Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN


HARGA DIRI

A. Masalah Keperawatan
Gangguan pemenuhan kebutuhan harga diri

B. Pengertian

Konsep diri (self-concept) merupakan bagian dari masalah kebutuhan psikososial


yang tidak didapat sejak lahir, akan tetapi dapat dipelajari sebagai hasil dari
pengalaman seseorang terhadap dirinya. Konsep diri ini berkembang secara bertahap
sesuai dengan tahap perkembangan psikososial seseorang. Konsep diri adalah
representasi fisik seorang individu, pusat inti dari “Aku” di mana semua persepsi dan
pengalaman terorganisasi. Konsep diri adalah kombinasi dinamis yang dibentuk
selama bertahun-tahun dan didasarkan pada hal berikut :

1. Reaksi orang lain terhadap tubuh seseorang


2. Persepsi berkelanjutan tentang reaksi orang lain teerhadap diri
3. Hubungan dengan diri dan orang lain
4. Struktur kepribadian
5. Persepsi terhadap stimulus yang mempunyai dampak pada diri
6. Pengalaman baru atau sebelumnya
7. Perasaan saat ini tentang fisik, emosional, dan social diri
8. Harapan tentang diri

Secara umum, konsep diri adalah semua tanda, keyakinan, dan pendirian yang
merupakan suatu pengetahuan individun tentang dirinya yang dapat memengaruhi
hubungannya dengan orang lain, termasuk karakter, kemampuan, nilai ide dan tujuan.
Konsep diri memberikan rasa kontinuitas, keutuhan, dan konsistensi pada seseorang.
Konsep diri yang sehat mempunyai tingkat kestabilan yang tinggi dan
membangkitkan perasaan negative atau positif yang ditujukan pada diri.

Komponen Konsep Diri

1. Gambaran (Citra) Diri


2. Harga Diri
3. Peran
4. Identitas Diri

Gangguan Harga Diri

Harga diri merupakan satu dari empat komponen konsep diri. Harga diri (self-
estrem) adalah penilaian individu tentang dirinya dengan menganalisis kesesuaian
antara perilaku dan ideal diri yang lain. Harga diri dapat diperoleh melalui
penghargaan dari diri sendiri maupun orang lain. Perkembangan harga diri juga
ditentukan oleh perasaan diterima, dicintai, dihormati oleh orang lain, serta
keberhasilan yang pernah dicapai individu dalam hidupnya. Harga diri berkaitan
dengan evaluasi individual terhadap keefektifan di sekolah atau di tempat bekerja, di
dalam keluarga, dan dalam lingkungan social. Keefektifan diri berkaitan erat dengan
ide harga diri (mis., penilaian diri tentang kompetensi seseorang dalam melakukan
berbagai tugas)(Bandura, 1982).

Harga diri dapat dipahami dengan memikirkan hubungan antara konsep diri
seseorang dan diri ideal. Diri ideal terdiri atas aspirasi, tujuan, nilai dan standar
perilaku yang dianggap ideal dan diupayakan untuk dicapai. Seseorang dengan harga
diri yang tinggi cenderung menunjukkan keberhasilan yang diraihnya sebagai kualitas
dan upaya pribadi. Sedangka, seseorang individu dengan harga diri yang rendah
cenderung mengatakan bahwa keberhasilan yang diraihnya adalah keberuntungan dan
atau atas bantuan orang lain ketimbang kemampuan pribadi (Marsh, 1990).

Gangguan Harga Diri merupakan kondisi ketika individu mengalami atau


berisiko mengalami evaluasi diri negatif tentang diri sendiri atau kemampuannya.
Gangguan Harga Diri merupakan kategori diagnostik umum. Harga Diri Rendah
Kronis dan Harga Diri Rendah Situasional mewakili tipe Gangguan Harga Diri yang
spesifik, sekaligus ,melibatkan intervensi yang lebih spesifik. Awalnya perawat tidak
memiliki dat klinisyang cukup untuk memvalidasi diagnosis yang lebih spesifik
seperti Harga Diri Rendah Kronis dan Harga Diri Rendah Situasional.

