Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN TUTORIAL

SKENARIO B
BLOK IX : NEUROMUSKULOSKLETAL

Dosen Pembimbing : Dr. Ratika Febriani

Kelompok IX:

Fawaz Prawiro (70 2014 009)


Ona Putra Karisna (70 2014 019)
Ricky Tresyana (70 2014 028)
Shelly Margaretha (70 2014 038)
Martha Adi Chandra (70 2014 048)
Istiqomah Maximilliani (70 2014 057)
Aisyah Azani (70 2014 066)
Hurait Hernando Hurairo (70 2014 074)
Rara Krisdayanti (70 2014 083)
Rista Purnama (70 2011 012)

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG

TAHUN AJARAN

2015

Laporan Tutorial Skenario B Kelompok 9 1


SKEN B 2015 FRAKTUR TERTUTUP DISERTAI SINDROM KOMPARTEMEN

2.1 Skenario Kasus

Azhar, 30 tahun datang ke RS dengan keluhan utama nyeri hebat dan bengkak pada tungkai kanan
bawah sehingga tidak bisa berjalan setelah mengalami kecelakaan motor dua jam sebelumnya. Tungkai
kanan bawah tertimpa motor dan juga mengalami lecet. Oleh keluarga, Azhar dibawa kerumah sakit. Saat
ini, Azhar mengeluh nyeri bertambah hebat seperti tertimpa benda berat disertai dengan kesemutan pada
tungkai bawahnya.

Pemeriksaan fisik:

Keadaan Umum:

Kesadaran kompos mentis; frekuensi pernafasan 22x/menit; denyut nadi 102 x/menit; isi dan tegangan
cukup; tekanan darah 130/80 mmHg; temperatur 37,0o C

Keadaan spesifik:

TB: 160, BB: 57

Kepala: konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

Thoraks: jantung dan paru dalam batas normal

Abdomen: datar, hepar dan lien tidak teraba

Ekstremitas atas: tidak ditemukan kelainan

Ekstremitas bawah:

Kiri: dalam batas normal

Kanan: luka lecet sebesar 1x4 cm padda paha atas.

Regio crurisdekstra:

Look:

-asimetris, bengkak dan pucat

Laporan Tutorial Skenario B Kelompok 9 2


-deformitas pada bagian tengah tulang cruris kanan

-luka terbuka (-), perdarahan aktif (-)

Feel: nyeri tekan (+), krepitasi (+), teraba tegang pada kulit sekitar cruris

Move: nyeri hebat saat tungkai bawah kanan dugerakkan

ROM : ankle joint 0o

Pulsasi arteri dorsalis pedis (-)

pemeriksaan radiologi:

Foto cruris dextra AP lateral tampak fraktur komplit segmental pada 1/3 tengah os tibia dan os fibula

2.2 Identifikasi masalah


1. Azhar, 30 tahun datang ke RS dengan keluhan utama nyeri hebat dan bengkak pada tungkai kanan bawahsehingga
tidak bisa berjalan setelah mengalami kecelakaan motor dua jam sebelumnya.
2. Tungkai kanan bawah tertimpa motor dan juga mengalami lecet.
3. Oleh keluarga, Azhar dibawa kerumah sakit. Saat ini, Azhar mengeluh nyeri bertambah hebat seperti tertimpa
benda berat disertai dengan kesemutan pada tungkai bawahnya.
4. Pemeriksaan fisik:

Keadaan Umum:

Kesadaran kompos mentis; frekuensi pernafasan 22x/menit; denyut nadi 102 x/menit; isi dan tegangan cukup;
tekanan darah 130/80 mmHg; temperatur 37,0o C

5. Keadaan spesifik:

TB: 160, BB: 57

Kepala: konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

Thoraks: jantung dan paru dalam batas normal

Abdomen: datar, hepar dan lien tidak teraba

Ekstremitas atas: tidak ditemukan kelainan

Ekstremitas bawah:

Kiri: dalam batas normal

Laporan Tutorial Skenario B Kelompok 9 3


Kanan: luka lecet sebesar 1x4 cm padda paha atas.

Regio crurisdekstra:

Look:

-asimetri, bengkak dan pucat

-deformitas pada bagian tengah tulang cruris kanan

-luka terbuka (-), perdarahan aktif (-)

Feel: nyeri tekan (+), krepitasi (+), teraba tegang pada kulit sekitar cruris

Move: nyeri hebat saat tungkai bawah kanan dugerakkan

ROM : ankle joint 0o

Pulsasi arteri dorsalis pedis (-)

6. pemeriksaan radiologi:

Foto cruris dextra AP lateral tampak fraktur komplit segmental pada 1/3 tengah os tibia dan os fibula

2.3 Analisis Masalah


1. Azhar, 30 tahun datang ke RS dengan keluhan utama nyeri hebat dan bengkak pada tungkai kanan
bawahsehingga tidak bisa berjalan setelah mengalami kecelakaan motor dua jam sebelumnya.
a. Bagaimana anatomi, fisiologi, histologi tunngkai kanan bawah?
Jawab:
A. Anatomi
1. Tulang
 Os. Tibia
a. Condylus lateralis
b. Tuberositas Tibiae
c. Condylus medialis
d. Maleolus medialis
e. Margo anterior
f. Margo medialis
g. Margo Interosseus
h. Dll
 Os Fibula

Laporan Tutorial Skenario B Kelompok 9 4


a. Caput fibulae
b. Colum Fibulae
c. Maleolus lateralis
d. Crista medialis
e. Fossa malleoli lateralis
f. Sulcus malleolaris
g. Dll

2. Otot
Musculus di regio cruris dibagi 3 : anterior, lateral dan posterior
1. Otot ventral anterior, diinervasi oleh N. fibularis profundus (N. Ischiadicus)
- M. Tibialis anterior
- M. Extensor hallucis longus
- M. Extensor digitorum longus
- M. fibularis (peroneus) tertius (otot yang tidak selalu ada)
2. Otot Lateral diinervasi oleh N. Fibularis superficialis (N. Ischiadicus)
- M. Fibularis longus (superfisial)
- M. Fibularis brevis (distal)
3. Otot Dorsal Superfisialis, diinervasi oleh N. Tibialis (N.Ischiadicus)
- M. Tricep Surae
4. Otot Posterior diinervasi oleh N. Tibialis (N. Ischiadicus)
- M. Popliteus

Laporan Tutorial Skenario B Kelompok 9 5


- M. Tibialis Posterior
- M. Flexor Digitorum Longus
- M. Flexor Hallucis Longus
(Sobotta, 2012)
a.

3. Sendi
a. Art. Femurotibialis
b. Art. Tibiofibularis
c. Art. Talocuralis

4. Nervus
a. N. Tibialis
b. N. FIbularis Communis
c. N. FIbularis Profundus
d. N. Fibularis Superficialis
e. N. Sapheneus
f. N. Cutaneus dorsalis intermedius
g. N. Cutaneus surae medialis
h. N. Cutaneus surae lateralis
i. N. Suralis
(Sobotta,ed23,2012)

B. Histologi
Pada kulit tungkai bawah terdiri dari:
1. Epidermis

Laporan Tutorial Skenario B Kelompok 9 6


Merupakan lapisan paling luar yang tidak terdapat adanya vaskularisasi (nonvaskular),
yang dilapisi epitel berlapis gepeng dengan lapisan tanduk dengan jenis dan lapisan sel yang
berbeda-beda.
2. Dermis
Terletak tepat dibawah epidermis dan ditandai oleh jaringan ikat padat tidak teratur.
3. Hipodermis (tela subcutanea)
Terdapat dibawah dermis, terdiri dari jaringan ikat dan jaringan adiposa yang
membentuk fascia superficialis yang tampak secara anatomis.
(Difiore,2001)

C. Fisiologi
Fungsi tulang secara umum;
1. Sebagai alat gerak pasif
2. Tempat melekatnya otot (Fixasi)
3. Melindungi organ-organ viseral yang penting (Protektor)
4. Menegakkan dan memberi bentuk pada tubuh (Power)
5. Tempat perombakan dan pembentukan sel darah merah
6. Tempat penyimpanan garam mineral
Pada kulit tungkai bawah terdiri dari:

b. Apa makna kecelakaan motor 2 jam sebelumnya dengan keluhan yang dialami azhar?
Jawab:

