Anda di halaman 1dari 10

Sila Ketuhanan Yang Maha Esa

Sila Ketuhanan Yang Maha Esa ini nilai-nilainya meliputi dan menjiwai
keempat sila lainnya. Dalam sila Ketuhanan Yang Maha Esa terkandung nilai
bahwa Negara yang didirikan adalah sebagai pengejawantahan tujuan manusia
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu segala hal yang berkaitan
dengan pelaksanaan dan penyelenggaraan Negara, bahkan moral Negara, moral
penyelenggara Negara, politik Negara, pemerintahan Negara, hukum dan peraturan
perundang-undangan Negara, kebebasan dan hak-hak asasi warga Negara harus
dijiwai nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa.
Setiap warga Negara Indonesia sudah seharusnya memiliki pola pikir, sikap,
dan perilaku yang menjunjung tinggi nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa.
Dengan menempatkan Pancasila sebagai ideologi terbuka, setiap warga Negara
Indonesia diberikan kebebasan untuk memilih dan menentukan sikap dalam
memeluk salah satu agama yang diakui oleh pemerintah Indonesia. Sikap dan
perilaku positif nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa sehubungan dengan
Pancasila sebagai ideologi terbuka antara lain:
a) Melaksanakan kewajiban dalam keyakinannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing menurut dasar kemanusiaan
yang adil dan beradab.
b) Membina kerja sama dan tolong-menolong dengan pemeluk agama lain sesuai
dengan situasi dan kondisi di lingkungan masing-masing.
c) Mengembangkan toleransi antarumat beragama menuju terwujudnya kehidupan
yang selaras, serasi, dan seimbang.
d) Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa kepada orang lain.

22. Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab


Sila kemanusiaan yang adil dan beradab secara sisitematis didasari dan dijiwai oleh
sila Ketuhanan Yang Maha Esa, serta mendasari dan menjiwai ketiga sila
berikutnya. Sila kemanusiaan sebagai dasar fundamental dalam kehidupan
kenegaraan, kebangsaan, dan kemasyarakatan.
Dalam sila kemanusiaan terkandung nilai-nilai bahwa Negara harus
menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sebagai makhluk yang beradab.
Oleh karena itu dalam kehidupan kenegaraan terutama dalam peraturan perundang-
undangan Negara harus mewujudkan tercapainya tujuan ketinggian harkat dan
martabat manusia, terutama hak-hak kodrati (hak asasi) harus dijamin dalam
peraturan perundang-undangan Negara.
Kemanusiaan yang adil dan beradab adalah mengandung nilai suatu kesadaran
sikap moral dan tingkah laku manusia yang didasarkan pada potensi budi nurani
manusia dalam hubungan dengan norma-norma dan kebudayaan pada umumnya,
baik terhadap diri sendiri, sesama manusia, maupun lingkungan. Nilai
kemanusiaan yang beradab adalah pewujudan nilai kemanusiaan sebagai makhluk
yang berbudaya, bermoral, dan beragama.
Nilai kemanusiaan yang adil mengandung suatu makna bahwa hakikat manusia
sebagai makhluk yang berbudaya dan beradab harus berkodrat adil. Hal ini
mengandung pengertian bahwa hakikat manusia harus adil dalam hubungan
dengan diri sendiri, adil terhadap manusia lain, adil terhadap masyarakat bangsa
dan Negara, adil terhadap lingkungannya, serta adil terhadap Tuhan Yang Maha
Esa.
Dalam menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan sesuai dengan sifat ideologi
pancasila yang terbuka, sikap dan perilaku harus senantiasa menempatkan manusia
sebagai mitra sesuai dengan harkat dan martabatnya. Hak dan kewajiban dihormati
secara beradab. Sikap dan perilaku positif menjunjung tinggi nilai-nilai
kemanusiaan antara lain:
a) Memperlakukan manusia/orang lain sesuai harkat dan martabatnya sebagai
makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.
b) Mengakui persamaan derajat, hak, dan kewajiban asasi setiap manusia tanpa
membeda-bedakan suku, keturunan, agama, jenis kelamin, kedudukan social, dan
sebagainya.
c) Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia, tenggang rasa, dan
tidak semena-mena terhadap orang lain.
d) Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan, seperti menolong orang lain, memberi
bantuan kepada yang membutuhkan, menolong korban banjir, dll.
