.L., mempunyai abnormalitas kromosom.
Eskenazi, et al, 2004). Di Amerika Faktor-faktor yang mempengaruhi
melaporkan 7.466 kasus mioma uteri dari pertumbuhan mioma, disamping faktor
827.348 wanita usia 25-42 tahun dengan predisposisi genetik, adalah beberapa
prevalensi 0,9% ( Boynton, R.J., Edwards, hormon seperti estrogen, progesteron, dan
J.R., Malspeis, S., Stacey, A.M., and human growth hormon.( Thomason Philip,
Wright, R.A. 2005) Di Nepal melaporkan 2008). Dengan adanya stimulasi estrogen,
137 kasus mioma uteri dari 1.712 kasus menyebabkan terjadinya proliferasi di
ginekologi dengan prevalensi 8%( Pradhan, uterus, sehingga menyebabkan
P., Acharya, N., Kharel, B., Manoj, perkembangan yang berlebihan dari garis
M.Uterine Myomas, 2006) Di Nigeria endometrium, sehingga terjadilah
(Departement of Gynecology, University of pertumbuhan mioma.
Perdarahan menjadi gejala klinis yang berdasarkan status penyakit (mioma uteri)
paling sering dan hal ini terjadi pada 30% yang dirawat inap di RSUD Prof. Dr.
penderita mioma uteri. Pengobatan mioma Margono Soekarjo sejak Januari 2014
uteri dengan gejala klinik umumnya adalah hingga Januari 2015 sebesar .
tindakan histerektomi(pengangkatan Instrumen penelitian adalah alat yang
rahim). Sekitar 40% operasi pengangkatan digunakan untuk memperoleh data
rahim dilakukan atas indikasi adanya penelitian. Instrumen yang digunakan
mioma uteri (Artifasari, 2014). Di United dalam penelitian ini adalah catatan medik
Kingdom (UK) pengangkatan rahim pasien yang digunakan untuk memperoleh
dilakukan sekitar 60.000 setiap tahun. data yang diperlukan peneliti saat penelitian
(Lilyani DI, 2012). Tujuan penelitian ini berlangsung.
adalah mengetahui karakteristik penderita Cara pengumpulan data dalam
mioma uteri berdasarkan usia penderita, penelitian ini menggunakan data sekunder,
jumlah paratis, Indeks Massa Tubuh, yaitu dengan melihat catatan medik pasien
keluhan utama, kadar hemoglobin, jenis yang dalam hal ini adalah wanita dengan
mioma uteri, dan terapi yang diberikan. diagnosis tumor jinak uterus pada Januari
METODE 2014 - Januari 2015.
Penelitian ini menggunakan desain HASIL
penelitian observasional diskriptif. Populasi Penelitian yang dilakukan di RSUD
dalam penelitian ini adalah semua pasien Prof. Dr. Margono Soekarjo Banyumas
wanita yang menderita mioma uteri yang pada Februari 2014 sampai dengan
pernah di rawat di RSUD Prof. Dr. Margono Februari 2015 terhadap data rekam medik
Soekarjo mulai Januari 2014 sampai penderita yang dirawat dibagian Obstetri
dengan Januari 2015. Teknik memilih dan ginekologi didapatkan hasil 120
sampel menggunakan teknik fixed disease penderita mioma uteri. Berikut adalah
sampling, yaitu memilih sampel penjabaran dari hasil penelitian tersebut.
Berdasarkan tabel 1 diatas dapat dilihat atau sebanyak 76 responden pada usia 40-
bahwa usia paling banyak menderita 50 tahun, sedangkan usia paling sedikit
mioma uteri memiliki persentase 63.33% menderita mioma uteri memiliki persentase
0.88% atau sebanyak 1 responden pada atau rata rata sebanyak 20 responden.
usia >60 tahun. Pada usia 30-39tahun dan Pada usia 19-29 tahun memiliki persentase
51-60 tahun memiliki persentase 17.54% 2.63% atau sebanyak 2.63%.
