Rangkuman Skenario B Blok 9
Rangkuman Skenario B Blok 9
SKENARIO B
BLOK IX : NEUROMUSKULOSKLETAL
Kelompok IX:
FAKULTAS KEDOKTERAN
TAHUN AJARAN
2015
Azhar, 30 tahun datang ke RS dengan keluhan utama nyeri hebat dan bengkak pada tungkai kanan
bawah sehingga tidak bisa berjalan setelah mengalami kecelakaan motor dua jam sebelumnya. Tungkai
kanan bawah tertimpa motor dan juga mengalami lecet. Oleh keluarga, Azhar dibawa kerumah sakit. Saat
ini, Azhar mengeluh nyeri bertambah hebat seperti tertimpa benda berat disertai dengan kesemutan pada
tungkai bawahnya.
Pemeriksaan fisik:
Keadaan Umum:
Kesadaran kompos mentis; frekuensi pernafasan 22x/menit; denyut nadi 102 x/menit; isi dan tegangan
cukup; tekanan darah 130/80 mmHg; temperatur 37,0o C
Keadaan spesifik:
Ekstremitas bawah:
Regio crurisdekstra:
Look:
Feel: nyeri tekan (+), krepitasi (+), teraba tegang pada kulit sekitar cruris
pemeriksaan radiologi:
Foto cruris dextra AP lateral tampak fraktur komplit segmental pada 1/3 tengah os tibia dan os fibula
Keadaan Umum:
Kesadaran kompos mentis; frekuensi pernafasan 22x/menit; denyut nadi 102 x/menit; isi dan tegangan cukup;
tekanan darah 130/80 mmHg; temperatur 37,0o C
5. Keadaan spesifik:
Ekstremitas bawah:
Regio crurisdekstra:
Look:
Feel: nyeri tekan (+), krepitasi (+), teraba tegang pada kulit sekitar cruris
6. pemeriksaan radiologi:
Foto cruris dextra AP lateral tampak fraktur komplit segmental pada 1/3 tengah os tibia dan os fibula
2. Otot
Musculus di regio cruris dibagi 3 : anterior, lateral dan posterior
1. Otot ventral anterior, diinervasi oleh N. fibularis profundus (N. Ischiadicus)
- M. Tibialis anterior
- M. Extensor hallucis longus
- M. Extensor digitorum longus
- M. fibularis (peroneus) tertius (otot yang tidak selalu ada)
2. Otot Lateral diinervasi oleh N. Fibularis superficialis (N. Ischiadicus)
- M. Fibularis longus (superfisial)
- M. Fibularis brevis (distal)
3. Otot Dorsal Superfisialis, diinervasi oleh N. Tibialis (N.Ischiadicus)
- M. Tricep Surae
4. Otot Posterior diinervasi oleh N. Tibialis (N. Ischiadicus)
- M. Popliteus
3. Sendi
a. Art. Femurotibialis
b. Art. Tibiofibularis
c. Art. Talocuralis
4. Nervus
a. N. Tibialis
b. N. FIbularis Communis
c. N. FIbularis Profundus
d. N. Fibularis Superficialis
e. N. Sapheneus
f. N. Cutaneus dorsalis intermedius
g. N. Cutaneus surae medialis
h. N. Cutaneus surae lateralis
i. N. Suralis
(Sobotta,ed23,2012)
B. Histologi
Pada kulit tungkai bawah terdiri dari:
1. Epidermis
C. Fisiologi
Fungsi tulang secara umum;
1. Sebagai alat gerak pasif
2. Tempat melekatnya otot (Fixasi)
3. Melindungi organ-organ viseral yang penting (Protektor)
4. Menegakkan dan memberi bentuk pada tubuh (Power)
5. Tempat perombakan dan pembentukan sel darah merah
6. Tempat penyimpanan garam mineral
Pada kulit tungkai bawah terdiri dari:
b. Apa makna kecelakaan motor 2 jam sebelumnya dengan keluhan yang dialami azhar?
Jawab:
Maknanya adalah Azhar mengalami fase inflamasi dimana keluhan yang dialami Azhar adalah
nyeri hebat dan bengkak yang menunjukkan tanda inflamasi dikarenakan dalam interval 2 jam telah
terinfeksi pathogen tertentu.
c. Bagaimana patofisiologi nyeri hebat dengan bengkak dan tidak bisa berjalan ?
