Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PRAKTIKUM SEISMIK REFRAKSI

METODE HAGIWARA

Oleh:
SITI FATIMAH
115.170.008
KELOMPOK 7

LABORATORIUM GEOFISIKA EKSPLORASI


JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2019

i
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM SEISMIK REFRAKSI
METODE HAGIWARA

Laporan ini disusun sebagai syarat mengikuti acara Praktikum Seismik


Refraksi selanjutnya, tahun ajaran 2018/2019, Jurusan Teknik Geofisika, Fakultas
Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta.

Disusun Oleh :

SITI FATIMAH

115.170.008

Yogyakarta, 3 Maret 2019

ACC

Asisten Laboratorium Seismik Refraksi

LABORATORIUM GEOFISIKA EKSPLORASI


JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2019

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis persembakan kepada Allah SWT yang telah
memberikan nikmat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
Praktikum seismik refraksi Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada para
asisten Laboratorium Seismik Refraksi dan pihak-pihak yang telah membantu
selama melaksanakan praktikum Seismik Refraksi maupun dalam membuat laporan
praktikum Seismik Refraksi ini.
Penulis menyadari jika dalam penyusunan laporan ini masih jauh dari
sempurna, baik dalam secara penyajian maupun yang lainnya. Oleh karena penulis
mohon maaf kepada pembaca dan penulis juga berharap para pembaca memberikan
kritik dan saran yang konstruktif atas kekurangan-kekurangan yang terdapat dalam
laporan ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada para pembaca.
Semoga laporan ini bisa bermanfaat bagi kita semua.

Yogyakarta, 28 Februari 2019

Siti Fatimah

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................i


HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ iii
DAFTAR ISI ........................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR ...........................................................................................vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................. vii

BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2. Maksud dan Tujuan........................................................................................ 2

BAB II. DASAR TEORI


2.1. Seismik Refraksi ........................................................................................... 3
2.2. Hukum Dasar ................................................................................................ 5
2.3. Asumsi-Asumsi Dasar .................................................................................. 7
2.4. Metode Delay-Time ...................................................................................... 8
2.5. Metode Hagiwara.......................................................................................... 9

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN


3.1. Diagram Alir Pengolahan Data ................................................................... 11
3.2. Pembahasan Diagram Alir Pengolahan Data .............................................. 12

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Tabel Pengolahan Data .............................................................................. 13
4.2. Grafik T-X .................................................................................................. 14
4.3. Perbandingan Peta Kecepatan V1 dan V2 Semua Kelompok.....................15
4.4. Peta Kedalaman Semua Kelompok ............................................................ 18
4.5. Profil Bawah Permukaan ........................................................................... 20
4.6. Penampang Kecepatam Kelompok 7 .......................................................... 22

iv
BAB V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan ................................................................................................ 24
5.2. Saran .......................................................................................................... 24

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
A. TABEL PENGOLAHAN DATA SEMUA KELOMPOK
B. PERHITUNGAN MANUAL HAGIWARA
C. TURUNAN RUMUS DELAY TIME
D. TURUNAN RUMUS HAGIWARA
E. TABEL KECEPATAN BATUAN
F. LEMBAR KONSUL

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Penjalaran gelombang P, S, Rayleigh, dan Love pada suatu


medium............................................................................................. 4
Gambar 2.2. Proses penjalaran gelombang langsung dan gelombang refraksi .... 4
Gambar 2.3. Proses penjalaran gelombang langsung dan gelombang refraksi .... 4
Gambar 2.4. Skematik metode seismik refraksi ................................................... 5
Gambar 2.5. Ilustrasi Asas Fermat ....................................................................... 6
Gambar 2.6. Ilustrasi Prinsip Huygens ................................................................. 6
Gambar 2.7. Hukum Snellius a) Dua lapisan b) Banyak Lapisan ........................ 7
Gambar 2.8. Ilustrasi Metode Delay Time pada Single Shoot .............................. 8
Gambar 2.9. Ilustrasi Penjalaran Gelombang Metode Delay Time pada Double
Shot................................................................................................... 9
Gambar 2.10. Lintasan gelombang refraksi untuk struktur dua lapis ................... 9
Gambar 3.1. Diagram Alir Pengolahan Data ...................................................... 11
Gambar 4.1. Grafik T-X ..................................................................................... 14
Gambar 4.2. Perbandingan Peta Kecepatan V1 dan V2 Semua Kelompok ....... 16
Gambar 4.3. Peta Kedalaman Semua Kelompok ............................................... 18
Gambar 4.4. Profil Bawah Permukaan ............................................................... 20
Gambar 4.5. Penampang Kecepatam Metode Hagiwara .................................... 22

