ANALISIS GRANULOMETRI
Ukuran butir merupakan komponen yang memiliki peranan yang sangat penting dalam
mempelajari batuan sedimen, khususnya batuan sedimen silisiklastik. Kasar-halusnya
suatu ukuran butir akan mencerminkan tinggi-rendahnya tingkat energi yang mengontrol
proses pelapukan, proses erosi, transportasi, dan sedimentasi batuan tersebut. Ukuran butir
bervariasi, mulai dari partikel yang berukuran lempung (yang membutuhkan pengamatan
melalui mikroskop) sampai yang berukuran bongkah dengan diameter beberapa meter.
Menurut Boggs (2006), distribusi ukuran butir batuan sedimen silisiklastik dipengaruhi
oleh tiga faktor utama, yaitu :
Gambar 1. Diagram Hjulstrom yang menjelaskan mengenai hubungan antara kecepatan arus
dengan material sedimen lepas dalam proses sedimentasi.
Kurva di dalam Diagram Hjlustrom dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian atas yang
menjelaskan mengenai proses erosi dan transportasi sedimen, dimana sedimen yang
awalnya diam kemudian ada fluida yang bergerak akhirnya sedimen tersebut mengalami
pergerakan dan bagian bawah yang menjelaskan mengenai proses pengendapan sedimen,
dimana sedimen yang sudah bergerak bersama-sama dengan fluida mulai mengalami
proses pengendapan.
Kurva bagian atas, memperlihatkan hubungan antara kecepatan arus terhadap mekanisme
erosi, pengangkatan butir sedimen, dan trasportasi sedimen. Ukuran butir yang kasar
(kerikil, kerakal, berangkal, dan bongkah) membutuhkan energi yang besar untuk
mengerosi dan mentransportasikannya dan semakin halus ukuran butirnya (pasir) maka
energi yang dibutuhkan untuk mengerosi dan menggerakannya lebih rendah. Sementara,
di bagian sebelah kiri, garis kurva menunjukan adanya kenaikan yaitu pada material halus
seperti lanau dan lempung. Hal tersebut dikarenakan partikel lanau dan lempung
mempunya sifat kohesif (gaya tarik menarik antara partikel) yang tinggi sehingga untuk
2
LABORATORIUM SEDIMENTOLOGI & STRATIGRAFI
UNIVERSITAS PERTAMINA
mengerosi dan mengangkat butiran tersebut dibutuhkan energi yang tinggi seperti energi
yang dibutuhkan untuk mengerosi dan menggerakan sedimen berukuran bongkah.
Transportasi material sedimen secara bed load dapat dibagi menjadi dua jenis secara garis
besar, yaitu mekanisme arus traksi dan saltasi. Mekanisme traksi merupakan mekanisme
dimana material sedimen akan menyentuh batuan dasar selama proses transportasi
berlangsung. Mekanisme ini terdiri dari rolling, sliding, dan creeping (Boggs Jr, 2006).
Rolling merupakan perpindahan material sedimen, dimana material tersebut akan
menggelinding pada batuan dasar (bed). Sliding merupakan perpindahan material sedimen
dengan cara terseret pada permukaan batuan dasar (bed). Creep merupakan perpindahan
material sedimen akibat mengalami tumbukan dengan material sedimen lainnya pada saat
proses transportasi. Saltasi adalah mekanime arus dimana material sedimen berpindah
dengan cara melompat-lompat pada permukaan batuan dasar.
3
LABORATORIUM SEDIMENTOLOGI & STRATIGRAFI
UNIVERSITAS PERTAMINA
Mekanisme transportasi suspended load adalah pergerakan dan atau perpindahan material
sedimen dengan cara melayang atau tersuspensi di dalam fluida. Seiring dengan
bertambahnya kecepatan arus pada suatu fluida yang mengantar sedimen, maka aliran
turbulen di dalam fluida akan mencapai permukaan batuan dasar (bed). Hal ini dapat
menyebabkan material sedimen yang semula memiliki mekanisme bed load dapat
terangkat dan tersuspensi pada aliran fluida. Semakin besarnya arus, maka akan
menyebabkan semakin lamanya material sedimen yang tersuspensi di dalam fluida,
sehingga material sedimen akan lebih jauh tertransportasi dan mengalami deposisi pada
suatu lingkungan pengendapan.
1.2.3. Granulometri
Granulometri atau sering diterjemahkan dengan analisa besar butir adalah salah satu dari
sekian banyak metoda yang sering dipakai untuk menganalisa batuan sedimen klastik.
Dalam granulometri ini lebih mengutamakan bagaimana sebaran butiran batuan sedimen
klastik tersebut. Metoda – metoda perhitungan secara statistik sering pula banyak dipakai,
hal ini sebernarnya hanya untuk mengetahui apakah dengan metoda statistik tersebut kita
dapat melihat adanya bentuk kurva yang sangat khas atau proses tertentu.