Contoh sikap-sikap positif terhadap nilai-nilai Pancasila, sila kedua:
Menurut sila ini, setiap manusia Indonesia merupakan bagian dari warga
dunia yang meyakini adanya prinsip persamaan harkat dan martabat sebagai hamba
Tuhan. Di dalamnya terkandung nilai cinta kasih yang harus dikembangkan seperti
nilai etis yang menghargai keberanian untuk membela kebenaran, santun dan
menghormati harkat kemanusiaan.
Hal ini merupakan landasan kesadaran sikap dan perbuatan manusia yang
didasarkan kepada potensi budi nurani manusia dalam hubungan dengan norma-
norma kebudayaan pada umumnya, baik terhadap diri pribadi, sesama manusia,
maupun terhadap alam lingkungannya.
Nilai-nilai dalam sila kemanusiaan yang adil dan beradab itu adalah nilai
yang merupakan refleksi dari martabat serta harkat manusia yang memiliki potensi
kultural. Potensi itu dihayati sebagai hal yang bersifat umum (universal) dan
dimiliki oleh semua bangsa tanpa kecuali. Kesimpulannya, sila kemanusiaan yang
adil dan beradab mengandung suatu konsep nilai-nilai kemanusiaan yang lengkap,
adil dan bermutu tinggi karena kemampuannya berbudaya.
33. Persatuan Indonesia
Nilai yang terkandung dalam sila Persatuan Indonesia tidak dapat dipisahkan
dengan keempat sila lainnya karena seluruh sila merupakan suatu kesatuan yang
bersifat sistematis. Sila persatuan Indonesia didasari dan dijiwai oleh sila
Ketuhanan Yang Maha Esa dan Kemanusiaan yang Adil dan Beradab serta
mendasari dan menjiwai sila Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat
Kebijaksanaan dalam. Permusyawaratan / Perwakilan dan Keadilan Sosial bagi
Seluruh Rakyat Indonesia.
Dalam sila persatuan Indonesia, terkandung nilai bahwa Negara ialah
sebagai penjelmaan sifat kodrat manusia monodualis, yaitu sebagai makhluk
individu dan makhluk sosial. Negara adalah merupakan suatu persekutuan hidup
bersama diantara elemen-elemen yang membentuk Negara yang berupa suku, ras,
kelompok, golongan, maupun kelompok agama. Oleh karena itu, perbedaan adalah
bawaan kodrat manusia dan juga ciri khas elemen-elemen yang membentuk
Negara. Konsekuensinya Negara adalah beraneka ragam, tetapi satu, mengikatkan
diri dalam suatu persatuan yang dilukiskan dalam suatu seloka, Bhinneka Tunggal
Ika.
Negara mengatasi segala paham golongan, etnis, suku, ras, individu maupun
golongan agama. Mengatasi dalam arti memberikan wahana atas tercapainya
harkat dan martabat seluruh warganya, Negara memberikan kebebasan atas
individu, golongan,suku, ras maupun golongan agama untuk merealisasikan
seluruh potensinya dalam kehidupan bersama yang bersifat integral.
Menjunjung tinggi nilai-nilai persatuan Indonesia sesuai dengan sifat ideolog
pancasila yang terbuka berarti mengharuskan setiap warga Negara Indonesia agar
tetap mempertahankan keutuhan dan tegak kokohnya Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Sikap dan perilaku positif menjunjung tinggi nilai-nilai persatuan
Indonesia antara lain:
a) Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan Negara jika suatu
saat diperlukan.
b) Mencintai tanah air dan bangga terhadap bangsa dan Negara Indonesia.
c) Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika
d) Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.
Contoh sikap-sikap positif terhadap nilai-nilai Pancasila, sila ketiga:
Persatuan yang dimaksud dalam sila ketiga meliputi makna persatuan dan
kesatuan dalam arti ideologis, politik, ekonomi, sosial budaya, dan keamanan.
Nilai persatuan ini dikembangkan dari pengalaman sejarah bangsa Indonesia yang
senasib dan didorong untuk mencapai kehidupan kebangsaan yang bebas dalam
wadah negara yang merdeka dan berdaulat. Faktor persatuan merupakan faktor
dinamis dalam kehidupan bangsa Indonesia.
Persatuan Indonesia bertujuan untuk memajukan kesejahteraan umum dan
mencerdaskan kehidupan bangsa, serta mewujudkan perdamaian dunia yang abadi.
