OLEH:
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis persembahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
yang telah menganugerahkan segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga makalah
yang berjudul “Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Hipeparatiroidisme dapat diselesaikan. Makalah ini disusun untuk
menyelesaikan tugas kelompok dari dosen mata kuliah Keperawatan Medikal
Bedah II.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, demi kesempurnaan makalah ini penulis sangat mengharapkan
masukan yang sifatnya membangun. Penulis berharap makalah ini bermanfaat
bagi semua.
TIM PENULIS
ii
DAFTAR ISI
6. Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangguan Katup JantungError! Bookmark not defined.
iii
1. Defenisi ..................................................................... Error! Bookmark not defined.
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kelenjar paratiroid pada manusia itu berjumlah empat buah yang terletak
di belakang kelnjar tiroid. Kelenjar ini menempel pada bagian anterior dan
posterior kedua lobus tiroid. Kelenjar ini dapat mempunyai ukuran dan jumlah
yang bervariasi, kadang-kadang di temukan di bagian dalam kelenjar tiroid
atau di belakang faring atau dalam thoraks. Terdiri dari kumpulan sel-sel
dipindahkan oleh jaringan ikat dan dengan sinusoid untuk darah yang mengalir
di sekeliling sel (Slone, 2003).
B. Rumusan Masalah
5
C. Tujuan Penulisan
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Anatomi
7
sebelum pubertas hanya sedikit dijumpai, dan setelah itu jumlah sel ini
meningkat seiring usia, tetapi pada sebagian besar binatang dan manusia
muda, sel oksifil ini tidak ditemukan.Fungsi sel oksifil masih belum jelas,
sel-sel ini mungkin merupakan modifikasi atau sisa sel utama yang tidak
lagi mensekresi sejumlah hormon.
2. Fisiologi
B. GANGGUAN HIPOPARATIROIDISME
1. Pengertian Hipoparatiroidisme
8
Dapat disimpulkan hipoparatiroidisme adalah kondisi dimana
adanya defisiensi hormon paratiroid karena adanya kerusakan atau
pengangkatan kelenjar paratiroid sehingga terjadi gangguan
metabolisme dan keseimbangan kalsium dan fosfor di dalam tubuh.
2. Klasifikasi hipoparatiroid
1. Hipoparatiroid Neonatal
Hipoparatiroid neonatal dapat terjadi pada bayi yang dilahirkan
oleh ibu yang sedang menderita hiperparatiroid. Aktivitas
paratiroid fetus sewaktu dalam uterus ditekan oleh maternal
hiperkalsemia.
2. Simpel idiopatik hipoparatiroid
Gangguan ini dapat ditemukan pada anak-anak atau orang
dewasa. Terjadinya sebagai akibat pengaruh autoimun yang ada
hubungannya dengan antibodi terhadap paratiroid, ovarium,
jaringan lambung dan adrenal. Timbulnya gangguan ini dapat
disebabkan karena menderita hipoadrenalisme, hipotiroidisme,
diabetes mellitus, anemia pernisiosa, kegagalan ovarium primer,
hepatitis, alopesia dan kandidiasis.
3. Hipoparatiroid pascabedah
Kelainan ini terjadi sebagai akibat operasi kelenjar tiroid, atau
paratiroid atau sesudah operasi radikal karsinoma faring atau
esofagus. Kerusakan yang terjadi sewaktu operasi tiroid, biasanya
9
sebagai akibat putusnya aliran darah untuk kelenjar paratiroidisme
karena pengikatan arteri tiroid inferior. Hipoparatiroid yang terjadi
bersifat sementara atau permanen. Karena itu kadar kalsium serum
harus diperiksa sesudah melakukan operasi tersebut, tiga bulan
kemudian dan sewaktu-waktu bila ada kelainan klinis walaupun tak
khas yang menjurus pada diagnosis hipoparatiroid.
