Harga Diri
Harga Diri
A. Masalah Keperawatan
Gangguan pemenuhan kebutuhan harga diri
B. Pengertian
Secara umum, konsep diri adalah semua tanda, keyakinan, dan pendirian yang
merupakan suatu pengetahuan individun tentang dirinya yang dapat memengaruhi
hubungannya dengan orang lain, termasuk karakter, kemampuan, nilai ide dan tujuan.
Konsep diri memberikan rasa kontinuitas, keutuhan, dan konsistensi pada seseorang.
Konsep diri yang sehat mempunyai tingkat kestabilan yang tinggi dan
membangkitkan perasaan negative atau positif yang ditujukan pada diri.
Harga diri merupakan satu dari empat komponen konsep diri. Harga diri (self-
estrem) adalah penilaian individu tentang dirinya dengan menganalisis kesesuaian
antara perilaku dan ideal diri yang lain. Harga diri dapat diperoleh melalui
penghargaan dari diri sendiri maupun orang lain. Perkembangan harga diri juga
ditentukan oleh perasaan diterima, dicintai, dihormati oleh orang lain, serta
keberhasilan yang pernah dicapai individu dalam hidupnya. Harga diri berkaitan
dengan evaluasi individual terhadap keefektifan di sekolah atau di tempat bekerja, di
dalam keluarga, dan dalam lingkungan social. Keefektifan diri berkaitan erat dengan
ide harga diri (mis., penilaian diri tentang kompetensi seseorang dalam melakukan
berbagai tugas)(Bandura, 1982).
Harga diri dapat dipahami dengan memikirkan hubungan antara konsep diri
seseorang dan diri ideal. Diri ideal terdiri atas aspirasi, tujuan, nilai dan standar
perilaku yang dianggap ideal dan diupayakan untuk dicapai. Seseorang dengan harga
diri yang tinggi cenderung menunjukkan keberhasilan yang diraihnya sebagai kualitas
dan upaya pribadi. Sedangka, seseorang individu dengan harga diri yang rendah
cenderung mengatakan bahwa keberhasilan yang diraihnya adalah keberuntungan dan
atau atas bantuan orang lain ketimbang kemampuan pribadi (Marsh, 1990).
Perubahan Penampilan
Kegagalan berulang Ideal diri tidak Stressor
kali, ketergantungan realistis
(Perasaan ditolak oleh
pada orang lain Kurang memperhatikan
lingkungan)
perawatan diri
HARGA DIRI
RENDAH
E. Pemeriksaan Diagnostik
1. Tes MMPI
Minnesota Multiphasic Personality Inventory (MMPI) ialah tes kepribadian
yang paling banyak digunakan secara luas dalam penelitian dan penilaian dalam
psikologi yang memakai skala klinis. Skala klinis merupakan skala dengan
penilaian objektif, yaitu bagaimana orang lain menilai individu tersebut. Struktur
MMPI yang terdiri dari 567 pertanyaan yang dijawab benar atau salah
membutuhkan sekitar 60- 90 menit untuk diselesaikan. MMPI penting karena
dapat digunakan untuk membedakan orang yang normal dengan orang yang ada
kemungkinan ketidaknormalan dalam kepribadiannya. MMPI sampai saat ini
masih sangat dipercaya, terutama di Indonesia sebagai alat resmi diagnosa
gangguan jiwa oleh psikiater.
2. Electro Encephalography (EEG)
Electro Encephalography (EEG) merupakan pemeriksaan syaraf otak dengan
merekam gelombang gelombang otak. EEG adalah pemeriksaan penunjang yang
sangat diperlukan di bagian syaraf untuk menentukan adanya kelainan
gelombang gelombang di otak secara fungsional. Pemeriksaan ini dilakukan
untuk mengetahui adanya :
F. Penatalaksanaan Medis
Pemberian terapi medis pada kasus harga diri rendah juga tidak digolongkan
sendiri dan lebih mengarah kepada pemberian obat golongan antidepresan, karena
fungsi dari obat anti depresan adalah memblok pengambilan kembali
neurotransmitter norepineprin dan serotonin, meningkatkan konsentrasinya pada
sinaps dan mengkoreksi defisit yang diperkirakan menyebabkan alam perasaan
melankolis. Hal ini sesuai dengan masalah neurotransmitter yang dihadapi oleh klien
dengan harga diri rendah yaitu adanya penurunan neurotransmitter seperti serotonin,
norepineprin.
