Anda di halaman 1dari 44

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Secara umum bahan-bahan pembentuk kerak bumi dibedakan atas tanah dan
batuan. Tanah merupakan lapisan yang lunak juga mempunyai butiran-butiran yang lepas,
sedangkan batuan merupakan lapisan yang kera dan melekat kuat, karena itu tanah
dianggap terdiri dari sebuah jaringan butiran yang padat dan mempunyai rongga atau pori.
Rongga atau pori dapat terisi oleh air dan udara bahkan terisi oleh keduanya sekaligus,
sehingga dapat dinyatakan sebagai berikut :
1. Kering ( jika rongga-rongganya terisi penuh oleh udara )
2. Jenuh ( jika rongga-rongganya terisi penuh dengan air )
3. Jenuh sebagian ( jika rongga-rongganya terisi oleh air dan udara )

Suatu bentuk (phase) adalah bagian dari sisi tanah secara fisik dan kimiawi
berbeda dengan bagian-bagian yang lain. Tanah merupakan bagian yang mempunyai
phase seperti :
a. Padat (biasanya butir-butiran mineral)
b. Cair (biasanya air)
c. Gas (biasanya udara)

Ilmu tentang tanah sampai saat ini adalah sedemikian jauh berkembang dan ilmu
tanah merupakan sebuah ilmu pasti yang dapat menentukan keadaan tanah secara
keseluruhan dengan sekali pengujian, tetapi karena tanah tidak sama, maka pengujiannya
harus dilakukan beberapa kali jika lokasi tanah tersebut akan digunakan untuk sebuah
konstruksi.
1.2 Tujuan Pengujian
Dalam pengujian tanah II ini, kita melakukan pengujian untuk mengetahui kondisi
tanah yang bagus untuk melakukan pekerjaan dan menentukan parameter-parameter yang
akan berpengaruh terhadap tanah, baik secara fisik maupun sifat mekanisnya, serta untuk
mengetahui bagaimana cara menggunakan alat dilapangan. Setelah adanya pengujian
tanah ini, maka kita dapat mengetahui cara pelaksaan dilapangan.

1.3 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, maka yang
akan diteliti ialah bagaimana cara menentukan parameter-parameter yang akan
berpengaruh terhadap tanah, baik terhadap sifat fisik maupun sifat mekanisnya, kemudian
mencari tahu kesalahan-kesalahan apa saja yang terjadi pada waktu pengujian
berlangsung.

1.4 Kegunaan Pengujian


Kegunaan pengujian ini sangatlah banyak, baik untuk para mahasiswa yang
melakukan pengujian maupun masyarakat. Diantaranya bagi para mahasiswa yang
melakukan pengujian tanah yaitu memperoleh ilmu pengatahuan dan dapat
menerapkannya dilapangan. Sedangkan bagi masyarakat yaitu dapat mengetahui cara
pelaksanaan pengujian tanah dan juga mengetahui masalah apa saja apabila tanah itu tidak
dipadatkan.
1.5 Waktu dan Tempat Praktukum
Adapun Praktikum Pengujian Tanah II ini dilakukan pada tanggal 15 Maret 2012
sampai tanggal 22 Maret 2012, dan dilakukan di Laboratorium Teknik Sipil Politeknik
Negeri Lhokseumawe.

1.6 Modul Praktikum


Pengujian-pengujian yang dilaksanakan di laboratorium terhadap contoh tanah
tersebut antara lain :
1. Kuat geser langsung (Direct Shear Test)
2. Kuat tekan bebas (Unconfined Compressive Test)
3. Kerucut pasir (Sand Cone)
4. DCP (Dinamik Cone Penetrometer)
5. SPT (Standart Penetrometer Test)
6. Triaksial (UU)
7. Permeabilitas
8. Sondir
BAB II
PENGAMBILAN SAMPEL

2.1 Tujuan
Tujuan dari pengambilan sampel adalah untuk mengetahui salah satu cara
memperoleh contoh tanah terganggu dan tidak terganggu dilapangan.

2.2 Keadaan Lokasi Pengambilan Sampel


Tanah yang digunakan dalam proses pengujian berasal dari satu tempat yaitu di
buket rata, kecamatan muara dua, kota Lhokseumawe tepatnya di jalan elah. Lokasi daerah
pengambilan sampel tanah tersebut merupakan daerah dataran tinggi, dengan jarak kira-
kira 10 meter dari jalan. Pengambilan sampel sekitar jam 09.00 – 10.00 WIB dengan
kondisi cuaca yang cerah.