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Tabel Pengolahan Data Metode Hagiwara ......................................... 13

vii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dalam melakukan penelitian ini, ilmu geofisika yang berperan penting. Dimana
Geofisika merupakan suatu ilmu yang penerapannya menggunakan prinsip –
prinsip fisika dalam perihal menyelesaikan suatu masalah yang berhubungan
dengan bumi. Dalam Geofisika digunakan beberapa metode yang terbagi menjadi
dua kategori yaitu metode pasif dan metode aktif. Metode pasif ialah metode yang
dilakukan dengan mengukur medan alami yang dipancarkan oleh bumi, sedangkan
metode aktif dilakukan dengan membuat medan magnet gangguan kemudian
mengukur respons yang dilakukan oleh bumi.
Metode seismik terbagi menjadi dua jenis, yaitu seismik refraksi dan seismik
refleksi. Pada metode seismik refraksi, gelombang yang terjadi setelah sumber
getaran diberikan akan menghasilkan penjalaran gelombang pertama (first break).
Dalam studi pengukuran ini, hanya data first break saja yang dibutuhkan. Parameter
jarak (offset) dan waktu tempuh dapat dihubungkan oleh cepat rambat gelombang
dalam medium. Kecepatan tersebut ditentukan oleh suatu konstanta fisis yang ada
di dalam material/medium yang lebih dikenal sebagai parameter elastisitas. Dengan
menggunakan metode seismik refraksi maka dapat diduga jenis lapisan batuan di
bawah permukaan berdasarkan kecepatan gelombang yang merambat dalam
medium. Di samping itu dapat diketahui struktur geologi, litologi, dan ketebalan
lapisan target yang berada di bawah permukaan, yang umumnya pada kedalaman
dangkal (Isa, 2003).
Salah satu metode perhitungan waktu tiba gelombang seismik untuk
mencerminkan lapisan bawah permukaan adalah Metode Hagiwara. Metode ini
merupakan metode waktu tunda yang berdasarkan asumsi bahwa undulasi bawah
permukaan tidak terlalu besar. Kelebihan dari metode Hagiwara adalah lapisan
bawah permukaan dapat ditampilkan mengikuti kontur bawah permukaan itu
(Sismanto, 1999).

1
1.2. Maksud dan Tujuan
Maksud dari penelitian seismik refraksi menggunakan metode Hagiwara
adalah dapat menambah pengetahuan dan wawasan, juga lebih memahami metode
seismik refraksi serta mampu dalam mengolah dan menganalisa data dari data
lapangan dengan menggunakan metode Hagiwara beserta perhitungannya dan
memahami konsep dasar yang sistematis pada metode ini.
Tujuan dari penelitian seismik refraksi ini adalah untuk membuat Grafik T-X
(Grafik hubungan antara jarak dan waktu) untuk mencari gelombang langsung dan
gelombang bias, profil bawah permukaan, penampang kecepatan kelompok 7,
Perbandingan Peta Kecepatan V1 dan V2 Semua Kelompok, dan peta kedalaman
pada semua kelompok.

2
BAB II
DASAR TEORI

2.1. Seismik Refraksi


Seismik refraksi merupakan metode geofisika yang memanfaatkan
gelombang pantul dari gelombang elastis yang merambat dari sumber getaran yang
kemudian terkena bidang batas antarlapisan dan terbiaskan kembali ke permukaan
untuk diterima oleh penerima gelombang. Istilah seismik sendiri berasal dari kata
seismos yang berarti gempa bumi. Gelombang seismik diilhami oleh gelombang
elastik yang merambat pada waktu terjadi gempa bumi. Jika terjadi gempa bumi,
pada stasiun penerima akan diperoleh bentuk gelombang yang digambarkan dalam
amplitudonya. Dalam dunia seismik, terdapat 4 tipe gelombang berdasarkan arah
penjalaran gelombangnya, yaitu:
1. Gelombang Primer (P): Gelombang yang merambat dengan kecepatan
tertinggi, juga disebut gelombang P atau gelombang kompresi. Gelombang P
menjalar searah dengan arah penjalaran gelombangnnya.
2. Gelombang Sekunder (S): Gelombang yang terekam setelah gelombang P,
juga disebut gelombang S atau gelombang shear. Gelombang S menjalar
tegak lurus dengan arah penjalaran gelombangnya.
3. Gelombang Rayleigh: Gelombang yang menjalar di permukaan bumi
(amplitudo gelombangnya akan melemah bila semakin masuk ke dalam
medium), juga disebut gelombang R. Gelombang R merupakan gelombang P
+ gelombang Svertikal. Penjalarannya sejajar dengan arah perambatan
gelombang, tetapi bergerak ke atas dan ke bawah (partikel medium bergerak
pada bidang vertikal mengikuti pola elips sementara penjalaran ke arah
lateral).
4. Gelombang Love: Gelombang yang menjalar di permukaan bumi (amplitudo
gelombangnya akan melemah bila semakin masuk ke dalam medium), juga
disebut gelombang L. Gelombang L merupakan gelombang P + gelombang
Shorizontal. Penjalarannya tegak lurus dengan arah perambatan gelombang,
tetapi bergerak ke kiri dan ke kanan (partikel-partikel medium bergerak

3
mengikuti pola elips pada bidang horizontal, sementara penjalarannya ke arah
lateral).

Gambar 2.3. Penjalaran gelombang P, S, Rayleigh, dan Love pada suatu medium

Seismik refraksi merupakan salah satu dari metode seismik aktif yang bekerja
dengan memanfaatkan waktu tiba gelombang yang terekam oleh geophone pertama
kali. Metode ini hanya memanfaatkan gelombang langsung dan gelombang P
refraksi yang menjalar pada bidang batas lapisan batuan.