Berdasarkan tabel 2 diatas dapat dilihat paratis 3 memiliki persentase 18,42% atau
bahwa kasus mioma menurut jumlah sebanyak 21 kasus, paratis 4 memiliki
paratis di RSUD Prof. Dr. Margono persentase 8.77% atau sebanyak 10
Soekarjo memiliki persentase terbanyak kasus, pada kelompok paratis 5 memiliki
nullipara 26.32% atau sebanyak 30 kasus, persentase 4.39% atau sebanyak 5 kasus
kemudian kelompok primipara memiliki dan yang paling terendah kelompok
persentase 21.92% atau sebanyak 25 multigrande hanya memiliki persentase
kasus, pada paratis 2 memiliki persentase 0.88% atau sebanyak 1 kasus.
19.30% atau sebanyak 22 kasus, pada
RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo paling tinggi antara usia 35 – 50 tahun yang
Banyumas terhadap 114 sampel penelitian mendekati angka 40%, jarang ditemukan
yang merupakan penderita miomi uteri pada usia di bawah 20 tahun (Wiknjosastro
yang didasarkan pada hasil pemeriksaan H et al., 2008). Karena pada usia sebelum
Histopatologi bagian Patologi RSUD Prof. menarche kadar estrogen rendah, dan
Dr. Margono Soekarjo Banyumas. meningkat pada usia reproduksi serta akan
Mioma uteri adalah tumor jinak uterus turun pada usia menopause. Senada
yang paling sering ditemukan. Diperkirakan dengan pernyataan di atas bahwa
20 – 50 % dari wanita usia reproduksi pertumbuhan mioma uteri disebabkan oleh
menderita mioma uteri. Kelainan ini sulit stimulasi hormon estrogen. Hormon
ditemukan sebelum pubertas, dan estrogen disekresi oleh ovarium mulai saat
pertumbuhan secara wajar hanya terjadi pubertas berangsur-angsur meningkat dan
selama masa reproduksi, karena akan mengalami penurunan bahkan tidak
pertumbuhannya dipengaruhi oleh sekresi berproduksi lagi setelah usia menopause
hormone estrogen oleh ovarium (Stoppler, Melissa Conrad, 2006)
(Decherney, Alan.H; Goodwin, T.Murphy, Kejadian mioma uteri juga
2007) dipengaruhi oleh jumlah paratis. Dalam
Kasus Mioma Uteri berdasarkan Jenis penelitian ini diketahui bahwa kasus mioma
Usia Penderita. Jumlah kasus terbanyak menurut jumlah paratis di RSUD Prof. Dr.
menderita mioma uteri memiliki persentase Margono Soekarjo memiliki prosentase
61.40% atau sebanyak 70 responden pada terbanyak nullipara 26.32% atau sebanyak
usia 40-50 tahun, sedangkan usia paling 30 kasus, kemudian kelompok primipara
sedikit menderita mioma uteri memiliki memiliki persentase 21.92% atau sebanyak
persentase 0.88% atau sebanyak 1 25 kasus, lalu pada paratis 2 memiliki
responden pada usia >60 tahun. Pada usia persentase 19.30% atau sebanyak 22
30-39 tahun dan 51-60 tahun memiliki kasus, pada paratis 3 memiliki porsentase
persentase 17.54% atau rata rata sebanyak 18,42% atau sebanyak 21 kasus, paratis 4
20 responden. Pada usia 19-29 tahun memiliki persentase 8.77% atau sebanyak
memiliki persentase 2.63% atau sebanyak 10 kasus, pada kelompok paratis 5 memiliki
2.63%. Hasil ini sesuai dengan penelitian persentase 4.39% atau sebanyak 5 kasus
yang pernah dijalankan di India dan yang paling terendah kelompok
(Departement of Obstetric and Gynecology, multigrande hanya memiliki persentase
Kasturba Medical College and Hospital) 0.88% atau sebanyak 1 kasus. Penelitian
bahwa kasus mioma uteri terbanyak terjadi ini sesuai dengan penelitian sebelumnya
pada kelompok umur 40-49 tahun dengan bahwa mioma uteri lebih sering ditemukan
12
usia rata-rata 42,97 tahun sebanyak 51%. pada wanita nulipara atau wanita yang
Hal ini disebabkan karena telah terjadi kurang subur, hal ini berkaitan juga dengan
perubahan-perubahan hormonal pada usia keadaan hormonal. Beberapa penelitian
tersebut. Frekuensi kejadian mioma uteri menemukan hubungan saling berbalik
antara paritas dan munculnya myoma uteri. Obesitas juga berperan dalam terjadinya
Hal ini disebabkan besarnya jumlah mioma uteri. Hal ini mungkin berhubungan
reseptor estrogen yang berkurang di dengan konversi hormon androgen menjadi
lapisan miometrium setelah kehamilan estrogen oleh enzim aromatase di jaringan
(Wiknjosastro H et al, 2008). Tidak adanya lemak (Djuwanto T, 2008)
hubungan antara paritas dengan kejadian Beberapa penelitian juga
mioma uteri kemungkinan karena adanya menemukan hubungan antara obesitas dan
faktor lain seperti: asupan gizi yang peningkatan insiden mioma uteri. Suatu
dikonsumsi, alat kontrasepsi yang dipakai studi di Harvard yang dilakukan oleh Dr.