Terdapat banyak jenis antidepresan tetapi pada kasus harga diri rendah kali ini
pemberian obat yang dapat diberikan lebih banyak dalam jenis Tricyclic Anti
Depresan (TCA) : Amitriptiline, Imipramine, desipramine, notriptilin, sesuai dengan
fungsi dari obatnya yaitu untuk meningkatkan reuptake seorotonin dan norepinefrin
sehingga meningkatkan motivasi klien dan sesuai dengan indikasinya yaitu
pengobatan yang diberikan pada klien dengan depresi tetapi juga mengalami
skizofrenia sehingga mempunyai efek pengobatan yang saling meningkatkan.
G. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian yang menyeluruh meliputi pengkajian psikososial klien dan keluarga
atau orang pendukung karena hal ini memberi petunjuk masalah actual atau potensial.
Perawat yang mengkaji konsep diri berfokus pada empat komponen : (a) identitas
personal, (b) citra tubuh, (c) performa peran, dan (d) harga diri.
Sebelum melakukan pengkajian psikososial, perawat harus membina hubungan
saling percaya dan kerja sama dengan klien. Pedoman untuk melakukan pengkajian
psikosial meliputi:
Ciptakan lingkungan yang tenang dan mendukung privasi.
Minimalkan gangguan jika mungkin.
Pertahankan kontak mata.
Duduk berhadapan dengan klien.
Tunjukkan penerimaan terhadap klien dengan tidak mengkritik, mengernyitkan
dahi, dan menunjukkan keterkejutan.
Untuk mendorong klien bicara, ajukan pertanyaan terbuka, bukan pertanyaan
tertutup yang cenderung membatasi keinginan klien untuk berbagi.
Jangan ajukan pertanyaan yang terlalu personal jika tidak perlu.
Minimalkan mencatat secara detail selama wawancara karena hal ini dapat
membuat klien khawatir bahwa materi rahasia “dicatat” dan mengganggu
konsentrasi anda untuk berfokus pada apa yang dikatakan klien.
Tentukan apakah keluarga dapat memberikan informasi tambahan.
Pertahankan kerahasiaan.
Waspada akan prasangka dan ketidaknyamanan anda yang dapat mempengaruhi
pengkajian.
Pertimbangkan bagaimana perilaku klien dipengaruhi oleh budaya.
1. Komponen Pengkajian
1) Identitas Personal
2) Citra Tubuh
3) Performa peran
4) Harga diri
2. Data yang dapat dikaji
1) Identitas Personal
a. Stresor Identitas
a) Perubahan penampilan fisik (mis.,kerut di wajah)
b) Penurunan kemampuan fisik, mental dan sensori
c) Ketidakmampuan mencapai tujuan
d) Masalah dalam hubungan
e) Masalah seksualitas
f) Ideal diri tidak realistis
b. Stresor Citra Tubuh
a) Kehilangan bagian tubuh (mis., amputasi, mastektomi,
histerektomi)
b) Kehilangan fungsi tubuh (mis., akibat stroke, cedera sumsum tulang
belakang, penyakit neuromuscular, artritis, penurunan kemampuan
mental dan sensori)
c) Distigurement (mis., selama kehamilan, luka bakar berat, noda di
wajah, kolostomi, trakeostomi)
d) Ideal diri tidak realistis (mis., konfigurasi muscular yang tidak dapat
dicapai)
c. Stresor Harga Diri
a) Kurang umpan balik positif dari orang terdekat
b) Kegagalan berulang
c) Harapan yang tidak realistis
d) Hubungan yang dipenuhi penganiayaan
e) Kehilangan keamanan finansial
d. Stresor Peran
a) Kehilangan orang tua, pasangan, anak, atau teman dekat
b) Perubahan atau kehilangan pekerjaan atau peran penting lain
c) Perceraian
d) Penyakit
e) Harapan peran yang ambigu atau bertentangan
f) Ketidakmampuan memenuhi harapan peran
2) Citra Tubuh
a. Data Obyektif :
a) Menolak penjelasan perubahan tubuh.
