Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN TUTORIAL

SKENARIO D
BLOK IX : NEUROMUSKULOSKLETAL

Dosen Pembimbing : dr. Safyudin, M.Biomed

Kelompok IX:

Fawaz Prawiro (70 2014 009)


Ona Putra Karisna (70 2014 019)
Ricky Tresyana (70 2014 028)
Shelly Margaretha (70 2014 038)
Martha Adi Chandra (70 2014 048)
Istiqomah Maximilliani (70 2014 057)
Aisyah Azani (70 2014 066)
Hurait Hernando Hurairo (70 2014 074)
Rara Krisdayanti (70 2014 083)
Rista Purnama (70 2011 012)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN AJARAN
2015
2.2 Skenario Kasus
Ny. Siti, 56 tahun, mantan direktur sebuah bank, datang ke tempat praktek dokter keluarga dengan
keluhan utama bengkak pada lutut kanan disertai nyeri hebat sejak 1 minggu yang lalu. Saat ini nyeri
tetap dirasakan walaupun dalam keadaan istirahat. Sejak 3 bulan yang lalu, pasien mengeluh nyeri
pada lutut kanan yang lebih terasa ketika beraktivitas dan lutut terasa kaku selama kurang dari
setengah jam terutama bangun tidur pada pagi hari. Riwayat keluarga menderita penyakit yang sama
ada, yaitu ibunya. Ny. Siti sebelumnya sering berobat kedokter karena keluhan yang sama. Ia juga
sering mengkonsumsi obat-obatan yang dibeli di warung dan obat-obat herbal bila nyeri terasa. Ny.
Siti sering mengkonsumsi makanan seperti jeroan. Ny. Siti menyangkal riwayat trauma sebelumnya.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umun:
Kesadaran kompos mentis; frekuensi napas 18x/menit; denyut nadi 80x/menit; isi dan tegangan cukup;
TD 120/80 mmHg; suhu 36,6O C, BB = 60 kg dan TB= 150 cm, skala VAS = 7
Keadaan Spesifik:
Kepala : konjungtiva tidak anemis, skera tidak ikterik
Thoraks : jantung dan paru-paru dalam batas normal
Abdomen : datar, hepar dan lien tidak teraba
Ekstremitas atas : tidak ditemukan kelainan
Ekstremitas bawah (regio genue dekstra) : ditemukan bengkak, warna kulit sama dengan sekitar, teraba
lebih panas dibandingkan jaringan sekitar, krepitasi (+), nyeri gerak (+), ROM sendi genue terbatas, tes
Ballottement (+) dan tes fluktuasi (+) pada genue.
Region genue sinistra: tidak ditemukan kelainan.
Pemeriksaan Laboratorium:
Hb 12,0 mg/dl, leukosit 10.000/mm3 LED 15 mm/jam, trombosit 300.000/mm3.
Pemeriksaan Radiologis
Regio genue dextra tampak osteofit besar, celah sendi menyempit dan tampak sklerosis, subkondral,
analisis cairan sinovial jernih viscous, hitung leukosit 1000, rheumatoid faktor < 1 banding 70.

Identifikasi Masalah
1. Ny. Siti, 56 tahun, mantan direktur sebuah bank, datang ke tempat praktek dokter keluarga dengan
keluhan utama bengkak pada lutut kanan disertai nyeri hebat sejak 1 minggu yang lalu.
2. Sejak 3 bulan yang lalu, pasien mengeluh nyeri pada lutut kanan yang lebih terasa ketika beraktivitas
dan lutut terasa kaku selama kurang dari setengah jam terutama bangun tidur pada pagi hari.
3. Riwayat keluarga menderita penyakit yang sama ada, yaitu ibunya

Page 2
4. Ny. Siti sebelumnya sering berobat kedokter karena keluhan yang sama. Ia juga sering mengkonsumsi
obat-obatan yang dibeli di warung dan obat-obat herbal bila nyeri terasa.
5. Ny. Siti sering mengkonsumsi makanan seperti jeroan. Ny. Siti menyangkal riwayat trauma
sebelumnya.
6. Pemeriksaan fisik
Keadaan Umun:
Kesadaran kompos mentis; frekuensi napas 18x/menit; denyut nadi 80x/menit; isi dan tegangan cukup;
TD 120/80 mmHg; suhu 36,6O C, BB = 60 kg dan TB= 150 cm, skala VAS = 7
Keadaan Spesifik:
Kepala : konjungtiva tidak anemis, skera tidak ikterik
Thoraks : jantung dan paru-paru dalam batas normal
Abdomen : datar, hepar dan lien tidak teraba
Ekstremitas atas : tidak ditemukan kelainan
Ekstremitas bawah (regio genue dekstra) : ditemukan bengkak, warna kulit sama dengan sekitar, teraba
lebih panas dibandingkan jaringan sekitar, krepitasi (+), nyeri gerak (+), ROM sendi genue terbatas, tes
Ballottement (+) dan tes fluktuasi (+) pada genue.
Region genue sinistra: tidak ditemukan kelainan.
7. Pemeriksaan Laboratorium
Hb 12,0 mg/dl, leukosit 10.000/mm3 LED 15 mm/jam, trombosit 300.000/mm3.
8. Pemeriksaan Radiologis
Regio genue dextra tampak osteofit besar, celah sendi menyempit dan tampak sklerosis, subkondral,
analisis cairan sinovial jernih viscous, hitung leukosit 1000, rheumatoid faktor < 1 banding 70.

Analisis dan Sintesis Masalah


1. Ny. Siti, 56 tahun, mantan direktur sebuah bank, datang ke tempat praktek dokter keluarga
dengan keluhan utama bengkak pada lutut kanan disertai nyeri hebat sejak 1 minggu yang lalu.
a. Apa saja organ yang terlibat pada kasus?
Jawab:
Organ yang terlibat pada kasus adalah tulang.
b. Bagaimana struktur dan fungsi organ yang terlibat sesuai pada kasus?
Jawab:
 Anatomi

Sendi lutut dibentuk oleh epiphysis distalis tulang femur, epiphysis proksimalis, tulang tibia
dan tulang patella, serta mempunyai beberapa sendi yang terbentuk dari tulang yang
berhubungan, yaitu antar tulang femur dan patella disebut articulatio patella femoral, antara tulang