Jawab:
Bengkak
Edema yang terbentuk akan menekan ujung saraf dan menyebabkan nyeri. Sehingga
tidak bisa berjalan.
(Sherwood,2012)
Jenis-jenis luka :
Berdasarkan Penyebab
1. Vulnus ekskoriasi atau luka lecet/gores adalah cedera pada permukaan epidermis akibat
bersentuhan dengan benda berpermukaan kasar atau runcing. Luka ini banyak dijumpai pada
kejadian traumatik seperti kecelakaan lalu lintas, terjatuh maupun benturan benda tajam
ataupun tumpul.
2. Vulnus scissum adalah luka sayat atau iris yang di tandai dengan tepi luka berupa garis lurus
dan beraturan. Vulnus scissum biasanya dijumpai pada aktifitas sehari-hari seperti terkena
pisau dapur, sayatan benda tajam ( seng, kaca ), dimana bentuk luka teratur .
3. Vulnus laseratum atau luka robek adalah luka dengan tepi yang tidak beraturan atau compang
camping biasanya karena tarikan atau goresan benda tumpul. Luka ini dapat kita jumpai pada
kejadian kecelakaan lalu lintas dimana bentuk luka tidak beraturan dan kotor, kedalaman luka
bisa menembus lapisan mukosa hingga lapisan otot.
4. Vulnus punctum atau luka tusuk adalah luka akibat tusukan benda runcing yang biasanya
kedalaman luka lebih dari pada lebarnya. Misalnya tusukan pisau yang menembus lapisan
Vulnus ekskoriasi atau luka lecet/gores adalah cedera pada permukaan epidermis
akibat bersentuhan dengan benda berpermukaan kasar atau runcing. Luka ini banyak dijumpai
pada kejadian traumatik seperti kecelakaan lalu lintas, terjatuh maupun benturan benda tajam
ataupun tumpul. (Taylor L, 1997) Mekanisme pada kasus yaitu:
Trauma fisik (terkena benda runcing) cedera pada permukaan epidermis terjadinya
diskontinuitas jaringan pada kulit luka robek
a. Infeksi
Invasi bakteri pada luka dapat terjadi saat trauma, selama pembedahan atau setelah pembedahan.
Gejala dari infeksi sering muncul dalam 2-7 hari. Gejala berupa infeksi termasuk adanya purulent,
peningkatan drainage, nyeri, kemerahan dan bengkak di sekitar luka, peningkatan suhu, dan
peningkatan leukosit.
a. Evaluasi luka meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik (lokasi dan eksplorasi).
b. Tindakan Antiseptik, prinsipnya untuk mensucihamakan kulit. Untuk melakukan
pencucian/pembersihan luka biasanya digunakan cairan atau larutan antiseptik. Larutan antiseptik yang
telah dianjurkan adalah providine iodine 10% atau klorhesidin glukonat 0,5%.
Dalam proses pencucian/pembersihan luka yang perlu diperhatikan adalah pemilihan cairan
pencuci dan teknik pencucian luka. Penggunaan cairan pencuci yang tidak tepat akan menghambat
pertumbuhan jaringan sehingga memperlama waktu rawat dan meningkatkan biaya perawatan.
Pemelihan cairan dalam pencucian luka harus cairan yang efektif dan aman terhadap luka. Selain larutan
antiseptik yang telah dijelaskan diatas ada cairan pencuci luka lain yang saat ini sering digunakan yaitu
Normal Saline. Normal saline atau disebut juga NaCl 0,9%. Cairan ini merupakan cairan yang bersifat
fisiologis, non toksik dan tidak mahal. NaCl dalam setiap liternya mempunyai komposisi natrium
klorida 9,0 g dengan osmolaritas 308 mOsm/l setara dengan ion-ion Na+ 154 mEq/l dan Cl- 154 mEq/l
(InETNA, 2004)
c. Pembersihan Luka
Tujuan dilakukannya pembersihan luka adalah meningkatkan, memperbaiki dan mempercepat proses
penyembuhan luka; menghindari terjadinya infeksi; membuang jaringan nekrosis dan debris (InETNA,
2004).
