RANGKUMAN SKENARIO C Blok 9
RANGKUMAN SKENARIO C Blok 9
SKENARIO C
BLOK IX : NEUROMUSKULOSKLETAL
Kelompok IX:
FAKULTAS KEDOKTERAN
TAHUN AJARAN
2015
2.1 Skenario Kasus
Ny. Fatimah , 53 tahun seorang petani berobat di poliklinik saraf dengan keluhan utama kesemutan
dan nyeri pada keempat anggota gerak, terutama anggota gerak bawah dialami sejak 6 bulan secara
perlahan-lahan. Keluhan ini terutama dirasakan menjelang tidur sehingga tidurnya sering terganggu.
Dengan keluhan tersebut, Ny. Fatimah akhir-akhir ini kesulitan memakai sendal, dan sendalnya sering
terlepas sendiri. Ny. Fatimah sering merasa kehausan, lapar dan sering BAK pada malam hari sejak 6
tahun yang lalu. Ny. Fatimah menderita kencing manis sejak 5 tahun. Riwayat kencing manis dalam
keluarga tidak ada. Riwayat darah tinggi dan pengihatan kabur 2 tahun yang lalu, minum obat tekanan
darah tinggi dan obat DM tidak teratur. Riwayat trauma disangkal, riwayat infeksi saluran infeksi
saluran pernafasan dan saluran cerna 1 bulan terakhir disangkal.
Pemeriksaan fisik: Kesadaran: compos mentis, BB: 70 kg, TB: 155 cm
Tanda vital : TD: 170/95 mmHg, N:84 x/menit, RR: 20x/menit, suhu 370C, VAS (Visual Analog
Scale) : 4
Pemeriksaan Khusus:
Pemeriksaan Visus: 3/60 tidak dapat terkoreksi dengan sempurna dengan kacamata.
Pemeriksaan neurologi didapat: kekuatan ekstremitas atas masih dalam batas normal, kekuatan 4+
pada ekstremitas bawah, Refleks fisiologis menurun pada kedua lengan dan tungkas bawah, refleks
patologis (-), gangguan sensibilitas berpola sarung tangan & kaus kaki.
Pemeriksaan Laboratorium:
Darah rutin: Hb 13 g/dl, Leukosit 7000, eritrosit 5.000.000, trombosit 380.000
GDS: 440 mg/dl, HbA1C:12,3% Ureum: 51 mg/dl, kreatinin: 1,5 mg/dl
SGOT 30 u/l,SGPT 23 u/l
2
4. Ny. Fatimah menderita kencing manis sejak 5 tahun. Riwayat kencing manis dalam keluarga tidak
ada.
5. Riwayat darah tinggi dan pengihatan kabur 2 tahun yang lalu, minum obat tekanan darah tinggi
dan obat DM tidak teratur.
6. Riwayat trauma disangkal, riwayat infeksi saluran infeksi saluran pernafasan dan saluran cerna 1
bulan terakhir disangkal.
7. Pemeriksaan fisik: Kesadaran: compos mentis, BB: 70 kg, TB: 155 cm
Tanda vital : TD: 170/95 mmHg, N:84 x/menit, RR: 20x/menit, suhu 370C, VAS (Visual Analog
Scale) : 4
8. Pemeriksaan Khusus:
Pemeriksaan Visus: 3/60 tidak dapat terkoreksi dengan sempurna dengan kacamata.
Pemeriksaan neurologi didapat: kekuatan ekstremitas atas masih dalam batas normal, kekuatan 4+
pada ekstremitas bawah, Refleks fisiologis menurun pada kedua lengan dan tungkas bawah,
refleks patologis (-), gangguan sensibilitas berpola sarung tangan & kaus kaki.
9. Pemeriksaan Laboratorium:
Darah rutin: Hb 13 g/dl, Leukosit 7000, eritrosit 5.000.000, trombosit 380.000
GDS: 440 mg/dl, HbA1C:12,3% Ureum: 51 mg/dl, kreatinin: 1,5 mg/dl
SGOT 30 u/l,SGPT 23 u/l
3
b. Bagaimana anatomi, Histologi, fisiologi ekstremitas atas dan bawah?