3. Etiologi
4. Manifestasi Klinik
10
dengan atau tanpa upaya untuk melakukan gerakan volunter. Pada
keadaan tetanus laten terdapat gejala patirasa, kesemutan dan kram
pada ekstremitas dengan keluhan perasaan kaku pada kedua belah
tangan serta kaki. Pada keadaan tetanus yang nyata, tanda-tanda
mencakup bronkospasme, spasme laring, spasme karpopedal (fleksi
sendi siku serta pergelangan tangan dan ekstensi sensi karpofalangeal),
disfagia, fotopobia, aritmia jantung serta kejang. Gejala lainnya
mencakup ansietas, iritabilitas, depresi dan bahkan delirium.
Perubahan pada EKG dan hipotensi dapat terjadi. (Brunner & Suddath,
2001)
5. Patofisiologi
Normalnya PTH beraksi dalam meningkatkan resoprsi tulang,
yang memelihara keseimbangan kadar kalsium serum. PTH juga
mengatur bersihan fossfat di tubulus renalis, sehingga mengatur
keseimbangan antara kadar kalsium dan fosfat. Konsekuensinya, ketika
sekresi paratiroid diturunkan resorpsi tulang berjalan lambat, kadar
kalsium serum menurun, dan iritabilitas neuromuskuler meningkat.
Bertentangan dengan kondisi tersebut, kalsifikasi terjadi di beberapa
organ seperti mata dan basal ganglia. Selain itu, tanpa kecukupan PTH,
lebih sedikit ion fosfat disekresikan oleh tubulus renalis ginjal, eksresi
fosfat di ginjal menurun, dan kadar fosfat serum meningkat.
Klien pulih secara total dari efek hipoparatiroidisme jika terdapat
kondisi terdiagnosis sejak awal sehingga belum ada komplikasi serius
yang terjadi. Sayangnya, katarak dan kalsifikasi otak, ketika sekali
terbentuk, maka kondisinya reversibel.
6. Pemeriksaan Diagnostik
11
1. Erb’s sign : Dengan stimulasi listrik kurang dari 5 milli-ampere
sudah ada kontraksi dari otot (normal pada 6 milli-ampere)
2. Chvoatek’s sign : Ketokan ringan pada nervus fasialis (didepan
telinga tempat keluarnya dari foramen sylomastoideus)
menyebabkan kontraksi dari otot-otot muka.
3. Trousseau’s sign : Jika sirkulasi darah dilengan ditutup dengan
manset (lebih dari tekanan sistolik) maka dalam tiga menit tangan
mengambil posisi sebagai pada spasme carpopedal.
4. Peroneal sign : Dengan mengetok bagian lateral fibula di bawah
kepalanya akan terjadi dorsofleksi dan adduksi dari kaki
Diagnosa sering sulit ditegakkan karena gejala yang tidak jelas seperti
rasa nyeri dan pegal-pegal, oleh sebab itu pemeriksaan laboratorium akan
membantu. Biasanya hasil laboratorium yang ditunjukkan, yaitu:
7. Komplikasi
Jika terapi tidak diberikan secara cepat, klien hipopartiroidisme
akut dapat meninggal akibat obstruksi jalan napas karena tetanus dan
laringospasme. Pada hipoparatiroidisme kronia, komplikasi utamanya
adalah kalsifikasi mata dan basal ganglia.
12
8. Penatalaksanaan
13
sebagai suplemen dalam diet. Gel alumunium karbonat (Gelusil,
Amphojel) diberikan sesudah makan untuk mengikat fosfat dan
meningkatkan eksresinya lewat traktus gastrointestinal.
a. Pengkajian
14
3. Kejang-kejang, kesemutan dan lemah.
2. Tetani.
2. Pemeriksaan radiologi.
b. Diagnosa Keperawatan
15
Intervensi Keperawatan :
Intervensi Keperawatan :
16
2. Saat memberikan penyuluhan kesehatan tentang semua obat-
obat yang harus digunakan di rumah, pastikan klien
mengetahui bahwa semua bentuk vitamin D, kecuali
dehidroksikolelalsiferol, diasimilasi dengan lambat dalam
tubuh. Oleh karenanya akan membutuhkan waktu satu
minggu atau lebih untuk melihat hasilnya.
17