Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pankreas adalah organ penting yang berfungsi sebagai kelenjar eksokrin dan endokrin. Data
(GLOBOCAN, 2012) karsinoma pankreas di Indonesia disebutkan insidens kanker pankreas
5.829 dan kematian karena kanker pankreas sebanyak 5.642. Di RSUP Dr.Kariadi Semarang,
pada tahun 1997-2004 terdapat 53 kasus tumor pankreas. Di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo,
pada tahun 2012-2015 terdapat 73 kasus tumor caput pankreas.
Etiologi karsinoma pankreas masih belum jelas. Penelitian epidemiologik menunjukkan
hubungan karsinoma pankreas dengan beberapa faktor predileksi. Faktor endogen yang berperan
dalam terjadinya karsinoma pankreas antara lain usia, penyakit pankreas (pankreatitis kronik,
diabetes melitus), dan mutasi gen (p16, p53). Faktor eksogen yang berperan dalam terjadinya
karsinoma pankreas antara lain kebiasaan merokok, diet tinggi lemak, alkohol, kopi, dan terpajan
zat karsinogen industri.
Gejala awal penyakit ini seringkali tidak spesifik dan sering terabaikan, sehingga pasien
terlambat didiagnosis. Gejala paling khas karsinoma kaput pankreas adalah ikterus obstruktif
akibat penekanan tumor pada duktus koledokus. Gejala klinis kembung, anoreksia, muntah,
diare, steatorea, dan badan lesu biasanya berlangsung lebih dari dua bulan sebelum diagnosis.
Ikterus, nyeri abdomen, dan penurunan berat badan merupakan gejala klasik yang sering menjadi
keluhan utama.

1.2. Tujuan Penulisan

Case report ini disusun untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik dibagian ilmu penyakit dalam

RSUD Dr.Achmad Mochtar Bukittinggi dan di harapkan agar dapat menambah pengetahuan

penulis serta sebagai bahan informasi bagi para pembaca.

1
1.3. Manfaat Penulisan

1. Sebagai sumber media informasi mengenai tumor caput pankreas.

2. Sebagai laporan kasus yang menyajikan analisis kasus tentang tumor caput pankreas.

3. Untuk memenuhi tugas case report session kepaniteraan klinik senior di Bagian Ilmu

Penyakit Dalam RSUD Dr.achmad Mochtar Bukittinggi tahun 2019.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Pankreas

Kelenjar pankreas terletak di antara duodenum dan limpa, melintang di


retroperitoneum, setara dengan level vertebra torakal ke-12 hingga lumbal ke-1. Pankreas
dapat dibagi menjadi 4 bagian, kaput, kolum, korpus, dan kaudal. Kaput terletak dimedial
duodenum, berdekatan erat dengan pars desendens duodenum. Bagian kaput pankreas
yang ke arah medio-posterior disebut prosesus unsinatus, di antara prosesus unsinatus
dan kaput pankreas melintas aeteri dan vena mesenterium superior. Di antara kaput dan
korpus pankreas terdapat bagian menyempit yaitu kolum, di posteriornya terdapat vena
porta. Dari kolum hingga hilum lienis adalah korpus dan kaudal pankreas, antara
keduanya tidak memiliki batas yang jelas.
Pasokan darah pankreas terutama berasal dari arteri pankreatikoduodenalis
superior dan inferior, serta arteri lienalis, sebagian dari arteri mesenterika superior.
Percabangan tiap arteri di dalam pankreas membentuk arkus vaskular, maka pasca reseksi
parsial pankreas tidak mudah muncul defisit pasokan darah ke pankreas yang tersisa,
vena semuanya masuk ke vena lienalis dan vena mesenterika superior, kemudian
bermuara ke vena porta.
Pankreas kaya akan saluran limfatik yang saling berhubungan. Limfatik kaput
pankreas terutama mengalir ke kelenjar limfe pankreatikoduodenale anterior dan
posterior serta kelenjar limfe dekat arteri mesenterika superior, limfe bagian korpus
mengalir ke kelenjar limfe margo superior, margo inferior pankreas dan para arteri
lienalis, para arteri hepatikus komunis, para arteri seliaka dan para aorta abdominalis,
limfe bagian kaudal pankreas terutama mengalir ke kelenjar limfe hilum lienis.(1)

3
Gambar 1
Pada sistem saluran pankreas, Duktus pancreatikus (duktus wirsungi) bergabung
dengan duktus biliaris sebelum meninggalkan pankreas dan masuk ke duodenum pada
papilla mayor, sedangkan duktus santorini mengalir secara terpisah kedalam duodenum
pada papilla minor.