Jawab:
4
1. M deltoideus 13. M teres major
10. M infraspinatus
5
1. Art. Humeri
2. Art. Glenohumeral
3. Art. Cubiti
4. Art. Humeroulnaris
5. Art. Humeroradialis
6. Art. Radioulnaris Proximal
7. Art. Radioulnaris Distal
8. Art. Carpometacarpal
9. Art. Metacarpophalangeae
6
Persarafan Ekstremitas Inferior
1. N. Iliohypogatricus
2. N. ilioinguinalis
3. N. Cutaneus femoris lateralis
4. N. Femoralis
5. N. Obturatorius
6. N. Saphenus
7. N. Fibularis communis
8. N. Fibularis profundus
9. N. Fibularis Superfiicialis
10. N. Cutaneus dorsalis intermedius
11. N. Cutaneus dorsalis medialis
12. Nn. Digitales dorsales pedis
13. N. Plantaris laterals
14. N. Plantaris medialis
Fisiologi Tulang:
1. Sebagai alat gerak pasif
2. Tempat melekatnya otot (Fixasi)
3. Melindungi organ-organ viseral yang penting (Protektor)
4. Menegakkan dan memberi bentuk pada tubuh (Power)
5. Tempat perombakan dan pembentukan sel darah merah
6. Tempat penyimpanan garam mineral
Fisiologi Otot:
7
Sifat khas jaringan otot yang berupa kemampuan nya untuk berkontraksi menjadikan otot
mengemban 3 fungsi utama, yaitu :
1. Pergerakan. Otot menghasilkan gerakan pada tulang tempat oto tersebut melekat dan
bergerak dalam bagian-bagian organ internal tubuh.
8
Penyebab nyeri:
1. Infeksi
2. Keadaan inflamasi
3. Keadaan toksik/neoplasma
4. Meningkatnya tekanan di dinding viskus/organ
f. Mengapa keluhan nyeri dan kesemutan terutama dirasakan pada saat menjelang
tidur dan anggota gerak bawah?
Jawab:
9
Pada dasarnya nyeri dan kesemutan pada siang dan malam hari sama, namun pada
siang hari karena banyak aktivitas menyebabkan nyeri dan kesemutan tidak terlalu dirasakan.
Pada malam hari karena aktivitas sedikit keluhan nyeri dan kesemutan terasa lebih berat (Lor
et al, 2009).
Pada malam hari memiliki perbedaan suhu yang cukup signifikan dengan siang hari.
Dimana suhu pada malam hari lebih rendah dari pada siang hari. Pada penderita nyeri
neuropatik seperti pada kasus Ny.Fatimah nyeri sering bertambah parah akibat stress suhu
misalnya sentuhan angin dapat memperburuk rasa nyeri meskipun rangsangan ini yang pada
keadaan normal tidak merugikan, hal ini disebut Alodinia.
Jenis Kelamin :
Wanita penimbunanan lemak 20-25% sedangkan laki-laki 15-20% sehingga memperparah
penyumbatan pembuluh darah yang mengekibatkan kurangnya asupan O2 dan nutrisi ke
saraf yang akan mengganggu sistem gerak (Isselbacher et al, 2000).
10
2. Dengan keluhan tersebut, Ny. Fatimah akhir-akhir ini kesulitan memakai sendal, dan
sendalnya sering terlepas sendiri.
a. Apa makna Ny. Fatimah kesulitan memakai sandal dan sandalnya sering terlepas
sendiri?
Jawab:
Hal tersebut terjadi karena merupakan komplikasi dari penyakit yang ia alami, Diabetes
Melitus / Kencing Manis,kontrol kadar gula darah yang buruk dapat menyebabkan
kerusakan di berbagai saraf perifer,padan kasus ini kemungkinan terganggunya saraf pada
kaki Ny.Fatimah.
b. Apa saja otot dan saraf yang terlibat pada saat memakai sendal?
