PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Pada tahun 1882, Morris memperkenalkan istilah “lawn tennis elbow” yang merujuk
pada suatu sindroma pada siku yang ditemukan pada para pemain tenis, istilah itu kemudian
disingkat menjadi “tennis elbow”. Namun menurut data epidemiologi terbaru, para penderita
penyakit ini mayoritas justru berasal dari orang-orang yang bukan pemain tenis. (1) (2) (3)
Tennis elbow merupakan salah satu jenis overuse syndrome dan kondisi ini timbul
sebagai akibat dari ekstensi pergelangan tangan yang berlebihan. Hal ini sering ditemukan pada
orang-orang yang terbiasa melakukan repetisi supinasi dan pronasi lengan bawah ketika sendi
siku sedang dalam keadaan ekstensi (seperti gerakan pemain tenis yang melakukan pukulan
Gambar 1: Gerakan backhand pada tenis yang menimbulkan tarikan pada epikondilus lateral.
Dulu, tennis elbow dikenal juga dengan istilah epikondilitis lateral, karena ada dugaan
bahwa inflamasi memainkan peranan penting dalam timbulnya gejala. Namun penelitian terbaru
1
menunjukkan bahwa penggunaan istilah tersebut kurang tepat, karena secara umum, ketika
namun yang ada justru degenerasi angiofibroblast dan kolagen-kolagen yang tersusun secara
Tendon relatif hipovaskuler pada daerah proksimal hingga pada daerah insersi tendon.
Hipovaskularitas ini kemungkinan besar menjadi predisposisi degenerasi tendon hipoksik, yang
berimplikasi pada etiologi tendinopati. Patologi primer tersering kelainan ini adalah tendinosis
pada tendon extensor carpi radialis brevis (ECRB) 1-2 cm dari arah distal perlekatannya pada
2
BAB II
Tinjauan Pustaka
I.DEFINISI
Epikondilitis lateral, atau disebut juga sebagai tennis elbow, merupakan suatu kondisi
kerusakan atau peradangan pada tendon yang melekat di epikondilus lateral (tonjolan tulang di
daerah siku), yang berfungsi untuk menekuk pergelangan tangan ke arah belakang menjauhi
telapak tangan. Kondisi ini akan menimbulkan nyeri pada lengan bawah sebelah belakang luar.
Tennis elbow merupakan penyebab keluhan nyeri di siku yang sangat umum ditemukan.
Umur rata-rata penderita antara 36-65 tahun, dan risiko kejadian antara pria dan wanita hampir
sama. Sekitar 75% terjadi pada lengan yang dominan (lengan yang digunakan untuk aktivitas).
II. EPIDEMIOLOGI
Insidensi tennis elbow bervariasi mulai dari 1% hingga 3% dari populasi umum dan
kelainan ini dapat ditemukan pada 50% pemain tenis. Meskipun begitu, jumlah pemain tenis
yang terkena penyakit ini hanya sekitar 5% dari jumlah semua pasien tennis elbow. Oleh karena
itu penggunaan istilah tennis elbow sebenarnya kurang tepat, sebab mayoritas penderitanya
Jumlah pasien tennis elbow para pria dan wanita sama banyaknya. Kelainan ini sering
ditemukan pada orang-orang berkulit putih, pada tangan yang dominan, dan insidensinya
meningkat seiring dengan bertambahnya usia, dengan populasi puncak pada usia 30 hingga 50
tahun, serta usia rata-rata penderitanya adalah 42 tahun. (2) (3) (10)
3
III. ANATOMI LATERAL ELBOW
Sendi siku dibentuk oleh tiga potong tulang yaitu tulang humerus, ulna dan radius yang
saling berhubungan dalam satu rongga sendi yang bersama-sama. (6) (7)
Pada dasarnya di dalam sendi siku terdapat dua gerakan yakni fleksi/ekstensi dan rotasi
berupa pronasi dan supinasi. Gerakan fleksi dan ekstensi terjadi antara tulanghumerus dan lengan
bawah (radius dan ulna), pronasidan supinasi terjadi karena radius berputar pada tulang ulna,
sementara itu radius juga berputar pada boros bujurnya sendiri. Sendi radioulnar proksimal
dibentuk oleh kepala radius dan incisura radialisulna dan merupakan bagian dari sendi siku.
