Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Pendidikan Sains Indonesia, Vol. 03, No.

01, hlm 239-250, 2015


http://jurnal.unsyiah.ac.id/jpsi

PENGEMBANGAN LKS STEM (SCIENCE, TECHNOLOGY, ENGINEERING, AND


MATHEMATICS) DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI DAN AKTIVITAS BELAJAR
SISWA SMA NEGERI 1 BEUTONG PADA MATERI INDUKSI ELEKTROMAGNETIK

Syarifah Rahmiza M1, Adlim2, Mursal2

1
Mahasiswa dan 2Dosen Program Studi Pendidikan IPA, PPs Unsyiah, Aceh
Korespondensi: Orizana@gmail.com

Abstrak

Penelitian tentang pengembangan LKS STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics)
dalam Meningkatkan Motivasi dan Aktivitas Belajar Siswa SMA Negeri 1 Beutong Pada Materi
Induksi Elektromagnetik telah dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan
motivasi dan aktivitas belajar siswa yang dibelajarkan menggunakan LKS STEM pada materi induksi
elektromagnetik. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Beutong , semester genap Tahun Ajaran
2013/2014. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi awal yaitu mengumpulkan data nilai ujian
semester IV siswa, angket untuk mengetahui motivasi belajar siswa dan lembar observasi untuk
mengetahui aktivitas siswa selama proses belajar mengajar. Hasil uji normalitas dan homogenitas
menunjukkan bahwa data berdistribusi normal dan homogen. Uji X2 untuk motivasi menunjukkan X2
hitung (29,2) X2tabel (7.81) yang berarti dengan menggunakan LKS STEM dapat meningkatkan
motivasi belajar siswa, sedangkan untuk aktivitas belajar siswa menunjukkan nilai 24,9>5,99 yang
artinya dengan menggunakan LKS STEM juga dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa.

Kata Kunci: LKS STEM, motivasi, aktivitas belajar

SMA Negeri 1 Beutong tampaknya merupakan


masalah yang beakar dari siswa yang kurang
PENDAHULUAN
motivasi saat belajar dan peralatan IPA yang
Sekolah Menengah Atas (SMA) kurang memadai, ini dibuktikan dengan ruang
Negeri 1 Beutong merupakan salah satu laboratorium yang belum dimanfaatkan dan
sekolah yang ada di Kabupaten Nagan Raya, peralatan yang belum lengkap sehingga hasil
dengan Nomor SK Penegerian: 0312/0/1993 belajar rata-rata di bawah Kriteria Ketuntasan
tanggal. 23 Agustus 1993. Nomor Statistik Minimal (KKM) yaitu 75.
sekolah: 301060603012 dengan alamat jalan Berdasarkan hasil wawancara dari
Nasional Jeuram-Takengon 1,5 Km/23672. guru yang mengajar fisika di SMA Negeri 1
SMA Negeri 1 Beutong masih dikatagorikan Beutong ternyata pada umumnya siswa
sekolah daerah terpencil karena masih sangat melakukan eksperimen hanya mengandalkan
jauh dari pusat perkotaan. Rendahnya motivasi peralatan yang ada di laboratorium IPA saja.
dan aktivitas siswa dalam belajar fisika di Guru mau melakukan eksperimen jika ada/

239| Jurnal Pendidikan Sains Indonesia (JPSI)


Jurnal Pendidikan Sains Indonesia, Vol. 03, No.01, hlm 239-250, 2015
http://jurnal.unsyiah.ac.id/jpsi