C. Gejala dan Tanda


Jelas atau Terselubung :
1. Pengungkapan diri negatif
2. Ekspresi malu atau rasa bersalah
3. Evaluasi diri karena tidak dapat menghadapi peristiwa
4. Menampik rasional atau menolak umpan balik positif dan melebih-lebihkan
umpan balik negative tentang diri sendiri
5. Ketidakmampuan untuk menentukan tujuan
6. Ragu-ragu
7. Kurang/buruknya pemecahan masalah
8. Menunjukkan tanda depresi (tidur, makan)
9. Mencari persetujuan atau jaminan secara berlebihan
10. Penampilan tubuh buruk (postur, kontak mata, gerakan)
11. Perilaku menganiaya diri (mutilasi, upaya bunuh diri, menggigit kuku,
penyalahgunaan zat, menjadi korban)
12. Ragu untuk mencoba hal/ situasi yang baru
13. Menyangkal masalah yang nyata pada orang lain
14. Proyeksi rasa bersalah / tanggung jawab terhadap masalah
15. Merasionalisasikan kegagalan pribadi
16. Hipersensitivitas terhadap kritik ringan
17. Waham kebesaran
D. Pohon Masalah

Faktor Predisposisi Faktor Presipitasi

Perubahan Penampilan
Kegagalan berulang Ideal diri tidak Stressor
kali, ketergantungan realistis
(Perasaan ditolak oleh
pada orang lain Kurang memperhatikan
lingkungan)
perawatan diri

Mengkritik diri Koping individu


Perasaan tidak mampu sendiri tidak efektif Berpakaian tidak rapi

HARGA DIRI
RENDAH

E. Pemeriksaan Diagnostik
1. Tes MMPI
Minnesota Multiphasic Personality Inventory (MMPI) ialah tes kepribadian
yang paling banyak digunakan secara luas dalam penelitian dan penilaian dalam
psikologi yang memakai skala klinis. Skala klinis merupakan skala dengan
penilaian objektif, yaitu bagaimana orang lain menilai individu tersebut. Struktur
MMPI yang terdiri dari 567 pertanyaan yang dijawab benar atau salah
membutuhkan sekitar 60- 90 menit untuk diselesaikan. MMPI penting karena
dapat digunakan untuk membedakan orang yang normal dengan orang yang ada
kemungkinan ketidaknormalan dalam kepribadiannya. MMPI sampai saat ini
masih sangat dipercaya, terutama di Indonesia sebagai alat resmi diagnosa
gangguan jiwa oleh psikiater.
2. Electro Encephalography (EEG)
Electro Encephalography (EEG) merupakan pemeriksaan syaraf otak dengan
merekam gelombang gelombang otak. EEG adalah pemeriksaan penunjang yang
sangat diperlukan di bagian syaraf untuk menentukan adanya kelainan
gelombang gelombang di otak secara fungsional. Pemeriksaan ini dilakukan
untuk mengetahui adanya :

a. Pasien yang mengalami kejang atau yang diduga mengalami kejang.


b. Mengevaluasi efek serebral dari berbagai penyakit sistemik (misalnya
keadaan ensefalopati metabolik karena diabetes, gagal ginjal).
c. Melakukan studi untuk mengetahui gangguan tidur (sleep disorder) atau
narkolepsi.
d. Membantu menegakkan diagnosa koma.
e. Melokalisir perubahan potensial listrik otak yang disebabkan trauma,
tumor, gangguan pembuluh darah (vaskular) dan penyakit degeneratif.
f. Membantu mencari berbagai gangguan serebral yang dapat menyebabkan
nyeri kepala, gangguan perilaku dan kemunduran intelektual.
3. CT (Computed Tomography)
CT scan adalah test diagnostik yang memiliki informasi yang sangat
tinggi.Tujuan utama penggunaan ct scan adalah mendeteksi perdarahan intra
cranial, lesi yang memenuhi rongga otak (space occupying lesions/ SOL),
edema serebral dan adanya perubahan struktur otak.
4. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
MRI adalah sebuah metode pemeriksaan diagnoatik yang mulai
digunakan sejak tahun 1980 gambar yang dihasilkan juga merupakan hasil
rekonstruksi komputer. Namun berbeda dengan CT-Scan, MRI tidak
menggunakan radiasi ion melainkan menggunakan medan magnet dan
radiofrekuensi. MRI merupakan studi pilihan bagi evaluasi pada sebagian
besar lesi pada otak dan spinal. MRI melakukan scan terhadap nukleus
hidrogen yang merupakan atom terbanyak ditubuh manusia.