2.3 Cara Pengambilan Sampel


Tanah yang diambil terletak pada kedalaman ± 50 cm dari permukaan tanah.
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara menggali. Alat yang dibutuhkan dalam
melakukan penggalian antara lain :
1. Cangkul
2. Sekop
3. Meteran
4. Godam
5. Cincin sampel
6. Kantong plastic
7. Palu karet

2.4 Pengangkutan Tanah


Setelah selesai penggalian tanah untuk benda uji, kemudian dimasukkan kedalam
plastik agar kadar airnya tidak mengalami perubahan akibat terkena udara dan di ikat
dengan karet. Selanjutnya benda uji dibawa kelaboratorium untuk di uji.
BAB III
KEGIATAN PRAKTIKUM

3.1 Pengujian Kuat Tekan Bebas


3.1.1 Tujuan Pengujian
Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui kekuatan tekan bebas
tanah kohesif dalam keadaan asli maupun keadaan tidak asli (buatan).

3.1.2 Dasar Teori


Pengujian ini meliputi penentuan Unconfinied Comprensive Strength tanah
kohesif pada kondisi asli. Pada pengujian ini, sampel yang terbentuk silinder akan
diberikan beban seperti tercapai harga beban maksimum sehingga tanah tersebut
dari butir-butirannya, juga mengukur tegangan tanah tersebut akibat tekanan yang
diberikan.
Untuk menghitung beberapa parameter dari pengujian kuat tekan bebas digunakan
rumus berikut :
1. Regangan Aksial

L
 
L
Keterangan :

ε = Regangan aksial
∆L = Perubahan benda uji
Lo = Panjang benda uji Semula

2. Luas Penampang Benda Uji Rata-Rata


A0
A
1 
Keterangan :
A = Luas penampang (cm²)
Ao = Luas penampang benda uji mula-mula
3. Tegangan Normal

P
σn =
A
Keterangan :

P = Beban (gaya tekan) (kg)


σn = Tegangan normal (kg / cm²)
A = Luas tampang (cm²)

3.1.3 Peralatan dan Bahan

a. Peralatan yang digunakan :


1. Mesin tekan bebas
2. Tabung penuh dan tabung belah
3. Alat pengeluar sampel
4. Pisau pemotong
5. Proving ring
6. Dial deformasi
7. Stopwatch

b. Bahan yang digunakan :


Sampel diambil (dikeluarkan dari cetakan dengen cara jeck out) dari
cetakan berbentuk silinder, sampel berukuran Ø 3.8 dan tinggi 7.5 cm
3.1.4 Langkah Kerja

1. Siapkan benda uji sebanyak 4 buah, 2 sampel


terganggu dan 2 sampel tidak terganggu.

2. Keluarkan contoh tanah dari tabung sampel sepanjang


2 cm dengan menggunakan exstruder lalu dipotong
dan diratakan.

3. Pasang cetakan benda uji didepan tabung contoh lalu


keluarkan contoh tanah dengan menggunakan
exstruder sehingga tabung benda uji terisi penuh
dengan tanah.

4. Ratakan tanah yang menonjol di kedua ujung cetakan


benda uji dengan pisau pemotong.

5. Timbang benda uji dan catat beratnya.

6. Letakkan benda uji pada pelat penekan secara sentries.


7. Atur ketinggian pelat penekan atas agar tepat
menyentuh permukaan atas tanah.

8. Atur dial beban maupun deformasi pada posisi nol.

9. Lakukan penekanan dengan memutar engkol (mesin


manual) atau menghidupkan motor (mesin elektrik).
Kecepatan penekanan diambil ½ % sampai 2 %
permenit dari tinggi contoh semula.

10. Baca dial beban pada regangan 0.5%, 1%, 1.5%, 2%


dan seterusnya.

11. Setelah dicapai beban batas atau regangan telah


mencapai 20%.
3.1.5 Keselamatan Kerja
1. Baca prosedur yang telah diberikan oleh instruktur
2. Hindari dial dari kotoran tanah
3. Sebelum mencetak benda uji ke dalam cetakan sampel tanah, beri
sedikit oli agar mudah mengeluarkan sampel
4. Gunakan proving ring yang telah di kalibrasi

3.1.6 Contoh Perhitungan


Perubahan benda uji, ∆L = 0.25 x 7 = 1.75

A0 9.40
Luas Terkoreksi, A    9.42 cm2
1   1  0.0025

Beban, P = n x β = 45 x 0.1446 = 6.51 kg

P 6.51
Tegangan normal, σ n =   0.69 kg/ cm2
A0 9.40
3.2 Pengujian Kerucut Pasir (Sand Cone)
3.2.1 Tujuan Pengujian
Tujuan pengujian ini adalah untuk menentukan kepadatan di lapangan dan
lapisan yang dipadatkan dengan menggunakan sand cone atau kerucut pasir.

