Anda di halaman 1dari 66

PROPOSAL

PENGARUH SENAM BUGAR LANJUT USIA TERHADAP PENURUNAN


KADAR ASAM URAT PADA LANSIA PENDERITA GOUT ATHRITIS DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS LAMPEAPI

MUH. IDHUL AKBAR


P201601319

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
STIKES MANDALA WALUYA
KENDARI
2018

1
2
3
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang telah mengajarkan

kepada manusia apa-apa yang belum diketahuinya dan memberikan hidayah

dan rahmatnya antara lain berupa kekuatan lahir dan tak lupa pula kita

mengucpakan solawat dan salam kepada baginda Nabi Muhammad SAW

yang telah membawa kita dari zaman gelap menjadi zaman terang

benderang sampai saat ini sehingga penulis dapat menyelesaikan

penyusunan proposal dengan judul “ Pengaruh Senam Lansia Terhadap

Penurunan Kadar Asam Urat Pada Lansia Penderita Gout Atrhitis di

wilayah Kerja Puskesmas Lampeapi” Kabupaten Konawe Kepulauan

Kecematan Wawonii Tengah.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan proposal ini banyak

sekali kendala dan hambatan yang penulis dapatkan namun atas bimbingan

dan arahan serta motivasi dari berbagai pihak secara moril atau pun materil

sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan proposal ini. Penulis

juga menyucapkan terima kasih yang tulus dan ikhlas kepada pembimbing I

Ibu Armayanti, S.Kep,.Ns,. M.Kes dan Pembimbing II Ibu Ratna Umi

Nurlila, S.Si,. M.Sc yang penuh kesabaran dan senantiasa meluangkan

waktu dan memberikan bimbingan, arahan petunjuk dan motivasi.

Selanjutnya pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima

kasih:

1. Ketua Yayasan Stikes Mandala Waluya Kendari.

2. Ketua STIKES-MW Kendari beserta jajarannya.

4
3. Para Wakil Ketua STIKES-MW (bidang akademik, Non akademik

dan Kemahasiswaan).

4. Para Ketua Lembaga STIKES-MW (LPPM dan LPM).

5. Ketua program Studi Keperawatan STIKES-MW Kendari dan

stafnya.

6. Puskesmas Lampeapi Kecematan Wawonii Tengah.

7. Kepada kedua Orang Tua dan saudara saya yang telah mendoakan

mensport saya sampai ketahap ini.

8. Kepada Sahabat Saya Ns. Syarifudin. S.kep, MirdanAli, Agus, yang

banyak mebantu dan motivasi saya.

9. Kepada Sahabat Pemuda Hijrah, ayongaji, Crisis Aid Indonesia yang

telah memberikan saya motivasi.

10. Kepada teman –teman kelas N4 Keperawatan yang banyak

membantu saya.

11. Kepada teman –teman kelas P3 Keperawatan yang banyak

membantu saya dan memotivasi saya.

Kepada teman-teman posko 35.

5
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iii

KATA PENGANTAR ........................................................................................ iv

DAFTAR ISI ...................................................................................................... v

DAFTAR TABEL .............................................................................................. vi

BAB I PENDAHULUAN

A. LatarBelakang .......................................................................................... 1

B. RumusanMaslah ....................................................................................... 6

C. TujuanPenelitian ...................................................................................... 6

D. ManfaatPenelitian..................................................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. TinjauanumumLokasipenelitian................................................................ 10

B. TinjauanUmumTentangLansia ................................................................. 11

C. TinajaunUmumAsamUrat......................................................................... 13

D. TinjauanTentangSenamLansia .................................................................. 28

BAB III KERANGKA KONSEP

A. DasarPikirPenelitian ................................................................................. 34

B. KerangkaKonsep ...................................................................................... 35

C. VariabelPenelitian .................................................................................... 35

D. DefinisiOperasionaldanKriteriaObjektif ................................................... 36

6
E. HipotesisPenelitian ................................................................................... 37

BAB IV METODE PENELITIAN

A. JenisdandesainPenelitian .......................................................................... 38

B. Tempatdanwaktupenelitian ....................................................................... 38

C. Populasidansampel ................................................................................... 39

D. Kriteriasampel .......................................................................................... 40

E. Sumberdancarapengumpulan Data ............................................................ 41

F. Pengelolah,analisdanpenyajian data .......................................................... 42

G. EtikaPenelitian ......................................................................................... 45

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

7
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kesehatan merupakan hal yang sangat di inginkan setiap orang, karena

dengan sehat, maka setiap orang dapat melakukan aktifitas dengan lancar tanpa

gangguan, dapat melakukan suatu pekerjaan, dan teknologi sangat berperan

dalam perkembangan keilmuan yang mengkaji tentang kesehatan. Kemajuan

ilmu pengetahuan dan teknologi serta perbaikan sosial ekonomi berdampak

pada peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan usia harapan hidup,

sehingga jumlah populasi lansia juga meningkat. Seiring bertambahnya angka

harapa hidup manusia semakin banyak pula penyakit yang di derita lansia

seperti hipertensi, asamuran, kolestrol, dan lain-lain.

Asam urat merupakan suatu masalah kesehatan yang cukup dominan di

berbagai negara, baik di negara-negara maju maupun di negara-negara

berkembang, meskipun angka prevalensi gout di dunia secara global belum

tercatat. Prevalensi gout kira-kira 2,6-47,2% yang bervariasi pada berbagai

populasi, sedangkan prevalensi gout juga bervariasi 1-15,3% (Hidayat, 2009).

Penelitian di Taiwan, pada tahun 2005-2008 menunjukkan peningkatan

kejadian Gout pada lansia pria sebesar 19,7% dan prevalensi Gout pada lansia

wanita sebesar 23,3% (Chuang, 2011). Gout merupakan gangguan inflamasi

akut yang ditandai dengan adanya nyeri akibat penimbunan kristal monosodium

urat pada persendian maupun jaringan lunak di dalam tubuh (Shetty et al.,

8
2011). Gout ditandai dengan peningkatan kadar asam urat> 7 mg/dl pada laki-

laki dan> 6 mg/dl pada perempuan (Sudoyo et al.,2010). Asam urat banyak

dialami oleh golongan usia produktif (Krisnatuti,2006). Tingginya kadar asam

urat dalam darah juga dapat menyebabkan gout artritis.

