MODUL DEMAM
SISTEM KEDOKTERAN TROPIS
Disusun Oleh:
KELOMPOK 12
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2018
SKENARIO 2
KALIMAT KUNCI
• Laki-laki, 36 tahun
PERTANYAAN
PATOGENESIS DEMAM
Sitokin adalah protein kecil yang mengatur proses imun, inflamasi, dan
hematopoietik. Beberapa sitokin juga menyebabkan demam; sebelumnya
disebut sebagai pirogen endogen, mereka sekarang disebut sitokin pirogenik.
Sitokin pirogenik termasuk IL-1, IL-6, tumor necrosis factor (TNF), dan
faktor neurotropik silia, anggota keluarga IL-6. Interferon (IFN), khususnya
IFN-α, juga merupakan sitokin pirogenik; demam adalah efek samping yang
menonjol dari IFN-α yang digunakan dalam pengobatan hepatitis. Setiap
sitokin pirogenik dikodekan oleh gen yang terpisah, dan masing-masing telah
terbukti menyebabkan demam pada hewan laboratorium dan pada manusia.
Ketika disuntikkan ke manusia dengan dosis rendah (10-100 ng / kg), IL-1
dan TNF menghasilkan demam; Sebaliknya, untuk IL-6, dosis 1–10 µg / kg
diperlukan untuk produksi demam.
Spektrum luas dari produk bakteri dan jamur menginduksi sintesis dan
pelepasan sitokin pirogenik. Namun, demam bisa menjadi manifestasi
penyakit tanpa adanya infeksi mikroba. Misalnya, proses inflamasi, trauma,
nekrosis jaringan, dan kompleks antigen-antibodi menginduksi produksi IL-1,
TNF, dan / atau IL-6; secara individu atau dalam kombinasi, sitokin-sitokin
ini memicuhipotalamus untuk menaikkan titik set ke tingkat demam.
Sel myeloid dan endotel adalah tipe sel utama yang menghasilkan
sitokin pirogenik. Pyrogenic cytokines seperti IL-1, IL-6, dan TNF dilepaskan
dari sel-sel ini dan memasuki sirkulasi sistemik. Meskipun sitokin yang
bersirkulasi ini menyebabkan demam dengan menginduksi sintesis PGE2,
mereka juga menginduksi PGE2 di jaringan perifer. Peningkatan PGE2 di
pinggiran account untuk mialgia spesifik dan arthralgia yang sering menyertai
demam. Diperkirakan bahwa beberapa PGE2 sistemik lolos dari kerusakan
oleh paru-paru dan memperoleh akses ke hipotalamus melalui karotid
internal. Namun, itu adalah peningkatanPGE2 di otak yang memulai proses
menaikkan set hipotalamus titik untuk suhu inti.
Sirkulasi
Jawaban :
Jawaban :
Jawaban :
MUAL
Sensasi mual sering merupakan prodrom muntah.Mual adalah pengakuan
sadar dari eksitasi bawah sadardi daerah medula terkait erat dengan
ataubagian dari pusat muntah. Ini bisa disebabkan oleh (1) iritasiimpuls yang
berasal dari saluran pencernaan, (2)impuls yang berasal dari otak bawah yang
terkait denganmotion sickness, atau (3) impuls dari korteks serebraluntuk
memulai muntah. Muntah kadang-kadang terjadi tanpasensasi prodromal
mual, yang menunjukkan ituhanya bagian-bagian tertentu dari pusat muntah
yang terkaitdengan sensasi mual.7
MUNTAH
Bersemangat. Distensi atau iritasi berlebihanduodenum memberikan stimulus
yang sangat kuat untukmuntah.Sinyal sensorik yang memulai mual
muntahterutama dari pharynx, esophagus, lambung, dan bagian atas dari usus
kecil.7
MEKANISME BATUK
DISPNEU
Eferen Motorik
Aferen Sensorik
Rasa Cemas
Batuk umumnya timbul pada malam hari terutama saat tidur, karena
penderita sering terbangun dini oleh karena batuk ini. Dahak yang purulen
dengan batuk menetap umumnya disebabkan penyakit supuratif pada paru.10
7. Langkah – langkah diagnosis !
Jawaban :
A. Anamnesis
Tehnik anamnesis yang baik disertai dengan empati merupakan seni
tersendiri dalam rangkaian pemeriksaan pasien secara keseluruhan dalam
usaha untuk membuka saluran komunikasi antara dokter dan pasien.