3.2.2 Dasar Teori


Dengan sebuah kerucut logam yang dipasang diatasnya. Silinder dan
kerucut pasir ini di isi dengan Kerucut pasir (sand cone) terdiri atas sebuah silinder
pasir kuarsa kering yang merupakan pasir standar yang memiliki gradasi seragam.
Di lapangan dibuat lubang kecil berbentuk tabung pada tanah yang telah
dipadatkan. Setelah lubang digali, tanah asli ditimbang seluruhnya, kerucut
dengan silinder berisi pasir diletakkan diatas lubang tersebut sehingga dapat
diperoleh berat isi kering hasil pemadatan.

Untuk menghitung beberapa parameter dari pengujian sand cone, maka dapat
digunakan persamaan berikut :

WPS 𝑊3 − 𝑊1
γps = =
𝑊2 − 𝑊1
gram/cm³
VPS

Keterangan :
W1 = Berat silinder + Corong
W2 = Berat silinder + Corong + Air penuh
W3 = Berat pasir di silinder + Corong

𝑊10
Isi lubang Ve = = W10 = (W6 - W7) - (W4 - W5)
γps
Keterangan :
W10 = Berat pasir dalam lubang
γps = Berat isi pasir
W7 = Berat sisa pasir dalam silinder + Corong
W6 = Berat pasir + silinder + Corong
W5 = Berat sisa pasir di silinder
W4 = Berat pasir secukupnya di silinder + Corong
𝑊8 − 𝑊9
γ =
𝑉𝑒
gram/cm³

Keterangan :

γ = Berat isi tanah

W8 = Berat tanah + Plastik


W9 = Berat plastik
Ve = Isi lubang

γ
Berat isi kering γd lap = x 100% (gram/cm³)
1+𝑊
Keterangan :

γd lap = Berat isi tanah kering di lapangan


γ = Berat isi tanah

W = Kadar air tanah

γd lap
Derajat kejenuhan (D) = x 100%
𝛾d maks

Keterangan :

γd lap = Berat isi tanah kering di lapangan


γd maks = Berat isi tanah kering maksimum di lapangan

3.2.3 Peralatan dan Bahan


a. Peralatan yang digunakan :
1. Silinder pasir kapasitas ± 4 kg
2. Corong pasir Ø 16.5 cm
3. Pelat dasar untuk corong pasir ukuran 30.48 x 30.48 cm dengan
lubang ditengah Ø 10.5 cm
4. Timbangan kapasitas 10 kg ketelitian 5 gram
5. Mistar perata
6. Alat bantu seperti : palu karet, sendok tanah, pahat, countainer, dan
kantong plastik
b. Bahan yang digunakan :
Pasir otawa / kuarsa yang bersih dan kering lolos saringan No.10 (2
mm) dan tertahan No.200 (0.075 mm)
3.2.4 Langkah Kerja
A. Menentukan berat pasir dalam corong.
1. Silinder di isi dengan pasir kuarsa sampai penuh,
kran ditutup dan sisa pasir dibersihkan kemudian
ditimbang (W1).

2. Tempatkan silinder diatas tempat yang rata dengan


corong menghadap ke bawah.

3. Kran dibuka hinggga pasir turun dan mengisi


corong, setelah penuh kran ditutup.

4. Silinder beserta sisa pasir ditimbang (W2), maka


berat pasir dalam corong adalah W1 - W2.

B. Menentukan berat isi kering pasir


1. Setelah berat topi ditimbang, masukkan pasir ke
dalam silinder.

2. Kran dibuka hingga pasir turun mengisi topi dan


corong, setelah itu kran ditutup dan ratakan bagian
atas topi.
3. Timbang topi beserta pasir, kemudian catat beratnya
dan hitung berat pasir dalam topi.

C. Pemeriksaan Lapangan
1. Pasir di isi penuh kemudian ditimbang beratnya
dan dicatat.

2. Buat lubang sedalam 10 – 12 cm. Sesuai dengan


tinggi silinder yang digunakan untuk megukur
berat isi kering pasir. Semua tanah galian harus
dikumpulkan dalam kaleng, tidak boleh ada yang
terbuang dan dijaga jangan sampai kadar airnya
berubah.
3. Tempatkan silinder diatas lubang dengan corong
menghadap kebawah. Kran dibuka hingga pasir
turun mengisi lubang dan corong.

4. Setelah pasir dari silinder tidak turun lagi, Kran


ditutup, selanjutnya silinder beserta sisa pasir
ditimbang.

5. Setelah itu tanah hasil galian diatas segera


ditimbang dan diukur kadar airnya hingga
diketahui berat tanah dalam lubang dan kadar
airnya.
3.2.5 Keselamatan Kerja
Dalam proses memasukkan dan mengeluarkan pasir ke dalam corong
sangat diperlukan perhatian yang cermat, guna untuk menghindari berkurangnya
jumlah pasir.