Page 3
tibia dengan tulang femur disebut articulatio tibio femoral dan antara tulang tibia dengan tulang
fibula proximal disebut articulatio tibio fibular proxsimal (De Wolf, 1996).
Sendi lutut merupakan suatu sendi yang disusun oleh beberapa tulang , ligament beserta otot,
sehingga dapat membentuk suatu kesatuan yang disebut dengan sendi lutut atau knee
joint. Anatomi sendi lutut terdiri dari:
1. Tulang pembentuk sendi lutut antara lain:
a. Tulang Femur
b. Tulang Tibia
c. Tulang Fibula
d. Tulang Patella
Pada gerakan fleksi dan ekstensi patella akan bergerak pada tulang femur. Jarak patella dengan
tibia saat terjadi gerakan adalah tetap dan yang berubah hanya jarak patella dengan femur. Fungsi
patella di samping sebagai perekatan otot-otot atau tendon adalah sebagai pengungkit sendi lutut.
Pada posisi flexi lutut 90 derajat, kedudukan patella di antara kedua condylus femur dan saat
extensi maka patella terletak pada permukaan anterior femur (Saifuddin, 1997).
2. Ligamentum pembentuk sendi lutut

Keterangan Gambar A.3 Susunan Ligamen Sendi Lutut (R.Putz, R.Pabst, 2002)
yaitu :
1. Ligamen cruciatum anterior
2. Meniscus lateralis
3. Ligament collateral fibula
4. Ligament capitis fibula posterior
5. Caput fibula
6. Femur, condylus medial
7. Ligament meniscofemorale posterior
8. Ligament collateral tibia
9. Ligament popliteum obliqum
10. Ligament cruciatum posterior

Page 4
Gambar IIA.4 Susunan Ligamen Sendi Lutut Lateral View (R.Putz R.Pabst, 2002)
Keterangan Gambar A.4 Susunan Ligamen Sendi Lutut (R.Putz R.Pabst, 2002) yaitu :
1. Ligamen patella
2. Meniscus medialis
3. Ligament collateral tibia

Stabilitas sendi lutut yang lain adalah ligamentum. Ada beberapa ligamentum yang terdapat pada sendi lutut antara
lain :
a. Ligamentum crusiatum anterior, yang berjalan dari depan eminentia intercondyloidea tibia, ke permukaan
medial condylus lateralis femur, fungsi menahan hiperekstensi dan menahan bergesernya tibia ke depan.
b. Ligamentum crusiatum posterior, berjalan dari facies lateralis condylus medialis femoris, menuju fossa
intercondyloidea tibia, berfungsi menahan bergesernya tibia, ke arah belakang.
c. Ligamentum collateral lateralle yang berjalan dari epicondylus lateralis ke capitulum fibulla, yang berfungsi
menahan gerakan varus atau samping luar.
d. Ligamentum collateral mediale tibia (epicondylus medialis tibia), yang berfungsi menahan gerakan valgus
atau samping dalam dan eksorotasi, dan secara bersamaan ligament collateral juga berfungsi menahan bergesernya
ke depan pada posisi lutut fleksi 90 derajat.
e. Ligamentum popliteum abligum, berasal dari condylus lateralis femoris menuju ke insertio musculus semi
membranosus melekat pada fascia musculus popliteum.
f. Ligamentum transversum genu, membentang pada permukaan anterior meniscus medialis dan
lateralis. Semua ligament tersebut berfungsi sebagai fiksator dan stabilisator sendi lutut. Tranversum genu di samping
ligament ada juga bursa pada sendi lutut. Bursa merupakan kantong yang berisi cairan yang memudahkan terjadinya
gesekan dan gerakan, berdinding tipis dan dibatasi oleh membran synovial.
g. Ada beberapa bursa yang terdapat pada sendi lutut antara lain : (a) bursa popliteus, (b) bursa supra
patellaris, (c) bursa infra patellaris, (d) bursa subcutan prapatellaris, (e) bursa sub patellaris, (f) bursa
prapatellaris.

3. Sistem Otot

Page 5
Gambar IIA.5 Otot Paha dan Pangkal Paha Tampak dari Depan (R.Putz R.Pabst, 2002)

Otot-otot yang bekerja pada sendi lutut yaitu:


a. Bagian anterior adalah musculus rectus femoris, musculus vastus lateralis,
musculus Vastus medialis, musculus vastus intermedius.
b. Bagian posterior adalah musculus biceps femoris, musculus semitendinosus,
musculus semimembranosus, musculus Gastrocnemius.
c. Bagian medial adalah musculus Sartorius
d. Bagian lateral adalah musculus Tensorfacialatae

4. Biomekanik sendi lutut


Aksis gerak fleksi dan ekstensi terletak di atas permukaan sendi, yaitu melewati condylus
femoris. Sedangkan gerakan rotasi aksisnya longitudinal pada daerah condylus medialis (Kapandji,
1995). Secara biomekanik, beban yang diterima sendi lutut dalam keadaan normal akan melalui
medial sendi lutut dan akan diimbangi oleh otot-otot paha bagian lateral, sehingga resultannya akan
jatuh di bagian sentral sendi lutut.
a. Osteokinematika
Osteokinematika yang memungkinkan terjadi adalah gerakan fleksi dan ekstensi pada bidang
sagital dengan lingkup gerak sendi fleksi antara 120-130 derajat, bila posisi hip fleksi penuh, dan
dapat mencapai 140 derajat, bila hip ekstensi penuh, untuk gerakan ekstensi, lingkup gerak sendi
antara 0 – 10 derajat gerakan putaran pada bidang rotasi dengan lingkup gerak sendi untuk
endorotasi antara 30 – 35 derajat, sedangkan untuk eksorotasi antara 40-45 derajat dari posisi awal
mid posision. Gerakan rotasi ini terjadi pada posisi lutut fleksi 90 derajat (Kapandji, 1995),
gerakan yang terjadi pada kedua permukaan tulang meliputi gerakan rolling dan sliding.
Saat tulang femur yang bergerak maka, gerakan rolling ke arah belakang dan sliding ke arah
depan (berlawanan arah). Saat fleksi, femur rolling ke arah belakang dan sliding ke belakang,
untuk gerakan ekstensi, rolling ke depan dan sliding ke belakang. Saat tibia yang bergerak fleksi
adapun ekstensi maka rolling maupun sliding bergerak searah, saat fleksi maka rolling maupun

Page 6
sliding bergerak searah, saat fleksi rolling dan sliding ke arah belakang, sedangkan saat ekstensi
rolling dan sliding bergerak ke arah depan.
b. Artrokinematika
Artrokinematika pada sendi lutut di saat femur bergerak rolling dan sliding berlawanan arah,
disaat terjadi gerak fleksi femur rolling ke arah belakang dan sliding-nya ke depan, saat gerakan
ekstensi femur rolling kearah depannya sliding-nya ke belakang. Jika tibia bergerak fleksi ataupun
ekstensi maka rolling maupun sliding terjadi searah, saat fleksi menuju dorsal, sedangkan ekstensi
menuju ventral (Kapandji, 1995).