Gambar 2

4
2.2 Definisi Tumor Pankreas

Tumor pankreas adalah jenis tumor yang dapat mengenai pankreas baik jaringan

eksokrin maupun endokrin pankreas, serta jaringan penyangganya yang dapat terjadi

jinak ataupun ganas.

2.3 Klasifikasi Tumor Pankreas

 Tumor caput pankreas

Tumor ini menyebabkan obstruksi duktus koledokus tempat saluran yang berjalan

melalui kaput pankreas untuk bersaru dengan duktus pankreatikus dan berjalan

pada ampula fater ke dalam duodenum. Obstruksi aliran cairan empedu akan

menimbulkan gejala ikterus yaitu feses yang berwarna pekat dan urine yang

berwarna gelap.

 Tumor pulau langerhans pankreas

Pankreas terdiri dari pulau-pulau langerhans yaitu kumpulan kecil sel-sel yang

mengeksresikan produknya langsung ke dalam darah dan dengan demikian

merupakan bagian dari sistem endokrin. Paling tidak ada 2 tipe tumor sel pulau

langerhans yang telah diketahui yaitu tumor yang meneksrisikan insulin dan

tumor yang tidak meningkatkan sekresi insulin.

 Tumor ulserogenik

Sebagian tumor pulau langerhans berhubungan dengan hipersekresi asam

lambung yang menimbulkan ulkus pada lambung, duodenum, dan bahkan

jejuneum.Hipersekresi tersebut bisa terjadi begitu hebat sehingga sekalipun

rekseksi parsial lambung sudah dilakukan tapi masih tersisa cukup banyak asam

5
yang menimbulkan ulserasi lebih lanjut. Apabila terjadi kecendrungan untuk

terjadinya ulkus lambung atau duodenum kemungkinan adanya tumor ulserugenik

2.4 Epidemiologi Tumor Pankreas

Tumor pankreas merupakan salah satu tumor dengan tingkat mortalitas yang tinggi di

dunia. Data statistik di Amerika Serikat pada tahun 2007 menunjukkan bahwa tumor

pankreas menempati urutan keempat sebagai penyebab kematian penderita kanker pada

pria dan wanita. Angka bertahan hidup 5 tahun merupakan yang terendah dibandingkan

kanker lainnya, yaitu hanya sekitar 3-6%. Di Jepang, tumor pankreas menempati urutan

kelima sebagai penyakit kematian tertinggi penderita kanker. Data tentang tumor

pankreas di Indonesia masih terbatas. Suatu penelitian di Semarang melaporkan adanya

53 kasus tumor pankreas antara tahun 1997- 2004. Menurut data statistik di Indonesia

pada tahun 2004-2007, tumor pankreas tidak termasuk dalam 10 besar tumor di

Indonesia.

2.5 Etiologi

Penyebab pasti belum diketahui, namun beberapa faktor risiko eksogen dan endogen

diduga dapat merupakan timbulnya tymor pankreas ini.

1. Faktor resiko eksogen

Beberapa faktor resiko eksogen diantaranya ; kebiasaan makan tinggi lemak dan

kolesterol, pecandu alkohol, kebiasaan merokok, kebiasaan minum kopi, dan

beberapa zat karsinogenik.

2. Faktor resiko endogen

Beberapa faktor risiko endogen yang disebut-sebut, antara lain; genetik, penyakit

diabetes melitus, pankreatitis kronik, kalsifikasi pankreas, dan pankreatolitis.