Maknanya adalah Azhar mengalami fase inflamasi dimana keluhan yang dialami Azhar adalah
nyeri hebat dan bengkak yang menunjukkan tanda inflamasi dikarenakan dalam interval 2 jam telah
terinfeksi pathogen tertentu.

c. Bagaimana patofisiologi nyeri hebat dengan bengkak dan tidak bisa berjalan ?
Jawab:

Laporan Tutorial Skenario B Kelompok 9 7


Trauma mekanik

Invasi bakteri dan kerusakan jaringan

Pelepsan histamin oleh sel mast di


daerah jaringan yang rusak

Vasodilatasi arteriol lokal Peningkatan permeabilitas


kapiler lokal

Peningkatan aliran darah ke jaringan yang cedera


Protein plasma keluar dari
Darah membawa lebih banyak Leukosit kapiler
fagositik dan protein plasma yang
penting untuk respon pertahanan

Akumulasi protein plasma di cairan intertisium

Bengkak

Edema yang terbentuk akan menekan ujung saraf dan menyebabkan nyeri. Sehingga
tidak bisa berjalan.
(Sherwood,2012)

d. Bagaimana mekanisme trauma?


Jawab:

Pada kasus termasuk trauma langsung. Berikut ini mekanismenya:


Terjadi tekanan pada tulang  tulang gagal menahan tekanan  terjadi fraktur yang bersifat
segmental komplit  disertai kerusakan jaringan lunak.

2. Tungkai kanan bawah tertimpa motor dan juga mengalami lecet.


a. Bagaiman jenis-jenis luka?
Jawab:

Jenis-jenis luka :

 Berdasarkan derajat kontaminasi

Laporan Tutorial Skenario B Kelompok 9 8


a. Luka bersih
Luka bersih adalah luka yang tidak terdapat inflamasi dan infeksi, yang merupakan luka sayat
elektif dan steril dimana luka tersebut berpotensi untuk terinfeksi. Dengan demikian kondisi luka
tetap dalam keadaan bersih. Kemungkinan terjadinya infeksi luka sekitar 1% - 5%.
b. Luka bersih terkontaminasi
Luka bersih terkontaminasi adalah luka pembedahan dimana saluran pernafasan, saluran
pencernaan dan saluran perkemihan dalam kondisi terkontrol. Proses penyembuhan luka akan
lebih lama namun luka tidak menunjukkan tanda infeksi. Kemungkinan timbulnya infeksi luka
sekitar 3% - 11%.
c. Luka terkontaminasi
Luka terkontaminasi adalah luka yang berpotensi terinfeksi spillage saluran pernafasan, saluran
pencernaan dan saluran kemih. Luka menunjukan tanda infeksi. Luka ini dapat ditemukan pada
luka terbuka karena trauma atau kecelakaan (luka laserasi), fraktur terbuka maupun luka penetrasi.
Kemungkinan infeksi luka 10% - 17%.
d. Luka kotor
Luka kotor adalah luka lama, luka kecelakaan yang mengandung jaringan mati dan luka dengan
tanda infeksi seperti cairan purulen. Luka ini bisa sebagai akibat pembedahan yang sangat
terkontaminasi. Bentuk luka seperti perforasi visera, abses dan trauma lama.
(Taylor, C. et al, 1997)

 Berdasarkan Penyebab
1. Vulnus ekskoriasi atau luka lecet/gores adalah cedera pada permukaan epidermis akibat
bersentuhan dengan benda berpermukaan kasar atau runcing. Luka ini banyak dijumpai pada
kejadian traumatik seperti kecelakaan lalu lintas, terjatuh maupun benturan benda tajam
ataupun tumpul.
2. Vulnus scissum adalah luka sayat atau iris yang di tandai dengan tepi luka berupa garis lurus
dan beraturan. Vulnus scissum biasanya dijumpai pada aktifitas sehari-hari seperti terkena
pisau dapur, sayatan benda tajam ( seng, kaca ), dimana bentuk luka teratur .
3. Vulnus laseratum atau luka robek adalah luka dengan tepi yang tidak beraturan atau compang
camping biasanya karena tarikan atau goresan benda tumpul. Luka ini dapat kita jumpai pada
kejadian kecelakaan lalu lintas dimana bentuk luka tidak beraturan dan kotor, kedalaman luka
bisa menembus lapisan mukosa hingga lapisan otot.
4. Vulnus punctum atau luka tusuk adalah luka akibat tusukan benda runcing yang biasanya
kedalaman luka lebih dari pada lebarnya. Misalnya tusukan pisau yang menembus lapisan

Laporan Tutorial Skenario B Kelompok 9 9


otot, tusukan paku dan benda-benda tajam lainnya. Kesemuanya menimbulkan efek tusukan
yang dalam dengan permukaan luka tidak begitu lebar
5. Vulnus morsum adalah luka karena gigitan binatang. Luka gigitan hewan memiliki bentuk
permukaan luka yang mengikuti gigi hewan yang menggigit.
6. Vulnus combutio adalah luka karena terbakar oleh api atau cairan panas maupun sengatan
arus listrik. Vulnus combutio memiliki bentuk luka yang tidak beraturan dengan permukaan
luka yang lebar dan warna kulit yang menghitam. Biasanya juga disertai bula karena
kerusakan epitel kulit dan mukosa.

 Berdasarkan kedalaman dan luasnya luka:


a. Stadium I : Luka superfisial yang terjadi pada lapisan epidermis kulit.
b. Stadium II : Luka hilangnya lapisan kulit pada lapisan epidermis dan bagian atas dari dermis.
c. Stadium III : Luka hilangnya kulit keseluruhan meliputi kerusakan atau nekrosis jaringan
subkutan yang dapat meluas sampai bawah tetapi tidak melewati jaringan yang mendasarinya.
Lukanya sampai pada lapisan epidermis, dermis dan fasia superfisialis tetapi tidak mengenai
otot. Luka timbul secara klinis sebagai suatu lubang yang dalam dengan atau tanpa merusak
jaringan sekitarnya.
d. Stadium IV : Luka yang telah mencapai lapisan otot, tendon dan tulang dengan adanya
destruksi/kerusakan yang luas.
(Taylor, C. et al, 1997)
b. Bagaimana mekanisme luka?
Jawab:

Vulnus ekskoriasi atau luka lecet/gores adalah cedera pada permukaan epidermis
akibat bersentuhan dengan benda berpermukaan kasar atau runcing. Luka ini banyak dijumpai
pada kejadian traumatik seperti kecelakaan lalu lintas, terjatuh maupun benturan benda tajam
ataupun tumpul. (Taylor L, 1997) Mekanisme pada kasus yaitu:

Trauma fisik (terkena benda runcing)  cedera pada permukaan epidermis  terjadinya
diskontinuitas jaringan pada kulit  luka robek

c. Bagaimana proses penyembuhan luka?