Perpaduan keahlian mewawancaraidan pengetahuan mendalam tentang
gejala (symptom) dan tanda (sign)dari suatu penyakit akan memberikan
hasil yang memuaskan dalam menentukan diagnosis banding sehingga
dapat membantu menentukan langkah pemeriksaan selanjutnya, termasuk
pemeriksaan fisis dan pemeriksaan penunjang. Anamnesis yang baik
terdiri dari identitas, keluhanutama, riwayat penyakit sekarang, riwayat
penyakit dahulu, riwayat obstetri dan ginekologi (khusus wanita), riwayat
penyakit dalam keluarga, anamnesis berdasarkan sistem organ dan
anamnesis pribadi (meliputi keadaan sosial ekonomi, budaya, kebiasaan,
obat-obatan, dan lingkungan).
1. Identitas
Identitas meliputi nama lengkap pasien, umur atau tanggal
lahir,jenis kelamin, nama orang tua atau suami atau isteri atau
penanggung jawab, alamat, pendidikan, pekerjaan, suku bangsa
dan agama. Identitas perlu ditanyakan untuk memastikan bahwa
pasien yang dihadapi adalah memang benar pasien yang dimaksud.
Selain itu identitas ini juga perlu untuk data penelitian, asuransi
dan iain sebagainya.
2. Keluhan Utama
Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan pasien sehingga
membawa pasien pergi ke dokter atau mencari pertolongan. Dalam
menuliskan keluhan utama, harus disertai dengan indikator waktu,
berapa lama pasien mengalami hal tersebut. Contoh: Buang air
besar encer seperti cucian beras sejak 5 jam yang lalu. Bila pasien
mengatakan "Saya sakit jantung" atau "Saya sakit maag", maka ini
bukan keluhan utama. Seringkali keluhan utama bukan merupakan
kalimat yang pertama kali diucapkan oleh pasien, sehingga dokter
harus pandai menentukan mana keluhan utama pasien dari sekian
banyak cerita yang diungkapkan. Hal lain yang juga harus
diperhatikan adalah pasien seringkali mengeluhkan hal-hal yang
sebenamya bukan masalah pokok atau keluhan utama pasien
tersebut, misalnya mengeluh lemas dan tidak nafsu makan sejak
beberapa hariyang lalu, tetapi sesungguhnya ia menderita demam
yang tidak diceritakan segera pada waktu ditanyakan oleh dokter.
7. Riwayat Pribadi
Riwayat pribadi meliputi data-data sosial, ekonomi, pendidikan dan
kebiasaan.
Kesadaran
1. TANDA-TANDA VITAL
a) Suhu
Suhu tubuh yang normal adalah 36"-37°C. Pada pagi hari suhu
rnendekati 36"C, sedangkan pada sore hari rnendekati 37°C.
Pengukuran suhu di rektum lebih tinggi 0,5"-1°C dibandingkan
suhu rnulut dan suhu rnulut 0,5"C lebih tinggi dibandingkan
suhu aksila. Pada keadaan dernarn, suhu akan rneningkat,
sehingga suhu dapat dianggap sebagai terrnostat keadaan
pasien. Suhu rnerupakan indikator penyakit, oleh sebab itu
pengobatan dernarn tidak cukup hanya rnernberikan
antipiretika, tetapi harus dicari apa etiologinya dan bagairnana
rnenghilangkan etiologi tersebut.
Selain diproduksi, suhu juga dikeluarkan dari tubuh,
tergantung pada suhu disekitarnya. Bila suhu sekitar rendah,
rnaka suhu akan dikeluarkan dari tubuh rnelalui radiasi atau
konveksi; sedangkan bila suhu sekitar tinggi, maka suhu akan
dikeluarkan dari tubuh melalui evaporasi (berkeringat). Tubuh
dapat mengatur pengeluaran suhu dari tubuh melalui
peningkatan aliran darah ke permukaan tubuh (kulit) sehingga
suhu dapat diangkut ke perifer oleh darah dan dikeluarkan.
Cara lain adalah dengan evaporasi (berkeringat yang diatur
oleh saraf sirnpatik dan sistern vagus).
b) Tekanan Darah
Tekanan darah diukur dengan menggunakan tensimeter
(sfigmomanometer), yaitu dengan cara melingkarkan manset
pada lengan kanan 1% cm di atas fossa kubiti anterior,
kemudian tekanan tensimeter dinaikkan sambil meraba denyut
A. Radialis sampai kira-kira 20 mmHg di atas tekanan sistolik,
kemudian tekanan diturunkan perlahan-lahan sambil
meletakkan stetoskop pada fossa kubiti anterior di atas A.