Sendi siku sangat stabil karena diperkuat oleh simpai sendi yaitu ligamentcollateral
medial dan lateral. Ligamentum annulare radii menstabilkan terutama kepala radius. Otot-otot
yang berfungsi pada gerakan sendi siku ialah brachioradialis, biceps brachii, otot triceps brachii,
pronator teres dan supinator. Selain otot di atas, dari siku juga berasal sejumlah otot yang
berfungsi untuk pergelangan tangan seperti otot ekstensor carpi radialis longus yang berfungsi
sebagai penggerak utama ekstensi sendi pergelangan tangan dipersarafi oleh saraf radialis akar
saraf servikal 6 - 7, otot ekstensor carpi radialis brevis,berfungsi sebagai penggerak utama
ekstensi dan abduksi sendi pergelangan tangan dipersarafi oleh saraf radialis akar saraf servikal 6
– servikal 7. (11) .Tabel 1: Anatomi otot-otot yang menyusun Lateral Compartement of the Elbow
(6)
4
Otot Fungsi Origo Insersio
lateral
Ektensi pergelangan
Extensor Tendon extensor communis
tangan, jari kedua-jari Dorsum jari kedua-
digitorum dari epikondilus lateral
kelima pada sendi jari kelima
humerus
communis
MCP
5
Ektensi phalanx
pergelangan tangan
Memperkuat kapsul
Aspek radial
sendi dan bertindak Aspek posterior epikondilus
Anconeus olecranon dan ulna
sebagai ekstensor lateral humerus
proksimal
lemah pada elbow
supinator) medial
Gambar 2: Gambar otot-otot pada aspek lateral elbow, yang berdekatan dengan origo tendon
epikondilus lateral. CET= common extensor tendon, ECRB= extensor carpi radialis brevis,
6
ECRL= extensor carpi radialis longus, ECU= extensor carpi ulnaris, EDC= extensor digitorum
Extensor carpi radialis brevis (ECRB), extensor digitorum communis, dan extensor carpi
ulnaris bergabung membentuk suatu tendon yang kuat, diskret, serta melekat pada aspek anterior
epikondilus lateral dan pada punggung suprakondilar lateral, dekat dengan origo brachioradialis
dan extensor carpi radialis longus. Epikondilus lateral juga merupakan tempat perlekatan
extensor digiti minimi dan supinator, yang bergabung bersama dengan ECRB, extensor
digitorum communis, dan extensor carpi ulnaris, untuk membentuk tendon extensor communis
(Gambar 1). ECRB terletak pada aspek anterior dan profunda tendon communis dan memiliki
insersi pada basis tulang metacarpal ketiga. Bagian bawah ECRB bersentuhan langsung dengan
capitellum dan bagian lateralnya senantiasa bergesekan dengan capitellum selama proses
ekstensi dan fleksi elbow. Robekan dan abrasi repetitif akibat pergesekan tersebut kemungkinan
besar memainkan peranan penting dalam patofisiologi epikondilitis. Lesi primer yang paling
sering kali menimbulkan epikondilitis adalah lesi yang terletak pada ECRB, lalu extensor
digitorum communis, dan sisanya adalah otot-otot lain dan tendon pada kompartemen lateral.
Lokasi origo dan insersio serta fungsi otot dan tendon tersebut dapat dilihat pada Tabel 1 (11).
7
Gambar 3: Anatomi ligamentum elbow dari aspek lateral. AL= annular ligament, LUCL= lateral
ulnar collateral ligament, RCL= radial collateral ligament. Dikutip dari kepustakaan (6)
Epikondilitis lateral berhubungan erat dengan cedera kapsuler, penebalan serta robekan
pada lateral ulnar collateral ligament (LUCL) dan radial collateral ligament (RCL). Kompleks
lateral collateral ligament terdiri atas RCL, ligamen annular, ligamen accessory lateral collateral,
dan LUCL (Gambar 2). RCL berasal dari epikondilus lateral bagian anterior dan bergabung
dengan fiber ligamentum annular dan fascia otot supinator. Ligamentum annular, stabilisator
utama sendi proximal radioulnar, melancip di bagian distal dan mengelilingi caput radial yang
berbentuk corong. Gangguan atau robekan pada ligamentum ini dapat menyebabkan instabilitas
namun ligamentum ini tidak selalu bisa ditemukan. Fiber ligamentum accesory berasal dari krista
supinator, di sepanjang aspek lateral ulna. LUCL berkontribusi dalam memberikan konstrain
ligamentum guna melawan stres varus. LUCL berasal dari epikondilus lateral sebagai
persambungan dari RCL, namun LUCL berjalan di sepanjang aspek lateral dan posterior radius
8
lalu masuk ke tuberkel krista supinator ulna. Gangguan pada LUCL akan menyebabkan
IV. PATOGENESIS
Selain akibat cedera stres repetitif, tennis elbow juga dapat terjadi karena trauma
langsung. Kondisi ini sering ditemukan pada para pemain tenis, terutama pada mereka yang tidak
profesional, dan belum memiliki teknik bermain tenis yang baik. Epikondilitis lateral terjadi
karena kontraksi repetitif pada otot-otot ekstensor lengan bawah, terutama pada origo ECRB,
yang mengakibatkan robekan mikro lalu degenerasi tendon, perbaikan yang imatur, hingga
menimbulkan tendinosis. Selain gaya mekanik yang mengakibatkan stres varus berlebihan pada
ECRB, posisi anatomi tendon ECRB yang langsung berhimpitan dengan aspek lateral capitellum
menyebabkan tendon tersebut mudah mengalami abrasi berulang selama proses ekstensi elbow.