Jawab:
Otot-otot yang terlibat:
1. M. opponens digiti minimi
2. M. flexor digiti minimi brevis
3. M. flexor digitorum longus
4. M. flexor digitorum brevis
5. M. flexor hallucis longus
6. M. flexor hallucis brevis
7. M. interosseus dorsalis pedis III, IV
8. M. interossei plantares I-III
9. M. adductor hallucis
10. Mm. lumbricales pedis I-IV
11
3. Ny. Fatimah sering merasa kehausan, lapar dan sering BAK pada malam hari sejak 6
tahun yang lalu.
a. Apa makna Ny. Fatimah sering merasa kehausan, lapar, dan sering BAK pada
malam hari sejak 6 tahun yang lalu?
Jawab:
Sering merasa kehausan, lapar dan sering BAK pada malam hari merupakan manifestasi
klinis diabetes melitus, dan 6 tahun yang lalu termasuk kronik. Manifestasi klinik diabetes
mellitus:
1. Poliuria (peningkatan pengeluaran urin)
2. Polidipsia (peningkatan rasa haus)
3. Rasa lelah dan kelemahan otot akibat gangguan aliran darah pada pasien diabetes
lama
4. Polifagia (peningkatan rasa lapar)
b. Bagaimana hubungan Ny. Fatimah seringa merasa kehausan, lapar dan sering BAK
pada malam hari sejak 6 tahun yang lalu dengan keluhan yang dialami?
Jawab:
Keluhan yang diderita Ny. Fatimah saat ini merupakan komplikasi kronik dari
penyakit yang ia derita. Diabetes melitus jika dibiarkan akan menyebabkan berbagai
komplikasi kronik. Adanya pertumbuhan sel dan juga kematian sel yang tidak normal
merupakan komplikasi kronik DM. Perubahan dasar/ disfungsi tersebut terutama terjadi
pada endotel pembuluh darah maupun pada sel mesangial ginjal, semuanya menyebabkan
terjadinya komplikasi vaskular diabetes (Sudoyo, Aru W., dkk, 2009)
Jaringan kardiovaskular, demikian juga jaringan syaraf, sel endotel pembuluh
darah, dan sel retina serta lensa rentan terhadap terjadinya komplikasi kronik diabetes.
Oleh sebab itu, DM yang tidak terkontrol jika terus dibiarkan akan menimbulkan keluhan
seperti yang diderita Ny. Fatimah saat ini akibat dari kerusakan jaringan saraf yang
mengakibatkan kelemahan tungkai (Djokomuljanto, 1986).
Diabetes melitus yang diderita Ny. Fatimah berhubungan dengan keluhan saat ini
yaitu kesemutan dan nyeri pada keempat anggota gerak, karena terjadi hiperglikemia
berkepanjangan yang berakibat terjadinya peningkatan aktivasi jalur poliol, sintesis
advance glycosilation end products (AGEs), pembentukan radikal bebas dan aktivasi
protein kinase C (PKC). Aktivasi berbagai jalur tersebut berujung pada kurangnya
vasodilatasi, sehingga aliran darah ke saraf menurun dan bersama rendahnya mionositol
12
dalam sel terjadilah ND (Neuropati Diabetic) yang ditandai dengan kesemutan dan nyeri
(Sudoyo, Aru W., dkk, 2009).
4. Ny. Fatimah menderita kencing manis sejak 5 tahun. Riwayat kencing manis dalam
keluarga tidak ada.
a. Bagaimana hubungan antara kencing manis dengan keluhan utama Ny. Fatimah?
Jawab:
Hubungannya adalah karena Ny Fatimah mengalami DM dapat mengakibatkan keluhan
berupa nyeri dan kesemutan berdasarkan Patofisiologi dibawah:
13
Diabetes Melitus
Hiperglikemi
Vasokontriksi pembuluh
darah
1
Pada orang yang gemuk aktivitas jaringan lemak dan otot memicu munculnya diabetes
mellitus.
