Anda di halaman 1dari 5

BAB II

KERANGKA TEORI

2.1 Definisi Diplomasi

Diplomasi adalah seni dan praktik bernegosiasi oleh seseorang (disebut


diplomat) yang biasanya mewakili sebuah negara atau organisasi. Kata diplomasi
sendiri biasanya langsung terkait dengan diplomasi internasional yang biasanya
mengurus berbagai hal seperti budaya, ekonomi, dan perdagangan. Biasanya, orang
menganggap diplomasi sebagai cara mendapatkan keuntungan dengan kata-kata
yang halus. Perjanjian-perjanjian internasional umumnya dirundingkan oleh para
diplomat terlebih dahulu sebelum disetujui oleh pembesar-pembesar negara. Istilah
diplomacy diperkenalkan ke dalam bahasa Inggris oleh Edward Burke pada tahun
1796 berdasarkan sebuah kata dari bahasa Perancis yaitu diplomatie.

Menurut Kepres Nomor 108 Tahun 2003 Tentang Organisasi Perwakilan


Republik Indonesia di Luar Negeri, perwakilan diplomatik adalah kedutaan besar
Republik Indonesia dan perutusan tetap Republik Indonesia yang melakukan
kegiatan diplomatik di seluruh wilayah negara penerima dan/atau pada organisasi
internasional untuk mewakili dan memperjuangkan kepentingan bangsa, negara dan
pemerintah Republik Indonesia.

Berikut definisi diplomasi menurut para ahli :

 Clausewitz, pakar strategi perang Jerman

Diplomasi adalah alat untuk mencegah perang. Ketika diplomasi gagal


artinya upaya menempuh jalan damai tidak berhasil, maka perang menjadi jalan
terakhir. Perang adalah alat kebijakan luar negeri ketika cara damai dalam
melindungi kepentingan nasionalnya gagal. Jadi, perang adalah akibat dari
suatu diplomasi yang gagal.

3|Page
 Sir Ernest Satow

Melalui bukunya Guide to Diplomatic Practice mencoba menjelaskan


mengenai diplomasi yang berarti penerapan keterampilan dan taktik dalam
pelaksanaan hubungan resmi antar pemerintah negara berdaulat secara damai
(diplomacy is the application of inteligence and tact to conduct of official
relations with vassal states or more briefly still, the conduct if bussiness between
states by peacefull means).

 Harold Nicholson - pengkaji dan praktisi diplomasi abad 20

Diplomasi adalah manajemen hubungan internasional melalui negosiasi


yang dilaksanakan oleh diplomat. Kata diplomasi diambil untuk menunjukkan
lima hal yang berbeda yakni politik luar negeri, negosiasi, mekanisme
pelaksanaan negosiasi, dan suatu cabang dinas luar negeri. Selanjutnya ia
mengatakan bahwa interpretasi kelima merupakan suatu kualitas abstrak
pemberian. Hal ini dapat diartikan secara positif sebagai keahlian dan
pelaksanaan negosiasi internasional, sedangkan dalam artian negatif
berupatindakan taktik yang lebih licik. Meskipun kemudian Nicholson
menerima definisi diplomasi oleh Oxford English Dictionary yang dianggap
cukup luas untuk mencakup aspek-aspek yang berbeda dari diplomasi.

2.2 Awal Mula Munculnya Diplomasi

Nicholshon menyatakan bahwa “Asal mula diplomasi ikut terkubur


dikegelapan zaman yang mendahului fajar sejarah.” Masuk akal bila ada yang
beranggapan bahwa pada saat manusia memulai kehidupan berkelompok,
perhubungan, termasuk negosiasi untuk berbagai tujuan juga merupakan salah satu
bentuk diplomasi. Perhubungan-perhubungan ini yang menjalankan berbagai
tujuan seperti penghentian pemusuhan, pembicaraan penggunaan padang rumput,
pertukaran istri, dan sebagainya, di antara kelompok-kelompok manusia yang
berbeda,bisa diaanggap sebagai bukti adanya diplomasi pada zaman pra-Sejarah.

4|Page
Literatur-literatur kuno yang masih ada menggambarkan malaikat sebagai
pembawa wahyu antara surga dan bumi. Mereka digambarkan sebagai diplomat
pertama. Kitab regweda sering melukiskan Agni sebagai pesuruh dewa. Ia
merupakan mediator antara dewa dan manusia dan ditunjuk sebagai “pembawa dan
penyebar berita” “duta yang lincah bergerak” dan sebagainya yang melaksanakan
tugas-tugas diplomatik. Tidak hanya dijelaskan dalam kitab Regweda, mitologi
Yunani juga menggambarkan bahwa diplomat yang pertama kali adalah pembawa
berita/pesan antara dua atau lebih kelompok manusia atau suku bangsa. Kembalinya
pembawa berita dengan selamat memelihara harapan akan keberhasilan kegiatan
diplomatik. Keselamatan Duta yang sangat dihargai Negara mereka telah dikenal
sejak semula. Inilah sebabnya mengapa sejak zaman dulu, ketika manusia masih
menempu kehidupan liar, duta-duta itu umumnya dianggap sebagai orang suci. Hak
imunitas yang kemudian diberikan membawa diplomasi kepada keadaan sekarang
yang makmur.

2.3 Diplomasi Tradisional dan Diplomasi Modern

Berdasarkan pada rentang masa dan konsep dasar, maka perkembangan


diplomasi saat ini dapat dibagi ke dalam dua macam. Pertama adalah diplomasi
tradisional, dan kedua adalah diplomasi modern.