F. Penatalaksanaan Medis
Pemberian terapi medis pada kasus harga diri rendah juga tidak digolongkan
sendiri dan lebih mengarah kepada pemberian obat golongan antidepresan, karena
fungsi dari obat anti depresan adalah memblok pengambilan kembali
neurotransmitter norepineprin dan serotonin, meningkatkan konsentrasinya pada
sinaps dan mengkoreksi defisit yang diperkirakan menyebabkan alam perasaan
melankolis. Hal ini sesuai dengan masalah neurotransmitter yang dihadapi oleh klien
dengan harga diri rendah yaitu adanya penurunan neurotransmitter seperti serotonin,
norepineprin.
Terdapat banyak jenis antidepresan tetapi pada kasus harga diri rendah kali ini
pemberian obat yang dapat diberikan lebih banyak dalam jenis Tricyclic Anti
Depresan (TCA) : Amitriptiline, Imipramine, desipramine, notriptilin, sesuai dengan
fungsi dari obatnya yaitu untuk meningkatkan reuptake seorotonin dan norepinefrin
sehingga meningkatkan motivasi klien dan sesuai dengan indikasinya yaitu
pengobatan yang diberikan pada klien dengan depresi tetapi juga mengalami
skizofrenia sehingga mempunyai efek pengobatan yang saling meningkatkan.

G. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian yang menyeluruh meliputi pengkajian psikososial klien dan keluarga
atau orang pendukung karena hal ini memberi petunjuk masalah actual atau potensial.
Perawat yang mengkaji konsep diri berfokus pada empat komponen : (a) identitas
personal, (b) citra tubuh, (c) performa peran, dan (d) harga diri.
Sebelum melakukan pengkajian psikososial, perawat harus membina hubungan
saling percaya dan kerja sama dengan klien. Pedoman untuk melakukan pengkajian
psikosial meliputi:
 Ciptakan lingkungan yang tenang dan mendukung privasi.
 Minimalkan gangguan jika mungkin.
 Pertahankan kontak mata.
 Duduk berhadapan dengan klien.
 Tunjukkan penerimaan terhadap klien dengan tidak mengkritik, mengernyitkan
dahi, dan menunjukkan keterkejutan.
 Untuk mendorong klien bicara, ajukan pertanyaan terbuka, bukan pertanyaan
tertutup yang cenderung membatasi keinginan klien untuk berbagi.
 Jangan ajukan pertanyaan yang terlalu personal jika tidak perlu.
 Minimalkan mencatat secara detail selama wawancara karena hal ini dapat
membuat klien khawatir bahwa materi rahasia “dicatat” dan mengganggu
konsentrasi anda untuk berfokus pada apa yang dikatakan klien.
 Tentukan apakah keluarga dapat memberikan informasi tambahan.
 Pertahankan kerahasiaan.
 Waspada akan prasangka dan ketidaknyamanan anda yang dapat mempengaruhi
pengkajian.
 Pertimbangkan bagaimana perilaku klien dipengaruhi oleh budaya.
1. Komponen Pengkajian
1) Identitas Personal
2) Citra Tubuh
3) Performa peran
4) Harga diri
2. Data yang dapat dikaji
1) Identitas Personal
a. Stresor Identitas
a) Perubahan penampilan fisik (mis.,kerut di wajah)
b) Penurunan kemampuan fisik, mental dan sensori
c) Ketidakmampuan mencapai tujuan
d) Masalah dalam hubungan
e) Masalah seksualitas
f) Ideal diri tidak realistis
b. Stresor Citra Tubuh
a) Kehilangan bagian tubuh (mis., amputasi, mastektomi,
histerektomi)
b) Kehilangan fungsi tubuh (mis., akibat stroke, cedera sumsum tulang
belakang, penyakit neuromuscular, artritis, penurunan kemampuan
mental dan sensori)
c) Distigurement (mis., selama kehamilan, luka bakar berat, noda di
wajah, kolostomi, trakeostomi)
d) Ideal diri tidak realistis (mis., konfigurasi muscular yang tidak dapat
dicapai)
c. Stresor Harga Diri
a) Kurang umpan balik positif dari orang terdekat
b) Kegagalan berulang
c) Harapan yang tidak realistis
d) Hubungan yang dipenuhi penganiayaan
e) Kehilangan keamanan finansial
d. Stresor Peran
a) Kehilangan orang tua, pasangan, anak, atau teman dekat
b) Perubahan atau kehilangan pekerjaan atau peran penting lain
c) Perceraian
d) Penyakit
e) Harapan peran yang ambigu atau bertentangan
f) Ketidakmampuan memenuhi harapan peran
2) Citra Tubuh
a. Data Obyektif :
a) Menolak penjelasan perubahan tubuh.
b) Persepsi negative terhadap perubahan tubuh.
c) Mengungkapkan keputusasaan.
d) Mengungkapkan ketakutan
b. Data Subyektif :
Menolak melihat, menyentuh bagian tubuh yang berubah
3) Performa Peran
a. Data Obyektif :
Menarik diri dari lingkungan sosial.
b. Data Subyektif :
Klien mengungkapkan ketidakmampuan dalam melakukan peran yang
seharusnya dilingkungan.
4) Harga Diri
a. Data Obyektif :
a) Merusak diri sendiri.
b) Merusak orang lain.
c) Menarik diri dari hubungan social.
d) Tampak mudah tersinggung
e) Tidak mau makan dan tidak tidur
b. Data Subyektif :
a) Mengungkapkan ingin diakui jati dirinya.
b) Mengungkapkan tidak ada lagi yang peduli.
c) Mengungkapkan tidak bisa apa-apa.
d) Mengungkapkan dirinya tidak berguna.
e) Mengkritik diri sendiri.