3. Pola makan
Pola makan yang tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh dapat menjadi penyebab diabetes
mellitus.
4. Riwayat diabetes dalam keluarga
Sekitar 15-20% penderita NIDDM (Non Insulin Dependen Diabetes Mellitus) mempunyai
riwayat keluarga diabetes mellitus, sedangkan IDDM (Insulin Dependen Diabetes
Mellitus) sebanyak 57% berasal dari keluarga diabetes mellitus.
5. Kurang olahraga dan aktivitas
Kurang olahraga dapat menurunkan sensitifitas sel terhadap insulin dapat menurun
sehingga dapat mengakibatkan penumpukan lemak tubuh yang dapat menyebabkan
diabetes mellitus.
(Maulana, Mirza. 2008)
2
pada sel-sel beta pankreas, yang pada akhirnya pankreas tidak dapat menghasilkan insulin lalu
terjadi hiperglikemia (Manaf,2009).
5. Riwayat darah tinggi dan pengihatan kabur 2 tahun yang lalu, minum obat tekanan darah
tinggi dan obat DM tidak teratur.
a. Bagimana hubungan darah tinggi dengan penglihatan kabur terhadap keluhan?
Jawab:
Riwayat darah tinggi dan penglihatan kabur merupakan komplikasi dari diabetes melitus.
Jaringan kardiovaskular dan sel retina serta lensa merupakan jaringan yang rentan teradap
terjadinya komplikasi kronik diabetes. Retinopati merupakan sebab kebutaan yang paling
mencolok pada penderita diabetes. Hal ini disebabkan oleh penumpukan sorbitol di dalam lensa
karena aktifnya jalur poliol, yaitu alternatif metabolisme glukosa sebagai kompensasi dari
hiperglikemia. Selain itu, terjadinya plak aterosklerosis pada daerah subintimal pembuluh darah
yang kemudian berlanjut pada terbentuknya penyumbatan pembuluh darah (Teguh Priyantono,
2005).
1. Diuretik
5. Antagonis kalsium
a. Nifedipin, verapamil, diltiazem, amlodipin, nikardipin, isradipin, felodipin.
6. Riwayat trauma disangkal, riwayat infeksi saluran infeksi saluran pernafasan dan saluran
cerna 1 bulan terakhir disangkal.
a. Apa makna riwayat trauma disangkal, riwayat infeksi saluran pernafasan dan saluran serna
1 bulan terakhir disangkal?
Jawab:
- Trauma disangkal : menyingkirkan diagnosis keluhan akibat trauma. Misal kecelakaan lalu
lintas pada fraktur bisa terjadi kerusakan pembuluh darah, tulang dan jaringan sekitarnya.
- Infeksi saluran pernafasan dan saluran cerna disangkal : menyingkirkan diagnosis Gullain
Bare Syndrome yang diakibatkan oleh infeksi virus ataupun bakteri. Pada penyakit GBS
terjadinya destruksi myelin sehingga penghantar impuls menjadi lambat yang berakibat gagal
nafas.
7. Pemeriksaan fisik: Kesadaran: compos mentis, BB: 70 kg, TB: 155 cm. Tanda vital : TD: 170/95
mmHg, N:84 x/menit, RR: 20x/menit, suhu 370C, VAS (Visual Analog Scale) : 4
a. Bagaimana interpretasi pemeriksaan fisik?