serta pola hidup. Lynn Marshall menemukan bahwa wanita
Indeks Massa Tubuh (IMT) juga yang mempunyai Indeks Massa Tubuh
mempengaruhi kejadian mioma uteri. (IMT) di atas normal, berkemungkinan
Seperti dilihat pada tabel 3 bahwa kasus 30,23% lebih sering menderita mioma uteri
mioma uteri di RSUD Prof. Dr. Margono mendapatkan risiko mioma uteri meningkat
Soekarjo Banyumas berdasarkan indeks hingga 21% untuk setiap 10 Kg kenaikan
massa tubuh IMT 18.5-25 paling banyak berat badan dan hal ini sejalan dengan
memiliki persentase 33.34% sebanyak 38 kenaikan IMT (Djuwanto T, 2008)
kasus. Kemudian pada IMT >27 memiliki Kejadian mioma uteri juga
persentase 24.56% sebanyak 28 kasus. menimbulkan gelaja atau keluhan yang
Sedangkan pada IMT 17-18.5 dan 25-27 berbeda beda tergantung pada jenis,
meiliki persentase rata-rata 21.05% atau ukuran, lokasi, dan adanya kehamilan.
sebanyak masing masing 24 kasus. Pada penelitian ini bahwa keluhan utama
Hal ini sesuai dengan sebuah studi penderita mioma uteri di RSUD Prof. Dr.
prospektif yang menjelaskan bahwa Margono Soekarjo adalah berupa
dijumpai kemungkinan risiko menderita pendarahan dengan persentase terbanyak
mioma uteri adalah setinggi 21% untuk 50.03% atau sebanyak 57 kasus.
setiap kenaikan 10kg berat badan dan Kemudian keluhan berupa gangguan miksi
dengan peningkatan indeks massa tubuh. dengan persentase 16.67% atau sebanyak
Temuan yang sama juga turut dilaporkan 19 kasus, dilanjutkan dengan keluhan
untuk wanita dengan 30% kelebihan lemak berupa benjolan perut bagian bawah
tubuh. Ini terjadi kerana obesitas dengan persentase 12.28% atau sebanyak
menyebabkan peningkatan konversi 14 kasus, kemudian keluhan berupa
androgen adrenal kepada estrogen dan gangguan defekasi dengan persentase
menurunkan hormon sex-binding globulin. 6.65% atau sebanyak 11 kasus. Keluhan
Hasilnya menyebabkan peningkatan berupa nyeri perut dan pinggang memiliki
estrogen secara biologikal yang bisa persentase 6.14% atau sebanyak 7 kasus.
menerangkan mengapa terjadi peningkatan dengan keluhan disminore memiliki
prevalensi mioma uteri dan persentase 3.51% atau sebanyak 4 kasus
pertumbuhannya (Parker, W.H, 2007). dan keluhan terendah hanya memiliki