Di Indonesia, penyakit asam urat menduduki urutan kedua dari penyakit

osteoartritis (Juandy, 2009). Kondisi ini dipicu oleh meningkatnya asupan

makanan kaya purin, dan kurangnya intak cairan (air putih), sehingga proses

pembuangannya melalui ginjal menurun (Krisnatuti, 2006). Jika asupan dan

pola makan tidak diubah maka kadar asam urat dalam. Darah yang berlebihan

akan menimbulkan penumpukan Kristal asam urat, apabila Kristal berada dalam

cairan sendi maka akan menyebabkan penyakit asam urat(Misnadiarl y, 2007).

Asam urat dapat mengganggu kenyamanan lansia dalam beraktivitas akibat

nyeri sendi, selain itu juga dapat menyebabkan resiko komplikasi yang tinggi

seperti urolithiasis, nefropati asam urat akut. Komplikasi tersebut perlu

dievaluasi untuk menjelaskan penyebabnya sertamen dapatkan pengobatan yang

sesuai (Dinceretal, 2002). Berdasarkan berbagai dampak yang ditimbulkan,

penyakit asam urat perlu penanganan yang tepat dan aman, penanganan asam

urat dapat dilakukan secara farmakologis dan non farmakologis.

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2004,

lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke

atas. Komposisi penduduk tua bertambah dengan pesat baik di negara maju

maupun negara berkembang, hal ini disebabkan oleh penurunan angka fertilitas

(kelahiran) dan mortalitas (kematian), serta peningkatan angka harapan hidup

9
(Life Expectancy), yang mengubah struktur penduduk secara keseluruhan.

Proses terjadinya penuaan penduduk dipengaruhi oleh beberapa faktor,

misalnya: peningkatan gizi, sanitasi, pelayanan kesehatan, hingga kemajuan

tingkat pendidikan dan sosial ekonomi yang semakin baik. Secara global

populasi lansia diprediksi terus mengalami peningkatan seper tampak pada

gambar di bawah. Dari gambar juga menunjukkan bahwa baik secara global,

Asia dan Indonesia dari tahun 2015 sudah memasuki era penduduk menua

(ageing population) karena jumlah penduduknya yang berusia 60 tahun ke atas

(penduduk lansia) melebihi angka 7 persen.

Seluruh provinsi Indonesia berstruktur tua, ada 19 provinsi (55,88%)

provinsi Indonesia yang memiliki struktur penduduk tua. Dari data WHO ada

tiga provinsi dengan persentase lansia terbesar adalah DI Yogyakarta (13,81%),

Jawa Tengah (12,59) dan Jawa Timur (12,25%). Sementara itu, tiga provinsi

dengan persentase lansia terkecil adalah Papua (3,20%), Papua Barat (4,33%)

dan Kepulauan Riau (4,35%), dan Sulawesi Tenggara masuk 10 terbesar yang

memiliki penduduk lansia terbanyak (6,62%). Berdasarkan hasil SP 2017,

secara umum jumlah penduduk lansia di Provinsi Sulawesi Tenggara sebanyak

152.848 orang atau 5,83 % dari keseluruhan penduduk Jumlah penduduk lansia

perempuan (69.929 orang) lebih banyak dari jumlah penduduk lansia laki-laki

(60.289 orang). Sementara sebarannya jauh lebih banyak di daerah perdesaan

daripada daerah perkotaan (103.523 orang berbanding 26.695)(WHO 2017).

Peningkatan jumlah penduduk lansia ini akan membawa dampak terhadap

berbagai kehidupan. Dampak utama peningkatan lansia ini adalah peningkatan

10
ketergantungan lansia. Ketergantungan ini disebabkan oleh kemunduran fisik,

psikis, dan sosial lansia yang dapat digambarkan melalui empat tahap, yaitu

kelemahan, keterbatasan fungsional, ketidakmampuan, dan keterhambatan yang

akan dialami bersamaan dengan proses kemunduran akibat proses menua.

Proses menua merupakan suatu kondisi yang wajar dan tidak dapat dihindari

dalam fase kehidupan, akan tetapi kita bisa menangani keterbatasan tersebut

salah satunya dengan menjaga kesehatan seperti berolahraga dan aktivitas

lainnya (Amalia 2014).

Berdasarkan hasil wawancaradan survey awal tanggal 11 Juli2018 yang

dilakukan penulis terhadap petugas di Puskesmas Lampeapi mengatakan bahwa

penanganan asamurat secara farmakologi (obat-obatan) seperti jenis allopurinol

telah lama dilakukan di Puskesmas Lampeapi. Dengan perkiraan sekitar 45%

penderita asamurat usia 50 - 70 tahun sering datang ke Puskesmas Lampeapi

untuk mengambil obat jenis allopurinol untuk menurunkan kadar asam urat.

Kebanyakan pasien diberi dosis 100 mg/hari dan dititrasi sesuai kebutuhan.

Waktu allopurinol berkisar antara 2 jam pada pasien dengan fungsi ginjal

normal dan jika dikonsumsi berlebihan dapat menyebabkan gangguan

pencernaan , memicu munculnya ruang kulit, kurangnya sel darah putih, bahkan

dapat mengakibatkan kerusakan hati.pada kelompok senam bugarlansia yang

beranggotakan 141 orang, 15 orang dari mereka mengatakan selama 2 bulan

mengikuti senambugarlansia yang dilakukan 2 kali seminggu pada jam 06 : 00

WITA, gejala seperti nyeri sendi pada malam hari sebelum tidur yang

merupakan salah satu tanda dari peningkatan kadar asam urat telah berkurang

11
tanpa harus melakukan kebiasaan mereka meminum obat-obat asam urat.

Sehingga mereka mengaku mulai meninggalkan kebiasaan mengkonsumsi obat-

obat asam urat dan melakukan senam secara rutin.

Mengingat hal tersebut untuk mengurangi keluhan, ketergantungan, dan

dampak obat-obatan, sejak 2 bulan yang lalu Puskesmas Lampeapi melakukan

penanganan asamurat secara non farmakologi yaitu dengan olahraga. Jenis

olahraga yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Lampeapi yaitu senam

bugarlansia yang dilakukan 1 kali seminggu pada jam 06:00

WITAsamapaiselesai.

Kebugaranjasmanijugasangatdiperlukanuntukmencegahataumenundapenyak

itpenyakitdegeneratifdanpenyakitkelainanmetabolisme.Perluadanyaupayaupaya

baikbesifatperawatan, pengobatan,

polahidupsehatdanjugaupayalain,sepertisenambugarlansiauntukmempertahanka

nkesehatanlansiatersebut.Penelitian yang dilakukanolehFajarinapadatahun2011,

mengenaianalisispolakonsumsidanpolaaktivitasfisikdengankadarasamuratpadala

nsiawanitapesertapemberdayaanlansia di Bogor, didapati rata-rata

konsumsipurinperharipadakelompokdengankandunganasamurat yang

tinggilebihbanyakdibandingkandengan rata-

ratakonsumsikelompokdengankandunganasamurat normal,

namuntidakdiperolehhubungan yang nyata (p > 0,25)

antarakonsumsipurindengankadarasamuratdalamdarah.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis sangat tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “Pengaruh Senam Lansia Terhadap Penurunan Kadar Asam

12
Urat Pada Penderita Gout Athritis di Wilayah Kerja Puskesmas

LampeapiKabupaten Konawa Kepulauan”.