Hipovaskularitas permukaan bawah tendon juga berkontribusi dalam proses degenerasi dan
9
Gambar 4: A. Gambaran histologis tendinosis angiofibroplastic ( angiofibroblastic tendinosis)
pada tennis elbow, terjadi disorganisasi kolagen normal akibat invasi fibroblast.
Pada pemeriksaan umum, tendon yang mengalami tennis elbow akan berwarna abu-abu
dan rapuh. Awalnya, banyak yang menduga bahwa epikondilitis terjadi karena adanya proses
inflamasi yang melibatkan bursa humeral radial, synovium, dan ligamentum annular. Pada tahun
1979, Nirschl dan Pettrone menemukan adanya disorganisasi arsitektur kolagen normal akibat
invasi fibroblast yang berhubungan erat dengan respon reparatif vaskuler yang imatur, yang
disebut juga dengan istilah “hiperplasia angiofibroplastik”. Proses itu kemudian dikenal dengan
nama “tendinosis angiofibroplastik” karena tidak ada satu pun sel radang yang teridentifikasi.
Karena inflamasi bukanlah faktor yang signifikan dalam epikondilitis, maka istilah tendinosis
(3) (6) (12)
merupakan istilah yang paling tepat untuk menggambarkan tennis elbow.
10
V. MANIFESTASI KLINIS DAN DIAGNOSIS
Anamnesis
Dari anamnesis, dapat diketahui bahwa pasien tennis elbow datang ke dokter karena
keluhan utama nyeri di daerah lateral elbow, yang menjalar ke regio ekstensor. Pada umumnya
mereka berusia antara 20-50 tahun, dan mayoritas berusia di atas 30 tahun. Pasien sering kali
melaporkan bahwa onset timbulnya nyeri sulit diketahui, namun hal itu berhubungan erat dengan
riwayat penggunaan tangan secara berlebihan (pada tangan dominan) tanpa adanya trauma
Onset gejala biasanya timbul dalam 24-72 jam setelah melakukan aktivitas ekstensi
pergelangan tangan secara berulang-ulang. Manifestasi gejala terlambat timbul karena adanya
robekan mikroskopik pada tendon. (2) (3) (6) (9) (15) (8)
Pasien mengeluhkan nyeri pada lateral elbow yang akan semakin memburuk ketika
pasien beraktivitas dan membaik setelah pasien beristirahat. Pasien juga merasakan kondisi yang
mengganggu saat melakukan aktivitas tertentu seperti ketika pasien melakukan pukulan
backhand tenis atau menggunakan obeng secara berlebihan. (2) (3) (6) (9) (15) (8)
Nyeri biasanya bersifat tajam, intermiten, dan menjalar ke bawah melalui aspek posterior
lengan bawah. Terkadang, pasien dapat menentukan lokasi nyerinya di sekitar 1,5 cm dari distal
origo ECRB. Nyeri yang dialami oleh pasien bervariasi, mulai dari yang paling ringan (seperti
rasa mengganggu ketika melakukan aktivitas berat seperti bermain tennis atau menggunakan alat
tangan secara berulang-ulang), atau nyeri berat yang terpicu oleh aktivitas sederhana seperti
hendak mengambil dan memegang gelas kopi. Secara umum, pasien tennis elbow akan
11
mengeluhkan penurunan kekuatan ketika melakukan gerakan menggenggam, supinasi, dan
Sekitar sepertiga kasus tennis elbow berhubungan dengan aktivitas hidup sehari-hari.