3.2.6 Contoh Perhitungan


W PS 1734
Berat isi pasir = =  1.47 gr/cm3
Vtopi 1177.5

Berat tanah kering = W5 - W3 = 28.80 – 26.67 = 2.13 gr

W PS .LB 2054
Volume lubang = = = 1394.80 cm3
d d .PS 1.47

n 1.25
Berat isi tanah di lapangan = = = 1.11 gr/cm3
1 w 1  (12.60 / 100)

dlap
Derajat kejenuhan di lapangan (Dr) = x 100 %
dmaks

1.11
= x100%
1.30

= 85.32%
3.3 Pengujian DCP (Dinamic Cone Penetrometer)
3.3.1 Tujuan Pengujian
Tujuan pengujian ini adalah untuk mengetahui daya dukung tanah /
kepadatan tanah.

3.3.2 Dasar Teori


Pengujian ini di maksudkan untuk menentukan nilai CBR dasar. Pengujian
ini akan memberikan data kekuatan tanah sampai kedalaman  70 cm di bawah
permukaan lapisan tanah yang ada, atau permukaan tanah dasar. Lapisan – lapisan
bahan perkerasan yang ada perlu disingkirkan terlebih dahulu. Pengujian ini di
lakukan dengan mencatat data masuknya konus yang tertentu demensinya dan
sudut konusnya, kedalam tanah untuk setiap pukulan dari palu yang berat dan
tingginya tertentu.

3.3.3 Peralatan dan Benda Uji


1. Satu set DCP
2. Palu geser berat 10 kg, tinggi jatuh 46 cm
3. Batang baja berdiameter 16 mm, primer dan sekunder
4. Konus bersudut 60° atau 30° dengan diameter tengah sebesar 2 cm
3.3.4 Langkah Kerja
1. Pilih titik pengujian dan gali lobang sedalam
perkerasan yang ada atau sampai tanah dasar, ukuran
lobang berdiameter 20 cm.

2. Ukur jarak antara titik satu dengan titik yang lainnya.

3. Pasang peralatan DCP dan pastikan semua sambungan


telah kencang.

4. Pasang DCP dalam posisi vertikal sedemikian rupa


sehingga konus terletak diatas tanah dasar lubang yang
digali pada bagian kerucut yang paling tebal, terletak
sama tingginya dengan permukaan tanah dasar.

5. Atur batang pengukur atau berskala, sehingga


menunjukkan angka nol dan catat dalam cm.

6. Naikkan palu geser sampai menyentuh bagian atas


pegangan, dan jatuhkan dengan bebas sehingga palu
mengenai anvil atau landasan, dan jaga jangan sampai
miring.
7. Catat jumlah pukulan dan jumlah penetrasinya (cm).

8. Pengujian dihentikan apabila jumlah pukulan


maksimum 40 kali atau kedalamannya sudah
mencapai 75 cm.
3.3.5 Keselamatan Kerja
1. Hati-hati ketika melakukan tumbukan jangan sampai kedudukan batang
baja miring
2. Jauhkan tangan dari anuil
3. Pindahlah bila konus mengenai batu dan tidak dapat masuk lagi dari 20
cm, ulangi tes disekitar lubang.
4. Kuat kan konus dengan kunci pengkuat agar konus tidak lepas.
5. Nilai Cbr dihitung dengan menngunakan tabel korelasi yang terdapat
pada hasil perhitungan

3.3.6 Contoh Perhitungan


Penetrasi = pembacaan 1 – pembacan 2

= 110.0 cm – 105.5 cm

= 4.5 cm

Selisih = Penetrsi 2 – Penetrasi 1

= 7.0 cm – 4.5 cm

= 4.5 cm
3.4 Pengujian (SPT) Standar Penentrometer Test
3.4.1 Tujuan Pengujian
Tujuan pengujian ini adalah untuk menduga secara kasar kekuatan tanah
langsung dilapangan, yang dapat dipakai untuk menduga daya dukung suatu tanah
serta penurunannya

3.4.2 Dasar Teori


Standard Penetrometer Test adalah cara pengujian tanah dengan cara
menghitung banyaknya pukulan (N) dengan tinggi jatuh (H) tertentu pada
penetrasi- penetrasi ditunjukkan dengan banyaknya N/ft.
Pengujian SPT di dalam tanah kerikil atau tanah pasir yang berkerikil harus di
analisa hati-hati, karena apabila alat membentur tumbukan kerikil akan berakibat
jumlah pukulan yang lebih banyak. Untuk menghitung jumlah pukulan dapat
menggunakan rumus sebagai berikut :

NSPT = N2 + N3

Keterangan :
NSPT = Jumlah Pukulan
N2 = Jumlah pukulan pada interval 15 cm kedua
N3 = Jumlah pukulan pada interval 15 cm ketiga

Dari gibbs dan holtz koreksi akibat tekanan over burden pada tanah berbatu :

50
N= N
P  10
Keterangan :
N = Jumlah pukulan yang diamati
P = Tekanan over burden
3.4.3 Peralatan dan Benda Uji
1. Peralatan yang digunakan satu set alat SPT yaitu :
a. Split spoon
b. Close cone
c. Batang pipa bor dan driving colar
d. Hummer seberat 63 kg
e. Casing
f. Crana (derek)
g. Kaki tiga
2. Cangkul
3. Meteran
4. Spatula
5. Kunci-kunci
3.4.4 Langkah Kerja
1. Pasang alat SPT dengan benar, dan kuatkan semua
baut pengguncinya.