B. RumusanMasalah

Berdasarkanlatarbelakang di atas,

makapenelitimembuatrumusanmasalahyakni:

1. apakahadapengaruhsenambugarlanjutusiapadalansiaterhadappenurunankada

rasamuratpadapenderita gout athritis di

wilayahkerjapuskesmasLampeapikabupatenKonaweKepualauan?

C. TujuanPenelitian

1. TujuanUmum

Tujuanpenelitianiniadalahuntukmenganilisispengaruhsenambugarlanjutusiat

erhadappenurunankadarasamuratpadapenderita gout athritis di

wilayahkerjaPuskesmasLampeapiKabupatenKonaweKepulauan.

2. TujuanKhusus

Untukmengetahuipengaruhsenambugarlanjutlansiaterhadappenurunankadara

samuratpadapenderita gout athritis di

wilayahkerjaPuskesmasLampeapiKabupatenKoanweKepualaun.

D. ManfaatPenelitian

1. ManfaatTeoristis

Hasilpenelitianinidapatmenambahkhasanahpustakamengenaipengaruhsenam

lansiabugarterhadappenurunankadarasamuratpadalansiapenderita gout athritis di

wilayahkerjapuskesmasLampeapikabupatenkonaweKepulauan.

2. Manfaat Praktis

13
A. BagiKecematanWawonii Tengah

Hasilpenelitianini di

harapkanlebihdapatmeyakinkanmasyarakattentangsalahsatuterapi non alternative

terapi non

farmakologiuntukmenurunkankadarasamuratsepertisenambugarlanjutusia.

B. BagiPenderita

Hasilpeneltiandapatmenjadibahanpertimbanganuntukmemiliterapinon

farmakologi yang

tepatdanperaktisdalammenurunkankadarasamuratpedapenderitaasamurat.

C. Manfaatbagipeneliti

Dapatmenambahilmupengetahuandanmemperdalampengalamanpenelititenta

ngrisetkeperawatansertapengembanganwawasantentangpengaruhsenambugarlanj

utusiaterhadappenurunanasamuratpadalansiapenderitagout arthritis

danPenelitidapatmemicupenelitian non

farmakologiuntukpenurunankadarasamurat yang lebihefektif di

berikankepadapenderitaasamurat

E. Keaslian Penelitian

14
Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya disajika

pada tabel berikut ini :

No Peneliti Judul Variabel Jenis Hasil


Penelitian
1. Aries Faktor-faktor Independen; Gout Analisakorela Ada
Abiyoga yang Dependen; obesitas, tifdengan hubunganantara
berhubungandeng riwayatkeluarga, case contrl riwayatkeluarga
ankejadianGOUT pengetahuan dengankejadian
padalansia di gout (p=0,00),
wilayahkerjapusk tidakadahubung
esmassiturajatahu anantaraobesita
n 2014 sdengankejadia
n gout
(p=0,632),
adahubungande
ngankejadian
gout (p=0,002).

2. Hubert I. PengaruhSenamB Independen; eksperimental Ada


Tatara ugarlanjutUsia Senambugar, penurunankadara
(lansia) Dependen; asamurat, samuratsebelumd
terhadapkadarasa hipertensi, lansia ansesudahsenam
muratpenderitahip bugarlansiadenga
ertensi nselisi rata-rata
sebesar
1,56mg/dl

3. Sawedatul Kontribusiola Independen; olah raga deskriptif Responden


hragaterhadap Dependen; lansia, yang
intensitasnyer nyerisendi tidakpernahola
isendipadalan hragamengakib
sia di atkanintensitas
posyanduper neyrisendibera
dapadakategori
madikec.
sedangyaitu 14
Lowokwaruka responden
b. Malang (43%),
sebanyak6
responden
(18%)
jarangmelakuk
anolah raga
denganintensit
asnyerisendibe
radapadakateg
orisedang, 2
responden

15
(6,1%)
seringolah raga
denganintensit
asnyerisendika
tegoriringan
4 AnisKoma PengaruhSenamE Independen; Quasi Ada
ria rgonomisterhadap Senamergonomisdansen experiment pengaruhsenamer
kadarasamuratpad ambiasa. gonomisterhadap
alansiapadaGout Dependen: penurunankadara
di kadarasamurat samuratdalamdar
posbinaanterpadu ahlansia,
kelurahanpisanga
nciputattimur
5 Nurul EfektifitasSenam Independen; quasy Senam
Fatimah ErgonomikTerhad senamergonomis experimental ergonomic
apPenurunan Dependen; Penurunan berpengaruhterha
Kadar Kadar dappenurunankad
AsamUratPadaLa AsamUratpadaLansiade arasamuratdalam
njutUsiaDenganA nganAthritis Gout darahpadalanjutu
thritis Gout
siadenganarthriti
s gout di Wilayah
KerjaPuskesmas
Tuppu, Kec.
Lembang, Kab.
Pinrang

6 Dessy Pengaruhsenamla Independen; Pra Menunjukkanbah


Indah Sari nsiaterhadappenur SenamLansia experiment wasebagianbesar
unantingkatnyerig Dependen; Nyeri gout 72%
out arthritis di arthritis sesudahsenamlan
UPT PSTW siamengalaminye
jombang riringandan 28%
mengalaminyeris
edang.

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

BAB II

TINJUAN PUSTAKA

A. Tinjuan Umum Puskesmas

16
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah salah satu sarana

pelayanan kesehatan masyarakat yang amat penting di Indonesia. Puskesmas

adalah unit pelaksanaan teknis dinas kabupaten/kota yang bertanggungjawab

menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatau wilayah kerja (Depkes,

2011). Pengertian puskesmas adalah suatu unit pelaksana fungsional yang

berfungsi sebagai pusat pembangunan kesehatan, pusat pembinaan peran

serta masyarakat dalam bidang kesehatan serta pusat pelayanan kesehatan

tingkat pertama yang menyelenggarakan kegiatannya secara menyeluruh,

terpadu yang berkesinambungan pada suatu masyarakat yang bertempat

tinggal dalarn suatu wilayah tertentu (Azrul Azwar, 1996). Puskesmas

merupakan kesatuan organisasi fungsional yang menyelenggarakan upaya

kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata dapat diterima dan

terjangkau oleh masyarakat dengan peran serta aktif masyarakat dan

menggunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat

guna, dengan biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah dan masyarakat luas

guna mencapai derajat kesehatan yang optimal, tanpa mengabaikan mutu

pelayanan kepada perorangan (Depkes, 2009).