Jawab:
Fase penyembuhan luka :
1. Vascular response :

Laporan Tutorial Skenario B Kelompok 9 10


Beberapa detik setelah terjadinya luka pada tipe apapun, respon tubuh dengan penyempitan
pembuluh darah (konstriksi) untuk menghambat perdarahan dan mengurangi pajanan terhadap bakteri.
Pada saat yang sama, protein membentuk jaringan fibrosa untuk menutup luka. Ketika trombosit
bersama protein menutup luka, luka menjadi lengket dan lemb membentuk fibrin. Setelah 10-30 menit
setelah terjadinya luka, pembuluh darah melebar karena serotonin yang dihasilkan trombosit. Plasma
darah mengaliri luka dan melawan toxin yang dihasilkan microorganisme, membawa oksigen dan nutrisi
yang dibutuhkan untuk penyembuhan luka dan membawa agen fagosit untuk melawan bakteri maupun
jaringagan yang rusak.
2. Inflamasi :
Bagian luka akan menjadi hangat dan merah karen aprose fagositosis. Fase inflamasi terjadi
4-6 hari seteah injury. Tujuan inflamasi untuk membatasi efek bakteri dengan menetralkan toksin dan
penyebaran bakteri.
3. Proliferasi/resolusi :
Penumpukan deposit kolagen pada luka, angiogenesis (pembentukan pembuluh darah baru),
proliferasi dan pengecilan lebar luka. Fase ini berhenti 2 mgg setelah terjadinya luka, tetapi proses ini
tetap berlangsung lambat 1- 2 tahun. Fibroblast mensistesis kolagen dan menumbuhkan sel baru.
Miofibroblas menyebabkan luka menyempit, bila tidak terjadi penyempitan akan terjadi kematian sel.
Contohnya jika terjadi scar atau kontraktur. Epitelisasi adalah perpindahan sel epitel dari area sekitar
folikel rambut ke area luka. Perpindahan tersebut terbatas 3 cm. Epitelisasi akan lebih cepat jika luka
dalam keadaan lembab.
4. Maturasi/rekontruksi :
Fase terakhir penyembuhan dengan remodelling scaryang terjadi. Biasanya terjadi selam
asetahun atau lebih seteleh luka tertutup. Selama fase ni fibrin di bentuk ulang, pembuluh darah
menghilang dan jaringan memerkuat susunananya. Remodeling ini mencakup sintesis dan pemecahan
kolagen.
d. Bagaimana komplikasi dari luka?
Jawab:
akibat dari luka antara lain:

a. Infeksi
Invasi bakteri pada luka dapat terjadi saat trauma, selama pembedahan atau setelah pembedahan.
Gejala dari infeksi sering muncul dalam 2-7 hari. Gejala berupa infeksi termasuk adanya purulent,
peningkatan drainage, nyeri, kemerahan dan bengkak di sekitar luka, peningkatan suhu, dan
peningkatan leukosit.

Laporan Tutorial Skenario B Kelompok 9 11


b. Perdarahan
Sulit membekunya darah.
c. Dehiscence dan evicerasi
Komplikasi setelah operasi yang serius.

e. Bagaimana manajemen/ tatalakasana luka?


Jawab:
Dalam manajemen perawatan luka ada beberapa tahap yang dilakukan yaitu evaluasi luka,
tindakan antiseptik, pembersihan luka, penjahitan luka, penutupan luka, pembalutan, pemberian
antiboitik dan pengangkatan jahitan.

a. Evaluasi luka meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik (lokasi dan eksplorasi).
b. Tindakan Antiseptik, prinsipnya untuk mensucihamakan kulit. Untuk melakukan
pencucian/pembersihan luka biasanya digunakan cairan atau larutan antiseptik. Larutan antiseptik yang
telah dianjurkan adalah providine iodine 10% atau klorhesidin glukonat 0,5%.
Dalam proses pencucian/pembersihan luka yang perlu diperhatikan adalah pemilihan cairan
pencuci dan teknik pencucian luka. Penggunaan cairan pencuci yang tidak tepat akan menghambat
pertumbuhan jaringan sehingga memperlama waktu rawat dan meningkatkan biaya perawatan.
Pemelihan cairan dalam pencucian luka harus cairan yang efektif dan aman terhadap luka. Selain larutan
antiseptik yang telah dijelaskan diatas ada cairan pencuci luka lain yang saat ini sering digunakan yaitu
Normal Saline. Normal saline atau disebut juga NaCl 0,9%. Cairan ini merupakan cairan yang bersifat
fisiologis, non toksik dan tidak mahal. NaCl dalam setiap liternya mempunyai komposisi natrium
klorida 9,0 g dengan osmolaritas 308 mOsm/l setara dengan ion-ion Na+ 154 mEq/l dan Cl- 154 mEq/l
(InETNA, 2004)
c. Pembersihan Luka
Tujuan dilakukannya pembersihan luka adalah meningkatkan, memperbaiki dan mempercepat proses
penyembuhan luka; menghindari terjadinya infeksi; membuang jaringan nekrosis dan debris (InETNA,
2004).
Beberapa langkah yang harus diperhatikan dalam pembersihan luka yaitu :

 Irigasi dengan sebanyak-banyaknya dengan tujuan untuk membuang jaringan mati dan
benda asing.
 Hilangkan semua benda asing dan eksisi semua jaringan mati.
 Berikan antiseptik
 Bila diperlukan tindakan ini dapat dilakukan dengan pemberian anastesi lokal

Laporan Tutorial Skenario B Kelompok 9 12


 Bila perlu lakukan penutupan luka

d. Penjahitan Luka
Luka bersih dan diyakini tidak mengalami infeksi serta berumur kurang dari 8 jam boleh
dijahit primer, sedangkan luka yang terkontaminasi berat dan atau tidak berbatas tegas sebaiknya
dibiarkan sembuh per sekundam atau per tertiam.

e. Penutupan Luka
Adalah mengupayakan kondisi lingkungan yang baik pada luka sehingga proses penyembuhan
berlangsung optimal.
f.Pembalutan
Pertimbangan dalam menutup dan membalut luka sangat tergantung pada penilaian kondisi luka.
Pembalutan berfungsi sebagai pelindung terhadap penguapan, infeksi, mengupayakan lingkungan yang
baik bagi luka dalam proses penyembuhan, sebagai fiksasi dan efek penekanan yang mencegah
berkumpulnya rembesan darah yang menyebabkan hematom.
g. Pemberian Antibiotik
Prinsipnya pada luka bersih tidak perlu diberikan antibiotik dan pada luka terkontaminasi atau kotor
maka perlu diberikan antibiotik.
h. Pengangkatan Jahitan
Jahitan diangkat bila fungsinya sudah tidak diperlukan lagi. Waktu pengangkatan jahitan tergantung
dari berbagai faktor seperti, lokasi, jenis pengangkatan luka, usia, kesehatan, sikap penderita dan adanya
infeksi.
(Walton,Robert L)

Sintesis:

Pada kasus ini merupakan Vulnus ekskoriasi atau luka lecet/gores adalah cedera pada permukaan epidermis
akibat bersentuhan dengan benda berpermukaan kasar atau runcing. Luka ini banyak dijumpai pada kejadian
traumatik seperti kecelakaan lalu lintas, terjatuh maupun benturan benda tajam ataupun tumpul. Untuk luka lecet
manajemennya yaitu pembersihan luka, pemberian antiseptik, larutan antiseptik yang telah dianjurkan adalah
providine iodine 10% atau klorhesidin glukonat 0,5% dan selanjutnya pembalutan luka yang berfungsi sebagai
pelindung terhadap penguapan, infeksi, mengupayakan lingkungan yang baik bagi luka dalam proses
penyembuhan, sebagai fiksasi dan efek penekanan yang mencegah berkumpulnya rembesan darah yang
menyebabkan hematom.
(Walton,Robert L)