2. Sambungkan kaki SPT ketiga-tiganya dengan benar,


dan kuatkan semua baut pada kaki SPT.

3. Pasang katrol dipuncak tiang SPT untuk mengaitkan tali


dengan hammer.

4. Setelah semua siap dipasang, tegakkan kaki SPT satu per


satu.

5. Pasang besi pengunci pada masing-masing kaki SPT.

6. Pasang split spoon dengan hammer kemudian ikat


pada tali lerek yang sudah dipasang.
7. Setelah hammer telah diikat pada tali, tarik tali
pengikat hammer sampai hammer terangkat.

8. Kemudian lepaskan tali secara bebas agar hammer


dapat memasuki split spoon dalam tanah, dan catat
jumlah pukulan bila split spoon telah mencapai
kedalaman yang diinginkan.

9. Setelah pengujian selesai, ambil tanah dalam split


spoon.
3.4.5 Keselamatan Kerja
Hati-hati ketika melakukan penarikan hummer harus benar-benar lurus
kedudukan batangnya, untuk yang mudah longsor terlebih dahulu menggunakan
casing.

3.4.6 Contoh Perhitungan


Nspt = Tumbukan kedua + Tumbukan ketiga

=3+7

= 10
3.5 Pengujian Kuat geser
3.5.1 Tujuan Pengujian
Praktikum ini bertujuan untuk mencari harga-harga parameter tanah C
(kohesi) dan Ø (sudut geser dalam) dengan jalan memperlajari kekuatan tanah
terhadap geser.

3.5.2 Dasar Teori


Kekuatan geser tanah merupakan perlawanan internal tanah per satuan luas
terhadap keruntuhan atau pergeseran sepanjang bidang geser dalam tanah yang
dimaksud. Uji geser langsung merupakan pengujian sederhana, pengujian ini
dilakukan dengan menempatkan sampel tanah dalam kotak / sel geser. Sel ini
terbelah dengan setengah bagian yang bawah merupakan bagian yang tetap dan
bagian atas mudah bertranlasi. Sel ini berdiameter 6.4 cm, contoh tanah diletakkan
dalam sel, termasuk blok pembebanan dan batu pori diletakkan dibawah dan diatas
sampel, setelah pembebanan dan pergeseran dilakukan, kedua bagian sel ini akan
sedikit berpisah.

Kuat geser sangat dipengaruhi oleh faktor berikut :


a. Tekanan efektif atau tekanan antar butir
b. Kemampuan partikel atau kerapatan
c. Saling keterguncian antar partikel
d. Sementasi partikel yang terjadi secara alamiah atau buatan
e. Daya tarik antar partikel
Perhitungan pada pengujian kuat geser langsung dapat digunakan tumus sebagai
berikut :
a. Menghitung gaya geser
Ph = Bacaan stopwatch x kalibrasi alat
b. Menghitung kekuatan geser (t)
Ph
t 
Ac
c. Menghitung tegangan normal

n = Pv
Ac
d. Mencari nilai parameter
t = n tan  + c

3.5.3 Peralatan dan Bahan


a. Peralatan yang digunakan :
1. Alat geser langsung
2. Sel kuat geser
3. Cincin pencetak sampel
4. Stopwatch
5. Spatula
6. Timbangan dengan ketelitian 0.01 gram
7. Cawan
8. Oven

b. Bahan yang digunakan :


1. 3 buah sampel asli (tidak terganggu)
3.5.4 Langkah Kerja
1. Siapkan 3 buah sampel benda uji yang tidak
terganggu.

2. Pasang sel geser langsung dengan benar serta kunci


agar tidak bergerak.

3. Keluarkan sampel tanah dari tabung yang telah


diratakan permukaannya dan tekan cincin
pemotongnya pada tanah sampai mengisi penuh cincin
pemotong , kemudian ratakan dan bersihkan sisa-sisa
tanah.
4. Masukkan sel geser beserta benda uji kedalam mesin
geser.

5. Atur posisi stang penekan dalam posisi vertical dan


tepat menyentuh bidang penekan.

6. Isi bak peredam dengan air sampai penuh sehingga


benda uji terendam.
7. Berikan beban normal pertama sesuai dengan beban
yang diperlukan.