Gambar 2.4. Proses penjalaran gelombang langsung dan gelombang refraksi

Metode seismik refraksi melakukan pengukuran waktu tempuh gelombang P


(pada setiap titik sepanjang bidang batas lapisan) yang dihasilkan dari sumber
energi impulsif.

Gambar 2.3. Proses penjalaran gelombang langsung dan gelombang refraksi

4
Metode seismik refraksi melakukan pengukuran waktu tempuh
gelombang P (pada setiap titik sepanjang bidang batas lapisan) yang dihasilkan
dari sumber energi impulsif.

Gambar 2.4. Skematik metode seismik refraksi

Suatu sumber gelombang (palu, weight drop, dinamit, air gun, dll)
dibangkitkan di permukaan bumi. Karena material bumi bersifat elastik maka
gelombang seismik yang terjadi akan menjalar ke dalam bumi dalam berbagai
arah. Pada bidang batas antar lapisan, gelombang ini sebagian dipantulkan dan
sebagian lain dibiaskan. Di permukaan bumi gelombang tersebut diterima oleh
serangkaian detektor (geophone) kemudian dicatat atau direkam oleh suatu alat
di atas permukaan.
Data yang di dapat di lapangan antara lain waktu tempuh gelombang sampai ke
geophone dan jarak antar geophone. Dari kedua data tersebut dapat diolah untuk
mendapatkan kedalaman lapisan di bawah permukaan, sehingga diperoleh litologi
batuan berdasarkan informasi kecepatan.

2.2. Hukum Dasar


Dalam prinsip penjalaran ke segala arah di bawah permukaan bumi,
gelombang seismik mengikuti asas-asas:
1. Fermat
Asas Fermat menjelaskan bahwa lintasan yang dilalui oleh gelombang
adalah lintasan yang paling sedikit memerlukan waktu. Dengan demikian,
jika gelombang melewati sebuah medium yang memiliki variasi kecepatan
gelombang seismik maka gelombang tersebut akan cenderung melalui zona-

5
zona berkecepatan tinggi (digambarkan oleh raypath) dan menghindari zona-
zona berkecepatan rendah.

Gambar 2.5. Ilustrasi Asas Fermat


2. Huygens
Christian Huygens, seorang fisikawan Belanda, sekitar tahun 1680
mengemukakan suatu mekanisme sederhana untuk menelusuri penjalaran
gelombang. Mekanisme tersebut digambarkan bahwa sebuah permukaan
gelombang atau muka gelombang dapat dianggap sebagai suatu permukaan dengan
fase tetap melewati titik-titik medium berlapis yang dicapai oleh gerakan
gelombang pada waktu yang sama. Jika gelombang tersebut melewati suatu
permukaan (batas perlapisan), maka pada setiap partikel pada suatu perlapisan itu
akan menjadi sumber gelombang yang baru dan demikian seterusnya. Mekanisme
perambatan gelombang ini dikenal dengan prinsip Huygen.

Gambar 2.6. Ilustrasi Prinsip Huygen

3. Snellius
Dalam eksplorasi seismik, analisis gelombang akustik didasarkan pada
suatu medium bumi dengan lapisan-lapisan batuan yang berbeda densitas dan
kecepatan gelombangnya. Sehingga dalam perambatan gelombang juga akan
berlaku hukum Snellius yang mengatakan bahwa jika gelombang merambat dari

6
suatu medium ke medium yang lain yang berbeda sifat fisiknya, maka pada
bidang batas akan terjadi peristiwa pemantulan dan pembiasan. Hukum Snellius
menjelaskan persamaan antara hubungan antara sinus sudut bias terhadap
kecepatan gelombang dalam medium yang dituliskan dalam persamaan
𝑝 = 𝑣1 𝑠𝑖𝑛𝜃1 = 𝑣2 𝑠𝑖𝑛𝜃2 (2.1)
Di mana i adalah sudut datang dan r adalah sudut bias. Jika ada tiga
lapisan di bawah permukaan, Hukum Senllis lebih praktis jika dituliskan dengan
persamaan,
𝑝 = 𝑣1 𝑠𝑖𝑛𝜃1 = 𝑣2 𝑠𝑖𝑛𝜃2 = 𝑣3 𝑠𝑖𝑛𝜃3 (2.2)
Di mana p adalah konstanta tetap untuk jejak sinar yang merambat
dari lapisan satu ke lapisan selanjutnya sejauh bidang batas lapisan sejajar dan
stiap lapisan bersifat homogen dan isotropik.

Gambar 2.7. Hukum Snellius a) Dua lapisan b) Banyak Lapisan

2.3. Asumsi-Asumsi Dasar


Dalam memahami perambatan gelombang seismik di dalam medium,
dilakukan beberapa asumsi dengan maksud agar penjabaran matematisnya lebih
mudah, dan pengertian fisisnya lebih sederhana namun hasilnya masih mendekati
dengan kondisi riilnya. Asumsi-asumsi tersebut adalah :
a. Medium bumi dianggap berlapis-lapis dan tiap lapisan menjalarkan
gelombang seismik dengan kecepatan yang berbeda-beda.
b. Makin bertambah kedalamannya, batuan akan semakin kompak.
c. Panjang gelombang seismik lebih kecil dari ketebalan lapisan bumi.
Hal ini memungkinkan setiap lapisan yang memenuhi syarat tersebut
akan dapat terdeteksi.