6
2.6 Patofisiologi

Tumor pankreas hampir 90% berasal dari duktus, dimana 75% bentuk klasik
adenokarsinoma sel duktal yang memproduksi musin. Sebagian besar kasus (70%), lokasi
tumor pada kaput pancreas, 15-20% pada badan dan 10% pada ekor. Pada waktu di
diagnosis, ternyata tumor pancreas relative sudah besar. Tumor yang dapat direseksi
biasanya besarnya 2,5-3,5cm. Pada sebagian besar kasus tumor sudah besar (5-6cm), dan
atau telah terjadi infiltrasi dan melekat pada jaringan sekitar, sehingga tidak dapat
direkseksi.
Pada umumnya tumor meluas ke retroperitoneal ke belakang pankreas, melapisi
dan melekat pada pembuluh darah, secara mikroskopik terdapat infiltrasi dijaringan
lemak peripankreas, saluran limfe, dan perineural. Pada stadium lanjut, kanker kaput
pancreas sering bermetastasis ke duodenum, lambung, peritoneum, hati dan kandung
empedu. Kanker pancreas pada bagian dan ekor pancreas dapat metastasis ke hati,
peritoneum, limpa, lambung dan kelenjar adrenal kiri. Karsinoma dikaput pancreas sering
menimbulkan sumbatan pada saluran empedu sehingga terjadi kolestasis ekstra-hepatal.
Disamping itu akan mendesak dan menginfiltrasi duodenum, yang dapat menimbulkan
peradangan di duodenum. Karsinoma yang letaknya di korpus dan kauda, lebih sering
mengalami metastasis ke hati dan ke limpa.

2.7 Cara Diagnosis

a. Anamnesis
 Ikterus, hal ini disebabkan penumpukkan bilirubin terkonjugasi yang ada dalam darah

yang merupakan pigmen warna empedu.

 Nyeri perut kanan atas, nyeri yang dirasakan tergantung dari penyebab dan beratnya

obstruktif. Dapat ditemui nyeri tekan pada perut kanan atas maupun kolik bilier.

 Warna urin gelap (Bilirubin terkonjugasi). Urin yang berwarna gelap karena adanya

bilirubin dalam urin.

7
 Feces seperti dempul (pucat/akholis). Hal ini disebabkan karena adanya sumbatan aliran

empedu ke usus yang mengakibatkan bilirubin di usus berkurang atau bahkan tidak ada

sehingga tidak terbentuk urobilinogen yang membuat feces berwarna pucat.

 Pruritus yang menetap. Adanya pruritus menunjukkan terakumulasinya garam empedu di

subkutan yang menyebabkan rasa gatal.

 Anoreksia, nausea dan penurunan berat badan. Gejala ini menunjukkan adanya gangguan

pada traktus gastrointestinal.

b. Pemeriksaan Fisik

Tanda klinis pasien tumor pankreas sangat tergantung pada letak tumor dan
perluasan atau stadium tumor. Pasien pada umumnya dengan gizi yang kurang, disertai
anemia dan ikterik (terutama pada tumor kaput pankreas). Pada pemeriksaan abdomen
teraba tumor masa padat pada epigastrium, sulit digerakkan karena letak tumor
retroperitoneum. Dapat dijumpai ikterus dan pembesaran kandung empedu
(Courvoisier’s sign), hepatomegali, splenomegali (karena kompresi atau trombosis pada
vena porta atau vena lienalis, atau akibat metastasis hati yang difus), asites (karena
invasi/infiltrasi kanker ke peritoneum). Kelainan lain yang kadang dijumpai adalah
hepatomegali yang keras dan berbenjol (metastasis hati), nodul peri-umbilikus (Sister
Mary Joseph’s nodule), trombosis vena dan migratory thrombophlebitis (Trousseau’s
syndrome), perdarahan gastrointestinal (karena erosi duodenum atau perdarahan varises
akibat kompresi tumor pada vena porta), dan edema tungkai (karena obstruksi vena kava
inferior.

c. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan darah rutin umumnya masih dalam batas normal, hanya LED yang

meningkat. Sering memperlihatkan tanda-tanda anemi, dengan penurunan kadar Hb dan

hematokrit. Selain itu kadar gula darah kadang meningkat. Serum amilase dan lipase

mengalami peningkatan. Namun kadar lipase lebih sering meningkat dibandingkan serum

8
amilase. Karsinoma pankreas terutama di kaput sering menyebabkan sumbatan di saluran

empedu, karena itu perlu di lakukan pemeriksaan faal hati. Dapat ditemukan kenaikan

kadar serum bilirubin terutama bilirubin konjugasi ( direk), alkali fosfatase, dan kadar

kolesterol sedangkan serum transaminase yaitu SGOT dan SGPT sedikit naik.