H. Daftar Masalah Keperawatan


Menurut Nanda International daftar masalah keperawatan sebagai berikut :
1. Harga Diri Rendah Kronik
Definisi Evaluasi diri/perasaan negative tentang diri sendiri atau kecakapan
diri yang berlangsung lama
Batasan Karakteristik
a. Bergantung pada pendapat orang lain
b. Evaluasi diri bahwa individu tidak mampu menghadapi peristiwa
c. Melebih-lebihkan umpan balik negative tentang diri sendiri
d. Secara berlebihan mencari penguatan
e. Sering kali kurang berhasil dalam peristiwa hidup
f. Enggan mencoba situasi baru
g. Enggan mencoba hal baru
h. Perilaku bimbang
i. Kontak mata kurang
j. Perilaku tidak asertif
k. Sering kali mencari penegasan
l. Pasif
m. Menolak umpan balik positif tentang diri sendiri
n. Ekspresi rasa bersalah
o. Ekspresi rasa malu

Faktor yang Berhubungan

a. Ketidakefektifan adaptasi terhadap kehilangan


b. Kurang kasih saying
c. Kurang persetujuan
d. Kurang keanggotaan dalam kelompok
e. Persepsi ketidaksesuaian antara norma budaya dan diri
f. Persepsi ketidaksesuaian antara norma spiritual dan diri
g. Persepsi kurang rasa memiliki
h. Persepsi kurang dihargai oleh orang lain
i. Gaangguan psikiatrik
j. Kegagalan berulang
k. Penguatan negative berulang
l. Peristiwa traumatic
m. Situasi traumatic
2. Harga Diri Rendah Situasional
Perkembangan persepsi negative tentang harga diri sebagai respons terhadap
situasi saat ini
Batasan Karakteristik
a. Evaluasi diri bahwa individu tidak mampu menghadapi peristiwa
b. Evaluasi diri bahwa individu tidak mampu menghadapi situasi
c. Perilaku bimbang
d. Perilaku tidak asertif
e. Secara verbal melaporkan tantangan situasional saat ini terhadap harga diri
f. Ekspresi ketidakberdayaan
g. Ekspresi ketifakbergunaan
h. Verbalisasi meniadakan diri

Faktor yang Berhubungan

a. Perilaku yang tidak selaras dengan nilai


b. Perubahan perkembangan
c. Gangguan citra tubuh
d. Kegagalan
e. Gangguan fungsional
f. Kurang penghargaan
g. Kehilangan
h. Penolakan
i. Perubahan peran sosial
3. Risiko Harga Diri Rendah Kronik
Definisi Berisiko mengalami penilaian-diri/perasaan negative dalam jangka
panjang tentang diri sendiri atau kemampuan diri
Faktor Risiko
a. Ketidakefektifan adaptasi pada kehilangan
b. Kurang afeksi
c. Kurang keanggotaan dalam kelompok
d. Adanya kesenjangan antara diri dan norma budaya
e. Adanya kesenjangan antara diri dan norma spiritual
f. Merasa kurang memiliki
g. Merasa kurang dihargai orang lain
h. Gangguan psikiatrik
i. Kegagalan berulang
j. Penguatan negative berulang
k. Kejadian traumatik
l. Situasi traumatic
4. Risiko Harga Diri Rendah Situasonal
Definisi berisiko mengalami persepsi negative tentang harga diri sebagai
respons terhadap situasi saat ini
Faktor risiko
a. Perilaku tidak selaras dengan nilai
b. Penurunan kendali terhadap lingkungan
c. Perubahan perkembangan
d. Gangguan citra tubuh
e. Kegagalan
f. Gangguan fungsi
g. Riwayat ditinggalkan
h. Riwayat penganiayaan
i. Riwayat ketidakberdayaan yang dipelajari
j. Riwayat pengabaian
k. Kurang pengenalan
l. Kehilangan
m. Penyakit fisik
n. Penolakan
o. Perubahan peran sosial
p. Harapan diri tidak realistis