 Fisiologi
Persendian adalah suatu hubungan antara dua buah tulang atau lebih yang dihubungkan melalui
jaringan ikat pada bagian luar dan pada bagian dalam. Fungsi dari sendi ini adalah untuk
melakukan gerakan flexi, extensi dan sedikit rotasi pada tugkai bawah. Untuk melakukan fungsi
gerak ini diperlukan antara lain:
a. Otot-otot penggerak sendi

b. kapsul sendi yang berfungsi untuk melindungi bagian tulang yang bersendi supaya jangan lepas bila bergerak

c. Adanya permukaan tulang yang dengan bentuk tertentu yang mengatur luasnya gerakan.

a. Adanya cairan dalam rongga sendi yang berfungsi untuk mengurangi gesekan antara tulang
pada permukaan sendi.

d. Ligamentum-ligamentum yang ada di sekitar sendi lutut yang merupakan penghubung kedua buah tulang (femur
dan tibia) yang bersendi sehingga sendi menjadi kuat untuk melakukan gerakan. (Sherwood, 2011)

Articulatio genus (sendi lutut) adalah sendi yang terbesar dan paling rumit di seluruh tubuh. Pada
dasarnya sendi ini terdiri atas dua buah sendi condylaris antara condylus femoris medialis dan lateralis
dengan condylus tibiae yang bersesuaian serta sebuah sendi pelana antara patella dan facies patellaris
femoris. Perhatikan bahwa fibula tidak terlibat pada sendi ini. Sendi lutut ini termasuk dalam jenis sendi
engsel, yaitu pergerakan dua condylus femoris diatas condylus tibiae. Gerakan yang dapat dilakukan oleh
sendi ini yaitu gerakan flexi, extensi dan sedikit rotatio. Jika terjadi gerakan yang melebihi kapasitas sendi
maka akan dapat menimbulkan cedera yang antara lain terjadi robekan pada kapsul dan ligamentum di
sekitar sendi. Sendi antara femur dan tibia adalah sebuah sendi sinovial tipe ginglymus (sendi engsel),
tetapi mempunyai sedikit kemungkinan gerak rotasi. Sendi antara patella dan femur adalah sendi sinovial
jenis pelana.
Patella yang merupakan jenis tulang sesamoid terletak pada segmen inferior dari tendo m. quadriceps
femoris pada permukaan ateroinferior. Pinggir atas, lateral dan medial merupakan tempat perlekatan

Page 7
berbagai bagian m.quadriceps femoris. Patella dicegah bergeser ke lateral selama kontraksi m. quadriceps
femoris oleh serabut-serabut horizontal bawah m. vastul medialis dan oleh besarnya ukuran condylus
lateralis femoris. (Snell, 2006)

c. Apa hubungan usia, jenis kelamin, pekerjaan dengan keluhan utama?


Jawab:
Hubungan faktor usia dan jenis kelamin dengan keluhan utama yaitu :

1. Umur
Dari semua faktor risiko untuk timbulnya Osteoarthritis, faktor ketuaan adalah yang terkuat. Prevalensi
dan beratnya OA semakin meningkat dengan bertambahnya umur. OA hampir tak pernah ada pada
anak-anak, jarang pada umur dibawah 40 tahun dan sering pada umur diatas 60 tahun. Akan tetapi
harus diingat bahwa OA bukan akibat ketuaan saja. Perubahan tulang rawan sendi pada ketuaan
berbeda dengan perubahan pada OA.
2. Jenis Kelamin
Wanita lebih sering terkena OA lutut dan OA banyak sendi, dan lelaki lebih sering terkena OA paha,
pergelangan tangan dan leher. Secara keseluruhan, dibawah 45 tahun frekuensi OA kurang lebih sama
pada laki-laki dan wanita, tetapi diatas 50 tahun (setelah menopause) frekuensi OA lebih banyak pada
wanita dari pada pria. Hal ini menunjukan adanya peran hormonal pada patogenesis OA.
3. Pekerjaan
Pada kasus ini Ny. Siti adalah seorang direktur bank dimana kebanyakan dari aktivitas nya adalah
duduk. Sehingga dari aktivitas nya inilah salah satu hal yang menyebabkan Ny. Siti memiliki IMT
Obese 1. Dimana Obesitas juga merupakan faktor risiko dari Osteoarthritis lutut karena dengan seiring
bertambahnya berat badan makan bertambah pula beban pada sendi, terutama sendi genue yang
menopang hampir setengah berat badan tubuh. Obesitas juga mengakibatkan densitas pada tulang
rawan yang tidak mengurangi pergesekan antar tulang sehingga mudah robek.
(Sudoyo dkk, 2009)

d. Apa makna terjadinya bengkak pada lutut kanan disertai nyeri?


Jawab:
Terjadi pada lutut kanan karena lutut merupakan tempat sendi penyangga atau penompang yang
menahan berat tubuh sebesar 50% dan lutut merupakan bagian ekstremitas bawah yang sering
digunakan untuk melakukan pergerakan.
(Haq dkk, 2003)

e. Apa penyebab bengkak yang disertai nyeri?


Jawab:

Page 8
 Bengkak terjadi akibat akumulasi cairan berupa sel-sel radang pada lutut akibat dari respon
terhadap jejas. Bengkak disini juga dapat diakibatkan karena pertumbuhan tulang baru berupa
osteofit yang menonjol pada permukaan tepi sendi.
 Nyeri disebabkan karena adanya penekanan pada ujung saraf yang diakibatkan oleh bengkak, oleh
karena itu pada kasus bengkak disertai rasa nyeri. Nyeri disini juga dapat diakibatkan adanya
gesekan antar tulang dimana tidak terlindungi secara normal oleh cairan sinovial atau jaringan lunak
tulang meniscus, bursa, ligamen dan kapsula sehingga gesekan antar kedua tulang kartilago
menyentuh saraf pada bagian lutut.
(Sudoyo dkk, 2009)

Sintesis:
Bengkak diakibatkan oleh pergerakan air atau penyusupan air dari dalam pembuluh darah kapiler ke arah
jaringan di sekitarnya. Gerakan air dari dalam kapiler dipengaruhi oleh dua hal, yaitu:
1. Tekanan pendorong yang tinggi dari dalam kapiler atau disebut sebagai tekanan hidrostatik
2. Tekanan penghisap yang meningkat atau tinggi di dalam jaringan sekitar kapiler sehingga air dari dalam
kapiler menyusup masuk ke dalam jaringan. Tekanan penghisap ini disebut tekanan osmotik.

f. Mengapa nyeri tetap dirasakan pada saat istirahat?


Jawab:
Nyeri tetap dirasakan pada saat istirahat karena penekanan pada ujung saraf yang diakibatkan oleh
bengkak yang terjadi secara terus-menerus tanpa mengenal keadaan istirahat maupun dalam keadaan
beraktivitas. Hal ini menandakan bahwa, nyeri tidak ada hubungannya dengan keadaan istirahat dan
beraktivitas.