Sehingga menanyakan riwayat pekerjaan dan aktivitas sehari-hari merupakan salah satu hal yang
penting dalam menegakkan diagnosis. Selain tennis, aktivitas lain juga dapat menimbulkan
12
Tabel 2: Aktivitas yang berhubungan dengan epikondilitis lateral (5)
Bisbol Pitching
Berlayar Mendayung
Sekretariat Mengetik
13
pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Pada inspeksi, sulit untuk menegakkan diagnosis tennis elbow karena biasanya tidak
ditemukan adanya hematoma maupun edema pada lateral elbow. Namun pada pasien tennis
elbow yang sudah kronik, dapat ditemukan atrofi otot-otot ekstensor. Meskipun tidak mungkin
menegakkan diagnosis tennis elbow hanya dengan inspeksi, kita tidak boleh mengabaikan
pemeriksaan ini sebab jika kita menemukan adanya eritema, pembengkakan atau pun lesi lain
pada elbow, maka hal tersebut justru akan menyingkirkan diagnosis tennis elbow. (2) (3) (6) (9) (15) (8)
14
Palpasi
Dari palpasi, ada beberapa jenis pemeriksaan provokatif yang dapat dilakukan antara lain:
Nyeri maksimal dapat timbul ketika dilakukan penekanan pada daerah sekitar 1-2 cm dari
distal origo ECRB di epikondilus lateral. Apabila tanda ini tidak ditemukan, maka kita dapat
menyingkirkan diagnosis tennis elbow. (2) (3) (6) (9) (15) (8)
Gambar 6: Tes penekanan pada lateral elbow untuk mendiagnosis tennis elbow. Nyeri akan
timbul apabila penekanan dilakukan pada daerah sekitar 1-2 cm dari distal origo ECRB di
15
2. Tes Maudsley
Pasien diminta untuk melakukan ekstensi jari ketiga (jari tengah) tangan lalu pemeriksa menahan
ekstensi tersebut sambil mempalpasi epikondilus lateral. Hal itu akan menimbulkan ketegangan
pada otot extensor digitorum dan tendon. Hasil positif terjadi apabila pasien merasakan nyeri
pada epikondilus lateral. Bila positif, berarti pasien menderita tennis elbow. (16)
3. Tes Mill
Pemeriksa meminta pasien agar memfleksikan elbow dan pergelangan tangan, sambil
memperhatikan tiap nyeri yang timbul pada epikondilus lateral. Hasil positif bila pasien
16
Gambar 8: Tes Mill. Dikutip dari kepustakaan (16)
4. Tes Cozen
Pemeriksa menstabilisasi elbow dengan cara meletakkan ibu jari pada epikondilus lateral.
Lalu pasien diminta untuk mengepalkan tangan sambil mempronasikan lengan bawah secara
radial lalu pasien mengekstensikan pergelangan tangan sambil melawan tahanan yang diberikan
oleh pemeriksa. Atau pemeriksa dapat memfleksikan dan mengekstensikan lengan bawah pasien
secara pasif. Semua tindakan itu akan menimbulkan nyeri apabila pasoen menderita tennis
17
Gambar 9: Tes Cozen. Dikutip dari kepustakaan (17)
Pasien diminta untuk mengangkat sebuah kursi dengan bahu di-adduksi, kemudian elbow
diekstensi, dan pergelangan tangan dipronasi. Tindakan seperti itu akan mempresipitasi nyeri
Jika pasien merasakan nyeri pada epikondilus lateral, berarti chair test positif dan itu salah satu
Selain tes-tes di atas, kita juga harus melakukan pemeriksaan ROM pada bahu, siku, dan
pergelangan tangan. Pemeriksaan ROM (range of movements) dan uji krepitus sendi
radiohumeral dilakukan untuk mengeksklusi bursitis, osteokondritis, atau PIN entrapment. (2) (8)
Jika ditemukan penurunan ROM, maka kita dapat mempertimbangkan untuk melakukan
18
Pemeriksaan Radiologis
yang telah refrakter terhadap terapi non-bedah, untuk mengeksklusi abnormalitas lain, dan untuk
memeriksa luasnya kerusakan tendon. Secara umum, pemeriksaan radiologis yang dapat
1. X-Ray
lain. Gambaran yang dapat ditemukan dari pemeriksaan X-ray pada tennis elbow adalah deposisi
kalsium (kalsifikasi) pada daerah yang berdekatan dengan epikondilus lateral. (6)
2. USG
spesifisitasnya adalah 36-62,5%, namun ada juga penelitian yang melaporkan bahwa
pemeriksaan USG, diagnosis tennis elbow dapat ditegakkan apabila pada tendon extensor
- Penebalan tendon
- Kalsifikasi intratendinosus
19
- Cairan peritendinosus (18)
Gambar 10: Foto posisi elbow dan transducer pada evaluasi US. Dikutip dari kepustakaan (18)
Gambar 11: USG longitudinal pada tendon extensor communis pasien tennis elbow, tanda panah
menunjukkan fokus hipoekoik linear yang sesuai dengan robekan intrasubstansi. Dikutip dari
kepustakaan (18)
20
Gambar 12: USG longitudinal pada tendon extensor communis pasien tennis elbow, tanda panah
yang atas menunjukkan tendon yang mengalami kalsifikasi, sedangkan tanda panah yang bawah
menunjukkan iregularitas tulang yang dekat dengan tendon extensor communis. Dikutip dari
kepustakaan (18)
Gambar 13: USG longitudinal pada tendon extensor communis pasien tennis elbow, tanda
bintang menunjukkan tendon yang terlepas dari tulang yang disertai dengan cairan
peritendinosus, sedangkan tanda panah menunjukkan enterofit pada tulang. Dikutip dari
kepustakaan (18)
21
3. MRI
Posis pasien dan pemelihan sekuensi yang tepat merupakan hal yang esensial untuk
menegakkan diagnosis tennis elbow dengan menggunakan MRI. Apabila digunakan dengan
tepat, maka MRI memiliki sensitivitas sekitar 90-100% dalam mendiagnosis tennis elbow. (6) (19)
Pasien yang akan menjalani pemeriksaan MRI sebaiknya berbaring dengan tangan
proton –weighted dan T2-weighted fast SE image (dengan atau tanpa saturasi lemak). (6)
Dengan pemeriksaan MRI, kita dapat melihat penebalan serta robekan fokal pada tendon.