Laporan Tutorial Skenario B Kelompok 9 13


3. Oleh keluarga, Azhar dibawa kerumah sakit. Saat ini, Azhar mengeluh nyeri bertambah hebat seperti
tertimpa benda berat disertai dengan kesemutan pada tungkai bawahnya.
a. Apa saja jenis-jenis nyeri?
Jawab:
 Berdasarkan waktu kejadian, nyeri dapat dikelompokkan sebagai nyeri akut dan nyeri kronis.
1. Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi dalam waktu atau durasi 1 detik sampai dengan kurang dari
enam bulan, sedangkan nyeri kronis adalah nyeri yang terjadi dalam waktu lebih dari enam bulan.
Nyeri akut dapat dipandang sebagai nyeri yang terbatas dan bermanfaat untuk mengidentifikasi
adanya cedera atau penyakit pada tubuh. Nyeri akut biasanya menghilang dengan sendirinya dengan
atau tanpa tindakan setelah kerusakan jaringan menyembuh (Tamsuri, 2007).
2. Nyeri kronis umumnya timbul tidak teratur, intermitten, atau bahkan persisten. Nyeri ini
menimbulkan kelelahan mental dan fisik (Tamsuri, 2007). Pada individu yang mengalami nyeri
kronis timbul suatu perasaan tidak aman karena ia tidak pernah tahu apa yang dirasakan dari hari ke
hari. Gejala nyeri kronik meliputi keletihan, insomnia, anoreksia, penurunan berat badan, depresi,
putus asa, dan kemarahan
( Potter & Perry, 2005).
 Berdasarkan lokasi nyeri,nyeri dapat dibedakan menjadi enam jenis, yaitu nyeri superfisial, nyeri somatik
dalam, nyeri viseral, nyeri alih, nyeri sebar, dan nyeri bayangan (fantom) (Tamsuri, 2007).
1. Nyeri superfisial biasanya timbul akibat stimulasi kulit seperti pada laserasi, luka bakar, dan sebagainya.
Nyeri berlangsung sebentar, terlokalisasi, dan memiliki sensasi yang tajam.
2. Nyeri somatik dalam (deep somatic pain) adalah nyeri yang terjadi pada otot tulang serta struktur
penyokong lainnya, umumnya nyeri bersifat tumpul dan distimulasi dengan adanya perenggangan dan
iskemia.
3. Nyeri viseral adalah nyeri yang disebabkan oleh kerusakan organ interna. Nyeri bersifat difusi dan dapat
menyebar keberbagai arah. Durasi bervariasi tetapi biasanya berlangsung lebih lama dari pada nyeri
superfisial. Nyeri dapat terasa tajam, tumpul atau unik tergantung organ yang terlibat.
4. Nyeri sebar (radiasi) adalah sensasi nyeri yang meluas dari sensasi asal ke jaringan sekitar. Nyeri dapat
bersifat intermitten atau konstan.
5. Nyeri fantom adalah nyeri khusus yang dirasakan klien yang mengalami amputasi. Nyeri oleh klien
dipersepsikan berada pada organ yang telah diamputasi seolah-olah organnya masih ada.
6. Nyeri alih (reffered pain) adalah nyeri yang timbul akibat adanya nyeri viseral yang menjalar ke organ
lain, sehingga dirasakan nyeri pada beberapa tempat dan lokasi. Nyeri jenis ini dapat timbul karena

Laporan Tutorial Skenario B Kelompok 9 14


masuknya neuron sensori dari organ yang mengalami nyeri ke dalam medula spinalis dengan serabut
saraf yang berada pada bagian tubuh lainnya.
b. Apa makna azhar mengeluh nyeri tambah hebat dan kesemutan?
Jawab:
Nyeri bertambah hebat dan kesemutan menandakan adanya sindrom kompartemen dimana
terjadi terjebaknya otot, saraf, tulang dan pembuluh darah dalam jaringan parut akibat pembengkakan
dari edema atau perdarahan yang menekan otot, saraf dan pembuluh darah. Sindrom kompartemen
merupakan komplikasi fraktur hanya terjadi pada fraktur yang dekat dengan sendi dan jarang terjadi
pada bagian tengah tulang. Tanda sindrom kompartemen dikenal dengan 5P yaitu pain (nyeri lokal),
paralysis (kelumpuhan tungkai), pallor (pucat bagian distal), parastesia (tidak ada sensasi) dan
pulselesness (tidak ada denyut nadi, perubahan nadi).

(Helmi, Zairin Noor, 2014)

c. Apa penyebab nyeri tambah hebat dan kesemutan?


Jawab:
Penyebab nyeri tambah hebat dan kesemutan merupakan adanya sindrom
kompartemen yang dialami Azhar.
d. Bagaimana mekanisme nyeri tambah dan kesemutan?

Laporan Tutorial Skenario B Kelompok 9 15


4. Pemeriksaan fisik:
Keadaan Umum:
Kesadaran kompos mentis; frekuensi pernafasan 22x/menit; denyut nadi 102 x/menit; isi dan
tegangan cukup; tekanan darah 130/80 mmHg; temperatur 37,0o C
a. Bagaimana interpretasi pemeriksaan umum?
Jawab:
Keadaan Umum Hasil Interpretasi
Kesadaran Kompos mentis Normal
Frekuensi pernafasan 22x/menit Normal
Denyut nadi 102 x/menit Takikardi
TD 130/80 mmHg Hipertensi

b. bagaimana patofisiologi dari hasil pemeriksaan fisik umum yang abnormal?


Jawab:
Takikardi dan hipertensi

Tekanan Darah = Cardiac Output x Resistensi Perifer


Cardiac output sendiri dipengaruhi oleh denyut nadi dan aliran balik vena. Itulah hubungan
antara denyut nadi dan tekanan darah sehingga apabila tekanan darah meningkat biasanya juga diikuti
denyut nadi yang meningkat. Takikardi dan hipertensi pada kasus ini disebabkan oleh kerusakan
jaringan yg diseababkan oleh fraktur sehingga tubuh mengkonmpensasi dengan cara mempecepaktkan
aliran darah guna untuk membawa protein sel yg penting untuk proses penyembuhan jaringan
(Sherwood, 2014).
5. . Keadaan spesifik:
TB: 160, BB: 57
Kepala: konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Thoraks: jantung dan paru dalam batas normal
Abdomen: datar, hepar dan lien tidak teraba
Ekstremitas atas: tidak ditemukan kelainan
Ekstremitas bawah:
Kiri: dalam batas normal
Kanan: luka lecet sebesar 1x4 cm padda paha atas.
Regio crurisdekstra:

Laporan Tutorial Skenario B Kelompok 9 16


Look:
-asimetri, bengkak dan pucat
-deformitas pada bagian tengah tulang cruris kanan
-luka terbuka (-), perdarahan aktif (-)
Feel: nyeri tekan (+), krepitasi (+), teraba tegang pada kulit sekitar cruris
Move: nyeri hebat saat tungkai bawah kanan dugerakkan
ROM : ankle joint 0o
Pulsasi arteri dorsalis pedis (-)
a. Bagaimana interpretasi pemeriksaan fisik spesifik?
Jawab:

Keadaan Spesifik Hasil Interpretasi


Ekstremitas Kanan: luka lecet ABNORMAL, VULNUS
bawah: sebesar 1x4 cm padda EKSORASI
paha atas.

Regio Look:
crurisdekstra: -asimetris, bengkak dan ABNORMAL, Dimana
pucat normalnya simetris
-deformitas pada bagian ABNORMAL, normlnya
tengah tulang cruris tidak ada perubahan bentuk
kanan pada tulang
-luka terbuka (-), ABNORMAL
perdarahan aktif (-)

Feel:
nyeri tekan (+), krepitasi
(+), teraba tegang pada ABNORMAL, karena pada
kulit sekitar cruris keadaan normal tidak
ditemukan nyeri tekan
dankrepitasi kulit.

Move: ABNORMAL, pada orang


nyeri hebat saat tungkai normal tidak mengalami nyeri

Laporan Tutorial Skenario B Kelompok 9 17


bawah kanan hebat saat digerakan
dIgerakkan

ROM : ABNORMAL
ankle joint 0o

Pulsasi arteri (-) ABNORMAL, Normalnya


dorsalis pedis teraba

(Helmi, 2012)

b. Bagaimana patofisiologi dari hasil pemeriksaan fisik spesifik yang abnormal?


Jawab:
Trauma mekanik

Penekanan berlebihan pada tulang

Tekanan > Kuatan tulang

Fraktur tulang

Edema Krepitasi (+) Gerak terbatas

Menekan ujung neuron

Menstimulus medula spinalis

Menstimulus hipothalamus dan


cortex cerebri

Nyeri tekan Nyeri hebat saat digerakan

fraktur

Laporan Tutorial Skenario B Kelompok 9 18


Gangguan
vaskularisasi

Suplai nutrisi dan oksigen


terganggu ke jaringan saraf

Gangguan membran
potensial

Kesemutan

(Price & Willson, 2007)

c. Apa jenis-jenis fraktur?