Pemeriksaan serologis terhadap petanda tumor (tumor marker) perlu dilakukan antara lain

terhadap CEA (carcino embryonic antigen), kadang-kadang terdapat kenaikan. Petanda

tumor yang lain yaitu CA 19-9 (carbohydrate antigen determinant 19-9) merupakan

antibodi monoklonal yang mempunyai sensitifitas tinggi untuk adenokarsinoma saluran

cerna termasuk karsinoma pankreas. Beberapa petanda tumor yang lain adalah POA

(pancreatic oncofetal antigen), AFP (alfa feto protein), dan CA 242.

d. Pemeriksaan Penunjang
 USG

Mengetahui apakah terjadi dilatasi duktus biliaris intrahepatik atau ekstrahepatik.

Adanya dilatasi duktus biliaris atau terdapat suatu massa pada kaput pankreas sangat

mendukung keberadaan tumor pancreas.

 CT SCAN

Modalitas utama untuk diagnosis pasien yang dicurigai dengan tumor pankreas.

Memberikan visualisasi duktus intrahepatik yang disebabkan oleh oklusi

ekstrahepatik dan duktus koledokus akibat kolelitiasis atau tumor pankreas.

 ERCP (Endoscopic Retrograde Cholangiopancreatography)

Manfaat dari ERCP dalam diagnosis kanker pankreas adalah dapat mengetahui atau

menyingkirkan adanya kelainan gastroduodenum dan ampula Vateri, pencitraan

saluran empedu dan pankreas, dapat dilakukan biopsi dan sikatan untuk pemeriksaan

9
histopatologi dan sitologi. Di samping itu dapat dilakukan pemasangan stent untuk

membebaskan sumbatan saluran empedu pada kanker pankreas yang tidak dapat

dioperasi atau direseksi.

2.8 Penatalaksanaan

Terdapat berbagai metode pengobatan terhadap pasien tumor pankreas, yaitu :

a. Bedah Reseksi ‘kuratif’. Pengobatan yang paling efektif pada tumor pankreas adalah
bedah reseksi komplit terhadap tumor. Akan tetapi hanya dapat dilakukan pada 10-15%
kasus kanker pankreas, biasanya pada tumor kaput pankreas dengan gejala awal ikterus.
Terdapat berbagai pilihan metode bedah yang disesuaikan dengan kondisi tumor/ pasien
dengan pengalaman dokter bedahnya. Walaupun dapat dilakukan bedah reseksi kuratif,
akan tetapi angka kelestarian hidup 5-tahun hanya 10%. Pengalaman di Jepang
menunjukkan bahwa bila besar tumor < 2 cm, angka kelestarian hidup 5 tahun dan 10
tahun menjadi 37%.
b. Bedah Paliatif. Sebagian besar pasien (85-90% kasus) hanya dapat dilakukan bedah
paliatif untuk membebaskan obtruksi bilier, dengan cara bedah pintas bilier, pemasangan
stent perkutan dan pemasangan stent per-endoskopik Stenting endoskopik lebih baik
daripada bedah pintas bilier dalam hal morbiditas (23% vs 43%), mortalitas akibat
tindakan (0% vs 10%) dan kematian 30 hari (6% vs 15%). ‘Stenting’ endoskopik lebih
baik dari perkutan, dalam hal membersihkan ikterus (81% vs 61%) dan kematian 30 hari
(15% vs 3%). Median kelestarian pasien yang tidak dapat dilakukan operasi reseksi
adalah 6 bulan.
c. Terapi Simtomatik. Pengelolaan control rasa sakit pada pasien kanker pankreas
diberikan secara bertahap tergantung berat ringan sakit dan respons pasien. Sakit ringan
dan sedang dapat dimulai dengan pemberian analgesic seperti aspirin, asetaminofen, dan
obat anti inflamasi non steroid. Bila gagal atau sakit berat diberikan obat analgesic
narkotik seperti morfin, kodein, meperidin, dan sebagainya. Pengobatan simptomatik

10
lainnya berupa dietetic dan substitusi enzim pankreas pada malnutrisi, pengobatan
terhadap diabetes dan sebagainya.