Adapun pengertian diplomasi tradisional adalah aktivitas kenegaraan yang


di dalamnya mencakup kebijakan luar negeri, yang diperankan secara utama oleh
kerangka formal negara beserta perwakilannya, dan tujuannya seringkali adalah
dalam rangka pembentukan perdamaian dan resolusi konflik. Diplomasi tradisional
ini adalah konsep diplomasi yang dikenal dalam dunia internasional sebelum era
1960-an. Lalu, setelah tahun 1960-an, melalui momentum perang dingin yang
berlangsung antara Amerika Serikat dan Uni Soviet, konsep diplomasi yang dikenal
ini mulai berkembang atau mengalami pergeseran arah.

Perkembangan diplomasi yang terjadi merupakan bentuk penyesuaian pola


hubungan internasional terhadap kepentingan dan situasi global, sehingga

5|Page
memunculkan konsep diplomasi modern. Pada diplomasi modern, substansi yang
dicakup lebih luas dari diplomasi tradisional. Perbedaan mendasar dari diplomasi
tradisional dan diplomasi modern terletak pada segi aktor diplomasi hingga lingkup
tujuan pelaksanaannya. Pada diplomasi modern, aktiviatasnyaa tidak lagi hanya
dipandang sebagai aktivitas yang semata -mata dilakukan oleh negara beserta
perwakilannya formalnya saja.

Diplomasi modern mencakup aktor hubungan internasional yang bisa


merupakan aktor bukan negara, seperti organisasi internasional, perusahaan
multinasional, kelompok kepentingan bahkan termasuk juga individu

Fokus permasalahan yang dibahas juga tidak hanya terkait kepentingan


perdamaian atau penyelesaian konflik kenegaraan saja, melainkan bisa merambah
ke berbagai topik, seperti minyak, cuci uang, sumber daya, kerusakan ozon,
perdagangan, ilmu pengetahuan dan teknologi, pendidikan, kesehatan juga
lingkungan. Perbedaan lain, pada diplomasi tradisional prosedurnya menggunakan
protokoler kompleks, sedangkan pada diplomasi modern, prosedur yang dilakukan
bisa secara lebih fleksibel tanpa protokoler

2.4 Diplomat

Diplomasi dijalakan oleh seorang perwakilan dari sebuah negara yang biasa
disebut dengan diplomat. Diplomat ialah utusan atau perwakilan yang ditunjuk oleh
negara untuk menjalankan suatu diplomasi dengan negara lain yaitu dengan cara
berunding atau negosiasi dan membuat keputusan atau kesepakatan bersama.
Kleiner menyebutkan dalam artikel Emilia (2013) bahwa tugas dari seorang
diplomat ialah menjalankan negosiasi, observasi, dan pembuatan laporan. Fungsi
dari diplomat sendiri ialah untuk mempengaruhi sebuah proses negosiasi,
mengubah sejumlah kondisi dan gejala-gejala, menawarkan pilihan-pilihan,
memperjuangkan dan mengusahakan sesuatu agar menjadi kesepakatan yang
kemudian dituangkan ke dalam bahasa hukum.

6|Page
Seorang diplomat juga harus mengetahui apa yang ditawarkan dan
disepakati oleh pihaknya dalam suatu negosiasi. Seorang diplomat yang membawa
nama suatu negara dapat berpengaruh terhadap jalannya proses diplomasi itu
sendiri dimana ia sadar akan wewenang, status sosial, dan simbol-simbol kekuasaan
dari negaranya tersebut. Seorang diplomat juga sangat mempengaruhi keberhasilan
dan kegagalan politik luar negerinya. Oleh karena itu Harold Nicholson dalam
artikel Emilia (2013) menyebutkan bahwa ada beberapa sifat yang harus dimiliki
oleh seorang diplomat yakni, (1) cerdas, (2) memiliki pengetahuan yang luas, (3)
cerdik, (4) hati-hati, (5) ramah, (6) menarik, (7) rajin, (8) berani, dan (9) bijaksana.
Diplomat juga harus memiliki sense of awareness atau kewaspadaan dan
consciousness atau kesadaran mengenai dua hal yaitu, pertama kepentingan
nasional serta menguasai sejarah perjuangan bangsa dan pergerakan nasional serta
perjuangan kemerdekaan dan lain-lain, kedua ialah kecenderungan besar dunia atau
‘megatrend’ yang muncul dari dinamika dan dialektika dalam hubungan
internasional dan politik internasional. Hak yang dimiliki seorang diplomat pun
sebagaimana HAM atau hak asasi manusia dimana negara tentu menjaminnya
sebagai bentuk tanggung jawab.

Seorang diplomat professional juga harus bisa memanfaatkan setiap


kesempatan untuk memajukan sebuah misi dan kepentingan negaranya. Dimana
misi-misi tersebut mencakup sasaran, target serta ukuran pencapaian atas
kepentingan tertentu seperti perdamaian, pembukaan hubungan baru, kerjasama
dalam aspek ekonomi, budaya, keamanan, pertahanan, pembangunan, dan lain-lain
(Emilia, 2013). Tidak hanya itu, moral juga sangat penting untuk dimiliki pada
setiap diplomat karena tanpa adanya kesadaran moral, pencapaian suatu diplomasi
tentu tidak akan berjalan dengan baik. Dasar hukum dari diplomasi ini ialah
Konferensi Wina 1961-1963.

7|Page

Anda mungkin juga menyukai