2. Sejak 3 bulan yang lalu, pasien mengeluh nyeri pada lutut kanan yang lebih terasa ketika
beraktivitas dan lutut terasa kaku selama kurang dari setengah jam terutama bangun tidur
pada pagi hari.
a. Apa makna nyeri pada lutut kanan terasa pada saat beraktivitas dan kaku pada pagi hari?
Jawab:
 Nyeri dapat timbul akibat beberapa hal, termasuk dari periostenum yang tidak terlindungi lagi,
mikrofaktur subkondral, iritasi ujung-ujung saraf di dalam sinovium oleh osteofit, spasme otot
periartikular, penurunan aliran darah di dalam tulang dan peningkatan tekanan intraoseus dan
sinovitis yang diikuti pelepasan prostaglandin, leukotrien dan berbagai sitokin. Ketika
beraktivitas, maka tulang akan bergesekan karena tidak ada lagi yang melingdungi dari
persendian tersebut sehingga merasakan nyeri. (Price and Wilson, 2005) dan juga dipengaruhi

Page 9
oleh faktor kegemukan yang mana tidak mengurangi pergesekan antara tulang rawan halin
sehinga mudah robek dan menyebabkan nyeri ketika beraktivitas.
 Rasa kaku pada sendi dapat timbul setelah pasien berdiam diri atau tidak melakukan banyak
gerakan, seperti duduk dikursi atau mobil dalam waktu yang cukup lama, bahkan setelah bangun
tidur di pagi hari. (Rifhan, 2011)

 Proses degeneratif mengakibatkan penurunan cairan sinovial dan penurunan fungsi jaringan
tulang sendi yang berupa pelindung sendi seperti Meniscus, bursa, ligamen, dan kapsula.
Akibatnya saat melakukan aktivitas pergesekan antar tulang kartilago tidak begitu
terlindungi sehingga mempengaruhi saraf-saraf bebas dan menyebabkan nyeri. Pada saat
pagi hari biasanya dalam posisi statis (saat tidur) kemudian bangun ke keadaan dinamis
sehingga terjadi kekakuan.

b. Apa makna keluhan nyeri terjadi sejak 3 bulan?


Jawab:
Nyeri terjadi sejak 3 bulan menandakan bahwa nyeri ini bersifat akut dan merupakan salah satu tanda
dari osteoarthritis yang terjadi secara perlahan, sehingga telah terjadi perubahan fungsi pada lutut yaitu
akibat dari proses degeneratif yang berhubungan dengan kerusakan jaringan tulang serta berkurangnya
cairan pelindung sendi atau cairan sinovial yang mengakibatkan nyeri (Sudoyo dkk, 2009).

3. Riwayat keluarga menderita penyakit yang sama ada, yaitu ibunya.


a. Apa hubungan riwayat keluarga (ibunya) menderita penyakit yang sama?
Jawab:
Hubungan riwayat keluarga menderita penyakit yang sama maknanya adanya faktor genetik
yang menjadi salah satu pemicu dan meningkatkan risiko untuk timbulnya Osteoartritis pada
Ny. Siti. Dimana, Adanya mutasi dalam gen prokolagen II atau gen-gen struktural lain untuk unsur-
unsur tulang sendi seperti kolagen tipe IX dan XII, protein pengikat atau proteoglikan dikatakan
berperan dalam timbulnya kecenderungan familial pada OA tertentu (terutama OA banyak sendi).
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya OA misalnya, pada ibu dari seorang wanit dengan OA pada sendi-sendi
interfalang distal (nodus Heberden) terdapat 2 kali lebih sering OA pada sendi-sendi tersebut, dan anak-anaknya perempuan
cenderung mempunyai 3 kali lebih sering, daripada ibu dan anak perempuan-perempuan dari wanita tanpa OA tersebut.

(Sudoyo dkk, 2009)

4. Ny. Siti sebelumnya sering berobat kedokter karena keluhan yang sama. Ia juga sering
mengkonsumsi obat-obatan yang dibeli di warung dan obat-obat herbal bila nyeri terasa.
a. Apa kemungkinan obat penghilang rasa nyeri yang dikonsumsi Ny. Siti?

Page 10
Jawab:
Kemungkinan obat yang diberikan yaitu golongan OIANS. Seperti diclofenac Yang merupakan obat
golongan OAINS yang berfungsi sebagai obat anti inflamasi yang bekerja dengan cara menghambat enzim
siklooksidase dan mencegah sensasi reseptor nyeri terhadap rangsang mekanik dan kimia, istirahat. (Harvey and
Pamela , 2013)

b. Apa efek samping kemungkinan obat yang dikonsumsi?


Jawab:
Efek samping yang dapat terjadi pada obat yang dikonsumsi (NSAIDs) antara lain:

1. Efek terhadap saluran cerna

 Pada dosis yang biasa, efek samping utama adalah gangguan pada lambung (intoleransi).

 Gastritis yang timbul pada aspirin mungkin disebabkan oleh iritasi mukosa lambung oleh tablet yang
tidak larut atau karena penghambatan prostaglandin pelindung.

 Perdarahan saluran cerna bagian atas yang berhubungan dengan penggunaan NSAIDs biasanya
berkaitan dengan erosi lambung.

 Peningkatan kehilangan darah yang sedikit melalui tinja secara rutin serta peningkatan kehilangan darah
yang sedikit melalui tinja secara rutin berhubungan dengan konsumsi NSAIDs ; kira-kira 1 mL darah
normal yang hilang dari tinja per hari meningkat sampai kira-kira 4 mL per hari pada penderita yang
minum NSAIDs dosis biasa dan pada dosis lebih tinggi

 Muntah juga dapat terjadi sebagai akibat rangsangan susunan saraf pusat setelah absorbsi dosis besar
NSAIDs.

2. Efek susunan saraf pusat

 Dengan dosis yang lebih tinggi, penderita bias mengalami ”salisilisme”-tinitus, penurunan pendengaran, dan
vertigo-yang reversibel dengan pengurangan dosis.

 Dosis salisilat yang lebih besar lain dapat menyebabkan hiperpnea melalui efek langsung terhadap medula
oblongata.

 Pada kadar salisilat toksik yang rendah, bisa timbul respirasi alkalosis sebagai akibat peningkatan ventilasi.

 Kemudian asidosis akibat pengumpulan turunan asam salisilat dan depresi pusat pernapasan.

3. Efek samping lainnya

 Dalam dosis harian 2 g atau lebih kecil, biasanya meningkatkan kadar asam urat serum.

 Dapat menimbulkan hepatitis ringan yang biasanya asimtomatik, terutama pada penderita dengan kelainan yang
mendasarinya SLE serta artritis rematoid juvenilis dan dewasa.

 Sejumlah dosis toksik akan mempengaruhi sistem kardiovaskular secara langsung serta dapat menekan fungsi
jantung dan melebarkan pembuluh darah perifer.

Page 11
 Dosis besar akan mempengaruhi otot polos secara langsung.

 Reaksi hipersensitifitas bisa timbul setelah konsumsi pada penderita asma dan polip hidung serta bisa disertai
dengan bronkokonstruksi dan syok (Katzung, 2011)

c. Apa hubungan Ny. Siti sebelumnya sering berobat ke dokter dengan keluhan yang sama?
Jawab:
Hal tersebut menandakan bahwa pengobatan osteoartritis hanya sebatas pada simptomatis,
dokter hanya menghilangkan gejala saja namun tidak bisa menyembuhkan penyakit utamanya akibat
proses degeneratif.

5. Ny. Siti sering mengkonsumsi makanan seperti jeroan. Ny. Siti menyangkal riwayat trauma
sebelumnya.
a. Apa hubungan mengkonsumsi makanan seperti jeroan dengan keluhan?
Jawab:
Jeroan merupakan makanan yang banyak mengandung lemak, hal tersebut yang menyebabkan
Ny. Siti mengalami obesitas tingkat 1. Dimana salah satu faktor osteoartritis adalah obesitas.
Peningkatan berat badan menambahkan stres pada sendi tubuh bagian bawah yang merupakan faktor
risiko dalam OA. Lutut menahan beban berat badan. Bertambahnya berat badan pada usia muda dapat
meningkatkan risiko menderita OA. Penelitian terbaru menunjukan bahwa kelebihan lemak tubuh
memproduksi bahan kimia yang berjalan ke seluruh tubuh dan menyebabkan kerusakan sendi
(Arthritis Foundation, 2014)

Sintesis:

Ketika berjalan beban berat badan dipindahkan ke sendi lutut 3-6 kali lipat berat badan (Haq, 2003; Moll, 1987).
Maka bila proporsi berat badan lebih dari tinggi badan (obesitas), kerja sendi pun akan semakin berat. Dijelaskan Mquet
(2005) secara biomekanika bahwa pada keadaan normal gaya berat badan akan melalui medial sendi lutut dan akan
diimbangi oleh otot -otot paha bagian lateral sehingga resultannya akan jatuh pada bagian sentral sendi lutut. Sedangkan
pada keadaan obesitas resultan tersebut akan bergeser ke medial sehingga beban yang diterima sendi lutut akan tidak
seimbang Hal ini dapat menyebabkan ausnya tulang rawan karena bergesernya titik tumpu badan. Oleh karena itu
kelebihan berat badan pada umur 36-37 tahun membuat satu faktor risiko bagi OA lutut pada umur lanjut. (Haq, 2003;
Moll,1987).

b. Apa makna Ny. Siti menyangkal riwayat trauma sebelumnya terhadap keluhan?
Jawab:
Ny. Siti menyangkal riwayat trauma sebelumnya terhadap keluhan menandakan bahwa keluhan yang ia
rasakan saat ini bukan diakibatkan oleh trauma.

Page 12
6. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umun:
Kesadaran kompos mentis; frekuensi napas 18x/menit; denyut nadi 80x/menit; isi dan tegangan cukup; TD
120/80 mmHg; suhu 36,6O C, BB = 60 kg dan TB= 150 cm, skala VAS = 7
Keadaan Spesifik:
Kepala : konjungtiva tidak anemis, skera tidak ikterik
Thoraks : jantung dan paru-paru dalam batas normal
Abdomen : datar, hepar dan lien tidak teraba
Ekstremitas atas : tidak ditemukan kelainan
Ekstremitas bawah (regio genue dekstra) : ditemukan bengkak, warna kulit sama dengan sekitar, teraba lebih
panas dibandingkan jaringan sekitar, krepitasi (+), nyeri gerak (+), ROM sendi genue terbatas, tes Ballottement
(+) dan tes fluktuasi (+) pada genue.
Region genue sinistra: tidak ditemukan kelainan.

a. Bagaimana interpretasi pemeriksaan fisik pada keadaan umum dan keadaan spesifik?
Jawab:
Keadaan umum:

Keadaan Normal Interpretasi


Kompos Sadar sepenuhnya
Kesadaran Kompos mentis
mentis (normal)

RR 18 x/menit 18-24 x/menit Normal

Nadi 80 x/menit 80-100 x /menit Normal

120/80
TD 120/80 mmHg Normal
mmHg

Suhu 36,6O C 36,5-37,5 O C Normal

BB 60 Kg
Obesitas tingkat I
TB 150 Cm

Klasifikasi nyeri:
<4 : nyeri ringan
VAS 7 Nyeri sedang
4-7 : nyeri sedang
>7 : nyeri berat

Page 13
Keadaan spesifik:
Keadaan Interpretasi
Kepala Konjungtiva tidak Normal
anemis, sklera tidak
ikterik
Thoraks Jantung dan paru-paru Normal
dalam batas normal
Abdomen Datar, hepar dan lien Normal
tidak teraba
Ekstremitas atas Tidak ditemukan kelainan Normal
Ekstremitas bawah Ditemukan bengkak,
(region genue dextra) warna kulit sama dengan
sekitar, teraba lebih panas
dibandingkan jaringan
sekitar,
krepitasi (+),
nyeri gerak (+), Abnormal
ROM sendi genue
terbatas,
tes Ballottement (+)
tes Fluktuasi (+) pada
genue.

Regio genue sinistra Tidak ditemukan kelainan Normal

b. Bagaimana patofisiologi abnormal dari pemeriksaan fisik umum dan keadaan spesifik?
Jawab:
Keadaan Umum:
Nyeri
Degradasi kolagen yang terakumulasi di sendi  Inflamasi   produksi cairan sendi  biasanya
menumpuk pada kapsul sendi yang resistensinya paling lemah  efusi  cairan mengisi cekungan
medial dan kantung suprapatella  pembengkakan di atas dan sekitar patella  nyeri.

Obesitas:

Intake yang masuk kedalam tubuh banyak dan makan makanan yang mengadung lemak dan kolesterol
tinggi seperti jeroan  tidak ada aktifitas fisik yang dilakukan untuk membakar kalori  Output yang

Page 14
dikeluarkan tubuh sedikit  Tertimbun di jaringan subkutan  Terjadinya obesitas

Keadaan Spesifik:
Bengkak:
Degradasi kolagen yang terakumulasi di sendi  Inflamasi   produksi cairan sendi  biasanya
menumpuk pada kapsul sendi yang resistensinya paling lemah  efusi  cairan mengisi cekungan
medial dan kantung suprapatella  bengkak pada patella

c. Bagaimana cara pemeriksaan test balottement?


Jawab:
Tes Ballotement (menggoyang-goyangkan objek di dalam cairan)
Caranya : recessus suprapatellaris dikosongkan dengan menekannya dengan satu tangan, sementara itu
dengan jari tangan lainnya patella ditekan ke bawah. Dalam keadaan normal patella tidak dapat ditekan
ke bawah, tapi bila terdapat (banyak) cairan pada sendi lutut (akibat OA) maka patella seperti
terangkat sehingga sedikit ada gerakan ke atas-bawah dan kadang terasa seolah-olah patella
“mengetik” pada dasar keras itu.
d. Bagaimana cara pemeriksaan test fluktuasi?
Jawab:
Tes Fluktuasi
Caranya : ibu jari dan jari telunjuk dari satu tangan diletakkan di sebelah kiri dan kanan patella. Bila
kemudian recessus suprapatellaris itu dikosongkan menggunakan tangan lainnya, maka ibu jari dan jari
telunjuk tadi seolah-olah terdorong oleh perpindahan cairan dalam sendi lutut.

7. Pemeriksaan Laboratorium
Hb 12,0 mg/dl, leukosit 10.000/mm3 LED 15 mm/jam, trombosit 300.000/mm3.
a. Bagaimana interpretasi pemeriksaan laboratorium?
Jawab:
Keadaan Normal Interpretasi
Hb 12,0 mm/dl 12 mm/dl Normal

Leukosit 10.000/mm3 4.500 – 10.000/mm3 Normal

LED 15 mm/jam <20 mm/jam Normal

Trombosit 150.000 –
300.000/mm3 Normal
400.000/mm3

8. Pemeriksaan Radiologi

Page 15
Regio genue dextra tampak osteofit besar, celah sendi menyempit dan tampak sklerosis,
subkondral, analisis cairan sinovial jernih viscous, hitung leukosit 1000, rheumatoid faktor < 1
banding 70.
a. Bagaimana interpretasi dari hasil pemeriksaan radiologi?
Jawab:
Ny. Siti kemungkinan menderita osteoarthritis derajat 3, yaitu pada derajat 3, osteoartritis moderat
dengan osteofit moderat, deformitas ujung tulang, dan celah sendi sempit.

b. Bagaimana patofisiologi abnormal dari hasil pemeriksaan radiologi?


Jawab:
Matrix tulang kartilago menipis  Kondrosit  pembentukan osteosit pada sepanjang tepi sendi
berlebihan  penonjolan osteofit dan penebalan tulang Subkhondral  celah sendi menyempit akibat
osteofit.

c. Bagaimana tingkatan peradangan sendi pada hasil pemeriksaan radiologi?


Jawab:
Derajat osteoartritis lutut dinilai menjadi lima derajat oleh Kellgren dan Lawrence.

1. Pada derajat 0, tidak ada gambaran osteoartritis.


2. Pada derajat 1, osteoartritis meragukan dengan gambaran sendi normal, tetapi terdapat osteofitminimal.
3. Pada derajat 2, osteoartritis minimal dengan osteofit pada 2 tempat,tidak terdapat sklerosis dan kista
subkondral, serta celah sendi baik.
4. Pada derajat 3, osteoartritis moderat dengan osteofit moderat, deformitas ujung tulang, dan celah sendi
sempit.
5. Pada derajat 4, osteoartritis berat dengan osteofit besar, deformitas ujung tulang, celah sendi hilang, serta
adanya sklerosis dan kista subkondral.

9. Bagaimana cara mendiagnosis pada kasus?


Jawab:
Pada seseorang yang dicurigai OA, direkomendasikan melakukan pemeriksaan berikut ini:
1) Anamnesis
2) Pemeriksaan Fisik
3) Pendekatan untuk menyingkirkan diagnosis penyakit lain.
4) Pemeriksaan penunjang
5) Perhatian khusus terhadap gejala klinis dan faktor yang mempengaruhi pilihan
terapi/penatalaksanaan OA.

Anamnesis
 Nyeri dirasakan berangsur-angsur (onset gradual)

Page 16
 Tidak disertai adanya inflamasi (kaku sendi dirasakan < 30 menit, bila disertai inflamasi,
umumnya dengan perabaan hangat, bengkak yang minimal, dan tidak disertai kemerahan pada
kulit)
 Tidak disertai gejala sistemik
 Nyeri sendi saat beraktivitas
 Sendi yang sering terkena: Sendi tangan: carpo-metacarpal (CMC I), Proksimal interfalang (PIP)
dan distal interfalang (DIP), dan Sendi kaki: Metatarsofalang (MTP) pertama. Sendi lain: lutut, V.
servikal, lumbal, dan hip.
Faktor risiko penyakit :
 Bertambahnya usia
 Riwayat keluarga dengan OA generalisata
 Aktivitas fisik yang berat
 Obesitas
 Trauma sebelumnya atau adanya deformitas pada sendi yang bersangkutan.

Penyakit yang menyertai, sebagai pertimbangan dalam pilihan terapi:


 Ulkus peptikum, perdarahan saluran pencernaan, penyakit liver.
 Penyakit kardiovaskular (hipertensi, penyakit jantung iskemik, stroke, gagal jantung)
 Penyakit ginjal
 Asthma bronkhiale (terkait penggunaan aspirin atau OAINs)
 Depresi yang menyertai.

Faktor-faktor lain yang mempengaruhi keluhan nyeri dan fungsi sendi

 Nyeri saat malam hari (night pain)


 Gangguan pada aktivitas sehari-hari
 Kemampuan berjalan
 Lain-lain: risiko jatuh, isolasi social, depresi - Gambaran nyeri dan derajat nyeri (skala nyeri yang
dirasakan pasien)

Pemeriksaan fisik

 Tentukan BMI
 Perhatikan gaya berjalan/pincang?
 Adakah kelemahan/atrofi otot
 Tanda-tanda inflamasi/efusi sendi?
 Lingkup gerak sendi (ROM)
 Nyeri saat pergerakan atau nyeri di akhir gerakan.
 Krepitus
 Deformitas/bentuk sendi berubah
 Gangguan fungsi/keterbatasan gerak sendi
 Nyeri tekan pada sendi dan periartikular
 Penonjolan tulang (Nodul Bouchard’s dan Heberden’s)
 Pembengkakan jaringan lunak

Page 17
 Instabilitas sendi

Pendekatan untuk menyingkirkan diagnosis lain

 Adanya infeksi
 Adanya fraktur
 Kemungkinan keganasan

Kemungkian Artritis Reumatoid Diagnosis banding yang menyerupai penyakit OA

 Inflammatory arthropaties
 Artritis Kristal (gout atau pseudogout)
 Bursitis (a.r. trochanteric, Pes anserine)
 Sindroma nyeri pada soft tissue - Nyeri penjalaran dari organ lain (referred pain)
 Penyakit lain dengan manifestasi artropati (penyakit neurologi, metabolik dll.) (Perhimpunan
Reumatologi Indonesia,2005)

10. Bagaimana differential diagnosis pada kasus?


Jawab:

Rheumathoid
Osteoarthritis Gout arthritis
1) arthritis
Jenis Degeneratif Autoimun Reumatik
Usia > 50 tahun Semua usia Pria usia 30-an dan
wanita yang sudah
mengalami
menopause
Kesimetrisan Tidak Simetris Tidak
Lokasi yang Sendi tangan, Sendi jari tangan, Sendi pangkal ibu jari
terkena kaki, tulang kaki, pergelangan kaki, pergelangan
belakang, lutut, tangan dan kaki, kaki, lutut, siku,
panggul siku, panggul, lutut pergelangan
tangan/jari tangan
Khas nyeri Nyeri Kaku sendi pada Nyeri mendadak
bertambah ketika pagi hari biasanya pada malam
aktifitas hari
Osteoarthritis (OA)
 merupakan penyakit sendi degeneratif yang berkaitan dengan kerusakan kartilago sendi.
 paling sering terkena pada panggul, lutut dan pergelangan kaki.
 keluhan nyeri sendi merupakan keluhan utama terutama pada waktu melakukan aktivitas jika terdapat
pembebanan pada sendi yang terkena.