7
d. Pada bidang batas antar lapisan, gelombang seismik merambat dengan
kecepatan pada lapisan dibawahnya.
e. Kecepatan gelombang bertambah dengan bertambahnya kedalaman.

2.4. Metode Delay-Time


Metode Delay Time digunakan pada bidang batas lapisan dangkal dengan
kontras kecepatan yang besar (untuk mencari ketebalan lapisan lapuk). Disebut
waktu tunda karena terdapat perbedaan waktu yang diperlukan untuk perambatan
pulsa gelombang ke arah atas (up-ward) atau ke arah bawah (down-ward) yang
melalui lapisan atas terhadap waktu yang digunakan untuk merambat di permukaan
lapisan kedua (pembias) sepanjang proyeksi lintasan normal tersebut pada bidang
batas.
Delay Time (waktu tunda) ialah waktu penjalaran gelombang dari AB pada
V1 ke BC pada V2 (waktu tunda pada source) atau dari DE pada V1 ke DF pada
V2 (waktu tunda pada geophone).

Gambar 2.8. Ilustrasi Metode Delay Time pada Single Shoot

Dari gambar di atas, maka didapat persamaan Delay Time;


𝐴𝐵 𝐵𝐶 𝐷𝐸 𝐷𝐹
∆𝑇𝑠 = − atau ∆𝑇𝑔 = − (2.3)
𝑉1 𝑉2 𝑉1 𝑉2

Persamaan di atas dapat disederhanakan menjadi,


ℎ 𝑔ℎ
∆𝑇𝑠 = 𝑉 𝑉𝑠 √𝑉22 − 𝑉12 atau ∆𝑇𝑔 = 𝑉 𝑉 √𝑉22 − 𝑉12 (2.4)
1 2 1 2

Sehingga dapat dicari kedalaman di bawah source (hs ) dan geophone (h𝑔 ), yaitu:
∆𝑇𝑠 𝑉1 𝑉2 ∆𝑇𝑔 𝑉1 𝑉2
ℎ𝑠 = atau ℎ𝑔 = (2.5)
√𝑉22 −𝑉12 √𝑉22 −𝑉12

Sedangkan waktu total penjalaran gelombang dari source ke geophone yaitu :

8
𝐴𝐵 𝐵𝐷 𝐷𝐸 𝑋
𝑇𝑡 = + + atau 𝑇𝑡 = ∆𝑇𝑠 + ∆𝑇𝑔 + 𝑉 (2.6)
𝑉1 𝑉2 𝑉1 2

Untuk aplikasi pengukuran dengan tembakan bolak-balik, sebagai berikut;

Gambar 2.9. Ilustrasi Penjalaran Gelombang Metode Delay Time pada Double Shot

Persamaan Delay Time di geophone dapat dicari dengan;


1
∆𝑇𝑔 = 2 (𝑇𝐴𝐺 + 𝑇𝐵𝐺 − 𝑇𝑡 ) (2.7)

Sedangkan,
𝑥 𝐿−𝑋
𝑇𝐴𝐺 = 𝑉 + ∆𝑇𝑔 + ∆𝑇𝑠1 dan 𝑇𝐵𝐺 = + ∆𝑇𝑔 + ∆𝑇𝑠2 (2.8)
2 𝑉2

Persamaan kedalaman di bawah source (hs ) dan geophone (h𝑔 ) sama dengan
metode Delay Time pada single shoot.

2.5 Metode Hagiwara


Metode Hagiwara adalah pengembangan dari metode delay time untuk struktur
dua lapis. Metode ini mampu menggambarkan kedalaman lapisan pertama di bawah
sumber dan di bawah geophone.
Asumsi yang digunakan :
 Undulasi bawah permukaan tidak terlalu besar atau sudut kemiringan
mendekati nol (< 20˚).

Gambar 2.10. Lintasan gelombang refraksi untuk struktur dua lapis

9
Dari gambar 1, A dan B adalah source dan P adalah geophone. Lintasan
gelombang refraksi dari :
• A ke P = A-A’’-P’’-P
• B ke P = B-B’’-P’’’-P
Sedangkan waktu penjalaran gelombang dari :
• A ke P dinotasikan dengan TAP
• B ke P dinotasikan dengan TBP
• A ke B dinotasikan dengan TAB
TAP, TBP, dan TAB dapat dirumuskan dengan :

𝐴𝐴" 𝑃"𝑃 𝐴"𝑃" hA . cos(𝑖) ℎ𝑝 . cos(𝑖) 𝐴′𝑃"


𝑇 AP = + + = + + (2.9)
𝑉1 𝑉1 𝑉2 𝑉1 𝑉1 𝑉2
𝐵𝐵” 𝑃”𝑃 𝐵”𝑃” hA . cos(𝑖) ℎ𝑝 . cos(𝑖) 𝐵′𝑃”
𝑇 BP = + + = + + (2.10)
𝑉1 𝑉1 𝑉2 𝑉1 𝑉1 𝑉2
𝐴𝐵" 𝐵𝐵" 𝐴"𝐵" hA . cos(𝑖) ℎ𝐵 . cos(𝑖) 𝐴′𝐵"
𝑇 AB = + + = + + (2.11)
𝑉1 𝑉1 𝑉2 𝑉1 𝑉1 𝑉2
Dari ketiga persamaan di atas, dapat diperoleh hubungan :
2ℎ𝑝 . cos(𝑖)
𝑇AP + TBP= + TAB (2.12)
𝑉1
Nilai V1 diperoleh dari TAP dan TBP, sedangkan V2 diperoleh dari waktu koreksi
TAP dan TBP yaitu T’AP dan T’BP, yang dirumuskan dengan :

𝑇𝐴𝐷+𝑇𝐵𝑃+𝑇𝐴𝐵 𝑇𝐴𝑃+𝑇𝐵𝑃−𝑇𝐴𝐵
𝑇AP = TAP= dan 𝑇′BP + TBP= − (2.13)
2 2

Kedalaman (h) di bawah geophone dapat dicari dengan :


𝑉1
hP = (TAP + TBP + TAB) (2.14)
2 cos(𝑖)

Kedalaman (h) di bawah source dapat dicari dengan :


𝑡𝑖𝐴 . 𝑉1 𝑡𝑖𝐵 . 𝑉1
hA = dan hA = (2.15)
2 cos(𝑖) 2 cos(𝑖)

10
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Diagram Alir Pengolahan Data

Gambar 3.1. Diagram Alir Pengolahan Data

11
3.2 Pembahasan Diagram Alir Pengolahan Data
Dalam penilitian kali ini, untuk mengetahui kedalaman, cepat rambat
gelombang dan jenis litologi pada lapisan menggunakan data sintetik dengan
Metode Hagiwara dilakukan beberapa tahapan sebagai berikut :
1. Pertama data sintetik diolah menggunakan aplikasi Microsoft Office Excel.
Kemudian data yang sudah diolah digunakan untuk menghasilkan grafik T-
X untuk dapat menentukan titik refraktornya. Agar dapat membedakan
bagian yang merupakan gelombang langsung dan gelombang bias.
2. Kemudian setelah mengetahui titik refraktor dengan bantuan grafik T-X,
kemudian mengolah data sintetik tersebut pada aplikasi Microsoft Office
Excel dengan menggunakan rumus-rumus pada Metode Hagiwara sehingga
mendapatkan nilai Tg, T’AP, T’BP, H, TAB, V1 dan V2 forward, reverse
dan rerata, Ic dan Cos Ic.
3. Setelah itu membuat Profil Bawah Permukaan Metode Hagiwara. Dalam
menentukan jenis litologi pada lapisan di bawah permukaan daerah
penelitian tersebut digunakan nilai cepat rambat gelombang yang
didapatkan. Untuk membuat Profil Bawah Permukaan dengan
menggunakan data Z (kedalaman) yang didapat setelah mengolah data
sintetik yang didapatkan, nilai offset, dan nilai cepat rambat gelombang.
Untuk membuat profilnya memanfaatkan aplikasi CorelDraw.
4. Selanjutnya membuat Penampang Kecepatan Metode Hagiwara dengan
data semua kelompok dan memanfaatkan perangkat lunak Surfer.
5. Kemudian membuat Peta Kecepatan V1 dan V2 dengan menggunakan data
nilai V1 dan V2 data nya digunakan adalah data x,y dan z, dimana X
merupakan nilai offset, Y merupakan nilai kecepatan dan nilai Z merupakan
kedalaman serta dapat mengetahui interval offset semua kelompok dan data
nilai kedalaman menggunakan perangkat lunak Surfer. Setelah semua
output didapatkan dan dilakukan pembahasan serta tahapan interpretasi
untuk mengetahui kondisi bawah permukaan dan dapat ditarik kesimpulan.

12
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Tabel Pengolahan Data Metode Hagiwara

Tabel 4.1. Tabel Pengolahan Data Metode Hagiwara


Time(ms)
Offset (m) C-TAB D/2 TAP TBP H
Forward (ms) Reverse (ms) A+B (ms)
0 0 82.5 82.5 2.75 1.375 -2.73282
5 8.9 79.6 88.5 8.75 4.375 4.525 75.225 -2.70461
10 17.5 76 93.5 13.75 6.875 10.625 69.125 -4.25011
15 20.1 72 92.1 12.35 6.175 13.925 65.825 -3.81737
20 23.4 68.3 91.7 11.95 5.975 17.425 62.325 -3.69373
25 26.5 64.3 90.8 11.05 5.525 20.975 58.775 -3.41554
30 30 61 91 11.25 5.625 24.375 55.375 -3.47736
35 33.6 57.9 91.5 11.75 5.875 27.725 52.025 -3.63191
40 37.1 54.1 91.2 11.45 5.725 31.375 48.375 -3.53918
45 40.4 52.1 92.5 12.75 6.375 34.025 45.725 -3.94101
50 43.2 48.9 92.1 12.35 6.175 37.025 42.725 -3.81737
55 47 46.3 93.3 13.55 6.775 40.225 39.525 -4.18829
60 50.2 42 92.2 12.45 6.225 43.975 35.775 -3.84828
65 52.5 38 90.5 10.75 5.375 47.125 32.625 -3.32281
70 56 35.6 91.6 11.85 5.925 50.075 29.675 -3.66282
75 59.3 32.4 91.7 11.95 5.975 53.325 26.425 -3.69373
80 62 28 90 10.25 5.125 56.875 22.875 -3.16826
85 64.3 24.3 88.6 8.85 4.425 59.875 19.875 -2.73552
90 68 20.1 88.1 8.35 4.175 63.825 15.925 -2.58097
95 71.4 17.4 88.8 9.05 4.525 66.875 12.875 -2.79734
100 74 9 83 3.25 1.625 72.375 7.375 -2.79734
105 77 0 77 -2.75 -1.375 -3.73144