(6)
Gambar 14: MRI tennis elbow. (a) tanda panah menunjukkan robekan full-thickness dan retraksi
ECRB yang disertai dengan edema. (b) tanda panah menunjukkan cairan peritendinosus pada
22
4.Elektromiografi
Eletromiografi dapat membantu kita dalam membedakan sindrom radial tunnel dengan
epikondiliitis lateral. Pada sindrom radial tunnel, terjadi penurunan implus elektromiografi. (2) (5)
Penyakit ini ditandai oleh adanya nyeri dan kelemahan pada sisi lateral siku setelah
pasien melakukan aktivitas berupa ekstensi siku atau rotasi lengan bawah secara berlebihan.
Gejalanya sangat mirip dengan epikondilitis lateral, hanya saja area nyeri pada sindrom radial
tunnel adalah sekitar empat jari ke arah distal epikondilus lateral. Untuk benar-benar
23
- Bursitis olekranon
Pada bursitis olekranon, biasanya gejala diawali oleh adanya riwayat trauma, perdarahan,
sepsis atau riwayat rematik. Pada pemeriksaan fisis, kita dapat menemukan adanya efusi sendi
siku dan eritema pada kulit siku, pada epikondilitis lateral kita tidak akan menemukan adanya
tanda-tanda eritema. Pada bursitis olekranon, nyeri dapat timbul ketika dilakukan penekanan
pada olekranon sedangkan pada epikondilitis lateral, nyeri timbul saat dilakukan penekanan pada
gerakan fleksi seperti bermain golf. Nyeri siku yang timbul pada epikondilitis medial
dipresipitasi oleh gerakan fleksi dan supinasi, berbeda dengan tennis elbow yang justru dipicu
capitelum
Penyakit-penyakit artikuler biasanya ditandai oleh gejala kontraktur fleksi (pasien sulit
melakukan ekstensi baik secara aktif maupun pasif) dan nyeri sering kali timbul di akhir gerakan
(3)
ekstensi. Berbeda dengan epikondilitis lateral, di mana tidak ada keterbatasan gerakan fleksi.
(6) (20)
24
VII. PENATALAKSANAAN
Ada banyak pilihan penatalaksanaan untuk mengatasi tennis elbow, namun hingga saat
ini belum ada satu pun penatalaksanaan yang benar-benar efektif dalam mengatasi kelainan
tersebut. Namun secara umum, terapi untuk tennis elbow dibagi menjadi 2 yakni terapi
konservatif dan pembedahan. (2) (5) (6) (7) (9) (21) (22) (15) (23) (24) (22)
Untuk penatalaksanaan awal, biasanya terapi konservatif menjadi pilihan utama, sambil
terus melakukan observasi. Namun bila kondisi pasien tidak mengalami perbaikan setelah
menjalani terapi konservatif selama 6 hingga 9 bulan, maka sebaiknya pasien segera dirujuk
untuk menjalani pemeriksaan radiologis dan terapi pembedahan. (2) (5) (6) (9) (21) (22) (15) (23) (24)
Untuk tennis elbow fase akut, maka kita harus memberlakukan regimen R.I.C.E seperti halnya
cedera jaringan lunak lainnya. (2) (3) (5) (6) (8) (17) (21) (25)
Rest (istirahat)
Ice (es)
Compression (kompres)
Elevation (elevasi)
25
Gambar 15: Prosedur RICE untuk epikondilitis lateral. Dikutip dari kepustakaan (17).
Bila terapi tersebut tidak berhasil, maka kita dapat melanjutkannya dengan:
Terapi Konservatif
Terapi konservatif yang dapat diberikan pada pasien tennis elbow antara lain:
NSAID dapat digunakan sebagai analgesia untuk pasien tennis elbow. Ada banyak
pilihan NSAID yang dapat digunakan yakni diclofenac, naproxen, ibuprofen, dan inhibitor
Meskipun memiliki banyak golongan, namun secara umum, profil khasiat NSAID hampir sama.