Beberapa langkah yang harus diperhatikan dalam pembersihan luka yaitu :
Irigasi dengan sebanyak-banyaknya dengan tujuan untuk membuang jaringan mati dan
benda asing.
Hilangkan semua benda asing dan eksisi semua jaringan mati.
Berikan antiseptik
Bila diperlukan tindakan ini dapat dilakukan dengan pemberian anastesi lokal
d. Penjahitan Luka
Luka bersih dan diyakini tidak mengalami infeksi serta berumur kurang dari 8 jam boleh
dijahit primer, sedangkan luka yang terkontaminasi berat dan atau tidak berbatas tegas sebaiknya
dibiarkan sembuh per sekundam atau per tertiam.
e. Penutupan Luka
Adalah mengupayakan kondisi lingkungan yang baik pada luka sehingga proses penyembuhan
berlangsung optimal.
f.Pembalutan
Pertimbangan dalam menutup dan membalut luka sangat tergantung pada penilaian kondisi luka.
Pembalutan berfungsi sebagai pelindung terhadap penguapan, infeksi, mengupayakan lingkungan yang
baik bagi luka dalam proses penyembuhan, sebagai fiksasi dan efek penekanan yang mencegah
berkumpulnya rembesan darah yang menyebabkan hematom.
g. Pemberian Antibiotik
Prinsipnya pada luka bersih tidak perlu diberikan antibiotik dan pada luka terkontaminasi atau kotor
maka perlu diberikan antibiotik.
h. Pengangkatan Jahitan
Jahitan diangkat bila fungsinya sudah tidak diperlukan lagi. Waktu pengangkatan jahitan tergantung
dari berbagai faktor seperti, lokasi, jenis pengangkatan luka, usia, kesehatan, sikap penderita dan adanya
infeksi.
(Walton,Robert L)
Sintesis:
Pada kasus ini merupakan Vulnus ekskoriasi atau luka lecet/gores adalah cedera pada permukaan epidermis
akibat bersentuhan dengan benda berpermukaan kasar atau runcing. Luka ini banyak dijumpai pada kejadian
traumatik seperti kecelakaan lalu lintas, terjatuh maupun benturan benda tajam ataupun tumpul. Untuk luka lecet
manajemennya yaitu pembersihan luka, pemberian antiseptik, larutan antiseptik yang telah dianjurkan adalah
providine iodine 10% atau klorhesidin glukonat 0,5% dan selanjutnya pembalutan luka yang berfungsi sebagai
pelindung terhadap penguapan, infeksi, mengupayakan lingkungan yang baik bagi luka dalam proses
penyembuhan, sebagai fiksasi dan efek penekanan yang mencegah berkumpulnya rembesan darah yang
menyebabkan hematom.
(Walton,Robert L)
Regio Look:
crurisdekstra: -asimetris, bengkak dan ABNORMAL, Dimana
pucat normalnya simetris
-deformitas pada bagian ABNORMAL, normlnya
tengah tulang cruris tidak ada perubahan bentuk
kanan pada tulang
-luka terbuka (-), ABNORMAL
perdarahan aktif (-)
Feel:
nyeri tekan (+), krepitasi
(+), teraba tegang pada ABNORMAL, karena pada
kulit sekitar cruris keadaan normal tidak
ditemukan nyeri tekan
dankrepitasi kulit.
ROM : ABNORMAL
ankle joint 0o
(Helmi, 2012)
Fraktur tulang
fraktur
Gangguan membran
potensial
Kesemutan
Fraktur dapat terjadi pada semua tingkat umur, yang beresiko tinggi untuk terjadinya fraktur
adalah :
1. orang yang lanjut usia
2. orang yang bekerja yang membutuhkan keseimbangan, masalah gerakan pekerjaan-pekerjaan
yang beresiko tinggi (tukang besi, supir, pembalap mobil, orang dengan penyakit degeneratif atau
neoplasma)
(Helmi, 2013).
6. Pemeriksaan radiologi:
Foto cruris dextra AP lateral tampak fraktur komplit segmental pada 1/3 tengah os tibia dan os fibula
a. Bagaimana jenis-jenis fraktur pada pemeriksaan radiologi?