Jawab:
1. Fraktur berdasarkan klasifikasi penyebab
 Fraktur traumatik
 Disebabkan oleh trauma yang tiba-tiba mengenai tulang dengan kekuatan yang besar
sehingga tulang tidak mampu menahan trauma tersebut dan menyebabkan tulang
tersebut fraktur.
 Fraktur patologis
 Disebabkan oleh kelemahan tulang sebelumnya akibat kelainan patologis di dalam
tulang.penyebab yang paling sering dari fraktur patologis ini yakni karena tumor, baik
primer maupun metastasis.
 Fraktur stress
 Disebabkan oleh trauma yang terus-menerus pada suatu tempat tertentu.
2. Fraktur berdasarkan jenis fraktur
 Fraktur terbuka
 Fraktur tertutup
 Fraktur kompresi

Laporan Tutorial Skenario B Kelompok 9 19


 Fraktur stres
 Fraktur avulsi
 Greenstick Fracture (salah satu tulang patahsedang sisi lainnya membengkok.
 Fraktur transversal
 Fraktur kominutif (tulang pecah menjadi beberapa fragmen)
 Fraktur impaksi (sebagian fragmen tulang masuk ke dalam tulang lainnya)

3. Fraktur berdasarkan klasifikasi klinis


 Fraktur tertutup (close fracture)
 Yakni kulit tidak ditembus oleh fragmen tulang sehingga lokasi fraktur tidak tercemar
oleh lingkungan atau tidak mempunyai hubungan dengan dunia luar.
 Fraktur terbuka (open fracture)
 Fraktur yang mempunyai hubungan dengan dunia luar melalui luka pada kulit dan
jaringan lunak, dapat berbentuk dari dalam (from within) atau dari luar (from without)
 Fraktur dengan komplikasi (complicated fracture)
 Fraktur yang disertai komplikasi misalnya mal-union, delayed union, non-union (tidak
terjadi tautan) n, serta infeksi tulang
(Helmi, 2013)
Sintesis:
Fraktur berdasarkan klasifikasi penyebab pada kasus ini merupakan fraktur traumatik, karena
disebabkan oleh trauma yang tiba-tiba mengenai tulang dengan kekuatan yang besar sehingga tulang
tidak mampu menahan trauma tersebut dan menyebabkan tulang tersebut fraktur. Menurut jenis
fraktur untuk kasus ini merupakan jenis fraktur tertutup yaitu kulit tidak ditembus oleh fragmen tulang
sehingga lokasi fraktur tidak tercemar oleh lingkungan atau tidak mempunyai hubungan dengan dunia
luar.

Laporan Tutorial Skenario B Kelompok 9 20


d. Bagaimana mekanisme penyembuhan fraktur?
Jawab:
Ada beberapa tahap dalam penyembuhan tulang, antara lain:
 Inflamasi
Dengan adanya patah tulang, tubuh mengalami respon yang sama dengan bila ada cedera di lain
tempat dalam tubuh. Terjadi perdarahan dalam jaringan yang cedera dan terjadi pembentukan
hematoma pada tempat patah tulang. Ujung fragmen tulang mengalami devitalisasi karena
terputusnya pasokan darah. Tempat cedera kemudian akan diinvasi oleh makrofag. Terjadi
inflamasi, pembengkakan dan nyeri. Tahap inflamasi berlangsung beberapa hari dan hilang
dengan berkurangnya pembengkakan dan nyeri.
 Proliferasi sel
Dalam sekitar 5 hari, hematom akan mengalami organisasi. Terbentuk benang-benang fibrin,
membentuk jaringan untuk revaskularisasi dan invasi fibroblas dan bekuan darah terbentuk pada
daerah tulang patah yang akan membentuk jaringan granulasi didalamnya dengan sel-sel
pembentuk tulang primtif (osteogenik) berdiferensasi menjadi kondroblas dan osteoblas.
Kondroblas akan mensekresi fosfat, merangsang deposisi kalsium. Terbentuk lapisan tebal sekitar
lokasi fraktur.
 Pembentukan Kalus
Pertumbuhan jaringan berlanjut dan lingkaran tulang rawan tumbuh mencapai sisi lain sampai
celah sudah terhubungkan. Fragmen patahan tulang digabungkan dengan jaringan fibrosa, tulang
rawan dan tulang serat imatur. Bentuk kalus dan volume yang dibutuhkan untuk menghubungkan
defek secara langsung berhubungan dengan pengrusakan tulang dan pergeseran tulang. Perlu
waktu 3-4 minggu agar fragmen tulang tergabung dalam tulang rawan atau jaringan fibrosa.
 Osifikasi
Pembentukan kalus mengalami penulangan dalam 2-3 minggu patah tulang melalui proses
penulangan endokondral. Mineral terus ditimbun sampai tulang benar-benar telah bersatu dengan
keras. Pada patah tulang orang dewasa normal, penulangan memerlukan waktu 3 sampai 4 bulan.
 Remodeling
Penyatuan dari kedua fragmen (penyembuhan fratur) terus berlanjut dengan terbentuknya
trabekula dan osteoblas
Tahap akhir perbaikan patah tulang meliputi pengambilan jaringan mati dan reorganisasi tulang
baru ke susunan struktural sebelumnya. Remodeling memerlukan waktu berbulan-bulan sampai
bertahun-tahun, tergantung beratnya modifikasi tulang yang dibutuhkan, fungsi tulang dan pada
kasus yang melibatkan tulang kompak dan konselus, serta stress fungsional pada tulang
Laporan Tutorial Skenario B Kelompok 9 21
(Price & Wilson, 2005)
Faktor yang mempengaruhi penyembuhan fraktur
 Umur penderita.
 Lokalisasi dan konfigurasi fraktur.
 Pergeseran awal fraktur.
 Vaskularisasi pada kedua fragmen.
 Reduksi serta imobilisasi.
 Waktu imobilisasi.
 Ruangan di antara kedua fragmen serta interposisi oleh jaringan lunak.
 Faktor adanya infeksi dan keganasan lokal.
 Cairan sinovia.
 Gerakan aktif dan pasif pada anggota gerak.
 Nutrisi.
 Vitamin D
(Helmi, 2013).
e. Apa faktor resiko fraktur?
Jawab:

Fraktur dapat terjadi pada semua tingkat umur, yang beresiko tinggi untuk terjadinya fraktur
adalah :
1. orang yang lanjut usia
2. orang yang bekerja yang membutuhkan keseimbangan, masalah gerakan pekerjaan-pekerjaan
yang beresiko tinggi (tukang besi, supir, pembalap mobil, orang dengan penyakit degeneratif atau
neoplasma)
(Helmi, 2013).
6. Pemeriksaan radiologi:
Foto cruris dextra AP lateral tampak fraktur komplit segmental pada 1/3 tengah os tibia dan os fibula
a. Bagaimana jenis-jenis fraktur pada pemeriksaan radiologi?
Jawab:
Fraktur berdasarkan penilaian radiologis
 Yakni penilaian lokalisasi/letak fraktur, meliputi: diafisial, metafisial, intraartikular, dan
frakatur dengan dislokalisasi. Klasifikasi radiologis berdasarkan sudut patah yakni
 Fraktur transversal: fraktur yang garis patahnya tegak lurus terhadap sumbu panjang tulang.
Segmen-segmen tulang yang patah direposisi atau direduksi kembali ketempatnya semula,
maka segmen-segmen itu akan stabil, dan biasanya dikontrol dengan bidai gips.

Laporan Tutorial Skenario B Kelompok 9 22


 Fraktur kominutif: serpihan-serpihan atau terputusnya keutuhan jaringan dimana terdapat
lebih dari dua fragmen tulang
 Fraktur oblik: fraktur yang garis patahnya membentuk sudut terhadap tulang. Fraktur ini
tidak stabil dan susah untuk diperbaiki.
 Fraktur segmental: dua fraktur berdekatan pada satu tulang yang menyebabkan terpisahnya
segmen sentral dari suplai darahnya.
 Fraktur impaksi/fraktur kompresi (brust fracture): terjadi ketika dua tulang menumbuk
tulang yang berada diantaranya. Misal pada satu vertebra dengan dua vertebra lainnya.
Fraktur pada korpus vertebrae ini dapat didiagnosis dengan radiogram.
 Fraktur spiral: timbul akibat torsi pada ekstremitas. Fraktur ini khas pada cedera terputar
sampai tulang patah.