TAB V1 Forward v1 reverse v1 rerata V2 FORWARD V2 REVERSEV2 RERATAV1/V2 IC COS IC T' AP T'BP
79.75 571.4285714 574.7126437 573.0706076 1596.639 1459.293 1527.966 0.375055 22.02768 0.927003 4.408 6.036

13
4.2. Grafik T-X

Gambar 4.1. Grafik T-X

Grafik T-X di atas, terdiri atas komponen Time (ms) dan Offset (m).
Komponen time ini menunjukkan waktu tiba gelombang yang diterima oleh
geophone. Pada lapisan miring ini terdapat dua jenis time, yaitu forward dan
reverse. Kemudian digabungkannya grafik lapisan miring forward dan grafik
lapisan miring reverse. Pengukuran untuk penelitian ini dilakukan dengan
memberikan usikan dari sumber kepada geophone-geophone secara dua arah. Pada
pengukuran pertama dilakukan secara forward dan yang kedua dilakukan dengan
offset yang sama dengan forward tetapi dengan arah yang berlawanan.Grafik ini
didapat dari nilai offset dan time ,grafik ini terdiri atas sumbu x dan y dimana pada
sumbu x merepresentasikan nilai offset dan pada sumbu y merepresentasikan waktu
tiba gelombang maupun waktu bias gelombang.
Pada grafik ini dapat dilihat nilai gelombang langsung forward, gelombang
bias forward maupun gelombang langsung reverse dan gelombang bias reverse.
Dari grafik diatas berada pada nilai offset 0-120 m dengan nilai time antara 0-90
m/s. Sedangkan gelombang bias forward berada pada nilai offset 10-102 m dengan
nilai time 19,5-78,8 ms. Untuk gelombang langsung reverse berada pada pada offset

14
90-0 m dengan nilai time antara 19,5 -82 ms. Sedangkan pada gelombang refraksi
(bias) berada pada nilai offset 105 -93 m dengan nilai time antara 0-29,6 ms.
Fungsi yang terdapat pada gelombang langsung forward ini adalah y =1,75
x + 0.05. Sedangkan pada gelombang refraksi (bias) ini memiliki nilai fungsi y =
0,6321x + 11.327 Untuk gelombang langsung reverse memiliki fungsi y = -
1.74x+182.8. Sedangkan untuk gelombang refraksi (bias) memiliki nilai fungsi
yaitu y = - 0.6791 x + 82.299. Dengan bantuan grafik T-X ini memudahkan untuk
memilih-milih mana saja yang termasuk gelombang langsung dan mana saja yang
termasuk gelombang refraksi (bias) dalam forward maupun reverse.

15
4.3. Perbandingan Peta Kecepatan V1 dan V2 Semua Kelompok

Gambar 4.2. Perbandingan Peta Kecepatan V1 dan V2 Semua Kelompok

Pada Gambar 4.2 merupakan peta perbandingan antara kecepatan V1 dan


kecepatan V2 menggunakan metode Hagiwara semua kelompok. Peta tersebut
dibuat berdasarkan nilai X, Y dan Z dimana nilai X merupakan jarak antar offset
pada koordinat X, Y merupakan koordinat data Offset, dan Z merupakan Kecepatan
v1 pada koordinat Z lapisan 1 dan dan Kecepatan v2 pada koordinat Z lapisan 2.
Pada peta semua kelompok ini terdiri atas 7 lintasan. Dimana lintasan 1 dimulai
dari kiri sampai ke lintasan 7 kekanan, lintasan ditandai dengan tanda plus(+),
lintasan kelompok 7 terdapat pada bagian timur dapat dilihat pada peta yang
ditandai dengan kotak.Peta diatas menggambarkan nilai kecepatan yang sesuai
dengan skala warnanya.