b) Persepsi negative terhadap perubahan tubuh.
c) Mengungkapkan keputusasaan.
d) Mengungkapkan ketakutan
b. Data Subyektif :
Menolak melihat, menyentuh bagian tubuh yang berubah
3) Performa Peran
a. Data Obyektif :
Menarik diri dari lingkungan sosial.
b. Data Subyektif :
Klien mengungkapkan ketidakmampuan dalam melakukan peran yang
seharusnya dilingkungan.
4) Harga Diri
a. Data Obyektif :
a) Merusak diri sendiri.
b) Merusak orang lain.
c) Menarik diri dari hubungan social.
d) Tampak mudah tersinggung
e) Tidak mau makan dan tidak tidur
b. Data Subyektif :
a) Mengungkapkan ingin diakui jati dirinya.
b) Mengungkapkan tidak ada lagi yang peduli.
c) Mengungkapkan tidak bisa apa-apa.
d) Mengungkapkan dirinya tidak berguna.
e) Mengkritik diri sendiri.
I. Intervensi Keperawatan
Tujuan & Kriteria
No Diagnosa Intervensi (NIC) Rasional
Hasil (NOC)
1 Harga diri Tingkat Depresi: 1) Penumbuhan
rendah Keparahan alam Harapan:
kronik perasaan melankolis Memfasilitasi
dan hilang minat perkembangan
dalam peristiwa penampilan
hidup. positif pada
situasi tertentu
Kualitas Hidup: 2) Manajemen
Tingkat persepsi Alam Perasaan:
positif tentang situasi Menciptakan
hidup saat ini. keamanan,
kestabilan,
Harga Diri: Penilaian pemulihan, dan
diri tentang pemeliharaan
penghargaan terhadap pasien yang
diri. mengalami
disfungsi alam
perasaan bank
depresi maupun
peningkatan alam
perasaan.
3) Peningkatan
Harga Diri:
Membantu pasien
meningkatkan
penilaian
penghargaan
terhadap diri.
a) Pantau
pernyataan
pasien
tentang harga
diri.
b) Tentukan
rasa percaya
diri pasien
dalam
penilaian
diri.
c) Pantau
frekuensi
ucapan
peniadaan
diri.
d) Beri
penguatan
atas kekuatan
diri yang
diidentifikasi
oleh pasien.
e) Bantu pasien
mengidentifi
kasi respons
positif dari
orang lain.
f) Hindari
tindakan
yang dapat
mengusik
pasien.
g) Bantu
penyusunan
tujuan yang
realistis
untuk
mencapai
harga diri
yang lebih
tinggi.
h) Bantu pasien
mengkaji
kembali
persepsi
negatif
tentang
dirinya.
i) Bantu pasien
mengidentifi
kasi dampak
teman sebaya
pada
perasaan
harga diri.
j) Gali
pencapaian
sebelumnya.
k) Beri
penghargaan
atau pujian
atas
kemajuan
pasien dalam
mencapai
tujuan.
l) Fasilitasi
lingkungan
dan aktivitas
yang dapat
meningkatka
n harga diri.
4) Penyuluhan untuk
pasien/keluarga
a) Beri
informasi
tentang
pentingnya
konseling
dan
ketersediaan
sumber-
sumber di
komunitas.
b) Ajarkan
keterampilan
untuk
bersikap
positif
melalui
bermain
peran, model
peran,
diskusi, dsb.
5) Aktivitas
Kolaboraif
Minta bantuan
sumber dari
rumah sakit
(misalnya,
petugas dinas
sosial, spesialis
psikiatrikklinis,
dan layanan
keagamaan), jika
diperlukan.
6) Aktivitas lain
Tentukan batasan
tentang ucapan
negatif (misalnya,
menyangkut
frekuensi, isi
pembicaraan, dan
pendengar).
7) Klasifikasi Nilai:
Membantu
individu
mengklarifikasi
nilai mereka
untuk
memfasilitasi
pembuatan
keputusan yang
efektif.