tersedia alat di laboratorium, dan apabila alat memakai konsep elektromagnetik, sehingga
tersebut tidak tersedia atau tidak ada, maka penggunaan Lembar Kerja Siswa (LKS) STEM
guru memberikan ceramah saja, dengan alasan dapat menjadi altenatif dalam peningkat
untuk membuat media pembelajaran yang lain pembelajaran.
membutuhkan waktu, tenaga dan pemikiran LKS merupakan salah satu komponen
yang ekstra. pendukung keberhasilan proses belajar
Permasalahan tingkat ketuntasan hasil mengajar. Penggunaan media pembelajaran
belajar siswa yang rendah bisa diatasi dengan yang tepat dapat mengubah materi ajar yang
menggunakan berbagai altenatif atau model abstrak menjadi kongkrit dan realistik.
pembelajaran seperti penerapan model Penyediaan perangkat LKS merupakan bagian
Cooperative Learning, metode eksperimen, dari pemenuhan kebutuhan siswa belajar,
ingkuiri, Science, Technology, Engineering, sesuai dengan tipe siswa belajar. Pembelajaran
and Mathematic (STEM) dan masih banyak menggunakan LKS bearti mengoptimalkan
model-model pembelajaran yang lain yang fungsi seluruh panca indra siswa untuk
dapat meningkatkan motivasi dan aktivitas meningkatkan efektivitas belajar siswa dengan
belajar siswa. Hasil belajar fisika yang rendah cara mendengar, melihat, meraba, dan
seringkali diatasi dengan cara kegiatan menggunakan pikirannya secara logis dan
remedial, sehingga siswa hanya paham dengan realistis, sehingga proses belajar mengajar
konsepnya saja tapi belum bisa menjadi lebih efektif.
mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. LKS adalah lembaran yang berisi tugas
Oleh karena itu STEM menjadi salah satu yang harus dikerjakan oleh peserta didik. LKS
altenatif untuk mengatasi permasalahan biasanya berupa petunjuk, langkah untuk
pembelajaran ini. STEM merupakan gabungan menyelesaikan suatu tugas. Suatu tugas yang
ilmu pengetahuan yang sudah dipadu seperti diperintahkan dalam lembar kegiatan harus
ilmu sains, teknologi, matematika serta jelas kompetensi dasar yang akan dicapainya.
pemilihan alat yang dipakai mudah terjangkau Menurut pengertian ini maka LKS berwujud
(Morrison, 2006) lembaran berisi tugas-tugas dari guru kepada
Pelajaran fisika khususnya mata siswa yang disesuaikan dengan kompetensi
pelajaran induksi elektromagnetik termasuk dasar dengan tujuan pembalajaran yang ingin
sukar bila hanya diajarkan dengan metode dicapai, atau dapat dikatakan juga LKS adalah
ceramah, materi ini harus diajarkan secara panduan kerja siswa untuk mempermudah
langsung dan diaplikasikan dalam kehidupan siswa dalam pelaksanaan kegiatan
sehari-hari, karena sangat banyak perlengkapan pembelajaran (Depdiknas, 2004: 18).
rumah tangga dan alat elektronik yang

Syarifah Rahmiza M: Pengembangan Lks Stem ...........|240


Jurnal Pendidikan Sains Indonesia, Vol. 03, No.01, hlm 239-250, 2015
http://jurnal.unsyiah.ac.id/jpsi

LKS yang dipakai guru tidak harus sekolah menengah dengan menggunakan
menggunakan soal-soal atau bacaan saja, pemdekatan PBL (Problem Basic Learning)
namun guru harus lebih kreatif dalam dalam pembelajaran STEM, mendapat hasil
merancang LKS sehingga siswa lebih tertarik yang baik karena guru mengaku mendapat
dalam mengerjakannya seperti dengan pemahaman yang mendalam dengan perpaduan
pengunaan LKS STEM. LKS STEM ini ilmu tersebut (STEM). Hasil menunjukkan
disusun sesuai dengan rancangan alat yang 88% guru merasa PBL dalam mengajar STEM
akan dilakukan oleh siswa, sehingga dengan membantu mareka mempelajari ide-ide baru,
menggunakan LKS STEM ini siswa akan 91% guru mengatakan pendekatan PBL
diarahkan bagaimana cara merangkai alat atau membantu mareka berfikir kritis (Asghar dkk,
memahami secara langsung prinsip fisika yang 2002: 2).
dipakai pada alat yang di rangkai tersebut.
METODELOGI PENELITIAN
STEM masih menjadi hal yang baru dalam
Metode yang digunakan dalam
dunia pendidikan khususnya di Aceh, sehingga
penelitian ini adalah eksperimen semu (quasi-
untuk penerapannya dalam pembelajaran fisika
experimental research). Menurut Suryabrata
masih membutuhkan persiapan yang matang.
(2009:92), penelitian eksperimen semu
Proses pembelajaran harus dirancang secara
bertujuan untuk memperoleh informasi yang
sistematis sesuai dengan bentuk
merupakan perkiraan bagi informasi yang
pengintegrasian STEM agar tujuan yang
dapat diperoleh dengan eksperimen yang
diharapkan dalam proses belajar mengajar
sebenarnya dalam keadaan yang tidak
dengan STEM ini dapat dipenuhi.
memungkinkan untuk mengontrol dan atau
LKS STEM ini diperkirakan akan
memanipulasikan semua variabel yang relevan.
menjadi solusi masalah pembelajaran tersebut
Pada penelitian ini membutuhkan dua kelas
karena dengan LKS STEM siswa akan bekerja
yang akan dibandingkan yaitu satu kelas
sendiri dalam merekayasa suatu alat, sehingga
sebagai kelas kontrol dan kelas lainnya
cenderung aktif sendiri pada saat belajar. Hal
dijadikan kelas eksperimen. Kelas eksperimen
ini sangat membantu siswa SMA Negeri 1
adalah kelas yang diterapkan LKS STEM.
Beutong, karena dengan kondisi sekolah yang
Sedangkan kelas kontrol dalam penelitian ini
belum dilengkapi dengan laboratorium untuk
adalah kelas yang di ajarkan dengan penerapan
melakukan percobaan atau praktek, LKS
LKS konvensional.
STEM salah satu cara efektif untuk membuat
Sebelum berlangsungnya proses
siswa lebih semangat dalam belajar.
belajar mengajar kedua kelas diberikan angket
Berdasarkan hasil penelitian tentang
motivasi awal terlebih dahulu untuk melihat
kompetensi guru matematika dan sains pada