Adapun pengertian batasan puskesmas yang dimaksud disini adalah

Puskesmas yang mempunyai kewenangan sebagai berikut :

a. Kewenangan menyelenggarakan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi

pembangunan kesehatan diwilayah kecamatan sesuai dengan situasi

kondisi, kultur budaya dan potensi setempat.

17
b. Kewenangan mencari, menggali dan mengelola sumber pembiayaan yang

berasal dari pemerintah, masyarakat, swasta dan sumber lain dengan

sepengetahuan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, yang kemudian

dipertanggung jawabkan untuk pembangunan kesehatan diwilayah

kerjanya.

c. Kewenangan untuk mengangkat tenaga institusi/honorer, pemindahan

tenaga, dan pendayagunaan tenaga kesehatan diwilayah kerjanya dengan

sepengetahuan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

d. Kewenangan untuk melengkapi sarana dan prasarana termasuk peralatan

medis dan non medis yang dibutuhkan (Herawani, 2006).

B. Tinjuan umum Tentang Lansia

Lansia merupakan seseorang yang berusia 60 tahun keatas atau

lebih,Lansia mengalami perubahan berupa penurunan fungsi organ tubuh

sehingga lansia i-hari.Aktivtas sehari-hari (ADL) adalah hal-hal yang

dilakukan seserang dengan dirinya sendiri dalam mempertahankan hidup,

kesehatan dan kesejahteraan, Meliputi 10 aktivtas lansia berdasarkan indeks

Barthel. Dalam hal pemenuhan aktivitas sehari-hari pada lansia.

Menurut Undang-undag Nomor 13 Tahun 1998 tentang

kesejahteraan lansia pada bab I pasal 1 ayat 2, yang di maksud lanjut usia

adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas (KEMENKES

2013).Sedangkan menurut Surin dan Utomo (2003),lansia bukan suatau

penyakit,namun merupakan tahap lanjut dari suatu proeskehidupan yang akan

18
di jalani sumua individu,di tandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk

beradapatasi denga stress lingkunagan

1. Batasan Lansia

a. Menurut WHO ( World Health Organization)

Menurut Badan Kesehatan Dunia ( World Helath Organzation) yang

di katakana lanjut usia tersebut di bagi ke dalam tiga katagoro yaitu:

1) Usia lanjut : 60 – 74 tahun.

2) Usia : 75 – 89 tahun

3) Usia sangat lanjut : > 90 tahun

b. Menurut Dep. Kes. RI

Depertemen Kesehatan Repulik Indonesia membaginya lanjut usia

menjadi sebagai berikut:

1) Pralanssia (prasenalis,yaotu seseorang berusia antara 45 – 49 tahun

2) Lansia, yaiu seserang yang berusia 60 tahun lebih

3) Lansia resiko tinggi, yaitu seorang yang erusia antara 70 tahun atau

lebih

4) Lansia potensial, yaitu ansia yang masi mampu melakukan pekerjaan

atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa.

5) Lansia non potensial, yaitu lansia yang tidak berdaya mencari

nafkah,sehngga hidupnya tergantung pada orang lain.

c. Menurut Birrendan Jenner ahun 1997

Barren dan Jenner mengusulkan unruk membedakan antara :

19
1. Usia biologis,yang menunnjuakan pada jangka waktu seseorang

sejak lahirnya erada dalam keadaan idup,tidak mati.

2. Usia psikologis,menunjukan keapda kemampuan seorang untuk

megadakan penyesuian-pennyesuian kepada hisupnya.

3. Usia social yang menujukan kepada peran yang diharapkan atau

di berikan masyarakat kepadaseseotrang sehubungan dengan

usianya.

4. Menurut Bernice Neugarden tahun 1975

Membagi lanjut usia menjadi tiga kelompok yaitu:

1) Oarng lanjut usia peralihan wal (50 – 55) tahun.

2) Orang lanjut usia peralihan menengah ( 55 - 60) tahun

3) Orang lajut usia peralihan akhir ( 60 - 65 ) tahun

Definisi lanjut usia tersebut belum bisa di pastikan secara tepat oleh

orang keperawatan,medis dan awam,karena perlu pertimbangan biologis

psikologis dn aspek yang lain seperti Indonesia menurut Organization South

East Asia Regional Office) di New Delhi adalah 60 tahun keatas dan di

Amerika 75 tahun keatas danlai-lain.

C. Tinjuan umum Asam Urat

Gout merupakan gangguan penyakit yang diakibatkan gangguan

metabolism purin yang di tandai dengan heperurikemi dan serangan sinovitis

akut tberulang-ulang .(Chairuddin Nic-Noc 2015).

Asam urat termasuk zat buangan metabolisme purin dari dalam

tubuh.apabila kadar asam urat tinggi dalam darah,maka ia akan menyebar ke

20
dalam rongga-rongga sendi,sehingga mengakibatkan yang peradangan akut

yang terjadi gout.sendi-sendi yang terserang akan terasa memerah,mengkilat

dan bengkak,seperti terbakar di sertai rasa nyeri yang sangat

menyakitkan.akibatnya persendian sangat sulit di gerakkan.apabila penyakit

asam uart ini sudah menahun dan kronis,maka akan menibulkan tofus yaitu

benjolan-benjolan yang berisi cairan putih yang mengandung Kristal asam urat.

Asam urat merupakan zat sisametabolisme tubuh yang seharusnya

dapat di eksresikan secara sempurna melakukan system eksresi tubuh.asam urat

di bawah di dalam darah melalui ginja,di mana sebagia besar akan

meninggalkan tubuh saat buang air kecil,namun,pada penderita sam urat

system itu tidak berjalan dengan sempurna,sehingga Kristal-kristal ini

mnegendap didalam persendian.(Rahmatul Fitriana 2015).

Asam urat adalah nama senyawa turunan dari purin atau produk

akhir dari pecahan purin.sekitar 85 % asam urat dapat di produksi sendiri oleh

tubuhh melalui metabolism nukleotida purin endogen,guanic acid (

GMP),isonic acid (IMP),dan adenic acid (AMP),dalam duia medis asam urat

disebut dengan penyakit pirai atau arthritis gout aan tetapi,dalam masyrakat

penyaki ini lebih dikenalpenyakit asam urat.asam uarat adalah penyakit radang

sendi yang dapat menimbulkan rasa nyeri,panas,bengkak,dan kaku pada

persedia.penyakit ini disebabkan oleh kandungan asam urat yang berlebih

dalam darah sehingga terjadi penumpuan Kristal asam urat di persendian dan

jaringan lunak lain. (Yanita dan Syamsiah 2017).

21
1. Metabolisme Asam Urat

2. Pada manusia, asam urat merupakan hasil metabolisme purin, sedangkan

purin adalah protein yang termasuk golongan nukleo protein. Purin berasal

atau didapat dari makanan dan berasal dari penghancuran sel-sel tubuh yang

sudah tua. Pembuatan atau sintesis purin juga bisa- dilakukan oleh tubuh

sendiri dari bahan-bahan seperti : CO2, glutamin, glisin, asam aspartat, asam

fosfat. Diduga metabolit purin diangkut ke hati, lalu mengalami oksidasi

menjadi asam urat. Kelebihan asam urat dibuang melalui ginjal

(Misnadiarly, 2007).

Asam urat adalah asam lemah yang pada pH normal akan terionisasi

didalam darah dan jaringan, menjadi ion urat. Dengan berbagai kation yang

ada, ion urat akan membentuk garam. Sembilan puluh delapan persen (98%)

asam urat extraselluler (di luar sel) akan membentuk garam Mono Sodium

Urat (MSU). Pada arthritis gout terjadi pembentukan kristal MSU-

Monohidrat (MSUM). Beberapa faktor yang berperan pada pembentukan

kristal MSUM (Misnadiarly, 2007), antara lain :

a. Konsentrasi MSU di tempat terjadinya kristal.

b. Temperatur lokal.

c. Ada tidaknya zat yang mempertahankan kelarutan asam urat di dalam

cairan sendi (seperti proteolikan).

d. Berkurangnya jumlah air dalam cairan sendi.

22
Kelarutan garam urat dan asam urat amat penting dalam

pembentukan kristal. Garam urat lebih mudah larut di plasma, cairan sendi,

dan urin. Kelarutan asam urat di urin akan menngkatkan bila pH lebih dari

4. Secara umum darah manusia mampu menampung asam urat sampai

tingkatkan tertentu. Tetapi bila kadar asam urat plasma melebihi daya

larutnya, misal >7 mg/dl, maka plasma darah menjadi amat jenuh. Keadaan

ini disebut hiperurisemia. Pada keadaan hiperurisemia ini, darah tidak

mampu lagi menampung asam urat sehigga terjadi pengendapan kristal urat

diberbagai organ seperti sendi dan jantung. Untuk mempertahankan

konsentrasi asam urat darah dalam batas-batas normal, asam urat tersebut

harus dikeluarkan dari tubuh. Untuk itu asam urat ini melalui aliran darah

dan dikeluarkan melalui ginjal (Misnadiarly, 2007).

3. Kadar Asam Urat

Secara alamiah, setiap orang memiliki asam urat. Namun, tidak

boleh melebihi kadar normal. Kadar asam urat pada setiap orang memang

berbeda-beda. Untuk kadar asam urat normal pada pria berkisar antara 3,5 –

7 mg/dl, dan pada wanita 2,6-6 mg/dl. Eksresi netto asam urat total pada

manusia normal rat-rat adalah 400 – 600 mg/24 jam. Menurut tes enzimatik,

kadar asam urat normal maksimal 7 mg/dl, sedangkan pada teknik biasa,

nilai normalnya maksimal 8 mg/dl. Apabila hasil pemeriksaan menunjukkan

kadar asam urat melampaui standar normal, maka dapat dipastikan bahwa

seseorang menderita hiperurisemia (Rahmatul, 2015).

23
Umumnya, seseorang mengeluarkan asam urat 200 – 600 mg/hari

melalui ginjal, sedangkan sisanya dikeluarkan melalui empedu, lambung

dan usus halus, yang kemudian dirusak oleh kuman-kuman di dalam usus

besar. Dalam keadaan normal, asam urat dalam urin adalah 350 – 590 mg/24

jam. Apabila lebih dari 600 mg/24 jam, maka hal ini menunjukkan adanya

penurunan eksresi. Tubuh menyimpan paling sedikit 1000 mg asam urat.

Namun, pada keadaan gout jumlahnya akan meningkat hingga 3 sampai 5

kali (Rahmatul, 2015).

4. Etiologi

Gangguan metabolic dengan meningkatnya konsentrasi asam urat ini

ditimbulkan dari penimbunan kristal di sendi oleh monosodium urat (MSU,

gout) dan kalsium pirofosfat dihidrat (CPPD, pseudogout), serta pada tahap

yang lebih lanjut terjadi degenerasi tulang rawan sendi (Amin, 2015).

Berdasarkan penyebabnya, penyakit asam urat di bagi menjadi dua

(Setiyohadi,2006), yaitu :

a. Penyakit primer

Penyebabnya belum diketahui secara pasti, hal ini dicurigai berkaitan

dengan faktor genetik dan faktor hormonal yang menyebabkan gangguan

metabolisme di dalam tubuh yang mengakibatkan tejadinya peningkatan

produksi asam urat, atau bisa juga diakibatkan karena berkurangnya

produksi asam urat tersebut di dalam tubuh.

b. Penyakit asam uratsekunder

24
Meningkatnya produksi asam urat dipengaruhi oleh pola makan atau diet

yang tidak terkontrol, yaitu dengan mengkonsumsi makanan yang

mengandung kadar purin yang tinggi seperti (jeroan, melinjo, dll). Purin

merupakan senyawa organik yang menyusun asam nukleat dan termasuk

kelompok asam amino yang merupakan unsur pembentukan protein.

5. Manifestasi Klinik

Terdapat empat stadium perjalanan klinis gout (Silvia A. Price, 2006),

sebagai berikut :

a. Stadium pertama adalah hiperurisemia asimtomatik. Pada stadium ini

asam urat serum laki-laki meningkat dan tanpa gejala selain dari

peningkatan asam urat serum.

b. Stadium kedua arthritis asam urat akut terjadi awitan mendadak

pembengkakan dan nyeri yang luar biasa, biasanya pada sendi ibu jari

kaki dan sendi metatarsofalangeal.

c. Stadium ketiga setelah serangan asam urat akut adalah tahap

interkritis. Tidak terdapat gejala-gejala pada tahap ini, yang dapat

berlangsung dari beberapa bulan sampai tahun. Kebanyakan orang

mengalami serangan asam uratberulang dalam waktu kurang dari 1

tahun jika tidak diobati.

d. Stadium keempat adalah tahapan asam urat kronik, dengan timbunan

asam urat yang terus meluas selama beberapa tahun jika pengobatan

tidak dimulai. Peradangan kronik akibat kristal-kristal asam urat

mengakibatkan nyeri, sakit, dan kaku, juga pembesaran dan

25
penonjolan sendi bengkak.Gout dapat merusak ginjal, sehingga

eksresi asam urat akan bertambah buruk. Kristal-kristal asam urat

dapat terbentuk dalam interstititum medulla, papilla, dan pyramid,

sehingga timbul proteinuria dan hipertensi ringan. Gejala umum yang

dapat dilihat pada penderita gout arthritis (Reni Yuli, 2014), yaitu :

a. Gejala Klinis

1. Nyeri tulang sendi.

2. Kemerahan dan bengkak pada tulang sendi.

3. Tofi pada ibu jari, mata kaki dan pinna telinga.

4. Peningkatan suhu tubuh.

b. Gangguan Akut

1. Nyeri Hebat.

2. Bengkak dan berlangsung cepat pada sendi yang terserang.

3. Sakit kepala.

4. Demam.

5. Gangguan Kronis

6. Serangan akut.

7. Hiperurisemia yang tidak diobati.

8. Terdapat nyeri dan pegal.

6. Pembengkakan sendi membentuk noduler yang disebut tofi

(penumpukan monosodium urat dalam jaringan).

Patofisiologi

26
Peningkatan kadar asam urat serum dapat disebabkan oleh

pembentukan berlebihan atau penurunan eksresi asam urat, ataupun

keduanya. Asam urat adalah produksi akhir metabolisme purin. Secara

normal, metabolisme purin menjadi asam urat melibatkan dua jalur yaitu

jalur de novo dan jalur penghematan (Reni Yuli, 2014).

Jalur de novo melibatkan sintesis purin dan kemudian asam

urat melaluiprekursor nonpurin. Substrat awalnya adalah ribosa 5-fosfat,

yang diubah melalui serangkaian zat antara menjadi nukleotida purin

(asam inosiat, asam guanilat, asam odenilat). Jalur ini dikendalikan oleh

serangkaian mekanisme yang kompleks, dan terdapat beberapa enzim

yang mempercepat reaksi yaitu : 5-fosforibosilpirofosfat (PRPP)

sintetase dari arnida-fosforiboiltransferase larnido (PRT). Terdapat suatu

mekanisme inhibisi umpan balik oleh nukleotida purin yang terbentuk,

yang fungsinya untuk mencegah pembentukan yang berlebihan.

a. Jalur penghematan adalah jalur pembentukan nukleotida purin

melalui basa purin bebasnya, pemecahan asam nukleat, ataupun

makanan. Jalur ini tidak melalui zat-zat perantara sepertipada jalur

de novo. Bassa purin bebas (adenin, guanin, hipoxantin),

berkondensasi dengan PRPP untuk membentuk prekursor nukleotida

purin dari asam urat. Reaksi ini dikatalis oleh dua enzim : hipoxantin

guaninfosforibosiltransferase (HGPRT) dan adenin

fosforiboiltransferase (APRT).

27
Asam urat yang terbentuk dari hasil metabolisme purin akan

difiltrasi secara bebas oleh glumerulus dan direabsorbsi di tubul

proksimal ginjal. Sebagian kecil asam urat yang direabsorbsi kemudian

dieksresikan dinefron distal dan dikeluarkan melalui urin (Reni Yuli,

2014).

Pada penyakit gout, terdapat gangguan kesetimbangan

metabolisme (pembentukan dan eksresi) dari asam urat tersebut (Reni

Yuli, 2014), meliputi :

a. Penurunan ekskresi asam urat secara idiopatik.

b. Penurunan ekskresi asam urat sekunder, misalnya karena gagal

ginjal.

c. Peningkatan produksi asam urat, misalnya disebabkan oleh tumor

(yang meningkatkan cellular turnover) atau peningkatan sintesis

purin (karena defek enzim-enzim atau mekanisme umpan balik

inhibisi yang berperan).

d. Peningkatan asupan makan yang mengandung purin.

e. Peningkatan produksi atau hambatan ekskresi akan meningkatkan

kadar asam urat dalam tubuh. Asam urat ini meupakan suatu zat

yang kelarutannya sangat rendah sehingga cenderung membentuk

Kristal. Penimbunan asam urat paling banyak terdapat di sendi

dalam bentuk kristal mononatrium urat. Mekanismenya hingga saat

ini masih belum di ketahui dengan jelas.

28
Adanya kristal mononatrium urat ini akan menyebabkan inflamasi

melalui beberapa cara (Reni Yuli, 2014), yaitu :

a. Kristal bersifat mengaktifkan sistem komplemen terutama C3a dan C5a.

komplemen ini bersifat kemotaktik dan akan merekrut neutrofil ke jaringan

(sendi dan membrane sinovium). Fositosis terdapat kristal memicu

pengeluaran redikal bebas toksik dan leukotrien, terutama leukotrien B.

kematian neutrofil menyebabkan keluarnya enzim lisosom yang destruktif.

b. Makrofag yang juga terekrut pada kristal urat dalam sendi akan melakukan

aktivitas fagositosis. Dan juga mengeluarkan berbagai mediator

proinflamasi seperti IL-1, IL-6, IL-8, dan TNF. Mediator-mediator ini akan

memperkuat respons peradangan, di samping itu mengaktifkan sel

sinovium dan sel tulang rawan untuk menghasilkan protease. Protease ini

akan menyebabkan cedera jaringan.

c. Penimbunan kristal urat dan serangan yang berulang akan menyebabkan

terbentuknya endapan seperti kapur putih yang disebut tofi. Tofus (tophus)

ditulang rawan dan kapsul sendi. Ditempat tersebut endapan akan memicu

reaksi peradangan granulamatosa, yang ditandai dengan massa urat amorfl

(kristal) dikelilingi oleh makrofag, limfosit, fibrolas dan sel raksasa benda

asing, Peradangan kronis yang persisten dapat menyebabkan fibrosisi

sinovium, erosi tulang rawan, dan dapat diikuti oleh fusi sendi (ankilosis).

Tofus dapat terbentuk ditempat lain (misalnya tendon, bursa, jaringan

lunak). Pengendapan kristal asam urat dalam tubulus ginjal dapat

mengakibatkan penyumbatan dan nefropati ginjal.

29
d. Pemeriksaan Diagnostik

Adapun pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien

dengan penyakit Gout Arthritis (Reni Yuli, 2014), yaitu :

1. Serum Asam Urat

Umumnya meningkat diatas 7,5 mg/dl. Pemeriksaan ini

mengindikasikan hiperuricemia, akibat peningkatan produksi asam

urat atau gangguan eksresi.

2. Leukosit

Menunjukkan peningkatan yang signifikan mencapai 20.000/mm3

selama serangan akut, Selama periode asimtomatik angka leukosit

masih dalam batas normal yaitu 5000-10.000/mm3.

3. Eusinofil Sedimen Rate (ESR)

Meningkat selama serangan akut. Peningkatan kecepatan sedimen rate

mengindikasikan proses inflamasi akut, sebagai akibat deposit asam

urat dipersendian.

4. Urin Spesimen 24 Jam

Urin dikumpulkan dan diperiksa untuk menentukan produksi dan

eksresi dan asam urat. Jumlah normal seorang mengeksresikan 250-

750 mg/24 jam asam urat didalam urin. Ketika produksi asam urat

meningkat maka level asam urat urin meningkat. Kadar kurang dari

30
800 mg/24 jam mengindikasikan gangguan eksresi pada pasien

dengan peningkatan serum asam urat. Intruksikan pasien untuk

menampung semua urin dengan feses atau tisu toilet selama waktu

pengumpulan. Biasanya diet purin normal direkomendasikan selama

pengumpulan urin meskipun diet bebas purin pada waktu itu

diindikasikan.

5. Analisis Cairan Aspirasi Sendi

Analisis cairan aspirasi dari sendi yang mengalami inflamasi akut atau

material aspirasi dari sebuah tofi menggunakan jarum kristal urat yang

tajam, memberikan diagnosis definitif gout.

6. Pemeriksaan Radiografi

Pada sendi yang terserang, hasil pemeriksaan menunjukkan tidak

terdapat perubahan pada awal penyakit, tetapi setelah penyakit

berkembang progresif maka akan terlihat jelas/area terpukul pada

tulang yang berada dibawah sinovial sendi.

Penanganan gout biasanya dibagi mnjadi penanganan serangan akut

dan penanganan hiperurisemia pada pasien arthritis kronik. Ada 3 tahapan dalam

terapi penyakit ini (Amin, 2015), yaitu :

a. Mengatasi serangan akut.

b. Mengurangi kadar asam urat untuk mencegah penimbunan kristal urat pada

jaringan, terutama persendian.

c. Terapi pencegahan menggunakan terapi hipourisemik.

31
Sedangkan menurut Reni Yuli (2014) penatalaksanaan gout bergantung pada

tahap penyakitnya yang bertujuan untuk mengakhiri serangan akut secepat

mungkin, mencegah serangan berulang, dan pencegahan komplikasi.

Penatalaksanaan gout dapat dibagi menjadi 2 yaitu penatalaksanaan farmakologi

dan non farmakologi.

1.Penatalaksanaan Farmakologi

Pada stadium 1 (Hiperurisemia asimtomatik)

1) Biasanya tidak membutuhkan pengobatan.

2) Turunkan kadar asam urat degan obat-obatan urikosurik dan penghambat

xanthin oksidase.

A. Stadium 2 (Arthritis Gout Akut)

Serangan akut arthritis gout dapat diobati dengan obat-obatan antiinflamasi

nonsteroid atau kolkisin. Obat-obat ini diberikan dalam dosis tinggi atau dosis

penuh untuk mengurangi peradangan akut sendi. Kemudian dosis ini diturunkan

secara bertahap dalam beberapa hari.

3) Kolkisin diberikan 1 mg (2 tablet) kemudian 0,5 mg (1 tablet) setiap 2 jam

sampai serangan akut menghilang.

4) Indometamin 4 x 50 mg sehari.

5) Fenil butazon 3 x 100 – 200 mg selama serangan, kemudian turunkan.

6) Penderita dianjurkan untuk diet rendah purin, hindari alkohol dan obat-obat

yang menghambat eksresi asam urat.

32
B. Stadium 3 (Tahap Inter Kritis)

Pengobatan gout kronik adalah berdasarkan usaha untuk menurunkan

produksi asam urat atau meningkatkan eksresi asam urat oleh ginjal. Obat

allopurinol menghambat pembentukan asam urat dari perkursornya (zantin dan

hipoxantin) dengan menghambat enzim xantin oksidase. Obat ini dapat diberikan

dalam dosis yang memudahkan yaitu sekai sehari.

1) Hindari faktor pencetus timbulnya serangan seperti banyak makan lemak,

alkohol dan protein, trauma dan infeksi.

2) Berikan obat profilaktik (kalkisin 0,5 – 1 mg indometasin tiap hari.

C. Stadium 4 (Gout Kronik)

1) Allopurinol menghambat enzim xantin oksidase sehingga mengurangi

pembentukan asam urat.

2) Obat-obat orikosurik yaitu prebenesid dan sulfinpirazon.

3) Tofi yang besar atau tidak hilang dengan pengobatan konservatif perlu dieksis.

2. Penatalaksanaan Non Farmakologi

A. Pembatasan Purin

Apabila telah terjadi pembengkakan sendi maka penderita gangguan asam

urat harus melakukan diet bebas purin. Namun karena hampir semua bahan

makanan sumber protein mengandung nukleoprotein maka hal ini hampir tidak

mungkin dilakukan. Maka yang harus dilakukan adalah membatasi asupan purin

menjadi 100 – 150 mg purin per hari (diet normal biasanya mengandung 600 –

1.000 mg purin per hari). Makan – makanan yang mengandung purin antara lain :

33
Jeroan (jantung, hati, lidah, ginjal, usus), sarden, kerang, ikan, herring, kacang-

kacangan, bayam, udang, daun melinjo.

B. Kalori Sesuai Kebutuhan

Jumlah asupan kalori harus benar disesuaikan dengan kebutuhan tubuh

berdasarkan pada tinggi dan berat badan. Penderita gangguan asam urat yang

kelebuhan berat badan, berat badannya harus diturunkan dengan tetap

memperhatikan jumlah konsumsi kalori. Asupan kalori yang terlalu sedikit juga

bisa meningkatkan kadar asam urat karena adanya bahan keton yang akan

mengurangi pengeluaran asam urat melalui urin.