Perwujudan persatuan Indonesia adalah memberi tempat bagi keragaman budaya
dan etnis. Paham kebangsaan yang terdapat dalam sila ini merupakan wujud asas
kebersamaan, solidaritas, serta rasa bangga dan kecintaan kepada bangsa dan
kebudayaannya.
44. Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
Nilai yang terkandung dalam sila Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat
Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan di dasari oleh sila Ketuhanan
Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, dan
mendasari serta menjiwai sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Nilai filosofis yang terkandung yang terkandung didalamnya adalah bahwa
hakikat Negara adalah sebagai penjelmaan sifat kodrat manusia sebagai makhluk
individu dan makhluk sosial. Hakikat rakyat adalah merupakan sekelompok
manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa yang bersatu yang bertujuan
mewujudkan harkat dan martabat manusia dalam suatu wilayah Negara. Rakyat
adalah merupakan subyek pokok pendukung Negara. Negara adalah dari, oleh, dan
untuk rakyat. Oleh karena itu rakyat adalah asal mula kekuasaan Negara. Sehingga
dalam sila kerakyatan terkandung nilai demokrasi yang secara mutlak harus
dilaksanakan dalam hidup Negara.
Nilai-nilai permusyawaratan /perwakilan mengandung makna bahwa
hendaknya dalam bersikap dan bertingkah laku mrnghormati dan mengedepankan
kedaulatan Negara sebagai perwujudan kehendak seluruh rakyat. Rakyatlah yang
sesungguhnya memiliki kedaulatan atau kedudukan terhormat dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Sesuai dengan sifat ideologi pancasila
yang terbuka, maka dalam memaknai nilai-nilai permusyawaratan /perwakilan,
aspirasi rakyat ,menjadi pangkal tolak penyusunan kesepakatn bersama dengan
cara musyawarah/perwakilan. Sikap dan perilaku positif menjunjung tinggi nilai-
nilai permusyawaratan/perwakilan antara lain:
a) Mengutamakan musyawarah mufakat dalam setiap pengambilan keputusan
untuk kepentingan bersama.
b) Tidak boleh memaksakan kehendak, melakukan intimidasi dan berbuat anarkis
(merusak) kepada orang/barang milik orang lain.
c) Mengakui bahwa setiap warga Negara Indonesia memiliki kedudukan, hak, dan
kewajiban yang sama.
d) Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil rakyat yang telah terpilih untuk
melaksanakan musyawarah dan menjalankan tugasnya dengan baik.
Contoh sikap-sikap positif terhadap nilai-nilai Pancasila sila keempat:
Dalam sila ini diakui bahwa negara RI menganut asas demokrasi yang
bersumber kepada nilai-nilai kehidupan yang berakar dalam budaya bangsa
Indonesia. Perwujudan itu dipersepsi sebagai paham kedaulatan rakyat, yang
bersumber kepada nilai kebersamaan, kekeluargaan, dan kegotongroyongan.
Penghargaan yang tinggi terhadap nilai musyawarah mencerminkan sikap dan
pandangan hidup bernilai kebenaran dan keabsahan yang tinggi. Misalnya sebagai
berikut.
a) Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat.
b) Lebih menghargai kesukarelaan dan kesadaran daripada memaksakan sesuatu
kepada orang lain.
c) Menghargai sikap etis berupa tanggung jawab yang harus ditunaikan, sebagai
amanat seluruh rakyat. Tanggung jawab itu bukan hanya ditujukan kepada
manusia, tetapi tanggung jawab moral kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sila ini pun
mengandung pengakuan atas nilai kebenaran dan keadilan dalam menegakkan
kehidupan yang bebas, adil, dan sejahtera.
55. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Nilai yang terkandung dalam sila keadilan social bagi seluruh rakyat
Indonesia di dasari dan dijiwai oleh sila Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan
yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, serta Kerakyatan yang Dipimpin
Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan.
Dalam sila kelima tersebut terkandung nilai-nilai yang merupakan tujuan
Negara sebagai tujuan dalam hidup bersama. Maka di dalam sila kelima tersebut
terkandung nilai keadilan yang harus terwujud dalam kehidupan bersama (
kehidupan sosial ). Keadilan tersebut didasari dan dijiwai oleh hakikat keadilan
kemanusiaan yaitu keadilan dalam hubungan manusia dengan dirinya sendiri,
manusia dengan manusia lain, manusia dengan masyarakat, bangsa dan negaranya,
serta hubungan manusia dengan Tuhannya.