241| Jurnal Pendidikan Sains Indonesia (JPSI)


Jurnal Pendidikan Sains Indonesia, Vol. 03, No.01, hlm 239-250, 2015
http://jurnal.unsyiah.ac.id/jpsi

sejauh mana tingkat motivasi siswa terhadap nilai awal siswa yang diperoleh dari nilai
pelajaran fisika di SMA Negeri 1 Beutong, ujian semester 5 tahun ajaran 2013/2014.
pada saat berlangsungnya pembelajaran siswa Jenis instrumen pengumpulan data dalam
diamati oleh empat orang pengamat terhadap penelitian.
aktivitas belajar siswa dengan menggunakan 1. Observasi awal dilakukan untuk
lembar observasi siswa, setelah proses belajar mengamati dan mancatat sistematis dari
mengajar berlangsung juga diberikan angket fenomena-fenomena yang diselidiki. Mahmud
motivasi akhir kepada kedua kelas tersebut, hal (2011: 177) mengatakan bahwa observasi
ini dilakukan untuk melihat sejauh mana dilakukan untuk menentukan data dan
peningkatan motivasi siswa terhadap pelajaran informasi dari gejala atau fenomena (kejadian
fisika setelah mendapatkan perlakuan. atau peristiwa) secara sistematis dan
Tabel 3.1 Tabel Desain Penelitian didasarkan pada tujuan penyelidikan yang
Kelompok Motivasi Perlakuan Motivasi telah dirumuskan. Observasi awal dilakukan
Awal Akhir untuk mengamati dan mancatat sistematis dari
Eksperimen O1 X1 O2 fenomena-fenomena yang diselidiki. Mahmud
Kontrol O1 X2 O2 (2011: 177) mengatakan bahwa observasi
dilakukan untuk menentukan data dan

Keterangan: informasi dari gejala atau fenomena (kejadian


atau peristiwa) secara sistematis dan
X1: Perlakuan dengan penerapan LKS STEM.
X2:Perlakuan dengan penerapan LKS didasarkan pada tujuan penyelidikan yang

konvensional telah dirumuskan. Data awal diperoleh dari

O1: Motivasi awal nilai dokumen sekolah pada semester 5, data


ini diperoleh untuk melihat uji normalitas dan
O2: Motivasi akhir Ningrat, 1993 dalam
(Marzani, 2011:46) uji homogenitas varian data untuk kedua kelas
yang diberikan perlakuan.
Penelitian ini dilakukan di SMA N 1 2. Angket motivasi siswa dibagi sebelum dan
Beutong, sedangkan yang menjadi subjek sesudah diberikan tindakan pembelajaran,
penelitian adalah siswa kelas IPA yaitu IPA-1 angket motivasi awal bertujuan untuk melihat
dan IPA-2 tahun ajaran 2014/2015. Jumlah bagaimana motivasi siswa terhadap pelajaran
subjek dalam penelitian ini sebanyak 60 orang fisika, sedangkan angket motivasi akhir
siswa, diantaranya 30 siswa diajarkan dengan bertujuan untuk melihat peningkatan motivasi
penerapan LKS STEM dan 30 siswa diajarkan setelah diberikan perlakuan pada saat
dengan penerapan LKS konvensional. Subjek pembelajaran berlangsung yaitu penggunaan
dalam penelitian ini dipilih berdasarkan data LKS STEM dan penggunaan LKS

Syarifah Rahmiza M: Pengembangan Lks Stem ...........|242


Jurnal Pendidikan Sains Indonesia, Vol. 03, No.01, hlm 239-250, 2015
http://jurnal.unsyiah.ac.id/jpsi