(2) (3) (6) (17) (21)
Meskipun tennis elbow bukanlah suatu proses inflamasi, namun berbagai penelitian telah
membuktikan bahwa penggunaan NSAID dapat mengurangi gejala tennis elbow. Namun
26
penggunaan NSAID dalam jangka panjang tidak dianjurkan karena adanya efek samping pada
2. Kortikosteroid
Jenis kortikosteroid yang digunakan untuk terapi tennis elbow sebaiknya yang memiliki
efek anti-inflamasi yang kuat seperti triamcinolone dan betamethasone. Dan pemberiannya harus
dilakukan secara intra-artrikuler untuk mengurangi efek sistemik. (3) (6) (22) (23)
Gambar 16:Injeksi kortikosteroid pada epikondilus lateral. Dikutip dari kepustakaan (23)
Triamcinolone dan betametahsone dapat menurunkan inflamasi dengan cara menekan migrasi
leukosit polimorfonuklear dan memperbaiki permeabilitas kapiler. Banyak dokter yang lebih
suka menggunakan betamethasone karena agen ini tidak mengalami kristalisasi ketika
27
Terapi ini terkadang juga dikombinasikan dengan anestetik lokal; salah satu kombinasi yang
3. Vasodilator
Vasodilator dapat diberikan pada pasien tennis elbow karena agen ini dapat menstimulasi
sintesis kolagen dan membantu proses penyembuhan. Selain itu vasodilator dapat mengurangi
gejala nyeri. Vasodilator yang dianjurkan adalah nitrogliserin transdermal. Obat ini dapat
menyebabkan relaksasi otot pembuluh darah dengan cara menstimulasi produksi guanosine
4. Botulinum
Botulinum telah terbukti dapat menurunkan gejala nyeri dengan cara memblokade
pelepasan asetilkolin, sehingga menimbulkan denervasi kimiawi pada sistem saraf simpatetik
dan perifer. Namun penggunaan botulinum harus dilakukan secara hati-hati karena efek
5. Terapi Fisik
Banyak ahli yang menyarankan terapi fisik untuk pasien-pasien tennis elbow dengan cara
memberikan stressing pada insersi ECRB melalui latihan gerakan eksentrik dan konsentrik.
Diharapkan dengan terapi ini maka akan terbentuk jaringan kolagen yang padat pada area insersi
28
Gambar 17: Latihan fleksi elbow 90⁰ (kontraksi konsentrik pada otot-otot extensor pergelangan
Gambar 18: Latihan ekstensi elbow 180⁰ (kontraksi eksentrik pada otot-otot pergelangan
Terapi fisik seperti ini murah dan cukup efektif dalam mengatasi gejala tennis elbow.
Namun sebelum melakukan gerakan-gerakan seperti itu, kita harus memberikan memberikan
konseling pada pasien mengenai adanya efek eksarsebasi nyeri ketika sedang melakukan latihan.
(24)
29
6. Penggunaan Ortosis atau Bebat Counterforce (Counterforce bracing)
pada tendon ekstensor pergelangan tangan, dan ortotik jenis ini lebih unggul dalam mengatasi
tennis elbow jika dibandingkan dengan bebat biasa. Bebat ini harus diletakan kira-kira 10 cm di
arah distal sendi elbow. Penggunaan bebat counterforce selama tiga minggu pada epikondilitis
lateral, dapat menurunkan nyeri dan meningkatkan kekuatan genggaman. Namun beberapa ahli
menganggap bahwa terapi ini tidak memberikan manfaat sama sekali dalam mengatasi tennis
elbow. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa terapi ini masih kurang superior jika
dibandingkan dengan terapi NSAID topikal dan injeksi kortikosteroid. (3) (17) (21) (26)
Terapi Pembedahan
Jika semua terapi konservatif gagal dalam mengatasi tennis elbow, maka kita harus
melakukan pemeriksaan radiologis guna menyingkirkan kemungkinan adanya kelainan lain yang
Ada dua jenis pembedahan untuk mengatasi tennis elbow, yakni operasi terbuka dan
operasi dengan bantuan arthroskopi. (2) (3) (5) (6) (8) (15) (21) (25) (27) (28)
30
Operasi Terbuka
Operasi terbuka merupakan jenis pendekatan yang paling sering digunakan untuk mengatasi
tennis elbow. Ada beberapa teknik operasi terbuka yang dapat dilakukan untuk mengatasi tennis
elbow yakni: (2) (3) (5) (6) (8) (15) (21) (25) (27) (28)
- prosedur Nirschl
Prosedur Nirschl
Prosedur Nirschl yang dimodifikasi merupakan salah satu metode yang paling sering digunakan.