Page 18
 terjadi juga hambatan gerakan sendi sehingga bias menyebabkan kaku sendi.
 prevalensi cukup tinggi pada golongan lanjut usia, lebih banyak pada wanita.
 terdapat tanda-tanda peradangan seperti nyeri tekan, rasa hangat yang merata, dan warna kemerahan tetapi
tak menonjol dan hanya timbul belakangan.
 Pada pemeriksaan laboratorium, didapatkan penurunan viskositas , pleositas ringan sampai sedang,
peningkatan ringan sel radang dan peningkatan protein.
2.) Arthritis Reumatoid (AR)
 Arthritis reumatoid adalah penyakit autoimun yang ditandai oleh inflamasi sistemik kronik dan progesif
pada sendi yang menjadi target utama.
 manifestasi AR adalah poliartritits simetrik yang terutama mengenai sendi-sendi kecil pada tangan dan
kaki.
 Artritis sering kali diikuti oleh kekauan sendi pada pagi hari yang berlangsung selama lebih satu jam atau
lebih.
 Pada AR kronik hampir tidak dijumpai kemerahan dan panas.
 Penyebab : sinovitis, yaitu adanya inflamasi pada membran sinovial yang membungkus sendi.
 Paling sering terkena pada metacarpophalanges (MCP), metatarsophalanges (MTP) dan vertebra servikal.
 Pada pemeriksaan darah tepi. ditemukan leukositosis trombositosis dan hematokrit sedikit menurun. Pada
pemeriksaan cairan sendi, tidak ditemukan Kristal, kultur negatif dan kadar glukosa rendah.
3.) Gout Arthritis
Diagnosis artritis gout didasarkan pada kriteria American Rheumatism Association (ARA), yaitu :
 Terdapat kristal urat dalam cairan sendi / tofus dan atau
 Bila ditemukan 6 dari 12 kriteria dibawah ini :
 Inflamasi maksimum pada hari pertama
 Serangan artritis akut >1 kali
 artritis nonartikular
 sendi yang terkena berwarna kemerahan
 pembengkakan dan sakit pada sendi metatarsofalangeal
 serangan pada sendi metatarsofalangeal unilateral
 serangan pada sendi tarsal unilateral
 adanya tofi
 hiperurisemia
 pada foto sinar-x tampak pembengkakan sendi asimetris
 pada foto sinar-x tampak kista subkortikal tanpa erosi
 kultur bakteri cairan sendi negative
(Sudoyo dkk, 2009)

11. Bagaimana pemeriksaan penunjang (informasi tambahan) pada kasus?


Jawab:
a. Pemeriksaan Radiologi (X-Ray)
Yang diperhatikan dalam pemeriksaan radiologi:
a) Jarak antar sendi menyempit
b) Osteofit
c) Pembentukan tulang di sekitar sendi

Page 19
d) Peningkatan densitas / sklereosis subchondral
e) Kisti tulang

b. Pemeriksaan Laboratorium (Serum)


a) Faktor rheumatoid ditemukan dalam serum
b) Hasil pemeriksaan laboratorium pada OA biasanya tidak banyak berguna. Pemeriksaan darah
tepi masih dalam batas – batas normal. Pemeriksaan imunologi masih dalam batas – batas
normal. Pada OA yang disertai peradangan sendi dapat dijumpai peningkatan ringan sel
peradangan ( < 8000 / m ) dan peningkatan nilai protein.
c. Analisa Cairan Engsel
Dokter akan mengambil contoh sampel cairan pada engsel untuk kemudian diketahui apakah
nyeri/ngilu tersebut disebabkan oleh encok atau infeksi.

d. Pengamatan dengan Kamera (Artroskopi)


Artroskopi adalah alat kecil berupa kamera yang diletakkan dalan engsel tulang. Dokter akan
mengamati ketidaknormalan yang terjadi.

(Sudoyo dkk, 2009)

12. Bagaimana working diagnosis pada kasus?


Jawab:
Osteoartiritis et regio genue dextra.

13. Bagaimana manifestasi klinik pada kasus?


Jawab:
Berikut adalah keluhan yang dapat dijumpai pada pasien OA :

a. Nyeri sendi
Keluhan ini merupakan keluhan utama pasien. Nyeri biasanya bertambah dengan gerakan dan sedikit berkurang
dengan istirahat. Beberapa gerakan dan tertentu terkadang dapat menimbulkan rasa nyeri yang melebihi gerakan lain.
Perubahan ini dapat ditemukan meski OA masih tergolong dini (secara radiologis). Umumnya bertambah berat dengan
semakin beratnya penyakit sampai sendi hanya bias digoyangkan dan menjadi kontraktur, Hambatan gerak dapat konsentris
(seluruh arah gerakan) maupun eksentris (salah satu arah gerakan saja) ( Soeroso, 2006 ).
Kartilago tidak mengandung serabut saraf dan kehilangan kartilago pada sendi tidak diikuti dengan timbulnya
nyeri. Sehingga dapat diasumsikan bahwa nyeri yang timbul pada OA berasal dari luar kartilago (Felson, 2008).

Pada penelitian dengan menggunakan MRI, didapat bahwa sumber dari nyeri yang timbul diduga berasal dari
peradangan sendi (sinovitis), efusi sendi, dan edema sumsum tulang (Felson, 2008). Osteofit merupakan salah satu
penyebab timbulnya nyeri. Ketika osteofit tumbuh, inervasi neurovaskular menembusi bagian dasar tulang hingga ke
kartilago dan menuju ke osteofit yang sedang berkembang Hal ini menimbulkan nyeri (Felson, 2008).