konvensional. Angket motivasi ini yang dan kelas kontrol maka dilakukan uji Kai-
merujuk dari Arusman (2014), angket ini Kuadrat (X2). Peningkatan motivasi belajar
berbentuk pertanyaan tertulis yang berjumlah siswa antara dua kelas diketahui sebelum
21 butir pertanyaan dengan empat pilihan ataupun sesudah melakukan pembelajaran baik
jawaban atau menggunakan skala likert yaitu dengan menggunakan LKS STEM di kelas
sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju eksperimen ataupun dengan menggunakan
(TS), sangat tidak setuju (STS). LKS Konvensional dikelas kontrol. Melalui
Berdasarkan langkah-langkah tersebut perolehan kategori motivasi belajar kita juga
didapatkan rentang kategori motivasi belajar bisa mengetahui peningkatan motivasi belajar
siswa yang selengkapnya tertera dalam Tabel siswa pada masing-masing kelas.
3.4. Menurut Jogiyanto (2008: 237) Pengujian
Tabel 3.4 Rentang Skor dan kategori Kai-Kuadrat (chi-square test) digunakan untuk
No Rentang Skor Kategori menguji perbedaan yang signifikan antara
1 X < (µ - 1σ) Rendah distribusi data yang diobservasi dengan
2 (µ - 1σ)≤ X < (µ + 1σ) Sedang
3 X ≥ (µ + 1σ) Tinggi distribusi yang diharapkan untuk beberapa
µ = ½ (skor tertinggi + skor terendah) kategori. Pengujian ini dilakukan untuk tipe
σ = 1/6 (skor tertinggi - skor terendah) data nominal sebagai berikut (dengan degree of
Angket yang berujuk pada Arusman freedom, d.f = n-1):
(2014) dengan jumlah 21 butir pertanyaan, ( )
=∑
yang selajutnya diuji coba kepada siswa kelas
3. Lembar aktivitas siswa digunakan
XII SMU Negeri 1 Seunagan yang berjumlah
sebagai pedoman untuk melihat aktivitas siswa
30 siswa. Uji coba ini dilakukan pada siswa
pada saat melakukan eksperimen sesuai dengan
kelas IPA-1 yang bertujuan untuk melihat
yang ada pada lembar LKS STEM dan LKS
sejauh mana siswa memahami aspek-aspek
Konvensional. Lembar pengamatan ini memuat
yang akan di nilai pada angket yang telah
aktivitas yang akan diamati serta kolom-kolom
tersedia, angket yang berjumlah 21 pertanyaan
yang menunjukkan tingkat dari setiap aktivitas
tersebut setelah diuji cobakan terjadi
yang diamati. Pengisian lembar pengamatan
pengurangan sebanyak 4 pertanyaan yaitu
dilakukan dengan memberikan tanda chek-list
pertanyaan no 6, 9, 17 dan 21 sehingga hasil
dalam kolom yang telah disediakan sesuai
yang diperoleh sebanyak 17 pertanyaan yang
dengan gambaran yang diamati.
nantinya akan digunakan pada saat penelitian
Menurut Sudijono (2008: 42) data
berlangsung.
observasi aktivitas siswa selama kegiatan
Mengetahui ada atau tidaknya perbedaan
belajar mengajar berlangsung dianalisis dengan
motivasi belajar siswa antara kelas eksperimen
menggunakan rumus persentase yaitu:

243| Jurnal Pendidikan Sains Indonesia (JPSI)


Jurnal Pendidikan Sains Indonesia, Vol. 03, No.01, hlm 239-250, 2015
http://jurnal.unsyiah.ac.id/jpsi

F Tabel 4.3 Rekapitulasi Uji X2 sebelum


P 100%
N . penerapan LKS STEM
Kriteria penilaian aktivitas siswa pada saat Sebelum Perlakuan

proses belajar mengajar dapat dilihat dalam Kelas


X^2 X^2
Tabel 3.5 hitung tabel Kesimpulan

Tabel 3.5 Kriteria Rata-rata Aktivitas Eksperimen 6.000 7.814 Tidak Terima
Siswa Kontrol 7.067 7.814 Tidak Terima
No Nilai Kriteria
1 3,25 – 4 Sangat baik
Perhitungan uji kesamaan rerata pada
2 2,5 – 3,25 Baik
Tabel 4.3 di atas untuk angket motivasi kelas
3 1,75 – 2,5 Cukup baik
eksperimen sebelum pembelajaran diperoleh
4 0,5 – 1,75 Kurang baik
X2hitung = 6 lebih kecil dari X2tabel = 7.81,
Menurut Jogiyanto (2008: 243)
sehingga kesimpulan yang diperoleh bahwa
pengujian hipotesis menggunakan uji Kai-
siswa masih memiliki motivasi yang berbeda
Kuadrat (chi-square test) dengan rumus
terhadap mata pelajaran fisika, sedangkan
sebagai berikut:
untuk kelas kontrol juga memiliki hasil yang
( )
X =∑
2
∑ sama yaitu X2hitung = 7.067 lebih kecil dari

HASIL PENELITIAN X2tabel = 7.81, ini dibuktikan dengan jawaban

Motivasi belajar kelas eksperimen dan kelas angket motivasi siswa yang merata terhadap

kontrol pelajaran fisika di SMA Negeri 1 Beutong.

Motivasi belajar kelas eksperimen dan Tabel 4.4 Rekapitulasi Uji X2 setelah

kontrol diukur dengan menggunakan angket penerapan LKS STEM

motivasi belajar yang telah diuji coba terlebih Sesudah Perlakuan


Kelas
X^2 hitung X^2 tabel Kesimpulan
dahulu. Hasil uji coba tersebut menunjukkan Eksperimen 29.2 7.814 Terima
ada 17 pertanyaan yang dapat digunakan dalam Kontrol 15.6 7.814 Terima

mengukur motivasi belajar siswa. Setelah


Perhitungan uji kesamaan rerata pada
angket motivasi diisi oleh siswa selanjutnya
Tabel 4.4 di atas untuk angket motivasi kelas
pengolahan data dilakukan dengan menguji
eksperimen sesudah pembelajaran diperoleh
tingkat signifikansi kedua kelompok dengan uji
X2hitung = 29.2 lebih besar dari X2tabel = 7.81,
X 2. Hasil uji t kedua kelas sebelum
maka kesimpulannya bahwa siswa sudah
pembelajaran penggunaan LKS STEM
memiliki motivasi yang sama (tinggi) terhadap
ditunjukkan pada Tabel 4.3.
mata pelajaran fisika, sedangkan untuk kelas