Jawab:
Pemeriksaan Nilai Normal Hasil Pemeriksaan Interpretasi
Kesadaran Compos mentis Compos mentis Normal
Status Gizi 18,5-25,0 29,13 Obesitas I
TD 120/80 170/95 Hipertensi
Nadi 60-100x/ menit 84x/menit Normal
Pernafasan 14-24x/menit 20 x/menit Normal
Suhu 36-37,5 oC 37 oC Normal
VAS < 4 : nyeri 4 Nyeri kategori
ringan sedang
4 – 7 : nyeri
sedang
< 7 : nyeri hebat
4
Mekanisme : Penumpukan gula di pembuluh darah penyempitan pada pembuluh darah
aliran pembuluh vena menurun kompensasi tekanan darah meningkat
Hiperglikemi juga merangsang terbentuknya Advanced Glycosilation End Product (AGES) dan
peningkatan sorbitol pada jalur poliol menyebabkan sintesis dan fungsi NO menurun. Vasodilatasi
berkurang, sehingga Tekanan Darah meningkat.
8. Pemeriksaan Khusus: Pemeriksaan Visus: 3/60 tidak dapat terkoreksi dengan sempurna
dengan kacamata.
Pemeriksaan neurologi didapat: kekuatan ekstremitas atas masih dalam batas normal,
kekuatan 4+ pada ekstremitas bawah, Refleks fisiologis menurun pada kedua lengan dan
tungkas bawah, refleks patologis (-), gangguan sensibilitas berpola sarung tangan & kaus kaki.
a. Bagaimana interpretasi pemeriksaan khusus?
Jawab:
- Pemeriksaan Visus: 3/60 tidak dapat dikoreksi dengan sempurna dengan kacamata, artinya:
3/60 = 1/20 menandakan bahwa Ny. Fatimah dapat melihat huruf atau tulisan dengan jarak
kejauhan 1 kaki namun pada orang normal tulisan tersebut dapat dibaca pada jarak 20 kaki.
- Kekuatan 4+ pada ekstremitas bawah, Refleks fisiologis menurun pada kedua lengan dan
tungkas bawah, refleks patologis (-)
- Gangguan sensibilitas berpola sarung tangan & kaus kaki.
hilangnya akson dan serabut terpanjang berjalan dari distal ke proksimal memberi
gambaran seperti pola sarung tangan dan kaos kaki
5
c. Bagaimana pemeriksaan visus?
Jawab:
a. Tempelkan kartu Oprotif Snellen di dinding dan mintalah pasien untuk duduk sejauh 6
meter
b. Periksa Mata kanan pasien dengan cara meminta pasien untuk menutup mata kirinya dan
melihat objek di dinding
c. Periksa Mata Kiri pasien dengan cara meminta pasien menutup mata kanannya dan melihat
objek di dinding.
d. Jika huruf yang paling atas tidak dapat dibaca maka Dokter dapat melakukan Finger Test
6
3 : Hanya dapat melakukan fleksi
2 :extensi abnormal (tangan satu atau keduanya extensi di sisi tubuh, dengan jari mengepal
& kaki extensi saat diberi rangsang nyeri).
1 : tidak ada respon
Nilai total GCS adalah 15 (E4V5M6).
Derajat kesadaran :
ComposMentis(conscious), yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat menjawab
semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya.
Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan sekitarnya, sikapnya
acuh tak acuh.
Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu), memberontak, berteriak-teriak,
berhalusinasi, kadang berhayal.
Somnolen(Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon psikomotor yang lambat,
mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi
jatuh tertidur lagi, mampu memberi jawaban verbal.
Stupor(soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon terhadap nyeri.
Coma(comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap rangsangan apapun
(tidak ada respon kornea maupun reflek muntah, mungkin juga tidak ada respon pupil
terhadap cahaya
Nervus Kranial
o Saraf I: Olfaktorius
o Saraf II: Optik
o Pemeriksaan lapang pandang.