Salah satu parameter yang digunakan ialah ukuran butir partikel sedimen yang penting
dalam beberapa hal. Ukuran butir mencerminkan:
a. Resistensi partikel terhadap pelapukan, erosi dan abrasi. Partikel-partikel yang lunak
seperti batugamping dan fragmen-fragmen batuan makin lama makin mengecil, bahkan
partikel kuarsa yang besar dan resistensi akan terabrasi dan berubah ukurannya.
b. Proses transportasi dan deposisi (pengendapan) seperti kemampuan air dan angin untuk
menggerakan dan mengendapkan partikel sedimen.
Material-material yang diangkut oleh media pengangkut (air dan angin) akan terdistribusi
menjadi berbagai macam ukuran butir seperti gravel (boulder, cobble, dan pebble), sand,
dan mud. Dari sinilah persentase penyebaran besar butir dapat digunakan sebagai analisis
lanjutan guna mengetahui mekanisme transportasi dan pengendapan dalam batuan
sedimen.
Analisis granulometri memiliki beberapa parameter yang dikaji dan dijadikan acuan serta
dirasa penting dan dapat menginterpretasikan sedimentasi, adapun parameter tersebut
yaitu nilai distribusi ukuran butir, mean, sortasi, skewness, dan kurtosis. Penggolongan
besar butir menggunakan satuan phi yang diadopsi dari skala Udden –Wentworth dan
Friedman.
4
LABORATORIUM SEDIMENTOLOGI & STRATIGRAFI
UNIVERSITAS PERTAMINA
Seperti yang telah disebutkan tentang beberapa parameter granulometri, maka berikut
penjabaran dari beberapa parameter granulometri tersebut :
a. Mean
Mean merupakan nilai besaran ukuran butir rata – rata. Mean memiliki satuan berupa phi,
nilai ini dapat mencerminkan besaran energi pengendapan dalam memindahkan partikel
sedimen, semakin besar ukuran butir maka semakin besar energi yang terlibat dalam proses
transportasi dan sebaliknya jika ukuran butir relatif halus maka diinterpretasikan pada saat
pengendapan merupakan suatu keadaan yang relatif tenang atau berenergi rendah.
b. Sortasi
Sortasi merupakan nilai keseragaman besar butir. Sortasi dapat diinterpretasikan sebagai
waktu yang dibutuhkan dalam sedimentasi. Di lapangan untuk mengidentifikasi sortasi
adalah dengan melihat bagaimana keseragaman atau variasi ukuran butir dalam suatu
batuan sedimen.
Sortasi juga diinterpretasikan dengan jarak tempuh butir atau partikel dalam proses
trasportasinya, semakin jauh jarak yang tempuh oleh butir maka butir akan cenderung
seragam karena proses pemisahan yang terjadi oleh arus begitu pula sebaliknya, butir akan
semakin beragam jika jarak tempuh dari butir masih dekat sehingga belum banyak terjadi
proses pemisahan, ketidakseragaman butir dapat dilihat dari besaran atau ukuran butir.
Butir yang seragam adalah butir yang memiliki ukuran butir yang sama meskipun boleh
jadi bentuk butir belum tentu sama.
c. Skewness
Skewness merupakan nilai yang menunjukkan tingkat kesimetrian kurva frekuensi.
Pembacaan nilai skewness yaitu dengan melihat penyimpangan atau kecondongan nilai
yang dihasilkan terhadap kurva distribusi normal dengan batas kewajaran penyimpang
sebesar 68% kearah kiri dan kanan kurva normal.
5
LABORATORIUM SEDIMENTOLOGI & STRATIGRAFI
UNIVERSITAS PERTAMINA
Jika puncak kurva lebih condong atau menyimpang kearah kiri dari kurva ukuran butir
distribusi normal maka skewness semakin positif dan dapat diinterpretasikan bahwa
partikel berukuran butir lebih halus mendominasi sedimen dan sebaliknya jika kurva
frekuensi cenderung dan menyimpang kearah kanan dari kurva ukuran butir distribusi
normal maka nilai skewness semakin negatif dan butiran kasarlah yang lebih mendominasi.
Gambar 4. Skema perbandingan bentuk kurva skewed bernilai positif dan negatif.
a. Kurtosis
Kurtosis digunakan untuk menjelaskan suatu keadaan distribusi yang membandingakan
distribusi normal dengan distribusi yang tidak mengikuti kurva distribusi normal, atau
lebih sederhana dapat diartikan sebagai penunjuk tingkat ketajaman penyimpangan dari
standard deviation.
Kurtosis adalah nilai yang menunjukkan gambaran hubungan sortasi bagian tengah dan
bagian bawah. Kurtosis juga diartikan sebagai suatu perbandingan dari kepuncakan kurva
distribusi. Klasifikasi mesokurtic adalah jika kurva distribusi sama dengan kurva normal,
leptokurtic terjadi jika kurva distribusi lebih memuncak daripada kurva normal, sedangkan
platikurtic adalah jika keadaan kurva distribusi kurang memuncak dari kurva normal.