I. Intervensi Keperawatan
Tujuan & Kriteria
No Diagnosa Intervensi (NIC) Rasional
Hasil (NOC)
1 Harga diri Tingkat Depresi: 1) Penumbuhan
rendah Keparahan alam Harapan:
kronik perasaan melankolis Memfasilitasi
dan hilang minat perkembangan
dalam peristiwa penampilan
hidup. positif pada
situasi tertentu
Kualitas Hidup: 2) Manajemen
Tingkat persepsi Alam Perasaan:
positif tentang situasi Menciptakan
hidup saat ini. keamanan,
kestabilan,
Harga Diri: Penilaian pemulihan, dan
diri tentang pemeliharaan
penghargaan terhadap pasien yang
diri. mengalami
disfungsi alam
perasaan bank
depresi maupun
peningkatan alam
perasaan.
3) Peningkatan
Harga Diri:
Membantu pasien
meningkatkan
penilaian
penghargaan
terhadap diri.
a) Pantau
pernyataan
pasien
tentang harga
diri.
b) Tentukan
rasa percaya
diri pasien
dalam
penilaian
diri.
c) Pantau
frekuensi
ucapan
peniadaan
diri.
d) Beri
penguatan
atas kekuatan
diri yang
diidentifikasi
oleh pasien.
e) Bantu pasien
mengidentifi
kasi respons
positif dari
orang lain.
f) Hindari
tindakan
yang dapat
mengusik
pasien.
g) Bantu
penyusunan
tujuan yang
realistis
untuk
mencapai
harga diri
yang lebih
tinggi.
h) Bantu pasien
mengkaji
kembali
persepsi
negatif
tentang
dirinya.
i) Bantu pasien
mengidentifi
kasi dampak
teman sebaya
pada
perasaan
harga diri.
j) Gali
pencapaian
sebelumnya.
k) Beri
penghargaan
atau pujian
atas
kemajuan
pasien dalam
mencapai
tujuan.
l) Fasilitasi
lingkungan
dan aktivitas
yang dapat
meningkatka
n harga diri.
4) Penyuluhan untuk
pasien/keluarga
a) Beri
informasi
tentang
pentingnya
konseling
dan
ketersediaan
sumber-
sumber di
komunitas.
b) Ajarkan
keterampilan
untuk
bersikap
positif
melalui
bermain
peran, model
peran,
diskusi, dsb.

5) Aktivitas
Kolaboraif

Minta bantuan
sumber dari
rumah sakit
(misalnya,
petugas dinas
sosial, spesialis
psikiatrikklinis,
dan layanan
keagamaan), jika
diperlukan.

6) Aktivitas lain

Tentukan batasan
tentang ucapan
negatif (misalnya,
menyangkut
frekuensi, isi
pembicaraan, dan
pendengar).

7) Klasifikasi Nilai:
Membantu
individu
mengklarifikasi
nilai mereka
untuk
memfasilitasi
pembuatan
keputusan yang
efektif.