16
Pada Kecepatan V1 dengan skala warna ungu sampai biru memiliki kecepatan
yang rendah antara 450-600 m/s pada, dan warna hijau sampai kuning menandakan
disana terdapat kecepatan yang sedang antara 650-850 m/s, sedangkan warna jingga
sampai merah menandakan disana terdapat kecepatan yang tinggi antara 900-
1100m/s. Sedangkan pada peta kecepatan V2 skala warna ungu sampai biru
memiliki kecepatan yang rendah antara 1320-1440 m/s pada, dan warna hijau
sampai kuning menandakan disana terdapat kecepatan yang sedang antara 1480-
1640m/s, sedangkan warna jingga sampai merah menandakan disana terdapat
kecepatan yang tinggi antara 1690-1840 m/s.
Pada peta kecepatan V1 didominasi oleh warna biru yang menandakan
kecepatan yang rendah dengan kecepatan pada lapisan pertama sebesar
470.5007003 m/s yang merupakan lapisan dengan kecepatan terendah dan lapisan
keempat sebesar 1071.428571 m/s yang merupakan lapisan dengan kecepatan
tertinggi. Sedangkan pada peta kecepatan V2 warna yang mendominasi adalah
warna merah yang menunjukkan kecepatannya tinggi, dengan lapisan pertama
merupakan kecepatan terendahnya sebesar 1302.957246 m/s , kecepatan tertinggi
pada lapisan kedua yaitu sebesar 1855.992844 m/s . Sesuai dengan asumsi dasar
seismik bahwa semakin besar kedalaman yang ada, maka semakin besar juga
kecepatan gelombang yang merambat pada medium tersebut. Pada lintasan
kelompok 7 ini tersusun atas lapisan pertama merupakan soil dan pada lapisan
kedua adalah lempung.

17
4.4. Peta Kedalaman Semua Kelompok

Gambar 4.3. Peta Kedalaman Semua Kelompok

Pada Gambar 4.3 diatas merupakan peta kedalaman yang diperoleh dengan
bantuan software Surfer dengan penerapan metode Hagiwara, berdasarkan data X,
Y dan Z , sebanyak 7 lintasan. Dimana X merupakan koordinat jarak antar
lintasan ,Y merupakan koordinat Offset dan Z merupakan nilai kedalaman yang
digabungkan dari semua lintasan kelompok. Untuk mendapatkan kedalaman pada
metode Hagiwara komponen nilai yang dicari TAP, TBP yaitu nilai penjalaran
gelombang dari source ke geophone. Lintasan 1 dimulai dari sebelah kiri (Barat)
dan lintasan terakhir berapada pada sebelah kanan (Timur). Lintasan atau titik
pengukuran ditandai dengan tanda plus pada peta dengan panjang lintasan tiap
lintasan sama yaitu 105 m.

18
Dalam perbandingan peta kedalaman ini terdapat skala warna yang
menunjukkan kedalaman dalam sebuah peta ini. Warna ungu sampai biru memiliki
kedalaman yang dalam antara -8,5 - (-6,5) m pada peta. Warna hijau sampai kuning
menandakan di daerah tersebut memiliki kedalaman yang sedang dengan nilai -6–
(-3) m. Sedangkan pada warna jingga sampai merah menandakan kedalaman yang
dangkal dengan nilai -2,5 – 0,5 m. Terlihat pada lintasan kelompok 7 didominasi
oleh jingga sampai merah yang menandakan di daerah tersebut memiliki kedalaman
yang kecil dan kecepatan yang kecil juga. Terlihat pada lintasan kelompok 7 yang
ditandai dengan kotak yang didominasi oleh warna jingga sampai merah yang
menandakan di daerah tersebut memiliki kedalaman yang relatif dalam jika
disesuaikan dengan kategori kecepatan yang ada. Lintasan 7 nilai memiliki
kedalaman 6,5 sampai 8,5 meter dibawah permukaan.
Pada peta ini dapat dilihat bahwa warna yang mendominasi adalah warna jingga
sampai merah yang menandakan daerah penelitian memiliki kedalaman yang
cenderung dangkal dan juga terdapat undulasi yang disebabkan pengaruh gaya
dariluar dengan melihat adanya perbedaan warna yaitu hijau dan ungu dengan
kedalaman yang tinggi. Berdasarkan asumsi seismik yaitu semakin dalam lapisan,
maka batuan yang terkandung akan semakin kompak. Hal ini menyebabkan
kecepatan gelombang akan semakin bertambah.

19
4.5. Profil Bawah Permukaan

Gambar 4.4. Profil Bawah Permukaan

Pada Gambar 4.4 diatas merupakan gambar mengenai profil bawah permukaan
kelompok 7 yang menggunakan metode Hagiwara dengan komponn X dan Y
dimana X merupakan offset dan Y merupakan kedalaman(m). Profil ini
merepresentasikan lapisan apa saja yang terdapat pada daerah penelitian dengan
perbedaan kedalaman tiap offsetnya yang dapat melihat undulasinya, inilah
kelebihan dari metode Hagiwara yang mampu melihat bentuk kedalaman dari setiap
source dan geophone yang digunakan pada saat pengukuran. Tanda seperti bom
merah disana sebagai sumber dari gelombang. Segitiga berarah kebawah tersebut
menandakan geophone atau receiver dari gelombang yang menjalar.
Profil bawah permukaan ini memiliki kedalaman sebesar 0 hingga -4,5 meter di
bawah permukaan. Profil ini dibuat menggunakan metode Hagiwara dengan v1
pada lapisan pertama sebesar 573,07 m/s, yang merupakan lapisan soil . Soil
merupakan hasil pelapukan. Selanjutnya v2 pada lapisan kedua seismik merambat
dengan kecepatan 1527,97 m/s yang merupakan lapisan batulempung, hal ini
berdasrkan tabel batuan menurut Jakosky (1986).Berdasarkan jenis litologi yang
ada pada profil bawah permukaan tersebut dapat diketahui bahwa lingkungan
pengendapannya merupakan sungai. Endapan pada saluran utama terdiri dari

20
reruntuhan dinding sungai yang roboh akibat pengikisan oleh aliran arus (Walker
dan Cant, 1979 dalam Walker, 1992).
Berdasarkan profil yang telah dibuat diatas sesuai dengan asumsi dasar seismik
dimana semakin dalam maka gelombang akan semakin cepat dan semakin dalam
batuannya semakin kompak. Dapat diketahui dari kedalaman suatu lapisan maka
akan semakin besar kecepatan gelombangnya.