Konsekuensinya nilai-nilai keadilan yang harus terwujud dalam hidup
bersama adalah meliputi (1) keadilan distributif, yaitu suatu hubungan keadilan
antara Negara terhadap warganya , dalam arti pihak negaralah yang wajib
memenuhi keadilan dalam bentuk keadilan membagi, dalam bentuk kesejahteraan,
bantuan, subsidi serta kesempatan dalam hidup bersama yang didasarkan atas hak
dan kewajiban. (2) keadilan legal (keadilan bertaat) yaitu suatu hubungan keadilan
antara warga Negara terhadap Negara dan dalam masalah ini pihak wargalah yang
wajib memenuhi keadilan dalam bentuk mentaati peraturan perundang-undangan
yang berlaku dalam Negara. (3) keadilan komutatif yaitu suatu hubungan keadilan
antara warga satu dengan lainnya secara timbal balik.
Dengan menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan soaial bagi seluruh rakyat
Indonesia yang sesuai dengan sifat pancasila sebagai ideologi terbuka , diharapkan
kesejahteraan lahir dan batin yang berkeadilan soaial bagi seluruh rakyat Indonesia
tanpa kecuali bisa terwujud. Kesejahteraan harus dapat dirasakan oleh seluruh
lapisan masyarakat dan merata di seluruh daerah. Sikap dan perilaku positif
menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan keadilan social antara lain:
a) Mengembangkan sikap gotong royong dan kekeluargaan dengan lingkungan
masyarakat sekitar.
b) Tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat merugikan kepentingan orang
lain/umum, seperti mencoret-coret pagar/tembok sekolah atau orang lain, merusak
sarana umum, dll.
c) Suka bekerja keras dalam memecahkan atau mencari jalan keluar (solusi) atau
masalah-masalah pribadi, masyarakat, bangsa, dan Negara.
d) Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan
berkeadilan social melalui karya nyata, seperti melatih tenaga produktif untuk
terampil dalam sablon, perbengkelan, teknologi tepat guna, membuat pupuk
kompos, dll.
Contoh sikap-sikap positif terhadap nilai-nilai Pancasila sila ke lima:
Keadilan sosial berarti keadilan yang berlaku dalam masyarakat di segala
bidang kehidupan, baik material maupun spiritual. Seluruh rakyat Indonesia berarti
semua orang yang berdiam di tanah air, ataupun yang bertempat tinggal di negara
asing.
Arti keadilan sosial dalam sila ini sebagai berikut.
a) Manjamin bahwa setiap rakyat Indonesia diperlakukan dengan adil dalam
bidang hukum, ekonomi, kebudayaan, dan sosial.
b) Kedudukan pribadi tidak dapat dipisahkan dengan kedudukannya sebagai warga
masyarakat. Antara keduanya tidak dipertentangkan, melainkan ditempatkan dalam
hubungan keselarasan dan keserasian.
c) Kepentingan pribadi tidak dikorbankan untuk kepentingan masyarakat hanya
karena pertimbangan “demi masyarakat”. Demikian pula sebaliknya, kepentingan
masyarakat tidak dapat dikorbankan demi alasan pribadi.
d) Menolak adanya keadilan untuk segolongan kecil masyarakat. Apalagi jika
golongan itu dengan kekuasaannya menindas golongan yang lebih besar.
Nilai-nilai yang terkandung dalam sila kelima ini meliputi berikut ini.
a) Nilai-nilai luhur, nilai keselarasan, keseimbangan dan keserasian yang
menyangkut hak dan kewajiban yang dimiliki oleh rakyat Indonesia, tanpa
membedakan asal suku, agama yang dianut, keyakinan politik serta tingkat
ekonominya.
b) Nilai kedermawanan kepada sesama.
c) Nilai yang memberi tempat kepada sikap hidup hemat, sederhana, dan kerja
keras.
d) Menghargai karya, dan norma yang menolak adanya kesewenang-wenangan,
serta pemerasan kepada sesama.
e) Nilai vital yaitu keniscayaan secara bersama mewujudkan kemajuan yang
merata dan berkeadilan sosial, dalam makna untuk menjunjung tinggi harkat dan
martabat manusia. Nilai-nilai yang mancakup konsep keadilan sosial itu memberi
jaminan untuk mencapai taraf hidup yang layak dan terhormat sesuai dengan
kodratnya, dan menempatkan nilai demokrasi dalam bidang ekonomi dan sosial.

Anda mungkin juga menyukai