2 Harga diri 1) Adaptasi Terhadap 1) Bimbingan 9)


rendah Ketunadayaan Antisipasi:
situasional Fisik: Respons Persiapan pasien
adaptif terhadap terhadap krisis
tantangan perkembangan
fungsional penting atau krisis
akibat situasional yang
ketunadayaan fisik diantisipasi.
2) Resolusi Berduka: 2) Peningkatan Citra
Penyusunan Tubuh:
dengan kehilangan Meningkatkan
aktual atau sikap dan
kehilangan yang persepsi sadar
akan terjadi. dan tak sadar
3) Penyesuaian pasien terhadap
Psikososial:Peruba tubuhnya.
han Hidup: 3) Peningkatan
Respons Koping:
psikososial adaptif Membantu pasien
individu terhadap beradaptasi
perubahan dengan persepsi
bermakna dalam stresor,
hidup. perubahan, atau
4) Harga Diri: ancaman yang
Penilaian pribadi mengganggu
tentang harga diri. pemenuhan
tuntutan hidup
dan peran.
4) Fasilitas Peran
Berduka:
Membantu
penyelesaian
kehilangan yang
bermakna
5) Fasilitas Peran
Berduka:
Kematian
Perinatal:
Membantu
menyelesaikan
kehilangan
perinatal.
6) Peningkatan
Harga Diri:
Membantu pasien
meningkatkan
penilaian pribadi
tentang harga
diri.
a) Tunjukkan
rasa percaya
terhadap
kemampuan
pasien untuk
mengatasi
situasi
b) Dukung
peningkatan
tanggung
jawab diri,
jka
diperlukan
c) Kaji alas an-
alasan untuk
mengkritik
atau
menyalahkan
diri sendiri
d) Dukung
pasien untuk
menerima
tantangan
baru
7) Penyuluhan untuk
Pasien/Keluarga
Ajarkan
keterampilan
perilaku yang
positif melalui
bermain peran,
modelperan,
diskusi, dsb.
8) Aktivitas
Kolaboratif
a) Rujuk ke
sumber-
sumber di
masyarakat
yang sesuai
b) Minta
bantuan
sumber dari
rumah sakit
(petugas
dinas sosial,
perawat
spesialis
klinis, dan
layanan
keagamaan),
jika perlu

3 Risiko Peningkatan Harga  Tentukan rasa 


harga diri diri Membantu pasien percaya diri
rendah meningkatkan pasien
kronik penilaian personalnya menurutpenilaian
terhadap harga diri nya sendiri
 Beri penguatan
terhadap
kekuatan yang
diidentifikasi
oleh pasien
 Bantu
menetapkan
tujuan yang
realistis
 Gali pengalaman
keberhasilan
sebelumnya
4 Risiko Status Pemulihan 1) Dukungan 6)
harga diri Penganiayaan: Perlindungan
rendah Tingkat penyembuhan Terhadap
situasional setelah penganiayaan Penganiayaan:
fisik atau psikologis Mengidentifikas
yang dapat mencakup i hubungan
eksploitasi keuangan ketergantungan
atau seksual. yang berisiko
tinggi dan
Pemulihan tindakan untuk
pengabaian: Tingkat mencegah
pemulihan setelah penderitaan
penghentian asuhan di akibat bahaya
bawah standar. fisik atau emosi.
2) Konseling:
Harga Diri: Penilaian Menggunakan
pribadi tentang harga proses
diri. pertolongan
interaktif yang
berfokus pada
kebutuhan,
masalah, dan
perasaan pasien
dan orang
terdekat untuk
meningkatkan
atau mendukung
koping,
pemecahan
masalah, dan
hubungan
interpersonal.
3) Peningkatan
Harga Diri:
Membantu
pasien untuk
meningkatkan
penilaian
pribadi tentang
harga diri.
a) Tunjukkan
rasa
percaya
terhadap
kemampuan
pasien
untuk
mengatasi
situasi
b) Dukung
peningkatan
tanggung
jawab diri,
jka
diperlukan
c) Kaji alas
an-alasan
untuk
mengkritik
atau
menyalahka
n diri
sendiri
d) Dukung
pasien
untuk
menerima
tantangan
baru
4) Penyuluhan
untuk
Pasien/Keluarga
Ajarkan
keterampilan
perilaku yang
positif melalui
bermain peran,
modelperan,
diskusi, dsb.
5) Aktivitas
Kolaboratif
a) Rujuk ke
sumber-
sumber di
masyarakat
yang sesuai
b) Minta
bantuan
sumber dari
rumah sakit
(petugas
dinas
sosial,
perawat
spesialis
klinis, dan
layanan
keagamaan)
, jika perlu
J. REFERENSI
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2012. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta :
Salemba Medika.
Juall Carpenito, Lynda-Moyet. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawata. Jakarta :
EGC.
Kozier. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, & Praktik.
Jakarta : EGC.
Nanda International. 2012. Diagnosis Keperawatan 2012-2014. Jakarta : EGC.
Potter & Perry. 2015. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai