Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN MANAJEMEN JULI 2018

“MANAGEMEN RUANG TINDAKAN


PUSKESMAS TALISE”

NAMA : Nurmansyah
STAMBUK : N 111 16 016
PEMBIMBING KLINIK : dr. I Nyoman Widajadnja, M.Kes
dr. Benny Siyulan, M.Kes

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2018

1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah unit pelaksana teknik
Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan
Pembangunan kesehatan suatu atau sebagian wilayah kecamatan. Dan
Puskesmas sebagai unit organisasi fungsional dibidang kesehatan dasar yang
berfungsi sebagai pusat pembangunan kesehatan, membina peran serta masyarakat
dan pelayanan kesehatan dasar secara menyeluruh dan terpadu.1
Upaya kesehatan tersebut diselenggarakan dengan menitikberatkan kepada
pelayanan untuk masyarakat luas guna mencapai derajat kesehatan yang optimal,
tampa mengabaikan mutu pelayanan kepada perorangan. Pengelolaan Puskesmas
biasanya berada dibawah Dinas Kesehtan Kabupaten dan Kota. Puskesmas adalah
unit pelayanan kesehatan di tingkat kecamatan dan merupakan Unit Pelaksana
Teknis Daerah (UPTD) Dinaas Kesehatan Kabupaten/Kota. Upaya pelayanan
yang diselenggarakan adalah:2

a. Pelayanan kesehatan masyarakat, yaitu upaya promotif dan preventif pada


masyarakat di wilayah kerja Puskesmas
b. Pelayanan medik dasar yaitu upaya kuratif dan rehabilitatif dengan
pendekatan individu dan keluarga melalui upaya perawatan yang
tujuannya untuk menyembuhkan penyakit untuk kondisi tertentu.

Puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama yang


menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara bermutu. Program Puskesmas
merupakan program kesehatan dasar yang dikemas dalam “basic six” meliputi:

a. Promosi kesehatan
b. Kesehatan lingkungan
c. KIA & KB
d. Perbaikan gizi
e. Pemberantasan penyakit menular

2
f. Pengobatan yang terdiri dari rawat jalan, rawat inap, penunjang medik
(laboratorium dan farmasi).2

1.2.Gambaran Umum Puskesmas Talise

Puskesmas Talise merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan


yang berada di wilayah Provinsi Sulawesi Tengah tepatnya berada di Kota
Palu. Puskesmas Talise berada di wilayah Kecamatan Mantikulore yang
memiliki luas wilayah 82.53 km2 dan secara administratif pemerintahan
terdiri atas 4 kelurahan, 29 RW serta 102 RT. Wilayah kerja Puskesmas
Talise mencakup tiga kelurahan yaitu: Kelurahan Talise, Kelurahan
Valangguni, Kelurahan Tondo, dan Kelurahan Layana Indah.41
Berdasarkan data Dukcapil Kota Palu tahun 2016, jumlah penduduk di
wilayah kerja Puskesmas Talise adalah 35.386 jiwa yang tersebar di tiga
kelurahan yaitu Kelurahan Talise yang jumlah penduduknya masih bersatu
dengan Kelurahan Valangguni sekitar19.414 jiwa, Kelurahan Tondo
sekitar12.212 jiwa dan Kelurahan Layana Indah sekitar 3.760 jiwa.

1.3 Identifikasi Masalah

Pada laporan manajemen ini, permasalah terkait manajemen pelayanan


Ruang Tindakan yang akan dibahas adalah:

1. Bagaimana kegiatan pelayanan kesehatan Ruang Tindakan yang


dilaksanakan di Puskesmas Talise?
2. Bagaimana kelengkapan sarana prasarana dalam melaksanakan kegiatan
pelayanan?
3. Bagaimana pemanfaatan sumber daya yang terdapat di Puskesmas dalam
kegiatan pelayanan?
4. Apa hambatan dalam pelaksanaan kegiatan pelayanan?

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Puskesmas


2.1.1 Pengertian Puskesmas
Puskesmas adalah suatu unit organisasi fungsional yang secara

profesional melakukan upaya pelayanan kesehatan pokok yang

menggunakan peran serta masyarakat secara aktif untuk dapat memberikan

pelayanan secara aktif untuk dapat memberikan pelayanan secara

menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya.3

Wilayah kerja puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian

dari kecamatan. Faktor kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografi

dan keadaan infrastruktur lainnya merupakan bahan pertimbangan dalam

menentukan wilayah kerja puskesmas.

Sasaran penduduk yang dilayani oleh sebuah puskesmas rata-rata

30.000 penduduk. Untuk perluasan jangkauan pelayanan kesehatan maka

puskesmas perlu ditunjang dengan unit pelayanan kesehatan yang lebih

sederhana yaitu Puskesmas Pembantu dan Puskesmas Keliling.2,4

2.1.2 Fungsi Puskesmas

1. Sebagai pusat pembangunan wilayah berwawasan kesehatan

Puskesmas sebagai kepanjangan tangan pelaksana tugas

operasional dinas kesehatan kabupaten/ kota menjamin bahwa

kebijakan yang ditetapkan kabupaten/kota dapat terlaksana.

4
2. Sebagai pusat pemberdayaan masyarakat

Puskesmas sebagai pusat pemberdayaan masyarakat melakukan

upaya penggerakkan dan peningkatan kapasitas agar individu,

kelompok dan masyarakat memiliki kesadaran, kemauan dan

kemampuan melayani diri dan masyarakat untuk hidup sehat,

berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan

masyarakat di wilayah kerjanya.

3. Sebagai pusat pelayanan kesehatan masyarakat primer

Puskesmas menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bersifat

publik (public goods) dengan tujuan memelihara dan meningkatkan

kesehatan serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan

penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.

4. Sebagai pusat pelayanan kesehatan perorangan primer

Puskesmas menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bersifat

individual (private goods) dengan tujuan utama menyembuhkan

penyakit dan pemulihan kesehatan tanpa mengabaikan pemeliharaan

dan pencegahan penyakit.2

Upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama


sebagaimanadimaksud dilaksanakan dalam bentuk:
a. Rawat jalan;
b. Relayanan gawat darurat;
c. Pelayanan satu hari (one day care);
d. Home care; dan/atau
e.Rawat inap berdasarkan pertimbangan kebutuhan pelayanan kesehatan.4

5
2.2. Manajemen Puskesmas

2.2.1. Pengertian Manajemen Puskesmas

Manajemen puskesmas adalah proses rangkaian kegiatan yang


dilaksanakan secara sistematik di Puskesmas untuk menghasilkan keluaran
yang efektif dan efisien untuk semua pekerjaan kegiatan. Beberapa
kegiatan Manajemen di Puskesmas rawat jalan meliputi:3

1. Jenis pelayanan
2. Pendelegasian pengobatan dasar
3. Hak dan kewajiban pasien
4. Hak dan kewajiban penyedia layanan

Tujuan manajemen ini adalah untuk melaksanakan fungsi


Puskesmas, salah satu diantaranya yaitu sebagai pusat pelayanan kesehatan
perorangan primer. Dalam melaksanankan fungsinya tersebut, Puskesmas
bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat
pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Pelayanan
kesehatan perorangan tingkat pertama yang menjadi tanggung jawab
Puskesmas adalah pelayanan yang bersifat pribadi (private goods) dengan
tujuan utama menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan
perorangan, tanpa mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan
penyakit.

Untuk melaksanakan kegiatan ini dibentuklah uraian tugas. Uraian


tugas adalah pernyataan tertulis untuk setiap tingkat jabatan dalam unit
kerja yang mencerminkan fungsi, tanggung jawab dan kualitas yang
dibutuhkan. Uraian tugas merupakan dasar utama untuk dapat memahami
dengan tepat tugas dan tanggung jawab serta akuntabilitas setiap petugas
di Puskesmas dalam melaksanakan peran dan fungsinya. Setiap petugas di
Puskesmas harus mempunyai uraian tugas yang memuat tangungg jawab,

6
wewenang dan hubungan kerja antar sesama petugas. Uraian tugas dibuat
dan dipantau pelaksanaan tugasnya oleh Kepala Puskesmas.3

2.2.2 Fungsi Manajemen Puskesmas

1) Perencanaan

Perencanaan adalah proses penyusunan rencana tahunan Puskesmas

untukmengatasi masalah kesehatan di wilayah kerja Puskesmas.

Rencana tahunan dibedakan atas dua macam, pertama rencana tahunan

upaya kesehatan wajib dan rencana tahunan upaya kesehatan

pengembangan.

a. Perencanaan Upaya Kesehatan Wajib

Jenis upaya kesehatan wajib adalah untuk setiap Puskesmas sama

yakniprogram Promosi Kesehatan, Kesehatan Lingkungan,

Kesehatan Ibu dan Anak termasuk Keluarga Berencana, Perbaikan

Gizi Masyarakat, Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular

dan Pengobatan.

b. Perencanaa Upaya Kesehatan Pengembangan

Jenis upaya kesehatan pengembangan dipilih dari daftar upaya

kesehatan Puskesmas yang telah ada, atau upaya inovasi yang

dikembangkan sendiri. Langkah-langkah perencanaan upaya

kesehatan pengembangan yang dilakukan oleh Puskesmas mencakup

sebagai berikut : (1) identifikasi upaya kesehatan pengembangan, (2)

menyususn usulan kegiatan, (3) mengajukan usulan kegiatan, (4)

menyusun rencana pelaksanaan kegiatan.

7
2) Pelaksanaan dan Pengendalian

Pelaksanaan dan pengendalian adalah proses penyelenggaraan,

pemantauanserta penilaian terhadap penyelenggaraan rencana tahunan

Puskesmas, baik rencana tahunan upaya kesehatan wajib maupun rencana

tahunan upaya kesehatan pengembangan , dalam mengatasi masalah

kesehatan di wilayah kerja Puskesmas. Langkah-langkah pelaksanaan dan

pengendalian adalah sebagai berikut : (1) pengorganisasian, (2)

penyelenggaraan, (3)pemantauan , (4) penilaian.

3) Pengawasan dan Pertanggungjawaban

Pengawasan dan pertanggungjawaban adalah proses memperoleh

suatukepastian atas kesesuaian penyelenggaraan dan pencapaian tujuan

Puskesmas terhadap rencana dan peraturan perundang-undangan serta

berbagai kewajiban yang berlaku.

4) Penerapan Manajemen Puskesmas

Menurut Muninjaya, untuk dapat melaksanakan usaha pokok

Puskesmas secara efisien, efektif, produktif, dan berkualitas, pimpinan

Puskesmas harus memahami dan menerapkan prinsip-prinsip manajemen.

Manajemen bermanfaat untuk membantu pimpinan dan pelaksana program

agar kegiatan program Puskesmas dilaksanakan secara efektif dan efisien.

2.2.3. Standar Keberhasilan Program Puskesmas

8
Secara kualitatif keberhasilan program diukur dengan membandingkan

standar prosedur kerja untuk masing-masing kegiatan program dengan

penampilan (kemampuan) staf dalam melaksanakan kegiatan masing-

masing program. Cakupan program dapat dianalisis secara langsung oleh

staf Puskesmas dengan menganalisis data harian setap kegiatan program.

Perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat (effect program)

dan dampak program (impact) seperti tingkat kematian, kesakitan

(termasuk gangguan gizi), tingkat kelahiran, dan kecacatan tidak diukur

secara langsung oleh Puskesmas. Impaca program diukur setiap lima

tahun melalui Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) atau Surkesnas

(Survei Kesehatan Nasional) Depkes.

2.3. Ruang Tindakan

2.3.1. Pengertian Ruang Tindakan

Ruang Tindakan adalah Ruangan Khusus untuk tindakan medis sesuai


keadaan pasien, meliputi kasus :

a. Bedah
b. Non Bedah
c. Anak
d. Kebidanan

Ruang Tindakan adalah salah satu unit dalam pelayanan kesehatan


yang memberikan pelayanan kegawatdaruratan/non darurat kepada pasien
yang mengalami kecelakaan atau menderita penyakit akut, dilakukan sesuai
dengan prosedur yang berlaku. Ruang Tindakan tersedia di rumah sakit,
puskesmas, juga klinik kesehatan. Ruang Tindakan biasanya mempunyaiu
fungsi yang hampir sama dengan Ruang Unit Gawat Darurat yakni

9
khususnya menangani pasien dengan kondisi gawat darurat. Kondisi gawat
darurat merupakan keadaan klinis pada pasien yang membutuhkan tindakan
medis sesegera mungkin untuk penyelamatan nyawa dan mencegah
kecacatan lebih lanjut.

2.3.2 Gambaran Umum Ruang Tindakan di Puskesmas

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor 24 Tahun 2016 Tentang Persyaratan Teknis Bangunan Dan
Prasarana Rumah Sakit, syarat untuk ruang tindakan adalah :

a. Luas ruangan per tempat tidur resusitasi 12-20 m2.


b. Bahan bangunan yang digunakan tidak boleh memiliki tingkat porositas
yang tinggi.
c. Setiap tempat tidur disediakan minimal 5 (lima) kotak kontak dan tidak
boleh ada percabangan/ sambungan langsung tanpa pengamanan arus.
d. Harus disediakan outlet gas medik yang terdiri dari oksigen, udara
tekan medik dan vakum medik.
e. Ruangan harus dijamin terjadinya pertukaran udara baik alami maupun
mekanik dengan total pertukaran udara minimal 15 kali per jam.
f. Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk
pencahayaan buatan dengan intensitas cahaya 300 lux.
g. Sumber daya listrik pada ruangan tindakan, harus dilengkapi dengan
sumber listrik darurat yang tidak boleh terputus, bila terjadi gangguan
pada sumber daya listrik normal.

Ruang Tindakan di tingkat puskesmas lebih sederhana daripada


Ruang Tindakan di rumah sakit, baik dari kasus maupun peralatan yang
tersedia. Kasus-kasus yang ditangani di puskesmas sesuai dengan standar
kompetensi puskesmas sebagai penyedia pelayanan klinik tingkat pertama
sehingga kasus yang ditanganipun terbatas. Meski Ruang Tindakan di

10
puskesmas sebatas melayani pasien dengan kasus-kasus terbatas di
penyedia pelayanan klinik tingkat pertama, tetapi pelayanannya menjadi
sangat penting karena merupakan pintu gerbang paling awal dalam
menangani pasien di daerah yang terpencil dan aksesnya jauh dari rumah
sakit.7

Pasal 32 Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009


tentang kesehatan menyebutkan bahwa dalam keadaan darurat, sebuah
fasilitas pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta, wajib
memberikan pelayanan kesehatan bagi penyelamatan nyawa pasien dan
mencegah kecacatan terlebih dahulu. Dalam memberikan pelayanan
kesehatan itu harus tersedia peralatan medis dan non-medis yang lengkap
dan memadai sesuai dengan jenis pelayanan yang diberikan dan memenuhi
standar mutu, keamanan, dan keselamatan serta memiliki izin edar sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan.

Sistem penanggulangan penderita gawat darurat bertujuan untuk


tercapainya suatu pelayanan kesehatan yang optimal, terarah dan terpadu
bagi setiap anggota masyarakat yang berada dalam keadaan gawat
darurat.Upaya pelayanan kesehatan pada penderita gawat darurat pada
dasarnya mencakup suatu rangkaian kegiatan yang harus dikembangkan
sedemikian rupa sehingga mampu mencegah kematian atau cacat yang
mungkin terjadi.4
Cakupan pelayanan kesehatan yang perlu dikembangkan meliputi:
1. Penanggulangan penderita di tempat kejadian
2. Transportasi penderita gawat darurat dan tempat kejadian kesarana
kesehatan yang lebihmemadai.
3. Upaya penyediaan sarana komunikasi untuk menunjang kegiatan
penanggulangan penderitagawat darurat.
4. Upaya rujukan ilmu pengetahuan,pasien dan tenaga ahli
5. Upaya penanggulangan penderita gawat darurat di tempat rujukan (Unit
Gawat Darurat danICU).

11
6. Upaya pembiayaan penderita gawat darurat.

2.3.3 Status Kegawatan Pasien


Status kegawatan pasien Instalasi gawat Darurat terdiri dari :
a) Pasien gawat darurat
pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat darurat atau
akan menjadi gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya (akan
menjadi cacat) bila tidak mendapat pertolongan secepatnya.

b) Pasien gawat tidak darurat


pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan
tindakan darurat, misalnya kanker stadium lanjut.

C) Pasien darurat tidak gawat


pasien akibat musibah yang datang tiba-tiba, tetapi tidak
mengancam nyawa dan anggota badannya, misalnya luka sayat dangkal.

d) Pasien tidak gawat tidak darurat


misalnya pasien dengan ulcus tropicum, TBC kulit, dan
sebagainya.

2.3.4 Kejadian Kegawatdaruratan


a. Kecelakaan (accident)
suatu kejadian dimana interaksi berbagai faktor yang
datangnya mendadak, tidak dikehendaki sehingga menimbulkan cedera
(fisik,mental dan sosial). Kecelakaan dan cedera dapat diklasifikasikan
menurut :
1. Tempat kejadian :
a) Kecelakaan lalu lintas;
b) Kecelakaan di lingkungan rumah tangga;
c) Kecelakaan dilingkungan pekerjaan;

12
d) Kecelakaan di sekolah;
e) Kecelakaan di tempat-tempat umum lain seperti halnya tempat
rekreasi, perbelanjaan, di arena olahraga, dan lain-lain.

2. Mekanisme kejadian :
Tertumbuk, jatuh, terpotong, tercekik oleh benda asing, tersengat,
terbakar baik karena efek kimia, fisik maupun listrik atau radiasi.
3.Waktu kejadian :
a) Waktu perjalanan (travelling/transport time);
b) Waktu bekerja, waktu sekolah, waktu bermain dan lain-lain.
b. Cedera
Masalah kesehatan yang didapat/ dialami sebagai akibat
kecelakaan.
c. Bencana
Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam
dan atau manusia yang mengakibatkan korban dan penderitaan
manusia, kerugian harta benda, kerusakan lingkungan, kerusakan
sarana dan prasarana umum serta menimbulkan gangguan terhadap tata
kehidupan dan penghidupan masyarakat dan pembangunan nasional yang
memerlukan pertolongan dan bantuan.

13
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Input
Luas ruangan unit gawat darurat Ruang Tindakan Puskesmas Talise ± 3
x 6m berada di lantai 1 Puskesmas. Jumlah tempat tidur 2 buah, 1 buah meja
dokter/perawat, 1 buah kursi roda, 1 buah alat ECG, 1 buah suction, 1 buah
tabung oksigen, 1 buah lampu tindakan, 1 buah autoclaft, minor set, 1 buah
tht set, 1 buah lemari obat dan peralatan. Berdasarkan kondisi yang ada,
terdapat beberapa kekurangan yaitu alat penanganan kegawat daruratan juga
menjadi kendala, salah satunya yaitu tidak lengkapnya alat untuk melakukan
Bantuan Hidup Dasar, tidak adanya bag valve mas, collar neck yang dapat
menghambat penanganan pasien secara maksimal. Beberapa peralatan yang
ada juga mengalami kerusakan. Pengolahan sampah pada puskesmas ini
sudah cukup baik di mana terdapat tempat sampah khusus jarum, sampah
infeksius dan non-infeksius, terdapat area cuci tangan.

Berdasarkan dengan pasal 32 Undang-Undang tentang kesehatan


Republik Indonesia No 36 tahun 2009 menyebutkan bahwa jika dalam
keadaan gawat darurat, maka fasilitas pelayanan kesehatan, entah itu milik
pemerintah atau swasta, wajib melakukan pelayanan kesehatan guna usaha
menyelamatkan nyawa pasien dan pencegahan perburukan penyakit hingga
kecacatan.Disinilah peran penting ilmu manajemen fasilitas di ruang
Tindakan untuk mengantisipasi adanya kasus kegawatan yang tidak bisa
diprediksi.
Menjaga standar kualitas pelayanan dan menjamin kualitas yang
diberikan adalah yang terbaik dengan mempertimbangkan hal diatas. Menurut
Soekanto tahun 2007, manajemen ruang, tata kelola, SDM dan prosedur

14
pelayanan yang baik di puskesmas diharapkan akanmendapat mutu pelayanan
yang baik. Maka setidaknya sebagai unit pelayanan kesehatan, puskesmas
harus memperhatikan:
1. Peralatan, Sarana dan Prasarana
2. Sumber daya manusia
3. Administrasi dan Manajemen
Puskesmas Talise memiliki 3 tenaga dokter umum, 1 dokter gigi, yang
bertugas di polik umum dan polik gigiserta merangkap menjadi dokter Ruang
Tindakan pada saat jam dinas. Tenaga kesehatan di Ruang Tindakan
berjumlah 4 orang. Dimana terdiri dari 2 orang pegawai tetap dan 2 orang
tenaga pengabdi. 2 orang pegawai tetap tersebut telah memiliki sertifikat
PPGD (Penanggulangan Penderita Gawat Darurat), namun 2 orang tenaga
pengabdi belum memiliki sertifikat PPGD (Penanggulangan Penderita Gawat
Darurat). Hal ini belum sesuai teori yang mana pemerintah menyarankan agar
tenaga kesehatan yang bertugas di Ruang Tindakan telah mendapatkan
sertifikat PPGD/ATLS3.
Sumber pembiayaan dan pengadaan alat bahan pada kegiatan di Ruang
Tindakan Puskesmas berasal bantuan Dinas Kesehatan Kota Palu.
Keterlambatan pemenuhan alat dari Dinas Kesehatan Kota Palu juga menjadi
salah satu kendala yang di hadapi oleh puskesmas. Cara pasien melakukan
pembayaran tindakan yang dilakukan di ruangan ini yaitu menggunakan
BPJS/JAMKESMAS atau membayar sesuai harga tindakan yang telah di
tetapkan UPTD Puskesmas bagi pasien umum.

3.2 Proses
Berdasarkan hasil diskusi dengan pemegang program ini, Ruang
Tindakan Puskesmas Talise menggunakan model manajemen yang sederhana
yaitu meliputi 3 fungsi: perencanaan, implementasi dan evaluasi. Model
manajemen ini biasa disebut juga model PIE. Perencanaan dilakukan diakhir
tahun dengan pengadaan rapat perencanaan kegiatan yang akan dilakukan

15
selama setahun yang tertuang dalam bentuk Rencana Kerja dan anggaran
(RKA). Untuk implementasinya sangat di perlukan kerja sama dari tenaga
kesehatan yang bertugas dan ketersediaan alat dan bahan yang di perlukan.
Evaluasi juga dilakukan sama pada saat dilakukannya evaluasi program
lainnya, namun dari Ruang Tindakan sendiri biasa melakukan evaluasi kerja
setiap bulan yang biasa disebut dengan lokakarya.

3.3 Output
Pelayanan yang diberikan pada Ruang Tindakan di Puskesmas Talise
masih berupa perawatan luka, penanganan awal kecelakaan, debridement luka
bakar,penanganan luka gigitan anjing, aff hecting, penanganan syok, rujukan
pasien emergency dan non emergency, penanganan pasien dengan penyakit
infeksi. Adapun pelaksanaan kegiatan di Ruang Tindakan Puskesmas Talise
belum berlangsung dengan baik hal tersebut dikarenakan kurangnya sarana
maupun prasarana yang dibutuhkan sehingga menghambat pelayanan yang
ada di UGD puskesmas Talise. Waktu pelaksanaan Ruang Tindakan pada
puskesmas Talise juga belum maksimal, biasanya tidak buka selama 1x 24
jam, akan tetapi biasanya hanya sampai pukul 21.00 WITA. Adapun
pelaksanaan kegiatan di unit gawat darurat Puskesmas Talise mengacu pada
SOP (standar operasional) yang telah ditetapkan oleh kepala UPTD
Puskesmas. Sebagian besar kegiatan diatas telah dilakukan sesuai dengan
protab SOP, namun pada pelaksanaan kegiatan penyimpanan obat emergency
belum sesuai dengan peraturan PERMENKES N0.30 tahun 2014 yaitu
menyimpan obat pada lemari penyimpanan sesuai dengan jenis obat,
stabilitas, mudah/tidaknya meledak, narkotik/psikotropika, obat penanganan
syok yang disimpan dalam lemari khusus dan mengontrol ketersediaan obat
dengan kartu stok yang ada. Ketidak tersediaan obat emergency dalam Ruang
Tindakan, hal ini dapat menyebabkan terhambatnya penanggulangan
penderita di tempat kejadian.

16
Keterbatasan sarana prasarana, alat bahan, dan tenaga kesehatan
merupakan beberapa hambatan yang masih dapat ditemukan di Ruang
Tindakan Puskesmas Talise. Salah satu kendala adalah mengenai waktu
operasional Ruang Tindakan puskesmas Talise yang belum 1x24 jam,
pengadaan alat bahan dari Dinas Kesehatan Kota Palu menyebabkan kendala-
kendala tersebut susah diatasi. Adapun alur permintaan alat bahan dari Ruang
Tindakan ke Dinas Kesehatan Kota yaitu bagian Ruang Tindakan membuat
laporan dan mendata alat dan bahan yang belum tersedia/habis yang
dilakukan pada setiap akhir tahun, kemudian permintaan dimasukkan ke
bagian tata usaha dan akan diteruskan pihak Puskesmas ke Dinas Kesehatan
Kota Palu untuk dilakukan pengadaan. Berdasarkan PERMENKES NO.75
tahun 2004 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat, Puskesmas wajib
melaksanakan pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam
bentuk fasilitasi, konsultasi, pendidikan dan pelatihan serta penelitian dan
pengembangan guna meningkatkan mutu pelayanan, namun keterbatasan
dana menjadi salah satu hambatan upaya pembinaan sumberdaya yang
dimiliki Puskesmas.4

17
BAB V

KESIMPULAN

Pada laporan manajemen ini, beberapa hal yang dapat disimpulkan diantaranya:
1. Pelayanan Ruang Tindakan merupakan salah satu unit kerja di Puskesmas
yang melayani pasien emergency ataupun memerlukan pengobatan
“tindakan” yang berobat jalan dan tidak lebih dari 24 jam pelayanan,
termasuk prosedur diagnostik dan terapeutik.
2. Kegiatan pelayanan kesehatan yang dilaksanakan di Ruang Tindakan
Puskesmas Tlise sudah berlangsung cukup baik dikarenakan terdapatnya
SOP dari setiap tindakan.
3. Beberapa masalah yang ditemui dalam pelayanan di Ruang Tindakan
yang dilaksanakan Puskesmas Talise yaitu kendala jam operasional yang
belum maksimal yaitu <24 jam, ketersediaan alat, bahan, sarana dan
prasarana, serta jumlah tenaga kesehatan bersertifikat kegawat daruratan
yang belum memadai yang dapat berdampak pada kurang maksimalnya
penanganan pasien.

Saran
1. Sebaiknya Ruang Tindakan diganti menjadi Ruang Gawat Darurat agar
dapat memberikan pelayanan maksimal dan jam operasional 1x24 jam.
2. Sebaiknya pihak puskesmas dapat memfasilitasi petugas Ruang Tindakan
untuk dapat mengikuti pelatihan kegawadaruratan sehingga dalam Ruang
Tindakan dapat memberikan pelayanan yang maksimal.
3. Perlu dilakukannya seleksi terhadap tenaga yang berkompeten agar dapat
menambah jumlah tenaga medis yang bertugas di Ruang Tindakan.

18
4. Pihak dinas kesehatan Palu perlu memperhatikan permintaan pengadaan
alat yang dibutuhkan agar tercapainya pelayanan kesehatan yang
maksimal.

DAFTAR PUSTAKA

1. Puskesmas Talise. 2016. Profil Puskesmas Talise Tahun 2016.


2. Depkes RI. 2004. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
128/Menkes/SK/II/2004 tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan
Masyarakat.
3. Laksono D, Sopacua E, Suharmiati. 2010. Standar Pelayanan Minimal
Kesehatan, Sebuah Panduan Formulasi di Tingkat Puskesmas/Kecamatan.
4. Kemenkes RI. 2014. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No. 75 Tahun 2014 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat.
5. Kemenkes RI. 2012. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
001 Tahun 2012 Tentang Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan
Perorangan.
6. Nurfadhli. 2012. Analisis Kelengkapan fasilitas Unit Gawat darurat
Rumah SakitUmum Pusat Dokter Kariadi Semarang Terhadap Standar
Operasional Pelayanan Unit Gawat Darurat. Karya Tulis Ilmiah : FK
UNDIP.
7. Musliha. 2010. Keperawatan Gawat Darurat. Nuha Medika : Yogyakarta

19
LAMPIRAN

20
21
22

Anda mungkin juga menyukai