11
BAB III

LAPORAN KASUS

3.1 Identitas Pasien


Nama : Ny. Indra Yenti
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 45 Tahun
Agama : Islam
Tanggal Masuk : 7 Februari 2019

3.2 Anamnesis

1. Keluhan Utama
Badan terasa letih sejak 2 minggu yang lalu.

2. Riwayat Penyakit Sekarang


 Badan terasa letih sejak 1 minggu yang lalu, dan meningkat sejak 3 hari sebelum
masuk rumah sakit.
 Seluruh tubuh tampak kuning sejak 4 bulan yang lalu. Keluhan kuning dirasakan
perlahan-lahan.
 Nyeri ulu hati sejak 2 minggu yang lalu.
 Perut terasa kembung disangkal
 Pasien mengatakan sering BAK sejak 5 tahun yang lalu. Keluhan sering BAK
dirasakan pasien terutama saat tidur dimalam hari. Setiap malam pasien bisa
terbangun lebih dari 2-3 kali untuk BAK. BAK tidak disertai nyeri dan warna urin
kuning pekat.
 BAB normal tidak ada keluhan, tidak berdarah dan tidak berlendir.
 Nafsu makan pasien menurun disertai dengan penurunan berat badan ± 10 kg
dalam 2 minggu ini.
 Sesak nafas disangkal
 Batuk disangkal

12
3. Riwayat Penyakit Dahulu
 Riwayat hipertensi disangkal.
 Riwayat diabetes mellitus disangkal
 Riwayat hepatitis disangkal
4. Riwayat Penyakit Keluarga
 Tidak ada keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan pasien
3.3 Pemeriksaan Fisik

1. Vital Signs :
a. Keadaan Umum : Sakit sedang
b. Kesadaran : Composmentis cooperatif
c. Tekanan Darah : 120/80 mmHg
d. Frekuensi Nadi : 90x /menit, Reguler
e. Frekuensi Napas : 20x /menit
f. Suhu : 37ºC
g. Berat Badan : 40 kg
h. Tinggi Badan : 154 cm
i. IMT : 16,87( Underweight)
2. Status Generalisata
a. Kulit : Ikterik (+), sianosis (-)
b. Kepala
Bentuk : Normochepal, rambut hitam, rambut tidak mudah dicabut
Mata : Conjungtiva anemis (+/+),Skelera ikterik (+/+)
Telinga : Serumen (-/-), nyeri tekan tragus (-/-), nyeri tarik auricular
(-/-), nyeri ketok proc. mastoid (-/-)
Hidung : sekret (-/-), polip (-/-), pembesaran konka (-/-)
Mulut : sianosis (-/-), bibir lembab (+/+), papila lidah hipertrofi
(-/-), uvula ditengah, T0-T0

c. Leher :JVP 5- 2 cmH2O, tidak ada benjolan/massa, tidak ada pembesaran (KGB)
Tidak ada deviasi trakea dan pembesaran tiroid.

13
d. Jantung
 Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
 Palpasi : Ictus cordis teraba 2 jari di RICV linea midclavicularis
sinistra
 Perkusi :
 Batas kiri : 2 jari medial di RIC V linea midclavicularis sinistra
 Batas kanan : RIC IV linea sternalis dextra
 Batas atas : RIC II linea sternalis sinistra
 Auskultasi : Bunyi jantung murni, irama reguler, P1>A2, M1>M2,
bising jantung (-), mur-mur (-)

e. Paru-paru
 Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris kiri dan kanan sama
dalam keadaan statis dan dinamis
 Palpasi : Fremitus taktil kiri dan kanan sama
 Perkusi : Sonor
 Auskultasi : Suara nafas vesikuler, rhonki (-/-), wheezing (-/-)

f. Abdomen
 Inspeksi : Perut tidak tampak membuncit, venektasi (-), sikatrik (-), striae
(+)
 Palpasi :
 Dinding perut supel (lemas), nyeri tekan(-), nyeri lepas (-)
 Courvoisier’s sign (+)
 Hepar : teraba 3 jari dibawah arcus costarum dextra
 Lien : tidak teraba
 Ginjal : ballottement (-), nyeri ketok CVA (-)

 Perkusi : Tympani
 Auskultasi : Bising usus (+) normal

14
g. Ekstremitas
Superior
 Inspeksi : Edema (-/-), sianosis (-/-), palmer eritem (-/-), ikterik (+/+)
 Palpasi : Perabaan hangat, pulsasi arteri radialis kuat angkat

Inferior

 Inspeksi : Edema (-/-), sianosis (-/-), ikterik (+/+)


 Palpasi : Perabaan hangat, pulsasi A.Femoralis, A.Dorsalis pedis,
A.Tibialis posterior, dan A. Poplitea kuat angkat

3.4 Pemeriksaan Penunjang


1. Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan Darah Rutin
Hb : 6,1 g/dl (12-14 g/dl)
Ht : 18,7% (37-43%)
Leukosit : 4.290/mm3 (5000 – 10.000/mm3)
Trombosit : 602.000/mm3
LED : 113 mm/jam (<15)
b. Pemeriksaan Kimia Klinik
SGOT : 165 U/L (0-26 U/L)
SGPT : 155 U/L (7-32 U/L)
Kalium : 3,44 mEq/l (3,5-5,5 mEq/l)
Natrium : 130,5 mEq/l (135-147 mEq/l)
Chlorida : 96,2 mEq/l (100-106 mEq)
Ureum : 9 mg/dL (20-40 mg/dl)
Creatinin : 1,1 mg/dL (0,5-1,5 mg/dl)
GDP : 310 mg/dl
GD2PP : 287 mg/dl
Albumin : 3,2 g/dl (4,0-5,2 g/dl)

15
Bilirubin total : 19,39 mg/dl (0,3-1,0 mg/dl)
Bilirubin direk : 15,59 mg/dl
Anti HCV : non reaktif
HbsAg : negatif
Anti HbsAg : non reaktif
c. USG Abdomen
Kesan : Choledoectasis ec massa kaput pankreas, disertai pelebaran D pankreatikus,
Pembesaran kandung empedu dengan choleolitiasis. Hepatosplenomegali non spesifik.

3.5 Diagnosis Kerja


Diagnosis Kerja
Ikterik ec susp tumor caput pankreas
DM tipe 2 baru dikenal
Anemia berat

3.6 Penatalaksanaan
IVFD Aminofusin Hepar : Triofusian (1 : 2)
Curcuma 3 x 1
Inj Ranitidin 2 x 1
Alprazolam 1 x 1
Novorapid 3 x 8iu

16
FOLLOW UP
Hari/tanggal : Jumat/08-02-20019 hari rawatan ke dua
 Subject : nyeri di bagian abdomen regio hipokondria kiri masih terasa
 Object : TD : 110/70
Nadi : 80
Nafas : 22
Suhu : 36,5
 Assessment :
Ikterik ec susp tumor caput pankreas
DM tipe 2 baru dikenal
Anemia berat

 Plan dan Anjuran


− IVFD Aminofusin Hepar : Triofusian (1 : 2)
− Curcuma 3 x 1
− Inj Ranitidin 2 x 1
− Alprazolam 1 x 1
− Novorapid 3 x 8iu

Hari/tanggal : Sabtu/09-02-2019 rawtan ke empat

 Subject : nyeri sudah mulai berkurang


Pasien terlihat pucat
 Object : TD : 120/80
Nadi : 82
Nafas : 20
Suhu : 36,7
 Assessment :
Ikterik ec susp tumor caput pankreas
DM tipe 2 baru dikenal
Anemia berat

17
 Plan dan anjuran
Curcuma 3 x 1
Inj Ranitidin 2 x 1
Alprazolam 1 x 1
Novorapid 3 x 8iu
Aminofusin 1 : 2
Tranfusi PRC

Hari/tanggal : minggu/10-02-2019 rawatan kelima

 Subject : nyeri masih terasa


Pasien terlihat pucat
Tidak ada reaksi alergi setelah transfusi PRC
 Object : TD : 120/70
Nadi : 82
Nafas : 22
Suhu : 36,4
 Assessment :
Ikterik ec susp tumor caput pankreas
DM tipe 2 baru dikenal
Anemia berat
 Plan & anjuran
Curcuma 3 x 1
Inj Ranitidin 2 x 1
Alprazolam 1 x 1
Novorapid 3 x 8iu
Aminofusin 1 : 2

18
Hari/tanggal : senin/11-02-2019 rawatan hari ke enam

 Subject : nyeri masih terasa


Pasien terlihat pucat
 Object : TD : 120/80
Nadi : 82
Nafas : 26
Suhu : 36,8
 Assessment :
Ikterik ec susp tumor caput pankreas
DM tipe 2 baru dikenal
Anemia berat
 Plan & anjuran
Curcuma 3 x 1
Inj Ranitidin 2 x 1
Alprazolam 1 x 1
Novorapid 3 x 8iu
Aminofusin 1 : 2
Hari/tanggal : selasa/12-02-2019 rawatan hari ke tujuh

 Subject : nyeri pada regio hipokondria kiri sudah tidak terasa


Pasien terlihat pucat
 Object : TD : 110/70
Nadi : 84
Nafas : 24
Suhu : 36,5
 Assessment :
Ikterik ec susp tumor caput pankreas
DM tipe 2 baru dikenal
Anemia berat

19
 Plan & anjuran
Curcuma 3 x 1
Inj Ranitidin 2 x 1
Alprazolam 1 x 1
Novorapid 3 x 8iu
Aminofusin 1 : 2
Hari/tanggal : rabu/13-02-2019 rawatan hari ke delapan

 Subject : nyeri sudah mulai tidak terasa


Pasien masih terihat pucat
 Object : TD : 110/80
Nadi : 86
Nafas : 24
Suhu : 36,2
Laboratorium :
Hb/Ht/Leukosit/Trombosit : 9,9/28,7/5260/428.000
ALT/AST/Bili-D/Bili-T/Glukosa : 126/126/19,25/20.85/355

 Assessment :
Ikterik ec susp tumor caput pankreas
DM tipe 2 baru dikenal
Anemia berat
 Plan & anjuran
Curcuma 3 x 1
Inj Ranitidin 2 x 1
Alprazolam 1 x 1
Novorapid 3 x 8iu
IVFD Aminofusin Hepar : Triofusin (1 : 2)

20
BAB IV
Analisa Kasus

4.1 Analisa Kasus

Tumor caput pankreas adalah jenis tumor yang dapat mengenai pankreas baik jaringan
eksokrin maupun endokrin pankreas, serta jaringan penyangganya yang dapat terjadi jinak
ataupun ganas. Diagnosis tumor caput pankreas ditegakkan melalui anamnesa, pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan penunjang. Dalam laporan kasus ini seorang pasien perempuan datang dengan
keluhan badan terasa letih sejak 1 minggu yang lalu, dan meningkat sejak 3 hari sebelum masuk
rumah sakit. Seluruh tubuh tampak kuning sejak 4 bulan yang lalu. Keluhan kuning dirasakan
perlahan-lahan. Nyeri ulu hati sejak 2 minggu yang lalu. Nafsu makan pasien menurun disertai
dengan penurunan berat badan ± 10 kg dalam 2 minggu ini. BAB dan BAK normal.
Pada pemeriksaan fisik jantung dan paru dalam batas normal. Pada pemeriksaan abdomen
didapatkan Perut tidak tampak membuncit, venektasi (-), sikatrik (-),striae (+) Palpasi didapatkan
dinding perut supel (lemas), nyeri tekan(-), nyeri lepas (-), Courvoisier’s sign (+), Hepar : teraba
3 jari dibawah arcus costarum dextra, konsistensi lunak, permukaan rata, pinggir tumpul, nyeri
tekan (-). Lien : tidak teraba. Ginjal : ballottement (-), nyeri ketok CVA (-)
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil Pemeriksaan laboratorium Darah Rutin
Hb: 6,1 g/dl, Ht : 18,7%, Trombosit : 602.000/mm3, LED : 113 mm/jam. Pemeriksaan Kimia
Klinik SGOT :165 U/L, SGPT : 155 U/L.GDP : 310 mg/dl,GD2PP : 287 mg/dL, Albumin : 3,2
g/dl, Bilirubin total: 19,39 mg/dl (0,3-1,0 mg/dl), Bilirubin direk : 15,59 mg/dl, Anti HCV : non
reaktif, HbsAg : negatif, Anti HbsAg : non reaktif.