Jawab:
Fraktur berdasarkan penilaian radiologis
Yakni penilaian lokalisasi/letak fraktur, meliputi: diafisial, metafisial, intraartikular, dan
frakatur dengan dislokalisasi. Klasifikasi radiologis berdasarkan sudut patah yakni
Fraktur transversal: fraktur yang garis patahnya tegak lurus terhadap sumbu panjang tulang.
Segmen-segmen tulang yang patah direposisi atau direduksi kembali ketempatnya semula,
maka segmen-segmen itu akan stabil, dan biasanya dikontrol dengan bidai gips.
(Helmi, 2013)
Sintesis:
Pada kasus ini merupakan fraktur komplit segmental, dimana fraktur segmental
merupakan dua fraktur berdekatan pada satu tulang yang menyebabkan terpisahnya segmen
sentral dari suplai darahnya.
Jawab:
Pada pemeriksaan foto rontgen didapatkan hasil fraktur komplit segmental pada 1/3 tengah os
tibia dan fibula, artinya:
Fraktur komplit : tulang terbagi menjadi 2 bagian dan garis patahnya menyeberang dari satu
sisi ke sisi lainnya serta mengenai saluruh korteks.
Fraktur segmental : terjadinya 2 fraktur berdekatan pada satu tulang yang menyebabkan
terpisahnya segmen sentral dari suplai darahnya.
(Helmi, Zairin Noor, 2014)
d. Bagaimana syarat foto rontgen yang baik?
Jawab:
Diagnosis
A. Anamnesa
Penderita biasanya datang dengan suatu trauma (traumatic fraktur), baik yang hebat maupun trauma ringan dan
diikuti dengan ketidakmampuan untuk menggunakan anggota gerak. Anamnesis harus dilakukan dengan cermat,
karena fraktur tidak selamanya terjadi di daerah trauma dan mungkin fraktur terjadi ditempat lain. Trauma dapat
terjadi karena kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian atau jatuh dikamar mandi pada orang tua,
Look (Inspeksi)
1) Deformitas: angulasi ( medial, lateral, posterior atau anterior), diskrepensi
(rotasi,perpendekan atau perpanjangan).
2) Bengkak atau kebiruan.
3) Fungsio laesa (hilangnya fungsi gerak).
4) Pembengkakan, memar dan deformitas mungkin terlihat jelas, tetapi hal
yang penting adalah apakah kulit itu utuh. Kalau kulit robek dan luka
memiliki hubungan dengan fraktur, cedera itu terbuka (compound).
Feel (palpasi)
Palpasi dilakukan secara hati-hati oleh karena penderita biasanya mengeluh sangat nyeri. Hal-hal yang perlu
diperhatikan:
- Selulitis
- Deep Venous Trombosis dan Thrombophlebitis
- Gas Ganggrene
- Necrotizing Fasciitis
- Peripheral Vascular Injuries
- Rhabdomyolis
Jawab:
1) Radiografi pada dua bidang (cari lusensi dan diskontinuitas pada korteks tulang)
2) Tomografi, CT-Scan, MRI (jarang)
3) Ultrasonografi dan scan tulang dengan radioisotop. (Scan tulang terutama berguna ketika radiografi
atau CT-Scan memberikan hasil negatif pada kecurigaan fraktur secara klinis)
Menurut Smeltzer & Bare (2002), manifestasi klinis fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi, deformitas,
pemendekan ektremitas, krepitus, pembengkakan lokal, dan perubahan warna yang dijelaskan secara
rinci sebagai berikut:
a. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang diimobilisasi. Spasme otot yang
menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan
antar fragmen tulang.
b. Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tidak dapat digunakan dan cenderung bergerak secara alamiah
(gerakan luar biasa). Pergeseran fragmen pada fraktur lengan dan tungkai menyebabkan deformitas
(terlihat maupun teraba) ektremitas yang bisa diketahui dengan membandingkannya dengan
ektremitas normal. Ekstremitas tidak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot
tergantung pada integritasnya tulang tempat melekatnya otot.
c. Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot yang melekat
di atas dan bawah tempat fraktur. Fragmen sering saling melengkapi satu sama lain sampai 2,5
sampai 5 cm (1 sampai 2 inci).
d. Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang dinamakan krepitus yang teraba
akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya. Uji krepitus dapat mengakibatkan kerusakan
jaringan lunak yang lebih berat.
e. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibat trauma dan perdarahan
yang mengikuti fraktur. Tanda ini biasa terjadi setelah beberapa jam atau hari setelah cedera.