21
4.6. Penampang Kecepatam Metode Hagiwara

Gambar 4.5. Penampang Kecepatam Metode Hagiwara

Pada Gambar 4.5 diatas merupakan penampang kecepatan seismik refraksi


dengan menggunakan metode Hagiwara yang dibuat berdasarkan data Offset pada
sumbu X, kecepatan pada sumbu Z, dan kedalaman pada sumbu Y. Penampang
kecepatan hagiwara memiliki kedalaman 0 hingga 4,5 meter dibawah permukaan
dan kecepatan dengan rentang 0 sampai 1600 m/s. Penampang kecepatan
menggunakan metode Hagiwara ini dapat mengetahui kedalaman di bawah source
yang digambarkan melalui persegi panjang. Yang dapat diketahui dari penampang
ini yaitu nilai kedalaman dan nilai kecepatan yang digambarkan melalui skala
warna pada tiap lapisan. Pada penampang tersebut juga terdapat batas antar lapisan
sehingga lebih mudah untuk diinterpretasikan. Pada peta ini nilai kedalaman
mencapai -6 m dibawah permukaan .
Pada penampang kecepatan kelompok 7 ini range warna terbagi atas tiga
bagian yaitu dari yang kecepatannya rendah, kecepatan sedang dan kecepatan
tinggi. Skala warna ungu sampai biru memiliki kecepatan yang rendah antara 0 –
400 m/s, dan warna hijau sampai kuning menandakan disana terdapat kecepatan
yang sedang antara 500-1000 m/s, sedangkan warna jingga sampai merah
menandakan disana terdapat kecepatan yang tinggi antara 1100 – 1600 m/s pada

22
kedalaman -6 m dibawah permukaan. Tanda garis hitam yang terdapat pada
penampang menandakan sebagai bidang batas antar lapisan pertama dengan kedua.
Bidang batas antar lapisan tersebut diperoleh dengan melakukan pengolahan di
dalam softwere surfer dengan memilih menu post map. Pada penampang kecepatan
ini, semakin mendekati permukaan, maka indeks warnanya semakin ungu, yang
merupakan indeks warna dengan nilai kecepatan yang rendah. Sedangkan semakin
dalam, indeks warna yang terdapat pada penampang tersebut adalah warna merah.
Dimana warna ini merepresentasikan daerah dengan nilai kecepatan yang tinggi.
Hal ini membenarkan asumsi seismik, yaitu semakin kebawah permukaan atau
semakin dalam lapisan tersebut, maka batuannya akan semakin kompak dan
memiliki kecepatan rambat gelombang yang semakin cepat pula.

23
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Pada penggunaan metode Hagiwara didapatkan beberapa kesimpulan setelah
melakukan pembuatan beberapa grafik dan peta. Adapun beberapa kesimpulan
sebagai berikut :
 Profil bawah permukaan yang diolah menggunakan metode Hagiwara
memiliki kedalaman sebesar 0 hingga 4,5 meter di bawah permukaan. Dengan
kecepatan lapisan pertama sebesar 573,07 m/s yang merupakan lapisan lapuk
(soil). Sedangkan kecepatan pada lapisan kedua sebesar 1527,97 m/s dengan
litologi clay (batulempung) yang dilambang dengan warna hijau menurut
Jakosky (1986).
 Untuk mendapatkan kedalaman pada metode Hagiwara komponen nilai yang
dicari T’AP, T’BP yaitu nilai penjalaran gelombang dari source ke geophone
dengan parameter grafik T-X.
 Pada penggunaan metode hagiwara ini dapat menggambarkan kedalaman
lapisan pertama di bawah source dan di bawah geophone, sedangkan pada
metode ITM dan CDM, ABC dan plus minus kedalaman pada source tidak
dapat diukur dan lapisan dianggap datar atau tidak adanya undulasi.
 Sesuai asumsi seismik Semakin besar kedalaman suatu lapisan maka akan
semakin besar nilai kecepatan yang diperoleh hal ini dikarenakan semakin
dalam suatu lapisan maka batuannya akan semakin kompak.

5.2. Saran
Disarankan dalam melakukan pengolahan data lakukan sesuai dengan
pengolahan yang sebenarnya dan jangan sampai salah menggunakan rumus, serta
dalam menginterpretasikan daerah penelitian atau pada profil bawah permukaan
gunakan referensi yang jelas dan selain itu untuk mengetahui jenis litologi atau jenis
tanah pada lapisan ini sehingga memudahkan dalam penentuan jenis tanah yang
baik, dibawah permukaan dapat menggunakan data-data pendukung lainnya.

24
25

Anda mungkin juga menyukai