Gambar 2.2. Beberapa gambaran radiologik konfigurasi fraktur


A. Transversal D. Spiral dan Segmental
B. Spiral dan Segmental E. Komunitif
C. Segmental F. Depresi

(Helmi, 2013)
Sintesis:
Pada kasus ini merupakan fraktur komplit segmental, dimana fraktur segmental
merupakan dua fraktur berdekatan pada satu tulang yang menyebabkan terpisahnya segmen
sentral dari suplai darahnya.

b. Bagaimana prinsip pemeriksaan radiologi?


Jawab:

Laporan Tutorial Skenario B Kelompok 9 23


Prinsip dasar:
1. Buatlah 2 foto dengan proyeksi yang tegak lurus satu sama lain bila dicurigai ada fraktur atau
dislokasi, kecuali pada pelvis di mana foto oblik akan sangat berguna. Kadang-kadang diperlukan
beberapa proyeksi misal pada pergelangan tagan tetapi pertama-tama perhatikan proyeksi rutin dulu.
2. Pastikan bahwa pada foto terlihat sendi diatas dan dibawah bagian yang fraktur pada lengan atau
kaki, kecuali bila secara klinis jelas bahwa fraktur hanya terdapat pada bagian yang paling distal.
Tetapi dalam hal ini pun sendi paling dekat harus ikut terfoto.
3. Ingat bahwa kerusakan tendon dan pembuuh darah tidak bisa dilihat dengan foto rutin.
c. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan radiologi?

Jawab:

Pada pemeriksaan foto rontgen didapatkan hasil fraktur komplit segmental pada 1/3 tengah os
tibia dan fibula, artinya:
Fraktur komplit : tulang terbagi menjadi 2 bagian dan garis patahnya menyeberang dari satu
sisi ke sisi lainnya serta mengenai saluruh korteks.
Fraktur segmental : terjadinya 2 fraktur berdekatan pada satu tulang yang menyebabkan
terpisahnya segmen sentral dari suplai darahnya.
(Helmi, Zairin Noor, 2014)
d. Bagaimana syarat foto rontgen yang baik?

Adapun syarat-syarat foto rontgen yang baik:

1. Dua sudut pandang, anteroposterior (AP) dan lateral


2. Dua Sendi, Memuat dua sendi di proksimal dan distal fraktur
3. Dua ekstrimitas, yaitu ekstremitas yang cedera dan yang tidak terkena cedera
4. Dua waktu, yaitu sebelum tindakan dan sesudah tindakan

7. Bagaimana cara mendiagnosis pada kasus ini?

Jawab:
Diagnosis
A. Anamnesa
Penderita biasanya datang dengan suatu trauma (traumatic fraktur), baik yang hebat maupun trauma ringan dan
diikuti dengan ketidakmampuan untuk menggunakan anggota gerak. Anamnesis harus dilakukan dengan cermat,
karena fraktur tidak selamanya terjadi di daerah trauma dan mungkin fraktur terjadi ditempat lain. Trauma dapat
terjadi karena kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian atau jatuh dikamar mandi pada orang tua,

Laporan Tutorial Skenario B Kelompok 9 24


penganiayaan, tertimpa benda berat, kecelakaan pada pekerja oleh karena mesin atau karena trauma olah raga.
Penderita biasanya datang karena nyeri, pembengkakan, gangguan fungsi anggota gerak, deformitas, kelainan
gerak, krepitasi atau datang dengan gejala-gejala lain.
B. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan awal penderita, perlu diperhatikan adanya:
1) Syok, anemia atau perdarahan.
2) Kerusakan pada organ-organ lain, misalnya otak, sumsum tulang belakang atau organ-organ dalam
rongga toraks, panggul dan abdomen.
3) Faktor predisposisi, misalnya pada fraktur patologis (penyakit Paget).

Pada pemeriksaan fisik dilakukan:

Look (Inspeksi)
1) Deformitas: angulasi ( medial, lateral, posterior atau anterior), diskrepensi
(rotasi,perpendekan atau perpanjangan).
2) Bengkak atau kebiruan.
3) Fungsio laesa (hilangnya fungsi gerak).
4) Pembengkakan, memar dan deformitas mungkin terlihat jelas, tetapi hal
yang penting adalah apakah kulit itu utuh. Kalau kulit robek dan luka
memiliki hubungan dengan fraktur, cedera itu terbuka (compound).

Feel (palpasi)

Palpasi dilakukan secara hati-hati oleh karena penderita biasanya mengeluh sangat nyeri. Hal-hal yang perlu
diperhatikan:

1. Temperatur setempat yang meningkat


2. Nyeri tekan; nyeri tekan yang superfisisal biasanya disebabkan oleh kerusakan jaringan lunak yang dalam
akibat fraktur pada tulang.
3. Krepitasi; dapat diketahui dengan perabaan dan harus dilakukan secara hati-hati.
4. Pemeriksaan vaskuler pada daerah distal trauma berupa palpasi arteri radialis, arteri dorsalis pedis, arteri
tibialis posterior sesuai dengan anggota gerak yang terkena. Refilling (pengisian) arteri pada kuku.
5. Cedera pembuluh darah adalah keadaan darurat yang memerlukan pembedahan.
Move (pergerakan)
1. Nyeri bila digerakan, baik gerakan aktif maupun pasif.
2. Gerakan yang tidak normal yaitu gerakan yang terjadi tidak pada sendinya.
3. Pada penderita dengan fraktur, setiap gerakan akan menyebabkan nyeri hebat sehingga uji pergerakan
tidak boleh dilakukan secara kasar, disamping itu juga dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan lunak
seperti pembuluh darah dan saraf.

Laporan Tutorial Skenario B Kelompok 9 25


C. Pemeriksaan Penunjang
Sinar -X
Dengan pemeriksaan klinik kita sudah dapat mencurigai adanya fraktur. Walaupun demikian pemeriksaan
radiologis diperlukan untuk menentukan keadaan, lokasi serta eksistensi fraktur. Untuk menghindari nyeri serta
kerusakan jaringan lunak selanjutnya, maka sebaiknya kita mempergunakan bidai yang bersifat radiolusen untuk
imobilisasi sementara sebelum dilakukan pemeriksaan radiologis.
Pencitraan Khusus
Umumnya dengan foto polos kita dapat mendiagnosis fraktur, tetapi perlu dinyatakan apakah fraktur terbuka atau
tertutup, tulang mana yang terkena dan lokalisasinya, apakah sendi juga mengalami fraktur serta bentuk fraktur
itu sendiri. Konfigurasi fraktur dapat menentukan prognosis serta waktu penyembuhan fraktur, misalnya
penyembuhan fraktur transversal lebihlambat dari fraktur oblik karena kontak yang kurang. Kadang-kadang
fraktur atau keseluruhan fraktur tidak nyata pada sinar-X biasa.Tomografi mungkin berguna untuk lesi spinal atau
fraktur kondilus tibia. CT atau MRI mungkin merupakan satu-satunya cara yang dapat membantu, sesungguhnya
potret transeksional sangat penting untuk visualisasi fraktur secara tepat pada tempat yang sukar. Radioisotop
scanning berguna untuk mendiagnosis fraktur-tekanan yang dicurigai atau fraktur tak bergeser yang lain.