Brakialis atau sambil melakukan palpasi pada A. Brakialis atau
A. Radialis. Dengan cara palpasi, hanya akan didapatkan
tekanan sistolik saja. Dengan menggunakan stetoskop, akan
terdengar denyut nadi Korotkov, yaitu:
Korotkov I,suara denyut mulai terdengar, tapi masih lemah dan
akan mengeras setelah tekanan diturunkan 10-15 mmHg; fase
ini sesuai dengan tekanan sistolik,
Korotkov II, suara terdengar seperti bising jantung (murmur)
selama 15-20 mmHg berikutnya
Korotkov III, suara menjadi kecil kualitasnya dan menjadi
lebihjelas dan lebih keras selama 5-7 mmHg berikutnya,
Korotkov IV, suara akan meredup sampai kemudian
menghilang setelah 5-6 mmHg berikutnya,
Korotkov V, titik di mana suara menghilang; fase ini sesuai
dengan tekanan diastolik.
c) Nadi
Pemeriksaan nadi biasanya dilakukan dengan melakukan
palpasi A. Radialis. Bila dianggap perlu, dapat juga dilakukan
di tempat lain, misalnyaA. Brakialisdi fosa kubiti, A.Femoralis
di fosa inguinalis, A.Poplitea di fosa poplitea atau A. Dorsalis
pedis di dorsum pedis. Pada pemeriksaan nadi, perlu
diperhatikan frekuensi denyut nadi, irama nadi, isi nadi,
kualitas nadi dan dinding arteri.
d) Frekuensi Pernapasan
Dalam keadaan normal, frekuensi pernapasan adalah 16-24
kali per menit. Bila frekuensi pernapasan kurang dari 16 kali
per menit, disebut bradipneu, sedangkan bila lebih dari 24 kali
permenit, disebut takipneu. Pernapasan yang dalam disebut
hiperpneu, terdapat pada pasien asidosis atau anoksia;
sedangkan pernapasan yang dangkal disebut hipopneu,
terdapat pada gangguan susunan saraf pusat. Kesulitan
bernapas atau sesak napas disebut dispneu, ditandai oleh
pernapasan cuping hidung, retraksi suprasternal, dapat disertai
sianosis dan takipneu. Pada pasien gagal jantung, akan
didapatkan sesak napas setelah pasien tidur beberapa jam,
biasanya pada malam hari, disebut paroxysmal nocturnal
dyspneu. Pada pasien gagaljantung atau asma bronkiale,
seringkali pasien akan mengalami sesak napas bila berbaring
dan akan lebih nyaman bila dalam posisi tegak (berdiri atau
duduk); keadaan ini disebut ortopneu. Sifat pernapasan pada
perempuan biasanya abdomino-torakal, yaitu pernapasan
torakal lebih dorninan, sedangkan pada laki-laki torako-
abdominal, yaitu pernapasan abdominal lebih dominan. Pada
keadaan asidosis metabolik, akan didapatkan pernapasan yang
dalam dan cepat, keadaan ini disebut pernapasan Kussmaul.
Pada kerusakan otak, dapat ditemukan irama pernapasan Biot
atau pernapasan Cheyne-Stokes. Pernapasan Biot adalah
pernapasan yang tidak teratur irama dan amplitudonya dengan
diselingi periode henti napas (apneu), sedangkan pernapasan
Cheyne-Stokes, adalah irama pernapasan dengan amplitudo
yang mula-mula kecil, kemudian membesar dan mengecil
kembali dengan diselingi periode apneu. Pada pleuritis sika
(Schwarte) akan didapatkan asimetri pernapasan, di mana
dinding toraks kiri dan kanan tidak bergerak secara bersamaan
selarna inspirasi dan ekspirasi.
b) SPUTUM (DAHAK)
Serous :
Mukoid :
=Jernihkeabu-abuan, pada bronkitis kronik.
=Putih kental, pada asrna.
Purulen :
=Kuning, pada pneumonia,
=Kehijauan, pada bronkiektasis, abses paru.
Rusty : Kuning tua/coklat/rnerah-kecoklatan seperti
warna karat, pada Pneumococcal pneumonia dan edema
paru.