Teknik ini memang tidak bisa mengeksplorasi sendi radiohumeral, namun perdarahan pada
teknik ini lebih minimal, prosedurnya lebih singkat, dan biayanya lebih murah.
31
Gambar 20: Foto intraoperatif prosedur Nirschl. Tanda panah menunjukkan adanya robekan pada
origo ECRB. Diskolorisasi abu-abu keputihan pada tendon mengindikasikan adanya degenerasi.
Prinsip utama prosedur Nirschl adalah memperpanjang origo muskulofascial pada pergelangan
tangan dan ekstensor jari tangan. Prosedur ini diawali dengan memisahkan ekstensor digitorum
brevis dan extensor carpi radialis untuk memudahkan akses ke ECRB. Bagian ECRB yang
mengalami degenerasi dan sisi ekstensor digitorum brevis yang ada di dekatnya dieksisi. ECRB
yang telah dipotong tidak perlu disambung kembali karena struktur ini didukung oleh perlekatan
fascia yang ada di dekatnya sehingga bisa mencegah retraksi distal. Lalu kita membuat lubang di
epikondilus, dan semua traksi spur disingkirkan. Kemudian ekstensor carpi radialis longus dan
32
Operasi dengan Bantuan Artroskopi
Artroskopi dapat menjadi salah satu pilihan utama untuk mengatasi tennis elbow.
Keunggulan terapi ini adalah insisi yang dilakukan jauh lebih kecil dan perdarahannya lebih
Teknik ini menyerupai prosedur terbuka hanya saja kita bisa memperoleh visualisasi
yang lebih baik hingga mencapai ruangan intra-artikuler, yang tidak mungkin bisa tercapai
Hanya saja kendala operasi ini adalah biaya instrumennya yang sangat mahal, sehingga
Ada sejumlah komplikasi yang harus dipertimbangkan apabila kita akan melakukan
· infeksi
· penurunan fleksibilitas
33
Rehabilitasi
Setelah menjalani pembedahan, terutama operasi terbuka, tangan yang dioperasi harus
diimobilisasi dengan menggunakan bebat. Setelah 1 minggu, bebat dan jahitan dapat dilepaskan.
(8) (17)
Jika bebat telah dilepaskan, maka kita harus segera memulai latihan fisik dengan melakukan
gerakan peregangan siku dan mengembalikan fleksibilitas siku. Latihan penguatan siku dapat
dimulai dalam 2 bulan setelah pembedahan. Sedangkan untuk latihan atletik yang jauh lebih
berat, biasanya akan dimulai dalam 4 hingga 6,minggu setelah operasi. (8) (25)
34
Alur Penatalaksanaan Tennis Elbow
Gambar 21: Alur penatalaksanaan tennis elbow menurut American Family Physician. Dikutip
35
American Family Physician (AFP) merekomendasikan suatu alur penatalaksanaan untuk
mengatasi tennis elbow. Bila anamnesis dan pemeriksaan fisis sudah konsisten dengan diagnosis
epikondilitis lateral, maka pendekatan terapi yang pertama kali dianjurkan adalah pengendalian
inflamasi dengan memberikan NSAID topikal atau oral, modifikasi gaya hidup, koreksi
biomekanik dan implementasi latihan fisik. Untuk melakukan hal tersebut, kita dapat
Jika gejala tennis elbow tidak mengalami perbaikan, maka kita dapat melanjutkan terapi
fisik yang lebih lanjut dan mempertimbangkan injeksi kortikosteroid selama latihan fisik
berlangsung. Selama latihan fisik ini, kita juga dapat menggunakan strategi terapi kontemporer
berupa penggunaan nitrogliserin topikal dan akupuntur. Apabila gejala tennis elbow masih tetap
bertahan, maka kita harus segera merujuk pasien ke dokter ahli bedah ortopedi untuk mendapat
VIII. PROGNOSIS
Angka kesembuhan pasien dari penyakit ini cukup tinggi, sekitar 95%, meskipun tanpa
terapi pembedahan. Meskipun begitu, epikondilitis lateral memiliki potensi menjadi masalah
kronik terutama jika tidak tertangani dengan baik. Untuk menurunkan resiko kronik, maka pasien
dianjurkan menjalani modifikasi aktivitas dan koreksi biomekanik. (5) (9) (21)
IX. KOMPLIKASI
Komplikasi pada penyakit ini berkaitan erat dengan terapinya, baik itu terapi konservatif
maupun terapi pembedahan. Penggunaan obat-obatan NSAID dan kortikosteroid dalam jangka
panjang dapat mengakibatkan gangguan hati, ginjal, dan traktus gastrointestinal. Sedangkan
36
komplikasi yang dapat terjadi setelah pembedahan antara lain infeksi, penurunan ROM, serta
kekakuan. (3)
37
DAFTAR PUSTAKA
2. Flatt AE. Tennis elbow. Proc (Bayl Univ Med Cent). 2008 October; 21(4).
3. Walrod BJ. Medscape. [Online].; 2012 [cited 2012 July 29. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/96969-overview .