o Saraf III, IV, dan VI: Saraf okulomotor, troklearis, dan abducens
o Saraf V: Trigeminal
o Saraf VIII: Fasial
o Saraf IX: Vestibulokoklear
o Saraf X: Vagus
o Saraf XI: Aksesori
o Saraf XII: Hipoglossal
(T. Juwono. 1996)
8
Diabetes Melitus Defisiensi Insulin → Hiperglikemi → ketidakmampuan ginjal untuk
menyerap kembali glukosa yang tersaring keluar → glukosa muncul pada urin (glukosuria)
Ureum meningkat
3. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik, pemeriksaan tanda vital ortostatik dapat mengidentifikasi adanya
disautonomia.Pemeriksaan motorik komprehensif mencakup penilaian tonjolan otot, contohnya
observasi atrofi otot intrinsik tangan dan kaki. Selain itu dinilai hipereksitabilitas, tonus, dan
kekuatan otot dengan skala Medical Research Council. Dynamometri dapat dipakai untuk penilaian
9
kekuatan otot yang lebih tepat. Karena sebagian besar neuropati mengakibatkan kelemahan distal,
otot intrinsik kaki dapat terkena lebih dulu, dengan manifestasi kaki bengkok dan ibu jari seperti palu
(hammer toes). Kelemahan saat fleksi dan ekstensi jari kelingking dan kelemahan ekstensi ibu jari
sering muncul pada fase awal. Sudut antara tibia dan punggung kaki sekitar 130°. Sudut yang lebih
besar menunjukkan kelemahan dorsofleksi pergelangan kaki. Pada tangan, otot abduktor jari telunjuk
dan kelingking yang terkena lebih dulu. Selain itu, perlu diperhatikan gaya berjalan pasien. Pada
pasien neuropati kronik, pasien mengalami kesulitan berjalan dengan tumit dibanding berjalan
dengan ujung jari.
4. Pemeriksaan Sensorik
Pemeriksaan sensorik perlu dilakukan sesuai anatomi saraf perifer dan pola penyakit.
Pemeriksaan ini terbagi tipe serabut saraf ukuran besar atau kecil. Penilaian serabut saraf besar
mencakup sensasi getar, posisi sendi, dan rasa raba ringan. Sedangkan penilaian serabut kecil
mencakup uji pin-prick dan sensasi suhu. Tes Romberg juga bermanfaat menilai fungsi serabut besar.
Dalam melakukan pemeriksaan sensorik, perlu memikirkan jenis neuropati yang dikeluhkan,
mencakup mononeuropati, polineuropati (distal simetrik atau multifokal), radikulopati, pleksopati.
Pemeriksaan yang dilakukan meliputi area yang mengalami kelainan dan dibandingkan dengan area
kontralateral yang simetris. Selain itu juga dibandingkan dengan area lain yang normal, dan dikaitkan
dengan dermatom saraf. Penurunan refleks tendon sangat membantu dalam menentukan lokalisasi
kerusakan lower motor neuron. Hiporefleks atau arefleks sering ditemukan pada neuropati serabut
saraf yang besar, namun pada neuropati serabut saraf kecil refleks tendon dalam seperti refleks
Achilles masih baik.
5. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dapat menunjang diagnosis cukup banyak, dan tergantung
dari klinis pada pasien. American Academy of Neurology (AAN) mengajukan parameter praktis
pemeriksaan laboratorium dan genetik pada polineuropati distal simetrik. Panduan tersebut
merekomendasikan pemeriksaan gula darah puasa, elektrolit untuk menilai fungsi ginjal dan hati,
pemeriksaan darah tepi lengkap, kadar vitamin B12 serum, laju endap darah, uji fungsi tiroid, dan
immunofixation electrophoresis serum (IFE). Sedangkan pemeriksaan lainnya mencakup Myelin
associated glycoprotein (MAG), sulfatide, dan antibodi GD1B.
10
Akut -
Kronis -
Demam -
LMN
Visus -
Tetraparalase
Hiperglikemi -
Nyeri malam hari
Stocking-glove
2. Pencegahan sekunder
Yang menjadi sasaran pencegahan primer adalah masyarakat atau pasien yang sudah terkena
diabetes dan sudah diketahui dan sudah berobat.pada pencegahan sekunder pun, penyuluhan tetang
prilaku hidup sehat seperti pada pencegahan primer harus dilaksankan, ditambah dengan peningkatan
pelayanan kesehatan primer dipusat-pusat pelayanan kesehatan mulai rumah sakit kelas A sampai
keunit paling depan yaitu puskesmas.disamping itu juga diperlukan penyuluhan kepada pasien dan
keluarganya tentang penatalaksanaan dan pencegahan komplikasi.