Syarifah Rahmiza M: Pengembangan Lks Stem ...........|244


Jurnal Pendidikan Sains Indonesia, Vol. 03, No.01, hlm 239-250, 2015
http://jurnal.unsyiah.ac.id/jpsi

kontrol juga memiliki hasil yang sama yaitu belajar siswa kedua kelas dapat dilihat dalam
X2hitung = 15.6 lebih besar dari X2tabel = 7.81. Gambar 4.1.
Hipotesis:
Kategori Motivasi Sebelum

1. Untuk motivasi sebelum: jika X2 hitung (6) 50 43


40 40

Persentase Nilai Kategori


>X 2
tabel (7.81) sehingga dapat disimpulkan 40 33
bahwa H0 ditolak. 30 27
Eks
2. Untuk motivasi sesudah: jika X2 20 17
Kon
hitung

(29.2) > X2tabel (7.81) sehingga dapat 10


disimpulkan bahwa H0 diterima. 0
Uji X 2
untuk motivasi belajar kedua RENDAH SEDANG TINGGI

kelompok memberikan hasil yang berbeda


Gambar 4.1 Kategori Motivasi Belajar
yang signifikan antara motivasi awal dan
Sebelum Pembelajaran (Pre-test)
motivasi akhir untuk masing-masing
kelompok. Disimpulkan bahwa terjadi Gambar 4.1 di atas menjelaskan tentang
peningkatan motivasi yang signifikan antara kategori motivasi belajar siswa sebelum
kedua kelompok dalam hal motivasi belajar diterapkan pembelajaran dengan penggunaan
setelah terjadinya perlakuan pada materi LKS STEM di kelas eksperimen ataupun
induksi elektromagnetik dengan menggunakan dengan menggunakan LKS konvensional di
LKS STEM. kelas kontrol. Kelas eksperimen hanya 27%
4.1.5 Proporsi kategori motivasi belajar siswa kategori tinggi, 33% yang berkategori
kelas eksperimen dan kelas kontrol sedang dan 40% yang berkategori rendah,
Kategori motivasi belajar siswa ada tiga artinya siswa di kelas eksperimen cenderung
yaitu tinggi, sedang dan rendah. Sebelum memiliki motivasi yang sedang saat belajar
dilakukan pembelajaran dengan penerapan fisika, sedangkan kelas kontrol sebanyak 17%
LKS STEM ataupun dengan menggunakan mahasiswa kategori tinggi, 40% yang
LKS konvensional, motivasi belajar siswa berkategori sedang dan 43% yang berkategori
kelas eksperimen kebanyakan sedang-sedang rendah, artinya siswa di kelas kontrol
saja dibandingkan dengan kelas control yang cenderung memiliki motivasi yang sama untuk
kebanyakan lebih rendah motivasinya, dapat belajar fisika. Dari hasil data di atas dapat
disimpulkan bahwa kelas eksperimen disimpulkan bahwa motivasi siswa sebelum
memiliki motivasi yang sedang dibandingkan dilakukan pembelajaran pada dua kelas adalah
dengan kelas kontrol. Hasil kategori motivasi berbeda, kelas eksperimen cenderung lebih
tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol.

245| Jurnal Pendidikan Sains Indonesia (JPSI)


Jurnal Pendidikan Sains Indonesia, Vol. 03, No.01, hlm 239-250, 2015
http://jurnal.unsyiah.ac.id/jpsi

Hasil data kategori motivasi belajar berkategori sedang dan 17% yang berkategori
siswa sesudah dilakukan pembelajaran dengan rendah, artinya masih terdapat siswa di kelas
menggunakan LKS STEM di kelas eksperimen kontrol yang tidak termotivasi sama sekali
ataupun dengan menggunakan LKS dengan belajar fisika. Dari hasil data di atas
konvensional di kelas kontrol, terjadi dapat disimpulkan bahwa motivasi siswa
peningkatan. Hasil data kategori motivasi sesudah dilakukan pembelajaran pada dua
belajar mahasiswa sesudah dilakukan kelas mengalami peningkatan.
pembelajaran pada dua kelas selengkapnya
tertera dalam Gambar 4.2.
Kegiatan aktivitas siswa dalam Penerapan
Kategori Motivasi Sesudah
100 LKS STEM
Persentase Nilai Kategori

80 Aktivitas siswa pada saat terjadinyan


80
57 proses belajar mengajar dengan menggunakan
60
Eks LKS STEM telah diamati oleh empat orang
40 27 Kon pengamat yang dibagi untuk tiap kelompok
17 17
20 yang terdiri atas 7 (tujuh) orang siswa.
3
0 Kegiatan observasi dalam pembelajaran kedua
RENDAH SEDANG TINGGI kelas dapat dilihat dalam Tabel 4.4.