Manfestasi Klinis Sindrom Kompartemen :
1. Pain (nyeri)
Nyeri yang hebat terjadi saat peregangan pasif pada otot-otot yang terkena, ketika ada trauma langsung. Nyeri
merupakan gejala dini yang paling penting. Terutama jika munculnya nyeri tidak sebanding
Tujuan pengobatan fraktur adalah untuk menempatkan ujung-ujung dari patah tulang
supaya satu sama lain saling berdekatan, selain itu menjaga agar tulang tetap menempel
sebagaimana mestinya. Proses penyembuhan memerlukan waktu minimal 4 minggu, tetapi pada
usia lanjut biasanya memerlukan waktu yang lebih lama. Setelah sembuh, tulang biasanya kuat dan
kembali berfungsi.
Fraktur biasanya menyertai trauma. Untuk itu sangat penting untuk melakukan
pemeriksaan terhadap jalan napas (airway), proses pernafasan (breathing), dan sirkulasi
(circulating), apakah terjadi syok atau tidak. Bila sudah dinyatakan tidak ada masalah lagi , baru
lakukan amnesis dan pemeriksaan fisik secara terperinci. Waktu terjadinya kecelakaan penting
ditanyakan untuk mengetahui berapa lama sampai di RS, mengingat golden period 1-6 jam , bila
lebih dari 6 jam, komplikasi infeksi semakin besar. Lakukan amnesis dan pemeriksaan fisis secara
cepat , singkat dan lengkap. Kemudian, lakukan foto radiologis. Pemasangan bidai dilakukan untuk
mengurangi rasa sakit dan mencegah terjadinya kerusakan yang lebih berat pada jaringan lunak
selain memudahkan proses pembuatan foto (Mansjoer, 2000).
Penatalaksanaan fraktur telah banyak mengalami perubahan dalam waktu sepuluh tahun
terakhir ini. Traksi dan spica casting atau cast bracing mempunyai banyak kerugian karena waktu
b.Fiksasi Interna
Fiksasi interna dilakukan dengan pembedahan untuk menempatkan piringan
atau batang logam pada pecahan-pecahan tulang. Fiksasi interna merupakan
pengobatan terbaik untuk patah tulang pinggul dan patah tulang disertai komplikasi
(Djuwantoro, 1997).
c. Pembidaian
Pembidaian adalah suatu cara pertolongan pertama pada cedera/ trauma sistem
muskuloskeletal untuk mengistirahatkan (immobilisasi) bagian tubuh kita yang
mengalami cedera dengan menggunakan suatu alat yaitu benda keras yang
ditempatkan di daerah sekeliling tulang.
d. Pemasangan Gips atau Operasi Dengan Orif Gips adalah suatu bubuk campuran yang
digunakan untuk membungkus secara keras daerah yang mengalami patah tulang.
Pemasangan gips bertujuan untuk menyatukan kedua bagian tulang yang patah agar
tak bergerak sehingga dapat menyatu dan fungsinya pulih kembali dengan cara
mengimobilisasi tulang yang patah tersebut.
e. Penyembuhan Fraktur
Komplikasi fraktur:
1. Komplikasi awal fraktur antara lain: syok, sindrom emboli lemak, sindrom kompartement,
kerusakan arteri, infeksi, avaskuler nekrosis.
a. Syok
Artinya :
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan
Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)”
Dari Abu Sa’id dan Abu Hurairah, mereka mendengar Rasulullah bersabda :
“tidaklah seorang mukmin tertimpa suatu musibah berupa rasa sakit (yang tidak kunjung sembuh),
rasa capek, rasa sakit, rasa pedih, dan kekhawatiran yang menerpa melainkan dosa-dosanya
diampuni” (HR. Muslim no. 2573)
Kandungan : dari surat dan hadist diatas dapat di ambil hikmah bahwa setiap musibah adalah teguran
dari Allah SWT atas dosa yang telah kita perbuat dan musibah tersebut agar dijadikan instropeksi diri
untuk lebih baik lagi dalam mencari rahmatan lil alamin.
2.6 Kesimpulan
Trauma
mekanik
Edema
Kompartemen
Syndrome
Kelompok puja;
Kecelakaan motor
sindrom kompartemen