3. Pencegahan tersier
Melakukan penyuluhan kepada masyarakat tentang pencegahan komplikasi diabetes, yang
pada konsensus dimasukkan sebagai pencegahan sekunder,mencegah berlanjutnya (progresi)
komplikasi untuk tidak menjurus kepada penyakit organ,mencegah terjadinya kecacatan yang
disebabkan oleh karena kegagalan organ atau jaringan.dalam hal peran penyuluhan dibutuhkan untuk
peningkatan motivasi pasien untuk mengendalikan diabetesnya.
4. Preventif
Dengan cara Pola hidup yang sehat dan olahraga teratur.
5. Kuratif
Untuk obat antidiabetik ada lima golongan yaitu sulfonylurea, megilitinid,biguanid,penghambat α
glokosidasedan tiazolidinedion.
12
d. Topikal: capsaicin 0,075% 4x/hari, fluphenazine 1mg 3x/hari
e. Duloxetine
Duloxetine diindikasikan untuk penanganan nyeri neuropatik , walaupun
mekanisme kerjanya dalam mengurangi nyeri belum sepenuhnya dipahami. Hal ini
mungkin berhubungan dengan kemampuannya untuk meningkatkan aktivitas
norepinephrin dan 5-HT pada sistem saraf pusat, duloxetine umumnya dapat ditoleransi
dengan baik, dosis yang dianjurkan yaitu duloxetine diberikan sekali sehari dengan dosis
60 mg, walaupun pada dosis 120 mg/hari menunjukkan keamanan dan keefektifannya, tapi
tidak ada bukti yang nyata bahwa dosis yang lebih dari 60 mg/hari memiliki keuntungan
yang signifikan, dan pada dosis yang lebih tinggi kurang dapat ditoleransi dengan baik
f. Gabapentin
Gabapentine diindikasikan untuk penanganan PHN pada orang dewasa,
molekulnya secara struktural berhubungan dengan neurotransmitter gamma-amino butyric
acid, namun gabapentin tidak berinteraksi secara signifikan dengan neurotransmitter yang
lainnya, walaupun mekanisme kerja gabapentin dalam mengurangi nyeri pada PHN belum
dipahami dengan baik, namun salah satu sumber menyebutkan bahwa gabapentin
mengikat reseptor α2δ subunit dari voltage-activated calsium channels, pengikatan ini
menyebabkan pengurangan influks ca2+ ke dalam ujung saraf dan mengurangi pelepasan
neurotransmitter, termasuk glutamat dan norepinephrin.
Pada orang dewasa yang menderita PHN, terapi gabapentin dimulai dengan dosis
tunggal 300 mg pada hari pertama, 600 mg pada hari kedua (dibagi dalam dua dosis), dan
900 mg pada hari yang ketiga(dibagi dalam 3 dosis). Dosis ini dapat dititrasi sesuai
kebutuhan untuk mengurangi nyeri sampai dosis maksimum 1800 hingga 3600 mg(dibagi
dalam 3 dosis). Pada penderita gangguan fungsi ginjal dan usia lanjut dosisnya dikurangi.