8. Bagaimana diagnosis banding pada kasus ini?


Jawab:
Fraktur terbuka
Fraktur tertutup
Sindrom Kompartemen:

- Selulitis
- Deep Venous Trombosis dan Thrombophlebitis
- Gas Ganggrene
- Necrotizing Fasciitis
- Peripheral Vascular Injuries
- Rhabdomyolis

9. Bagaimana pemeriksaan penunjang pada kasus ini?

Jawab:

1) Radiografi pada dua bidang (cari lusensi dan diskontinuitas pada korteks tulang)
2) Tomografi, CT-Scan, MRI (jarang)
3) Ultrasonografi dan scan tulang dengan radioisotop. (Scan tulang terutama berguna ketika radiografi
atau CT-Scan memberikan hasil negatif pada kecurigaan fraktur secara klinis)

Laporan Tutorial Skenario B Kelompok 9 26


(Sjamsuhidayat, 2011)

10. Bagaimana diagnosis pasti pada kasus ini?


Jawab:
Fraktur tertutup 1/3 tengah regio cruris dextra + sindrom kompartemen

11. Bagaimana manisfestasi klinis pada kasus ini?


Jawab:

Manifestasi Klinis Fraktur:

Menurut Smeltzer & Bare (2002), manifestasi klinis fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi, deformitas,
pemendekan ektremitas, krepitus, pembengkakan lokal, dan perubahan warna yang dijelaskan secara
rinci sebagai berikut:

a. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang diimobilisasi. Spasme otot yang
menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan
antar fragmen tulang.
b. Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tidak dapat digunakan dan cenderung bergerak secara alamiah
(gerakan luar biasa). Pergeseran fragmen pada fraktur lengan dan tungkai menyebabkan deformitas
(terlihat maupun teraba) ektremitas yang bisa diketahui dengan membandingkannya dengan
ektremitas normal. Ekstremitas tidak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot
tergantung pada integritasnya tulang tempat melekatnya otot.
c. Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot yang melekat
di atas dan bawah tempat fraktur. Fragmen sering saling melengkapi satu sama lain sampai 2,5
sampai 5 cm (1 sampai 2 inci).
d. Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang dinamakan krepitus yang teraba
akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya. Uji krepitus dapat mengakibatkan kerusakan
jaringan lunak yang lebih berat.
e. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibat trauma dan perdarahan
yang mengikuti fraktur. Tanda ini biasa terjadi setelah beberapa jam atau hari setelah cedera.
Manfestasi Klinis Sindrom Kompartemen :
1. Pain (nyeri)
Nyeri yang hebat terjadi saat peregangan pasif pada otot-otot yang terkena, ketika ada trauma langsung. Nyeri
merupakan gejala dini yang paling penting. Terutama jika munculnya nyeri tidak sebanding

Laporan Tutorial Skenario B Kelompok 9 27


dengan keadaan klinik (pada anak-anak tampak semakin gelisah atau memerlukan analgesia lebih banyak
dari biasanya). Otot yang tegang pada kompartemen merupakan gejala yang spesifik dan sering.
2. Pallor (pucat), diakibatkan oleh menurunnya perfusi ke daerah tersebut.
3. Pulselesness (berkurang atau hilangnya denyut nadi )
4. Parestesia (rasa kesemutan)
5. Paralysis
Merupakan tanda lambat akibat menurunnya sensasi saraf yang berlanjut dengan hilangnya fungsi bagian
yang terkena sindrom kompartemen. Sedangkan pada sindrom kompartemen akan timbul beberapa gejala
khas, antara lain:
a. Nyeri yang timbul saat aktivitas, terutama saat olehraga. Biasanya setelah berlari atau beraktivitas selama
20 menit.
b. Nyeri bersifat sementara dan akan sembuh setelah beristirahat 15-30 menit
c. Terjadi kelemahan atau atrofi otot
(Helmi,2012)
12. Bagaimana tatalaksana pada kasus ini?
Jawab:

Tatalaksana Fraktur Tertutup:

Tujuan pengobatan fraktur adalah untuk menempatkan ujung-ujung dari patah tulang
supaya satu sama lain saling berdekatan, selain itu menjaga agar tulang tetap menempel
sebagaimana mestinya. Proses penyembuhan memerlukan waktu minimal 4 minggu, tetapi pada
usia lanjut biasanya memerlukan waktu yang lebih lama. Setelah sembuh, tulang biasanya kuat dan
kembali berfungsi.
Fraktur biasanya menyertai trauma. Untuk itu sangat penting untuk melakukan
pemeriksaan terhadap jalan napas (airway), proses pernafasan (breathing), dan sirkulasi
(circulating), apakah terjadi syok atau tidak. Bila sudah dinyatakan tidak ada masalah lagi , baru
lakukan amnesis dan pemeriksaan fisik secara terperinci. Waktu terjadinya kecelakaan penting
ditanyakan untuk mengetahui berapa lama sampai di RS, mengingat golden period 1-6 jam , bila
lebih dari 6 jam, komplikasi infeksi semakin besar. Lakukan amnesis dan pemeriksaan fisis secara
cepat , singkat dan lengkap. Kemudian, lakukan foto radiologis. Pemasangan bidai dilakukan untuk
mengurangi rasa sakit dan mencegah terjadinya kerusakan yang lebih berat pada jaringan lunak
selain memudahkan proses pembuatan foto (Mansjoer, 2000).
Penatalaksanaan fraktur telah banyak mengalami perubahan dalam waktu sepuluh tahun
terakhir ini. Traksi dan spica casting atau cast bracing mempunyai banyak kerugian karena waktu

Laporan Tutorial Skenario B Kelompok 9 28


berbaring lebih lama, meski pun merupakan penatalaksanaan non-invasif pilihan untuk anak-anak.
Oleh karena itu tindakan ini banyak dilakukan pada orang dewasa (Mansjoer, 2000).
Bila keadaan penderita stabil dan luka telah diatasi, fraktur dapat dimobilisasi dengan
salah satu cara dibawah ini:
a. Traksi
Traksi adalah tahanan yang dipakai dengan berat atau alat lain untuk
menangani kerusakan atau gangguan pada tulang dan otot. Tujuan traksi adalah
untuk menangani fraktur, dislokasi atau spasme otot dalam usaha untuk memperbaiki
deformitas dan mempercepat penyembuhan. Traksi menggunakan beban untuk
menahan anggota gerak pada tempatnya. Tapi sekarang sudah jarang digunakan.
Traksi longitudinal yang memadai diperlukan selama 24 jam untuk mengatasi
spasme otot dan mencegah pemendekan, dan fragmen harus ditopang di posterior
untuk mencegah pelengkungan. Traksi pada anak-anak dengan fraktur femur harus
kurang dari 12 kg, jika penderita yang gemuk memerlukan beban yang lebih besar

b.Fiksasi Interna
Fiksasi interna dilakukan dengan pembedahan untuk menempatkan piringan
atau batang logam pada pecahan-pecahan tulang. Fiksasi interna merupakan
pengobatan terbaik untuk patah tulang pinggul dan patah tulang disertai komplikasi
(Djuwantoro, 1997).

c. Pembidaian
Pembidaian adalah suatu cara pertolongan pertama pada cedera/ trauma sistem
muskuloskeletal untuk mengistirahatkan (immobilisasi) bagian tubuh kita yang
mengalami cedera dengan menggunakan suatu alat yaitu benda keras yang
ditempatkan di daerah sekeliling tulang.

d. Pemasangan Gips atau Operasi Dengan Orif Gips adalah suatu bubuk campuran yang
digunakan untuk membungkus secara keras daerah yang mengalami patah tulang.
Pemasangan gips bertujuan untuk menyatukan kedua bagian tulang yang patah agar
tak bergerak sehingga dapat menyatu dan fungsinya pulih kembali dengan cara
mengimobilisasi tulang yang patah tersebut.
e. Penyembuhan Fraktur

Laporan Tutorial Skenario B Kelompok 9 29


Penyembuhan fraktur dibantu oleh pembebanan fisiologis pada tulang ,
sehingga dianjurkan untuk melakukan aktifitas otot dan penahanan beban secara
lebih awal. Tujuan ini tercakup dalam tiga keputusan yang sederhana : reduksi,
mempertahankan dan lakukan latihan.