8. Putar engkol pendorong sampai tepat menyentuh stang


penggeser benda uji (dial proving ring tepat akan
mulai bergerak). Buka kunci yang ada dibawah mesin
geser dan catat pembebanan konsolidasi setiap 15
detik.

9. Setelah pengujian konsolidasi selesai, lepas stang


diatas sel geser, kemudian buka kunci yang terdapat
pada sel geser, untuk melakukan penggeseran.

10. Hidupkan mesin penggeser untuk melakukan


penggeseran pada benda uji dan catat penggeseran
yang ditunjukkan jarum dial.
3.5.5 Keselamatan Kerja
Dalam pengujian kuat geser, pada waktu konsolidasi telah siap diuji
lepaskan baut yang ada pada sel geser agar baut tidak rusak pada saat pengujian.

3.5.6 Contoh Perhitungan


Beban geser = P geser x kalibrasi alat

= 22 x 0.145 kg/div

= 3.19 kg

Pmaks 3.19
Tegangan geser maks =   0.08 kg/cm3
A 41.175
3.6 Pengujian Permeabilitas
3.6.1 Tujuan Pengujian
Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui kecepatan air bergerak
diantara rongga atau pori tanah.

3.6.2 Dasar Teori


Permeabilitas didefinisikan sebagai sifat bahan berpori yang
memungkinkan aliran rembesan dari cairan yang berupa air atau minyak mengalir
lewat rongga pori. Pori – pori tanah saling berhubungan antara satu dengan yang
lainnya, sehingga air dapat mengalir dari titik dengan tinggi energi tinggi ke titik
dengan tinggi energi yang lebih rendah.

Ada 4 macam pengujian untuk menentukan koefisien permeabilitas di laboratorium,


yaitu :

a. Uji tinggi energi tetap (constant – head).


b. Uji tinggi energi turun (falling – head).
c. Penentuan secara tidak langsung dari uji konsolidasi.
d. Penentuan secara tidak langsung dari uji kapiler horizontal.

1. Permeabilitas dengan constant – head


Pengujian ini cocok untuk jenis tanah granular. Untuk memperoleh nilai
koefisien permeabilitas dengan tinggi energi tetap dapat dihitung dengan
persamaan :

QL
k 
hAt

Keterangan :
k = Koefisien permeabilitas (cm/detik)
Q = Volume air dalam gelas ukuran (gr/cm3)
L = Panjang benda uji (cm)
h = Perbedaan tinggi muka air (cm)
A = Luas penampang benda uji (cm2)
t = Waktu pengumpulan air (detik)
2. Permeabilitas dengan falling - head
Uji permeabilitas dengan tinggi energi turun lebih cocok untuk tanah berbutir
halus. Untuk memperoleh nilai koefisien permeabilitas dengan tinggi energi
turun dapat dihitung dengan persamaan :

 aL  h 
k  2,3  log  1 
 At   h2 
Keterangan :
k = Koefisien permeabilitas (cm/detik)
a = Luas pipa pengukur (cm2)
L = Panjang benda uji atau panjang pengaliran (cm)
A = Luas penampang benda uji (cm2)
t = Waktu pengumpulan air (detik)
h1 = Ketinggian air pada awal pengujian (cm)
h2 = Ketinggian air setelah pengujian (cm)

3.6.3 Peralatan dan Bahan


a. Peralatan yang digunakan :
1. Mold
2. Gelas ukur
3. Selang karet
4. Tabung air
5. Pipa pengukur
6. Timbangan
7. Sendok tanah
8. Cawan
9. Kertas saring

b. Bahan yang digunakan :


1. Tanah, dan
2. Pasir
3.6.4 Langkah Kerja
1. Ukur dimensi mold dan timbang berat mold,
masukkan benda uji ke dalam mold dan timbang mold
+ benda uji.

2. Masukkan batu pori di dalam tabung, tepatnya


dibawah tabung.

3. Masukkan sampel kedalam tabung, dan di padatkan


sesuai ketentuan yang dipelajari.

4. Kemudian masukkan kertas saring diatas sampel.

5. Setalah itu, masukkan batu pori diatas kertas saring


dan tutup dengan rapat agar air tidak meluap keluar.

6. Masukkan air kedalam corong untuk mengalirkan air


ke dalam tabung.
7. Buka kran yang menghubungkan air dengan tabung,
untuk mengalirkan air.

8. Tampung air dengan gelas ukur selama 5 menit dan


catat debit air yang tertampung dalam gelas ukur.
3.6.5 Keselamatan Kerja
Dalam pengujian permeabilitas perhatikan air yang ada dalam corong,
jangan sampai air dalam corong kering, karena akan mengakibatkan gagal
pengujian.