Gambar 4.2 Kategori Motivasi Belajar Setelah Tabel 4.5 Hasil Observasi Kegiatan siswa
Pembelajaran (Post-test) Selama Pembelajaran
Kls Kls
Gambar 4.2 di atas menjelaskan tentang Aspek yang Eksperimen Kontrol
No
diamati Rata- Rata-
kategori motivasi belajar siswa sesudah Ket Ket
rata rata
dilakukan pembelajaran menggunakan LKS Pemecahan
1 3,50 SB 3,17 B
Masalah
STEM di kelas eksperimen ataupun dengan Efektivitas
2 Belajar 3,94 SB 3,81 SB
menggunakan LKS konvensional di kelas
Siswa
kontrol. Kelas eksperimen terlihat bahwa Melakukan
penyelidikan
hampir semua atau 80% siswa kategori tinggi, 3 individual 3,40 SB 3,55 SB
sebanyak 17% yang berkategori sedang, dan maupun
kelompok
hanya 3% yang berkategori rendah, artinya Ket: SB = Sangat Baik; B = Baik.
hampir semua siswa di kelas eksperimen Tabel 4.5 hasil observasi atau pengamatan
termotivasi sama dengan belajar fisika, yang dilakukan siswa dan diamati oleh empat
sedangkan kelas kontrol sebanyak 57% siswa orang pengamat selama proses belajar
kategori tinggi, sebanyak 27% yang mengajar, untuk kelas eksperimen pada aspek

Syarifah Rahmiza M: Pengembangan Lks Stem ...........|246


Jurnal Pendidikan Sains Indonesia, Vol. 03, No.01, hlm 239-250, 2015
http://jurnal.unsyiah.ac.id/jpsi

pemecahan masalah didapat nilai rata-rata 4,50


3,94
3,81

Nilai rata-rata aktivitas siswa


(3,50) dengan kategori (SB); sedangkan pada 4,00 3,50 3,55
3,40
kelas kontrol pada aspek pemecahan masalah 3,50 3,17
3,00
didapat nilai rata-rata (3,17) dengan kategori
2,50
Eks
(B). Efektifitas siswa belajar pada kelas 2,00
Kon
eksperimen didapat nilai rata-rata (3,94) 1,50
1,00
dengan kategori (SB); sedangkan pada kelas
0,50
kontrol pada aspek efektifitas siswa belajar
0,00
didapat nilai rata-rata (3,81) dengan kategori Sintak 1 Sintak 2 Sintak 3
(SB), sedangkan untuk aspek melakukan
penyelidikan individual maupun kelompok Gambar 4.3 Analisis data pengamatan
Kegiatan siswa pada setiap Aspek yang dinilai
pada kelas eksperimen didapat nilai rata-rata Hipotesis:
(3,40) dengan kategori (SB) dan untuk kelas
kontrol pada aspek melakukan penyelidikan Tabel 4.6 Uji kai-kuadrat untuk Aktivitas

individual maupun kelompok didapat nilai Siswa

rata-rata (3,55) dengan kategori (SB). Nilai Ekspektasi tiap


Nilai Chi Kuadrat
baris dan kolom
Dari semua data yang didapat maka E11 1.20 Df 2.00
disimpulkan bahwa aktivitas belajar siswa E12 1.17 Α 0.05
X^2
dalam pembelajaran dengan penerapan LKS E21 1.40 24.92
(hitung)
STEM pada kelas eksperimen untuk konsep E22 1.36 X^2 (tabel) 5.99
E31 1.26
induksi elektromagnetik mengalami Kesimpulan Terima
E32 1.22
peningkatan, dan peningkatan hasil observasi
pada proses belajar mengajar tersebut dapat Dengan d.f = 2 dan = 5%, dari Table
dilihat pada Gambar 4.3 diperoleh X2 = 5,99. Karena nilai X2 hitung
(20,92) lebih besar dari X2tabel (5,99), maka
dapat disimpulkan bahwa menerima Ho, yaitu
dengan pengembangan LKS STEM dapat
meningkatkan aktivitas belajar siswa pada
materi induksi elektromagnetik.