1. Timbangan digital
2. Mesh
3. Siever
4. Wadah sejumlah mesh yang digunakan
6
LABORATORIUM SEDIMENTOLOGI & STRATIGRAFI
UNIVERSITAS PERTAMINA
5. Mortar
Bahan yang digunakan dalam percobaan granulometri ini adalah 100 gram sampel sedimen
yang akan ditentukan daerah pengendapannya.
1.4. Metode
Pada praktikum granulometri ini menggunakan Sand Sieve Analysis yang merupakan suatu
metode analisis data ukuran butir dengan menggunakan suatu set sieve. Secara garis besar
mekanisme dalam melakukan granulometri atau analisa ukuran butir yaitu dengan
melakukan pelepasan komponen pasir dari semennya, setelah itu dilakukan splitting.
Splitting yaitu melakukan pengambilan sampel yang representatif sehingga dapat
mewakili seluruh butir yang akan dianalisa.
Sedimen yang telah berupa butir dimasukkan ke dalam set sieve yang akan membaginya
ke dalam beberapa mesh sesuai dengan ukuran butirnya. Setelah dilakukan pengayakan
dan penimbangan hasilnya dapat disajikan dalam bentuk tabel. Dalam hal ini, kehilangan
berat conto tidak boleh lebih dari 0,25% dari berat mula-mula.
Perhitungan parameter dilakukan secara grafis dengan pengeplotan data dalam bentuk
grafik berdasarkan data hasil pengayakan dan penimbangan yang diplot sebagai kurva
kumulatif untuk mengetahui parameter-parameter statistiknya. Prinsipnya adalah
penggunaan kurva frekuensi atau frekuensi kumulatif untuk menentukan nilai phi pada
persentase tertentu. Kurva kumulatif dibuat dengan absis ukuran butir dalam millimeter (
untuk kertas semilog) atau unit phi dan ordinat prosentase berat (skala 1 – 100%). Harga-
harga median diameter, koefisien sortasi, skewness dan kurtosis diturunkan dari kurva
kumulatif.
Metode perhitungan dalam analisis granulometri ini menggunakan rumus-rumus
matematis seperti penjelasan di bawah ini :
a. Mean
Penentuan nilai mean menggunakan persamaan sebagai berikut :
7
LABORATORIUM SEDIMENTOLOGI & STRATIGRAFI
UNIVERSITAS PERTAMINA
b. Sortasi
Sortasi adalah tingkat keseragaman suatu butir. Sortasi dapat dihitung menurut rumusan
sebagai berikut :
Hasil perhitungan ini kemudian dimasukan ke dalam klasifikasi menurut Folk dan Ward
(1957).
Tabel 1. Klasifikasi sortasi menurut Folk dan Ward (1957)
c. Skewness
Skewnees adalah suatu nilai statistic yang memperlihatkan kisaran penyebaran butiran dari
nilai rata-rata nya. Menurut Folk, jika skewness memiliki nilai negative atau nol maka
batuan sediment itu terendapkan di daerah pantai, namun apabila skewness bernilai positif
maka batuan sediment tersebut merupakan endapan di daerah sungai. Skewnes memiliki
rumusan sebagai berikut:
8
LABORATORIUM SEDIMENTOLOGI & STRATIGRAFI
UNIVERSITAS PERTAMINA
d. Kurtosis
Penentuan nilai kurtosis dapat menggunakan persamaan sebagai berikut :
Selanjutnya untuk mengetahui distribusi tiap frekuensi dapat dibuat histogram berdasarkan
data yang ada. Ukuran butir tersebut merepresentasikan histogramnya yang dapat
dipergunakan sebagai analisis metode transportasi dan lokasi pengendapannya (Anderson,
John R.)
Bila dalam diagram histogram tersebut terdapat satu puncak disebut unimodal dan bila
terdapat dua puncak disebut bimodal. Pada daerah endapan pantai,endapan sungai yang
halus, serta endapan gurun, pada umunya mempunya grafik histogram yang unimodal
(Folk,1957). Analisis grafis memuat berbagai macam grafik yang mencerminkan
penyebaran besar butir, hubungan dinamika aliran dan cara transportasi sedimen klastik.
9
LABORATORIUM SEDIMENTOLOGI & STRATIGRAFI
UNIVERSITAS PERTAMINA
REFERENSI
Anderson, John R. Sand Sieve Analysis. Dunwoody: Department of Geology, Geogia
Perimeter College.
Boggs, S. Jr. 2006. Principles of Sedimentology and Stratigraphy. 4th Ed. London:
Pearson Education Ltd.
Folk R.L. and Ward W.C., 1957. Brazos river bar: a study of significance of grain size
parameters, Journal of Sedimentary Petrology. 27 : 3-26
Friedmann GM, and JE Sanders, 1978, Principle of Sedimentology, New York: John
Wiley.
Visher, Glenn S., 1969. Grain Size Distributrion and Depositional Processes. Journal of
Sedimentary Petrology, V.39, No.3, p.1074-1106, Tulsa.
10
LABORATORIUM SEDIMENTOLOGI & STRATIGRAFI
UNIVERSITAS PERTAMINA