3.6.6 Contoh Perhitungan


Diameter Mold : 10 cm

Tinggi Mold : 11.4 cm

Berat Mold : 4250 gr

Berat Mold + pasir : 5600 gr

Berat gelas ukur = 330.2 gr


Berat gelas ukur + air selama 0.38 jam = 1481.7 gr

Berat air selama 1 jam = 1481.7 – 330.2 = 1151.5 gr

Tinggi bak penampung dengan tempat keluar air = 175 cm

A = ¼ π D2

= ¼ x 3.14 x 102

=78.5 cm2

Berat Mold = 4427 gr

Berat Mold + isi = 5677 gr


Ws = ( Berat Mold + isi ) – Berat Mold

= 5677 gr – 4427 gr

= 1250 gr

QxL 1151.5 x11.4


k= =  0.0007075cm / det ik
txhxA 1350.57 x175 x78.5
3.7 Pengujian Triaksial
3.7.1 Tujuan Pengujian
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui nilai kohesi dan sudut geser
dalam suatu sampel tanah.

3.7.2 Dasar Teori


Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan parameter geser tanah
dengan jalan melongsorkan tanah melalui bidang mendatar dan bidang vertical
dengan tiga sampel, guna memperoleh tiga lingkaran mohr. Benda uji
mendapatkan tegangan sel dengan jalan penerapan tekanan pada cairan didalam
tabung plastic yang umumnya lempung, mula-mula dibebani dengan penerapan
tegangan sel kemudian dibebani dengan beban normal melalui penerapan tegangan
deviator sampai mencapai keruntuhan.

3.7.3 Peralatan dan Bahan


a. Peralatan yang digunakan :
1. Mesin triaksial yang dilengkapi :
a. Proving ring
b. Dial
c. Reservoir air pemberian tekanan sel / horizontal
2. Sel triaksial
3. Batu pori
4. Kertas saringan
5. Karet latek
6. Cetakan sampel
7. Spatula
8. Stopwatch
9. Cawan

b. Bahan yang digunakan :


1. Tiga sampel tanah
3.7.4 Langkah Kerja
1. Siapkan tiga sampel tanah buatan

2. Masukkan sampel yang sudah disiapkan ke dalam


karet latek.

3. Kemudian masukkan kertas saringan beserta batu pori


kedalam karet latek, tepatnya diatas sampel tanah.

4. Setelah itu, tempatkan sampel pada sel triaksial dan


pasang pembungkus pada alat penghisap dan
masukkan kedalam sampel, pasang karet oring pada
bagian atas dan bawah speciment.

5. Tutup sel triaksial dan tempatkan pada mesin triaksial,


kemudian naikkan pedasten sehingga top cap
menyentuh piston.

6. Beri tekan sel sesuai dengan yang dikehendaki.


7. Isi sel dengan cairan dari reservoir, buka kran udara
pada sel triaksial serta miringkan sedikit agar udara
dengan mudah dapat keluar, tutup kembali kran.

8. Pilih kecepatan mesin dengan memilih gigi putara,


putar mesin sedikit untuk memastikan piston telah
menyentuh speciment, putar mesin secara otomatis
dan percobaan dimulai. Catat dial proving ring pada
interval waktu 15 detik.

9. Lepaskan tekanan sel dan kembalikan cairan ke dalam


reservoir.

10. Ambil specimen dan catat tipe keruntuhan serta


timbang untuk mencari berat isi dan uji kadar airnya.
Ulangi pekerjaan ini untuk 2 speciment berikutnya
dengan tekanan sel yang berbeda.
3.7.5 Keselamatan Kerja
Dalam pengujian triaksial, pada waktu memasukkan sampel kedalam karet
latek, harus secara hati-hati, karena karet latek mudah robek dan tipis.

3.7.6 Contoh Perhitungan


Diketahui :
- Pembacaan dial = 2,2
- Angka kalibrasi alat =1,6 49694 kg/div
- Luas penampang benda uji (A) = 9,616 cm²

PembacaandialxKalibr asiAlat
Tegangan Deviator =
A
2,2 x1,649694kg / div
= 2
= 0.377 kg/cm2
9,616cm
Tekanan Sel = σ3 = 0,5 kg/cm2
σ1 = σ3 + Tegangan Deviator
= 0,25 kg/cm2 + 0.377 kg/cm2 = 0.627 kg/cm2
3.8 Pengujian Sondir
3.8.1 Tujuan Pengujian
Pengujian ini bertujuan untuk menduga kekasaran tanah pada setiap lapis
dengan mengukur perlawanan tanah terhadap konus yang ditekan ke dalam tanah
dan menentukan hambatan lekat tanah.