PEMBAHASAN
Motivasi Belajar

Motivasi belajar siswa dengan


menggunakan LKS STEM secara signifikan

247| Jurnal Pendidikan Sains Indonesia (JPSI)


Jurnal Pendidikan Sains Indonesia, Vol. 03, No.01, hlm 239-250, 2015
http://jurnal.unsyiah.ac.id/jpsi

terdapat peningkatan, hal ini dapat dilihat motivasi yang kuat dan jelas, ternyata
berdasarkan perolehan kategori motivasi berpengaruh pada hasil belajar mareka.
belajar “tinggi” untuk siswa pada kelas Peningkatan motivasi pada kelas
eksperimen. Meningkatnya motivasi belajar eksperimen yang didorong dari kegiatan-
sangat signifikan dengan perolehan data yang kegiatan yang dilakukan siswa berkaitan
meningkat dari sebelum perlakuan hanya 27% dengan teori yang dikemukan oleh Purwanto
siswa yang memiliki motivasi belajar yang (2004). Dia menyatakan bahwa motivasi
“tinggi” sedangkan setelah perlakuan merupakan sesuatu yang mendorong seseorang
meningkat sebanyak 80% siswa sudah untuk melakukan usaha (aktivitas), dan
memiliki motivasi belajar yang “tinggi”. menjadi syarat mutlak untuk belajar, karena
Timbulnya peningkatan motivasi pemberian motivasi yang tepat akan
belajar siswa disebabkan oleh penggunaan mendorong siswa untuk bekerja dan belajar
LKS STEM, dengan penggunaan LKS STEM dengan baik.
ini siswa menjadi lebih aktif dalam
memecahkan masalah dan siswa lebih Aktivitas Siswa Belajar
semangat dalam melakukan praktikum karena Peningkatan motivasi belajar ini
dalam LKS STEM tersebut sudah terdapat disebabkan karena adanya aktivitas belajar
penuntun untuk merangkai alat yang telah siswa pada saat terjadi proses belajar mengajar
disediakan oleh guru, langkah-langkah yang dengan menggunakan LKS STEM, aktivitas
harus diikuti siswa saat praktikum lebih belajar pada kelas eksperimen memiliki
menarik disebabkan terdapat gambar tentang kategori “SB” untuk tiap-tiap aspek yang
langkah-langkah yang harus dikerjakan siswa dinilai, hal ini terjadi karena siswa lebih
sehingga praktikum yang dilakukan dapat semangat untuk belajar dengan adanya
berhasil. kegiatan-kegiatan yang diberikan oleh guru
Timbulnya motivasi siswa sangat sehingga siswa tidak pasif atau hanya duduk
berpengaruh terhadap cara mengajar guru. dan mendengarkan saja penjelasan yang
Sesuai dengan hasil penelitian Maya (2013) diberikan guru.
bahwa eksperimen yang dilakukan siswa Keaktifan siswa dengan pembelajaran
menimbulkan adanya motivasi belajar oleh menggunakan LKS STEM juga dipengaruhi
siswa karena siswa ingin mendapatkan oleh peran dan fungsi guru serta lengkapnya
penghargaan, selain itu siswa juga akan tahapan pembelajaran. Guru hanya menjadi
berusaha melakukan yang terbaik untuk mediator dan fasilitator selama kegiatan
mendapatkan nilai yang tinggi. Cara mengajar praktikum berlangsung, siswa dituntut lebih
yang menarik bisa membuat siswa lebih aktif sendiri untuk melakukan kegiatan yang
semangat untuk belajar dan akan lebih serius telah direncanakan oleh guru yang akhirnya
dalam mempelajari pelajaran yang sudah bisa mendapatkan hasil yang maksimal dan
disampaikan oleh guru. suatu produk yang bisa bermanfaat bagi
Motivasi belajar yang tinggi dapat masyarakat.
meningkatkan hasil belajar, hal ini sesuai Keaktifan selama proses belajar
dengan penelitian Heni (2011) yang mengajar merupakan salah satu indikator
menyatakan ada hubungan motivasi belajar adanyan keinginan atau motivasi siswa untuk
dengan prestasi akademik mahasiswa. belajar. Siswa dikatakan memiliki keaktifan
Mahasiswa S1 Keperawatan mempunyai apabila ditemukan ciri-ciri perilaku sering
bertanya ke guru atau siswa lain, mau

Syarifah Rahmiza M: Pengembangan Lks Stem ...........|248


Jurnal Pendidikan Sains Indonesia, Vol. 03, No.01, hlm 239-250, 2015
http://jurnal.unsyiah.ac.id/jpsi

mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, oleh karena itu guru menjadi penuntun
mampu menjawab pertanyaan, senang bagaimana sikap siswa saat belajar.
diberikan tugas, dan lain sebagainya.
Seorang pakar pendidikan, Trinadinata KESIMPULAN
(1984) menyatakan bahwa “hal yang paling Berdasarkan hasil analisis data, hasil
mendasar yang dituntut dalam proses belajar temuan, dan pembahasan dapat ditarik
mengajar adalah keaktifan siswa”. Keaktifan kesimpulan sebagai berikut.
siswa dalam proses belajar mengajar akan 1) Pembelajaran dengan menggunakan LKS
menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru STEM dapat meningkatkan motivasi
dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. belajar siswa pada pokok bahasan induksi
Hal ini akan mengakibatkan suasana kelas elektromagnetik dibandingkan dengan
menjadi segar dan konduktif, dimana masing- penggunaan LKS konvensional.
masing siswa dapat melibatkan 2) Peningkatan motivasi juga berpengaruh
kemampuannya semaksimal mungkin. terhadap aktivitas belajar siswa, dengan
Aktivitas yang timbul dari siswa penggunaan LKS STEM, siswa menjadi
mengakibatkan pula terbentuknya pengetahuan lebih aktif belajar sendiri, sehingga
dan ketrampilan yang akan mengarah pada aktivitas belajar mengajar meningkat.
peningkatan prestasi.
Peningkatan aktivitas belajar siswa Ucapan Terima Kasih
juga dipengaruhi oleh cara guru pada saat Selama penyelesaian penulisan artikel
mengajar, guru harus lebih kreatif dalam ini, penulis mendapat bimbingan, pengarahan,
penyajian mata pelajaran yang akan dan bantuan dari banyak pihak. Penulis
disampaikan terhadap siswa. Hal ini sesuai mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-
dengan penelitian Teti (2013) bahwa lesson besarnya kepada Bapak Prof. Dr. Adlim, M.Sc
study dapat meningkatkan aktivitas siswa pada dan bapak Dr. Mursal, M.Si selaku
materi cahaya, ini ditunjukkan oleh aktivitas pembimbing tesis, serta bapak Prof. Dr.
siswa yang meningkat dari 84,00%, 87,92%, Yusrizal, M. Pd dan Bapak Dr. A. Halim. M.
hingga 91,25%. Si selaku penguji tesis yang telah banyak
Siswa yang aktif dalam belajar akan memberikan koreksi dan masukan-masukan
meningkatkan hasil belajarnya. Aktivitas yang membangun sehingga penulisan artikel
belajar siswa dipengaruhi oleh cara guru ini menjadi lebih terarah.
mengajar, bila guru hanya mengajar dengan
menggunakan metode ceramah maka siswa
akan merasa jenuh sehingga bosan saat belajar,

DAFTAR PUSTAKA (http://dx.doi.org/10.7771/1541-


5015.1349 diakses tanggal 21 Juli
Asghar, A. (2012). Supporting STEM Education 2012).
in Secondary Science Contexts. Becker. K dan Park. K. 2011. Effect of
Interdisciplinary Journal of Problem- Integrative Approaches Among Science,
Technology, Engineering and
based Learning, ( Online)Jilid 6, no 2:
Mathematics (STEM) subjects on

249| Jurnal Pendidikan Sains Indonesia (JPSI)


Jurnal Pendidikan Sains Indonesia, Vol. 03, No.01, hlm 239-250, 2015
http://jurnal.unsyiah.ac.id/jpsi

Students Learning: a Preliminary mota- Mahmud. 2011. Metode Penelitian Pendidikan,.


anaalisis. Journal of STEM Education, Bandung: Pustaka Setia.
12 (5-6), 23-25
Marzani. 2011. Penerapan E-Learning Berbasis
Jogiyanto. 2008. Metodologi Penelitian Sistem Moodle untuk Meningkatkan
Informasi. Yogyakarta: Andi Penguasaan Konsep dan Keterampilan
Jones, R.B. 2008. Science, Technology, Berfikir Kritis Siswa pada Konsep
Engineering and Math (Online) (http://
Cahaya di SMP. [Online]. Teredia:
www. Learning.com. diakses tanggal 8
Juni 2014. http://repository.upi.edu/tesisview.php?
no_tesis=1901, diakses [24 Desember
Hays, B. L, (2009) Online tersedia di
(http://Powerofdiscovery.Org/Science- 2013]
Technology-Engineering-And- Sudijono, A. 2008. Pengantar Evaluasi
Mathematic-Stem-Education-What- Pendidikan. Jakarta: Rajagrafindo
Form-What-Function). diakses tanggal
21/07/2013 Persada.
Suryabrata, S.2009. Metodologi Penelitian.
Heni, A. 2011. Hubungan Motivasi Belajar
Jakarta: Rajagrafindo Persada.
dan Prestasi Akademik Mahasiswa
S1- Keperawatan Sekolah Tinggi Teti Wahyuni. 2013. Pengaruh Implementasi
Lesson Study terhadap Peningkatan
Ilmu Kesehatan Dian Husada
Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas
Mojokerto. Jurnal Keperawatan,
VII SMP N Banda Aceh pada Konsep
1(1): 6-9 Cahaya. Tesis pada PPs. Unsyiah.
Ostler, K. 2012. Century STEM Education: A Banda Aceh
Tectical Model for Long Range Succes. Trinandita. 1984. Penerapan Metode
International Journal of Applied Science Pembelajaran Aktif Sebagai Upaya
and Technology. 2(1): 15-17. Membantu Meningkatkan Hasil Belajar.
Marrison, J. S. 2006. Attribute of STEM http//.media.diknas.go.id/media/dokume
n/ 5098.pdf.(9 May 2013)
Education (Online) (http://
www.psea.org. diakses tanggal 12
November 2013.

Syarifah Rahmiza M: Pengembangan Lks Stem ...........|250

Anda mungkin juga menyukai