g. Pregabalin
Pregabalin diindikasikan pada penanganan nyeri neuropatik untuk DPN dan juga
PHN. Mekanisme kerja dari pregabalin sejauh ini belum dimengerti, namun diyakini sama
dengan gabapentin. Pregabalin mengikat reseptor α2δ subunits dari voltage activated
calsium channels, memblok ca2+ masuk pada ujung saraf dan mengurangi pelepasan
neurotransmitter. Pada penderita DPN yang nyeri, dosis maksimum yang
direkomendasikan dari pregabalin adalah 100 mg tiga kali sehari (300mg/hari). Pada
pasien dengan creatinin clearance ≥ 60 ml/min, dosis seharusnya mulai pada 50 mg tiga
kali sehari (150mg/hari) dan dapat ditingkatkan hingga 300mg/hari dalam 1 minggu
berdasarkan keampuhan dan daya toleransi dari penderita. Dosis pregabalin sebaiknya
diatur pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal. Pada penderita PHN, dosis yang
direkomendasikan dari pregabalin adalah 75 hingga 150 mg 2 kali sehari atau 50 hingga
13
100 mg 3 kali sehari (150-300 mg/hari). Pada pasien dengan creatinin clearance ≥ 60
ml/min, dosis mulai pada 75 mg 2 kali sehari, atau 50 mg 3 kali sehari (150 mg/hari) dan
dapat ditingkatkan hingga 300 mg/hari dalam 1 minggu berdasarkan keampuhan dan daya
toleransi penderita, jika nyerinya tidak berkurang pada dosis 300 mg/hari, pregabalin dapat
ditingkatkan hingga 600 mg/hari.
Komplikasi kronis
1. Mikroangiopati
a. Retinopati diabetikum disebabkan karena kerusakan pembuluh darah retina. Faktor terjadinya
retinopati diabetikum : lamanya menderita diabetes, umur penderita, kontrol gula darah, faktor
sistematik (hipertensi, kehamilan).
b. Nefropati diabetikum yang ditandai dengan ditemukannya kadar protein yang tinggi dalam
urin yang disebabkan adanya kerusakan pada glomerulus. Nefropati diabetikum merupakan
faktor resiko dari gagal ginjal kronik.
c. Neuropati diabetikum biasanya ditandai dengan hilangnya refleks. Selain itu juga bisa terjadi
poliradikulopati diabetikum yang merupakan suatu sindrom yang ditandai dengan gangguan
14
pada satu atau lebih akar saraf dan dapat disertai dengan kelemahan motorik, biasanya dalam
waktu 6-12 bulan.
2. Makroangiopati
a. Penyakit jantung koroner dimana diawali dari berbagai bentuk dislipidemia,
hipertrigliseridemia dan penurunan kadar HDL. Pada DM sendiri tidak meningkatkan kadar
LDL, namun sedikit kadar LDL pada DM tipe II sangat bersifat atherogeni karena mudah
mengalami glikalisasi dan oksidasi.
b. Kaki Diabetik
Terdapat 4 faktor utama yang berperan pada kejadian kaki diabetes melitus :
1. Kelainan vaskular : Angiopati, contoh : aterosklerosis
2. Kelainan saraf : Neuropati otonom dan perifer
3. Infeksi
4. Perubahan biomekanika kaki
18. KDU?
Jawab:
Untuk penyakit neuropati KDU nya 3A: Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinis dan
memberikan terapi pendahuluan pada keadaan yang bukan gawat darurat. Lulusan dokter mampu
menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan pasien selanjutnya. Lulusan dokter mampu
menindaklanjuti sesudah kembali dari rujukan (SKDI 2012).
19. NNI?
Jawab:
Allah berfirman dalam Al Qur’an surat Al A’raf ayat 31: “Hai anak Adam, kenakan pakaianmu yang
indah disetiap memasuki masjid, makan dan minumlah dan janganlah berlebih-lebihan.
Sesungguhnya allah tidak menyukai orang-orang yang belebih-lebihan.”
15
Dalam ayat ini dijelaskan bahwa Allah menyuruh umat islam untuk menjaga pola makan dengan baik
demi kebaikan hidup umat islam sendiri.
2.4 Kesimpulan
Ny. Fatimah, 53 tahun mengeluh nyeri dan kesemutan karena menderita polineuropati diabetik akibat DM
tidak terkontrol.
Polineuropati Diabetik
Kesemuatan Nyeri
Gangguan Tidur
16