3.8.2 Dasar Teori


Tanah merupakan suatu lapisan sedimen lepas seperti pasir, lanau, lempung
atau campuran dari bahan tersebut. Untuk mengetahui kekerasan tanah pada setiap
kedalaman tertentu digunakan sondir. Pengujian sondir merupakan pengujian tanah
dengan alat yang terdiriatas batang logam berbentuk selinder dengan diameter
tertentu yang ditusuk ke dalam tanah dengan kecepatan 0.5 – 1 cm / detik (ASTM),
setiap interval 20 cm diukur perlawanan yang dibaca pada manometer yang
berbeda di permukaan tanah.
3.8.4 Langkah Kerja
A. Pemasangan mesin sondir
1. Ukur posisi ambang penahan terhadap titik
penyondiran yang telah ditentukan.

2. Pasang angker pada kedua ambang yang telah


diukur, dirikan mesin sondir hingga sentries
terhadap titik penyondiran.

3. Pasang ambang penahan pada posisi yang telah


ditentukan, lalu kunci dengan skrup angker sambil
atur hingga posisi mesin benar-benar vertical.

4. Control oil dalam plunger (dengan menggunakan


kunci plunger), apabila kurang tambahkan
secukupnya sambil dukeluarkan udara yang
terperangkap di dalamnya.

5. Pasang manometer sambil diatur posisinya hingga


memudahkan dalam pembacaan.

6. Stel konus pada setang yang pertama, kemudian


pasang pada titik penyondiran yang telah
ditentukan tepat dibawah plunger (posisi plunger
berada palung atas), posisi konus harus benar-
benar vertical. Bila perlu titik penyondiran di gali
sedikit.
B. Bacaan pada setiap interval ke dalaman tertentu
dilakukan sebagai berikut :
1. Traser ditekan kemudian turunkan plunger dengan
memutar engkol searah dengan putaran jarum jam,
pada posisi ini plunger akan menekan casing stang
melalui trace, sehingga stang bersama konus akan
turun sampai kedalaman yang diinginkan.

2. Naikkan plunger sedikit (dengan memutar engkol


berlawanan arah dengan jarum jam) tarik trace
ksmudian turunkan plunger, pada posisi ini
plunger akan menekan stang rod sehingga ujung
konus bergerak turun dan casing diam.

3. Pada gerakan pertama konus akan memberikan


perlawanan dan terbaca pada manometer sebagai
nilai perlawanan konus, kemudian bila tekanan
diteruskan konus akan tertekan bersama-sama
dengan mantel dan bacaan manometer akan naik
yang merupakan nilai perlawanan totat.

4. Naikkan plunger, lakukan seperti langkah B, untuk


melakukan pembacaan pada kedalaman berikutnya
dan seterusnya sampai kedalaman yang
diinginkan.
3.8.5 Keselamatan Kerja
Dalam pengujian sondir oil dalam plunger harus dijaga agar tidak kering,
apabila oli di dalam plunger kering maka jarum manometer tidak akan bergerak
karna tidak ada tekanan di dalamnya.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Simpulan
Berdasarkan hasil beberapa jenis pengujian sifat fisis yang dilakukan terhadap
sampel tanah dari beberapa lokasi didapatkan :
1. Pengujian kuat geser langsung dengan sampel tanah yang berlokasi di area
tambak jalan elak didapat nilai kohesi … dan sudut geser dalam …
2. Pengujian sand cone dengan lokasi pengujian di area antara laboratorium sipil
dan laboratorium mesin didapatkan derajat kepadatan rata-rata …
3. Pengujian DCP yang berlokasi di alu awe tepatnya dibelakang warung mie
ayah, didapatkan nilai CBR lapangan … sampai dengan …
4. Pengujian SPT yang berlokasi di area antara laboratorium sipil dan
laboratorium mesin, didapatkan nilai …
5. Pengujian permeabilitas dengan sampel tanah yang berasal dari area tambak
jalan elak ditambah pasir dengan perbandingan … didapatkan …
6. Pengujian triaksial UU dengan sampel tanah berasal dari area tambak jalan elak
didapatkan nilai kohesi … dan sudut geser dalam …
7. Pengujian kuat tekan didapatkan sensifitas tanah …
8. Pengujian sondir QS maksimum … dengan kedalaman …

4.2 Saran
1. Selama melakukan praktek di laboratorium ini sangatlah sempit waktunya yang
diberikan sehingga kami merasa masih banyak kekurangan ilmu yang telah
diberikan, waktu melakukan praktek hendaknya diperpanjang didalam
penelitian agar mencapai proses belajar mengajar.
2. Untuk lebih memudahkan mahasiswa didalam kegiatan praktek sebaiknya
peralatan yang dibutuhkan diperbanyak dan lebih lengkap.
3. Ada baiknya jika semua job benar-benar dilakukan menurut prosedur kerja
yang telah ditetapkan, karena jika dilakukan menurut prosedur kerja yang telah
ditetapkan akan lebih besar kemungkinan menghasilkan nilai yang toleransinya
sekecil mungkin.
4. Mahasiswa hendaknya selalu diawasi oleh pembimbing dalam melaksanakan
praktek.

Anda mungkin juga menyukai