Pada pemeriksaan penunjang USG Abdomen didapatkan hasil Choledoectasis ec massa


kaput pankreas, disertai pelebaran D pankreatikus, Pembesaran kandung empedu dengan
choleolitiasis. Hepatosplenomegali non spesifik. Pasien mendapatkan terapi IVFD Aminofusin
Hepar : Triofusian (1 : 2), Curcuma 3 x 1, Inj Ranitidin 2 x 1, Alprazolam 1 x 1, Novorapid 3 x
8iu. Untuk tindakan selanjutnya pasien dikonsulkan ke spesialis bedah.

21
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Tumor pankreas adalah jenis tumor yang dapat mengenai pankreas baik jaringan

eksokrin maupun endokrin pankreas, serta jaringan penyangganya yang dapat terjadi

jinak ataupun ganas. Tumor pankreas terdiri dari tumor caput pankreas, tumor pulau

langerhans pankreas dan tumor ulserogenik. Gejala klinis terdiri dari Ikterus, nyeri perut

kanan atas, warna urin gelap, feses seperti dempul (pucat/akholis, pruritus yang menetap.

Anoreksia, nausea dan penurunan berat badan. Pada pemeriksaan fisik didapatkan

Courvoisier’s sign (+), hepatomegali, splenomegali, asites, nodul peri-umbilikus (Sister

Mary Joseph’s nodule), trombosis vena dan migratory thrombophlebitis (Trousseau’s

syndrome), perdarahan gastrointestinal dan edema tungkai. Penatalaksanaan yang

diberikan berupa tindakan paliatif, kuratif dan simptomatik.

22
DAFTAR PUSTAKA

• Setiati Siti. Buku Ajar Penyakit Dalam Jilid III. Edisi 6. Jakarta : Interna Publishing.
2014. 3032-3034
• I J Beckingham. 2001. ABC Of Diseases Of Liver, Pancreas, And Biliary System
Gallstone Disease. Dalam: British Medical Journal Vol 13, Januari 2001: 322 (7278): 91–
94. Available from : http://www.pubmedcentral.nih.gov/articlerender.fcgi?artid=1119388
[diakses pada tanggal 18 februari 2019].
• Sjamsuhidajat R, de Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC. 2005. 570-579.
• Price, Sylvia Anderston. Patofisiologi Konsep Klinis Preose-Proses Penyakit. Jilid 1.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. 1994. Schwartz S, Shires G, Spencer F.
Prinsip-prinsip Ilmu Bedah (Principles of Surgery). Edisi 6. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC. 2000. 459-464.
• Adam J, Morgan RA.The pancreas.In: Adam A, Dixon AK, Grainger RG, Allison DJ. in:
Grainger and Allison’s .Diagnostic radiology. Fifth ed .Churchll Livingstone; 2001. pp
789-809
• Darmawan Guntur, Marcellus Simadibrata. Pancreatic Cancer: Review of Etiology,
Clinical Features, Diagnostic Procedures, Treatment and Mesothelin Role. dalam The
Indonesian Journal of Gastroenterology, Hepatology, and Digestive Endoscopy Jakarta ;
2011.Faculty of Medicine, University of Indonesia
• Delden OV, Smithuis R, Pancreas Carcinoma, 2006 April 18. Available from:
http://radiologyassistant.nl/en/p43848b63def9d
• Doherty GM, Way LW.Pancreas..In : Doherty GM. Editor . Current Diagnosis &
Treatment Surgery. 13 th ed.Mc Graw Hill.2006 pp 573-96
• Dragovich T,Harris J. Pancreatic cancer. Update 2013 Oktober 14 Available from :
http://emedicine.medscape.com/article/280605-overview

23

Anda mungkin juga menyukai