Page 20
Nyeri dapat timbul dari bagian di luar sendi, termasuk bursae di dekat sendi. Sumber nyeri yang umum di lutut
adalah aakibat dari anserine bursitis dan sindrom iliotibial band (Felson, 2008).
b. Hambatan gerakan sendi
Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat secara perlahan sejalan dengan pertambahan rasa nyeri ( Soeroso,
2006 ).

c. Kaku pagi
Rasa kaku pada sendi dapat timbul setelah pasien berdiam diri atau tidak melakukan banyak gerakan, seperti
duduk di kursi atau mobil dalam waktu yang cukup lama, bahkan setelah bangun tidur di pagi hari( Soeroso, 2006 ).
d. Krepitasi
Krepitasi atau rasa gemeratak yang timbul pada sendi yang sakit. Gejala ini umum dijumpai pada pasien OA lutut.
Pada awalnya hanya berupa perasaan akan adanya sesuatu yang patah atau remuk oleh pasien atau dokter yang memeriksa.
Seiring dengan perkembangan penyakit, krepitasi dapat terdengar hingga jarak tertentu ( Soeroso, 2006 ).
e. Pembesaran sendi (deformitas)
Sendi yang terkena secara perlahan dapat membesar ( Soeroso, 2006 ).
f. Pembengkakan sendi yang asimetris
Pembengkakan sendi dapat timbul dikarenakan terjadi efusi pada sendi yang biasanya tidak banyak ( < 100 cc )
atau karena adanya osteofit, sehingga bentuk permukaan sendi berubah ( Soeroso, 2006 ).

g. Tanda-tanda peradangan
Tanda-tanda adanya peradangan pada sendi (nyeri tekan, gangguan gerak, rasa hangat yang merata, dan warna
kemerahan) dapat dijumpai pada OA karena adanya synovitis. Biasanya tanda-tanda ini tidak menonjol dan timbul pada
perkembangan penyakit yang lebih jauh. Gejala ini sering dijumpai pada OA lutut (Soeroso, 2006).
h. Perubahan gaya berjalan
Gejala ini merupakan gejala yang menyusahkan pasien dan merupakan ancaman yang besar untuk kemandirian
pasien OA, terlebih pada pasien lanjut usia. Keadaan ini selalu berhubungan dengan nyeri karena menjadi tumpuan berat
badan terutama pada OA lutut (Soeroso, 2006).

14. Bagaimana tatalaksana pada kasus?


Jawab:
Pengeloaan OA berdasarkan atas sendi yang terkena dan berat ringannya OA yang diderita ( Soeroso,
2006 ). Penatalaksanaan OA terbagi atas 3 hal, yaitu :
1. Terapi non-farmakologis
a. Edukasi
Edukasi atau penjelasan kepada pasien perlu dilakukan agar pasien dapat mengetahui serta memahami
tentang penyakit yang dideritanya, bagaimana agar penyakitnya tidak bertambah semakin parah, dan agar
persendiaanya tetap terpakai ( Soeroso, 2006 ).
b. Terapi fisik atau rehabilitasi
Pasien dapat mengalami kesulitan berjalan akibat rasa sakit. Terapi ini dilakukan untuk melatih pasien agar
persendianya tetap dapat dipakai dan melatih pasien untuk melindungi sendi yang sakit. ( Soeroso, 2006).

Page 21
c. Penurunan berat badan
Berat badan yang berlebih merupakan faktor yang memperberat OA. Oleh karena itu, berat badan harus
dapat dijaga agar tidak berlebih dan diupayakan untuk melakukan penurunan berat badan apabila berat badan
berlebih ( Soeroso, 2006 ).
2. Terapi farmakologis
Penanganan terapi farmakologi melingkupi penurunan rasa nyeri yang timbul, mengoreksi gangguan yang
timbul dan mengidentifikasi manifestasi-manifestasi klinis dari ketidakstabilan sendi ( Felson, 2006 ).
a. Obat Antiinflamasi Nonsteroid ( AINS ), Inhibitor Siklooksigenase-2 (COX-2), dan Asetaminofen
Untuk mengobati rasa nyeri yang timbul pada OA lutut, penggunaan obat AINS dan Inhibitor COX-2
dinilai lebih efektif daripada penggunaan asetaminofen. Namun karena risiko toksisitas obat AINS lebih
tinggi daripada asetaminofen, asetaminofen tetap menjadi obat pilihan pertama dalam penanganan rasa
nyeri pada OA. Cara lain untuk mengurangi dampak toksisitas dari obat AINS adalah dengan cara
mengombinasikannnya dengan menggunakan inhibitor COX-2 ( Felson, 2006 ).
b. Chondroprotective Agent
Chondroprotective Agent adalah obat – obatan yang dapat menjaga atau merangsang perbaikan dari
kartilago pada pasien OA. Obat – obatan yang termasuk dalam kelompok obat ini adalah : tetrasiklin,
asam hialuronat, kondroitin sulfat, glikosaminoglikan, vitamin C, dan sebagainya ( Felson, 2006 ).
3. Terapi pembedahan
Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis tidak berhasil untuk mengurangi rasa sakit dan juga untuk
melakukan koreksi apabila terjadi deformitas sendi yang mengganggu aktivitas sehari – hari.

15. Bagaimana komplikasi pada kasus?


Jawab:
Komplikasi yang dapat terjadi pada kasus ini adalah :

a. Deep vein thrombosis

b. Infeksi

c. Loosening

d. Problem patella ; rekuren sublukssasi/dislokasi, loosening prostetic component,

e. fraktur, catching soft tissue.

f. Tibial tray wear

g. Peroneal palsy

h. Fraktur supracondyl femur

(Ghosh, 2002)

16. Bagaimana prognosis pada kasus?


Jawab:

Page 22
Dubia Et Bonam dengan penangan yang konferensif.

17. Bagaimana kompetensi dokter umum pada kasus?


Jawab:
3A. Bukan gawat darurat
Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan memberikan terapi pendahuluan pada keadaan
yang bukan gawat darurat. Lulusan dokter mampu menentukan rujukan yang paling tepat bagi
penanganan pasien selanjutnya. Lulusan dokter juga mampu menindaklanjuti sesudah kembali dari
rujukan. (Konsil Kedokteran Indonesia, 2012)

18. Bagaimana pandangan islam berdasarkan kasus?


Jawab:
Abu Darda’ berkata, bahwa Rasulullah bersabda:
“Sesungguhnya Allah menurunkan penyakit serta obat dan diadakan-Nya bagi tiap penyakit obatnya,
maka berobatlah kamu, tetapi janganlah kamu berobat dengan yang haram”.
(HR. Abu Daud).
Hal ini berarti jika kita menderita suatu penyakit, diwajibkan untuk segera berobat dengan obat-obatan
dan cara yang halal, harus sesuai dengan ajaran Allah SWT.

2.6 Kesimpulan
Siti, 56 tahun, mengeluh bengkak yang disertai nyeri hebat dan kaku akibat osteoartritis et regio
genue dextra.

2.7 Kerangka Konsep

Obesitas
Faktor risiko:
1. Usia
2. Jenis kelamin
3. Pekerjaan
4. Genetik
5. Makanan
50% BB ditumpu di
articulatio genue

Osteoartritis et regio
genue dextra
Page 23
Bengkak, nyeri
dan kaku

Page 24

Anda mungkin juga menyukai