1) Jumlah
Produksi sputum purulen yang banyak dan
dipengaruhiposisitubuh khas untuk bronkiektasis. Produksi
sputum purulen dalamjumlah besar yang mendadak pada
suatu episode rnenunjukan adanya ruptur abses paru atau
empiema kedalam bronkus.Sputumencer dan banyakyang
disertai dengan bercak kernerahan pada pasien dengan
sesak napas rnendadak menunjukan adanya edema paru.
Sputum yang encer dan banyak bisajuga didapatkan pada
alveolar cell cancer.
2) Warna.
Warna sputum dapat membantu dalam menentukan
kemungkinan penyebab penyakit. Sputum yang jernih atau
mukoid selain didapatkan pada PPOK (tanpa infeksi) bisa
juga diternukan akibat adanya inhalasi zat iritan. Sputum
kekuningan bisa didapatkan pada infeksi saluran napas
bawah akut (karenaadanya neutrofil aktif), danjuga pada
asma (karena mengandung eosinofil). Sputum kehijauan
yang rnengandung neutrofil yang rnati didapatkan pada
bronkiektasis dan dapat mernbentuk 3 lapisan yang
khasyaitu lapisan atas yang rnukoid, lapisan tengah yang
encer dan lapisan bawah yang purulen Sputum purulen
biasanya berwarna kehijauan karena adanya sel-sel
neutrofil yang lisis serta produk hasil katabolisrnenya
akibat adanya enzirn green-pigmented enzyme
verdoperoxidase. Pada pneumococcal pneumonia
stad~umawal dapat diternukan sputum yang berwarna
coklat kernerahan akibat adanya inflamasi parenkirn paru
yanc rnelalui fase hepatisasirnerah. (Blood-stained sputum)
menunjukan adanya hemoglobin/sel eritrosit. Sputum yang
berbusa dengan bercak darah yang difus dapat terjadi pada
edema paru akut.
3. SESAK NAPAS
EPIDEMIOLOGI
TB ekstrapulmoner juga merupakan salah satu masalah klinis yang
penting. Istilah TB ekstrapulmoner digunakan pada tuberkulosis yang
terjadi di luar paru-paru. Berdasarkan epidemiologi TB ekstrapulmoner
merupakan 15–20% dari semua kasus TB, dimana limfadenitis TB
merupakan bentuk terbanyak (35% dari semua TB ekstrapulmoner).13
dalam rentang usia antara 18–45 tahun.13 Hal ini disebabkan usia dewasa
muda adalah usia produktif dimana usia produktif mempengaruhi risiko
tinggi untuk terkena TB karena kecenderungan untuk berinteraksi dengan
orang banyak diwilayah kerja lebih tinggi dibandingkan dengan bukan
usia produktif sehingga insidensi TB banyak mengenai dewasa muda.12
PATOGENESIS TUBERKULOSIS
GEJALA KLINIK
Lymphadenitis Tuberculosa sebagaimana halnya seperti
Tuberculosa Paru maka gejala umum TBC senantiasa dapat pula
ditemukan, seperti misalnya subfebril, nafsu makan turun, berat badan
turun, lemah badan, keringat malam.Penampakan fisik dari lymfadenitis
TBC superficial diklasifikasikan dalam 5 stadium oleh Jones dan
Campbell yaitu13;
PENATALAKSANAAN
Kategori 1
Kategori 2
Katergori 3
Kategori 4
EPIDEMIOLOGI
Sejak awal abad ke-20, insidens demam tifoid menurun di USA
dan Eropa, hal ini dikarenakan ketersediaan air bersih dan sistem
pembuangan yang baik, dan ini belum dimiliki oleh sebagian besar
negara berkembanG. Insidens demam tifoid yang tergolong tinggi terjadi
di wilayah Asia Tengah, Asia Selatan, Asia Tenggara dan kemungkinan
Afrika Selatan (Insidens >100 kasus per 100.000 per tahun). Insidens
Demam Tifoid yang tergolong sedang (10-10.000 kasus per 100.000
populasi per tahun) berada di wilayah Afrika, Amerik Latin dan Oceania,
serta yang termasuk rendah (>10 kasus per 100.000 populasi per tahun)
di bagian dunia lainnya.17
Di Indonesia, insidens demam tifoid banyak dijumpai pada
populasi yang berua 3-19 tahun serta berkaitan dnegan rumah tangga.