Tatalaksana Sindrom Kompartemen:

Tujuan dari penanganan sindrom kompartemen adalah mengurangi defisit fungsi


neurologis dengan lebih dulu mengembalikan aliran darah lokal, melalui bedah dekompresi.
Walaupun fasciotomi disepakati sebagai terapi yang terbaik, namun beberapa hal seperti
penentuan waktu masih diperdebatkan. Semua ahli bedah setuju bahwa adanya disfungsi
neuromuskular adalah indikasi mutlak untuk melakukan fasciotomi. Penanganan kompartemen
secara umum meliputi:
1. Terapi non bedah
Pemilihan terapi ini adalah jika diagnosis kompartemen masih dalam bentuk dugaan
sementara. Berbagai bentuk terapi ini meliputi:
a. Menempatkan kaki setinggi jantung, untuk mempertahankan ketinggian
kompartemen yang minimal, elevasi dihindari karena dapat menurunkan aliran darah
dan akan lebih memperberat iskemia
b. Pada kasus penurunan ukuran kompartemen, gips harus di buka dan pembalut
kontriksi dilepas.
c. Pada kasus gigitan ular berbisa, pemberian anti racun dapat menghambat
perkembangan sindrom kompartemen.
d. Mengoreksi hipoperfusi dengan cairan kristaloid dan produk darah.

e. Pada peningkatan isi kompartemen, diuretik dan pemakainan manitol dapat


mengurangi tekanan kompartemen. Manitol mereduksi edema seluler,dengan
memproduksi kembali energi seluler yang normal dan mereduksi selotot yang
nekrosis melalui kemampuan dari radikal bebas
f. HBO ( Hyperbaric oxygen).
Merupakan pilihan yang logis untuk kompartemen sindrom berkaitan dengan
ischemic injury. HBO memiliki banyak manfaat, antara lain dapat mengurangi
pembengkakan melalui vasokonstriksi oleh oksigen dan mendukung penyembuhan
jaringan. Mekanismenya ialah ketika tekanan perfusi rendah, oksigen dapat diterima
sehingga dapat terjadi penyembuhan jaringan
Laporan Tutorial Skenario B Kelompok 9 30
II. Terapi Bedah
Fasciotomi dilakukan jika tekanan intra-kompartemen mencapai >30 mmHg. Tujuan dilakukan
tindakan ini adalah menurunkan tekanan dengan memperbaiki perfusi otot. Jika tekanannya <30 mm Hg
maka tungkai cukup diobservasi dengan cermat dan diperiksa lagi pada jam-jam berikutnya. Kalau keadaan
tungkai membaik, evaluasi terus dilakukan hingga fase berbahaya terlewati. Akan tetapi jika memburuk
maka segera lakukan fasciotomi. Keberhasilan dekompresi untuk perbaikan perfusi adalah 6 jam. Terdapat
dua teknik dalam fasciotomi yaitu teknik insisi tunggal dan insisi ganda .Insisi ganda pada tungkai bawah
paling sering digunakan karena lebih aman dan lebih efektif, sedangkan insisi tunggal membutuhkan diseksi
yang lebih luas dan resiko kerusakan arteri dan vena peroneal.
(Helmi,2012)

13. Bagaimana komplikasi pada kasus ini?


Jawab:

Komplikasi fraktur:

1. Komplikasi awal fraktur antara lain: syok, sindrom emboli lemak, sindrom kompartement,
kerusakan arteri, infeksi, avaskuler nekrosis.
a. Syok

b. Sindrom emboli lemak


Pada saat terjadi fraktur globula lemak dapat masuk kedalam pembuluh darah karena
tekanan sumsum tulang lebih tinggi dari tekanan kapiler atau karena katekolamin yang di
lepaskan oleh reaksi stress pasien akan memobilisasi asam lemak dan memudahkan terjasinya
globula lemak pada aliran darah.
c. Sindroma Kompartement
d. Kerusakan Arteri Pecahnya arteri karena trauma bias ditandai denagan tidak ada nadi, CRT
menurun, syanosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan dingin pada ekstrimitas yang
disbabkan oleh tindakan emergensi splinting, perubahan posisi pada yang sakit, tindakan
reduksi, dan pembedahan.
e. Infeksi Sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada trauma orthopedic
infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke dalam. Ini biasanya terjadi pada kasus
fraktur terbuka, tapi bias juga karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan
plat.
Laporan Tutorial Skenario B Kelompok 9 31
f. Avaskuler nekrosis Avaskuler nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke tulang rusak atau
terganggu yang bias menyebabkan nekrosis tulang dan di awali dengan adanya Volkman’s
Ischemia.
2. Komplikasi dalam waktu lama atau lanjut fraktur antara lain: mal union, delayed union, dan
non union.
a. Malunion
Malunion dalam suatu keadaan dimana tulang yang patah telah sembuh dalam
posisi yang tidak seharusnya. Malunion merupaka penyembuhan tulang ditandai dengan
meningkatnya tingkat kekuatan dan perubahan bentuk (deformitas). Malunion dilakukan
dengan pembedahan dan reimobilisasi yang baik.
b. Delayed Union
Delayed union adalah proses penyembuhan yang terus berjalan dengan kecepatan yang lebih
lambat dari keadaan normal. Delayed union merupakankegagalan fraktur berkonsolidasi
sesuai dengan waktu yang dibutuhkan tulang untuk menyambung. Ini disebabkan karena
penurunan suplai darah ke tulang.
c. Nonunion
Nonunion merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi dan memproduksi
sambungan yang lengkap, kuat, dan stabil setelah 6-9 bulan. Nonunion di tandai dengan adanya
pergerakan yang berlebih pada sisi fraktur yang membentuk sendi palsu atau pseuardoarthrosis.
(Helmi,2012)

Komplikasi Sindrom Kompartemen:

Sindrom kompartemen jika tidak mendapatkan penanganan dengan segera, akan


menimbulkan berbagai komplikasi antara lain:
1. Nekrosis pada syaraf dan otot dalam kompartemen.
2. Kontraktur volkman, merupakan kerusakan otot yang disebabkan oleh terlambatnya
penanganan sindrom kompartemen sehingga timbul deformitas pada tangan, jari, dan
pergelangan tangan karena adanya trauma pada lengan bawah.
3. Trauma vascular
4. Gagal ginjal akut
5. Sepsis
6. Acute respiratory distress syndrome (ARDS)
14. Bagaimana prognosis pada kasus ini?
Jawab:
Laporan Tutorial Skenario B Kelompok 9 32
Dubia et bonam, dengan tatalaksana yang tepat dan cepat.

15. Bagaimana kompetensi dokter umum pada kasus ini?


Jawab:

KDU mengenai kasus ini yakni 3B yang berisi:


3B. Gawat darurat
Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan memberikan terapi pendahuluan pada
keadaan gawat darurat demi menyelamatkan nyawa atau mencegah keparahan dan/atau kecacatan
pada pasien. Lulusan dokter mampu menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan pasien
selanjutnya. Lulusan dokter juga mampu menindaklanjuti sesudah kembali dari rujukan. (Konsil
Kedokteran Indonesia, 2012)

16. Bagaimana pandangan islam pada kasus ini?


Jawab:

QS. Asy Syura : 30

Artinya :

“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan
Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)”
Dari Abu Sa’id dan Abu Hurairah, mereka mendengar Rasulullah bersabda :
“tidaklah seorang mukmin tertimpa suatu musibah berupa rasa sakit (yang tidak kunjung sembuh),
rasa capek, rasa sakit, rasa pedih, dan kekhawatiran yang menerpa melainkan dosa-dosanya
diampuni” (HR. Muslim no. 2573)

Kandungan : dari surat dan hadist diatas dapat di ambil hikmah bahwa setiap musibah adalah teguran
dari Allah SWT atas dosa yang telah kita perbuat dan musibah tersebut agar dijadikan instropeksi diri
untuk lebih baik lagi dalam mencari rahmatan lil alamin.

2.6 Kesimpulan

Laporan Tutorial Skenario B Kelompok 9 33


Azhar, 30 tahun mengalami fraktur tertutup pada Regio Cruris Dextra disertai sindrom kompartemen
et causa trauuma mekanik.
2.7 Kerangka konsep

Trauma
mekanik

Luka lecet pada Fraktur tertutup


Regio Femoris pada Regio cruris
Dextra

Edema

Terjebaknya otot, saraf, vena,


tulang di jaringan parut

Kompartemen
Syndrome

Nyeri hebat Pucat paralysis pulselessnes Kesemutan


s

Kelompok puja;

Kecelakaan motor

Trauma mekanik tumpul

Fraktur tertutup pada kontusio luka lecet


tungkai kanan bawah

sindrom kompartemen

Laporan Tutorial Skenario B Kelompok 9 34

Anda mungkin juga menyukai