4. Eygendaal D, Rahussen FTG, Diercks RL. Biomechanics of the elbow joint in tennis
players and relation to pathology. British Journal Sports Medicine. 2007 July; 41(11).
5. Geoffroy P, Yaffe MJ, Rohan I. Diagnosis and treating lateral epicondylitis. Canadian
6. Walz DM, Newman JS, Konin GP, Ross G. Epicondylitis: Patho-genesis, Imaging, and
7. Smedt TD, Jong Ad, Leemput WV, Lieven D, Glabbeek FV. Lateral epicondylitis in
tennis: update on aetiology, biomechanics and treatment. British Sport Medicine. 2007
June; 41.
8. Surgeons AAoO. OrthoInfo. [Online].; 2009 [cited 2012 July 31. Available from:
http://www.aaos.org/ .
10. Pluim BM, Staal JB, Windler GE, Jayanthi N. Tennis injuries: occurrence, aetiology, and
11. Suharto. Fisioterapi pada Tennis Elbow tipe II. CDK. 2000; 129.
12. Griffin LY, Andrews JR, Cole BJ, Maffulli N, Mandelbaum B, Rodeo SA, et al. AAOS
38
Now. [Online].; 2010 [cited 2012 July 31. Available from:
http://www.aaos.org/news/aaosnow/oct10/clinical1.asp .
13. Kraushaar BS, Emerson NJ, Nirschl RP. Tendinosis of the Elbow (Tennis Elbow).
Microscopy Studies. The Journal of Bone & Joint Surgery. 1999 February; 81: p. 259-
278.
14. Tennis Freak. [Online].; 2010 [cited 2012 July 31. Available from:
http://tennisfreaks.contentcreatorz.com/ .
15. Berry N, Neumeister MW, Russell RC, Dellon AL. Epicondylectomy versus denervation
16. Karegeanes SJ. Regional evaluation and treatment. In Karegeanes SJ. Principles of
manual sports medicine. Philadelphia: Lippincott William & Wilkins; 2005. p. 216.
17. Anusha. Physiotherapy/ Health Today. [Online].; 2010 [cited 2012 July 31. Available
from: http://physiotherapy-health.blogspot.com/2010/10/tennis-elbow-and-exercise-
protocol.html" http://physiotherapy-health.blogspot.com/2010/10/tennis-elbow-and-
exercise-protocol.html .
18. Levin D, Nazarian LN, Miller TT, O’Kane PL, Feld RI, Parker L, et al. Lateral
19. Patten RM. Overuse Syndromes and Injuries Involving the Elbow: MR Imaging Findings.
20. Johnson TS, BS CAD. Elbow anatomy and examination. In Frassica FJ, Sponseller PD,
Wilckens JH, editors. 5-Minute Orthopaedic Consult, 2nd Edition. USA: Lippincott
21. Johnson GW, Cadwallader K, Scheffel SB, Epperly TD. Treatment of Lateral
Epicondylitis. American Academy of Family Physicians. 2007 September; 15(76).
39
22. Hay EM, Paterson SM, Lewis M, Hosie G, Croft P. Pragmatic randomised controlled trial
of local corticosteroid injection and naproxen for treatment of lateral epicondylitis of
elbow in primary care. BMJ. 1999 October; 319(10).
23. Dooley P, Martin R. Corticosteroid injections and arthrocentesis. Canadian Family
Physician. 2002 February; 48(285-292).
24. Finestone HM, Rabinovitch DL. Tennis elbow no more. Canadian Family Physician.
2008 Agustus; 54: p. 1115-6.
25. Wadsworth TG. Tennis elbow: conservative, surgical, and manipulative treatment. BMJ.
1987 March; 294.
26. Struijs PAA, Smidt N, Arola H, Dijk CNv, Buchbinder R, Assendelft WJJ. Orthotic
devices for tennis elbow: a systematic review. British Journal of General Practice. 2001
November; 51(924-929).
27. Owens BD, Murphye KP, Kuklo TR. Arthroscopic release for lateral epicondylitis.
Arthroscopy: The Journal of Arthroscopic and Related Surgery. 2001 July; XVII(6).
28. Solheim E, Hegna J, Øyen J. Extensor tendon release in tennis elbow: results and
prognostic factors in 80 elbows. Knee Surg Sports Traumatol Arthrosc. 2011 June; 19: p.
1023-1027.
40