Ditjen Bina Upaya Kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan RI
tahun 2010, melaporkan demam tifoid menempati urutan ke-3 dari 10
pola penyakit terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit di
Indonesia (41.081 kasus).17
PATOGENESIS
GAMBARAN KLINIS
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
1. Uji Widal
Uji Widal dilakukan untuk deteksi antibody terhadap kuman
S.typhi. Pada Uji Widal terjadi suatu aglutinasi antara antigen
kuman S.typhi dengan antibody yang disebut agglutinin. Uji Widal
adalah untuk mennetukan adanya aglutin dalam serum penderita
tersangka dalam tifoid yaitu: a.) Aglutinin O dari tubuh kuman), b.)
Aglutinin H flagella kuman ) dan c.) Aglutinin Vi. Dari ketiga
agglutinin tersebut hanya Aglutinin O dan H yang digunakan untuk
diagnosis demam tifoid.
2. Uji Typhidot
Dapat mendeteksi antibody Ig G dan Ig M yang terdapat pada
protein membrane luar Salmonella Typhi. Hail positif pada uji
typhidot didapatkan 2-3 hari setelah infeksi dan dapat
mengidentifikasi secara spesifik antibody Ig M dan Ig G terhadap
antigen S.typhi seberat 0 kD, yang terdapat pada strip nitroselulosa.
3. Uji Ig M Dipstick
Uji ini secara khusus mendeteksi antibody Ig M spesifik terhadap
S.typhi pada specimen serum atau whole blood. Uji ini
menggunakan strip yang mengandung antigen lipopolisakarida
S.typhi dan anti Ig M, reagen deteksi yang mengandung antibody
anti Ig M yang dilekati dengan lateks pewarna, cairan membasahi
strip sebelum diinkubasi dengan reagen dan serum pasien, tabung
uji. Komponen perlengkapan ini stabil untuk disimpan selama 2
tahun pada suhu 4-25 C di tempat kering tanpa paparan matahir.
4. Kultur Darah
Hasil biakan darah yang positif memastikan demam tifoid, akan
tetapi hasil negative tidak menyingkirkan demam tifoid, karena
mungkin disebabkan oleh beberapa hal seperti berikut ‘: 1.) telah
mendapatkan terapi antibiotic, 2.) Volume darah yang kurang , 3.)
Riwayat Vaksinasi, 4.) Waktu pengambilan darah setelah 2 minggu
pertama, pada saat aglutinasi semakin meningkat.
PENATALAKSANAAN
C. HIV/AIDS
DEFINISI
EPIDEMIOLOGI
Sejak tahun 1985 sampai tahun 1996 kasus AIDS masih amat jarang
ditemukan di Indonesia. Sebagian besar odha pada jumlah kasus baru
HIV/AIDS semakin meningkat dan tajam yang terutama disebabkan
akibat penularan melalui narkotika suntik. Sampai akhir maret 2005
tercatat 6789 kasus HIV/AIDS yang dilaporkan. Dapartemen kesehatan
RI pada tahun 2002 memperkirakan jumlah penduduk Indonesia yang
terinfeksi HIV adalah antara 90.000 sampai 130.000.
PATOGENESIS
Pada model ini, virus ddeteksi pada kelenjar getah bening makaka
dalam lima hari setelah inokulasi. Sel individual di kelenjar getah
bening yang mengekspresikan SIV dapat dideteksi dengan hibiddrasi in
situ dalam 7-14 hari setelah inokulasi. Viremia SIV dideteksi 7-21 hari
setelah infeksi. Puncak sel yang mengekspresikan SIV di jaringan
limfoid kemudian menurun secara cepat dan dihubungkan sementara
dengan ppembentukan respons imunn spesifik
PATOFISIOLOGI
GEJALA HIV
DIAGNOSIS HIV
PENATALAKSANAAN
3. Protease Inhibitor.
9. Aspek farmakologi !
Jawaban:
Pengobatan HIV
Dari segi farmakologi pengobatan HIV belum ada obatnya. Pemberian obat-
obatan ditujukan untuk menghambat replikasi virus dan memperpanjang
hidup penderita. Obat yang diberikan sedikitnya kombinasi dari tiga obat anti
retroviral ( HAART) untuk mencegah terjadinya resistensi. Adapun tiga kelas
obat retroviral yang di gunakan yaitu:
Pengobatan TB