C. Tinggi Karbohidrat

Karbohidrat kompleks seperti nasi, singkong, roti, dan ubi sangat baik

dikonsumsi oleh penderita gangguan asam urat karena akan meningkatkan

pengeluaran asam urat melalui urin. Konsumsi karbohidrat kompleks ini sebaiknya

tidak kurang dari 10 gram per hari. Karbohidrat sederhana jenis frukstosa seperti

gula, permen, arum manis, gulali, dan sirop sebaiknya dihindari karena fruktosa

akan meningkatkan kadar asam urat dalam darah.

D. Rendah Protein

Protein terutama yang berasal dari hewan dapat meningkatkan kadar asam

urat dalam darah. Sumber makanan yang mengandung protein hewan dalam jumlah

yang tinggi, misalnya hati, ginjal, otak, paru dan limpa. Asupan protein yang

dianjurkan bagi penderita gangguan asam urat adalah sebesar 50-70 gram/hari atau

34
0,8 – 1 gram/kg berat badan / hari. Sumber protein yang disarankan adalah protein

nabati yang berasal dari susu, keju dan telur.

E. Rendah Lemak

Lemak dapat menghambat eksresi asam urat melalui urin. Makanan yang

digoreng, bersantan, serta mergarin dan mentega sebaiknya dihindari. Konsumsi

lemak sebaknya sebanyak 15 persen dari total kalori.

F. Tinggi Cairan

Konsumsi cairan yang tinggi dapat membantu membuang asam urat melalui

urin. Karena itu disarankan untuk menghabiskan minum minimal sebanyak 2,5 liter

atau 10 gelas sehari. Air minum ini berupa air putih masak, teh, atau kopi. Selai

dari minum, cairan bisa diperoleh melalui buah-buahan segar yang mengandung

banyak air. Buah-buahan yang disarankan adalah semangka, melon, blewah, nanas,

belimbing manis, dan jambu air. Selain buah-buahan tersebut, buah-buahan yang

lain juga boleh dikonsumsi karena buah-buahan sangat sedikit megandung purin.

Buah-buahan yang sebaiknya dihindari adalah alpukat dan durian, karena keduanya

mempunyai kandungan lemak yang tinggi.

G. Tanpa Alkohol

Berdasarkan penelitian diketahui bahwa kadar asam urat mereka yang

mengonsumsi alkohol lebih tinggi dibandingkan mereka- yang tidak mengonsumsi

alkohol. Hal ini adalah karena alkohol akan meningkatkan asam laktat plasma.

Asam laktat ini akan menghambat pengeluaran asam urat dari tubuh.

H. Olahraga

35
Olahraga memiliki banyak manfaat untuk tubuh dan pikiran, salah satunya

untuk mencegah dan mengatasi penyakit asam urat. Bagi penderita asam urat

relaksasi saraf yang terjadi saat olahraga dapat bermanfaat untuk mengatasi nyeri

akibat asam urat, memperbaiki kondisi kekuatan dan kelenturan sendi serta

memperkecil risiko terjadinya kerusakan sendi akibat radang sendi. Salah satu

olahraga yang dapat dilakukan untuk menurunkan kadar asam urat adalah senam

bugar lansia.

D. Tinjuan Tentang Senam Bugar Lansia

1. Pengertian Senam

Senam dalam bahasa Inggris disebut “gymnastic” yang berasal dari kata

gymnos bahasa Yunani yang berarti berpakaian minim atau telanjang. Orang

Yunani Kuno melakukan latihan senam disebuah ruangan khusus yang disebut

gymnasium. Tujuan utama dari melakukan latihan snam adalah untuk mendapatkan

kekuatan dan keindahan jasmani (Anggriyana, 2010).

Senam terdiri dari gerakan-gerakan yang luas atau banyak atau menyeluruh

dari latihan-latihan yang dapat membangun atau membentuk otot-otot tubuh seperti

pergelengan tangan, punggung, lengan, dan sebagainya. Senam atau latihan tersebut

termasuk juga meeliputi unsur-unsur lompatan, memanjat, dan keseimbangan.

Senam adalah latihan tubuh yang diciptakan dengan sengaja, disusun secara

sistematika, dan dilakukan secara sadar denan tujuan embentuk dan

mengembangkan pribadi secara harmonis (Anggriyana, 2010).

Senam masuk ke Indonesia sudah dikenal sejak jaman penjajahan belanda.

Sampai dengan sekarang, senam sudah mengalami perkembangan demikian

36
pesatnya. Perkembangan itu terlihat dalam bentu-bentuk gerakan, sistematika,

latihan maupun tujuan-tujuannya. Ada banyak jenis senam yang ada di Indonesia

yang sudah lazim dilakukan oleh masyrakat Indonesia, seperti senam nifas, senam

diabetes, senam hamil, senam kegel, senam osteoporosis, senam asma, senam

lansia, senam otak dan masih banyak jenis senam lainnya. Masing-masing jenis

senam ini mempunyai gerakan, sistem, latihan, dan tujuan yang berbeda-beda pula

(Anggriyana, 2010).

Namun demikian, tujuan akhir dari semua jenis senam ini terutama adalah

untuk meningkatkan status kesehatan. Sehinggga diharapkan dari kegiatan senam

ini akan mampu mencegah dan menurunkan timbulnya gangguan-gangguan

kesehatan maupu timbulnya penyakit degeneratif yang sekarang sedang menjadi

masalh besar yang perlu mendapat perhatian dari Pemerintah Indonesia

(Anggriyana, 2010).

Senam adalah serangkaian gerak nada yang teratur dan terarah serta terencana

yang dilakukan secara tersendiri atau berkelompok dengan maksud meningkatkan

kemampuan fungsional raga untuk mencapai tujuan tersebut.Dalam bahasa Inggris

terdapat istilah exercise atau aerobic yang merupakansuatu aktifitas fisik yang dapat

memacu jantung dan peredaran darah serta pernafasan yang dilakukan dalam

jangka waktu yang cukup lama sehingga menghasilkan perbaikan dan manfaat

kepada tubuh. Senam berasal dari bahasa yunani yaitu gymnastic (gymnos) yang

berarti telanjang, dimana pada zaman tersebut orang yang melakukan senam harus

telanjang, dengan maksud agar keleluasaan gerak dan pertumbuhan badan yang

dilatih dapat terpantau (Suroto,2004).

37
Senam merupakan bentuk latihan-latihan tubuh dan anggota tubuh untuk

mendapatkan kekuatan otot, kelentukan persendian, kelincahan

gerak,keseimbangan gerak, daya tahan, kesegaran jasmani dan stamina. Dalam

latihan senam semua anggota tubuh (otot-otot) mendapat suatu perlakuan.Otot-otot

tersebut adalah gross muscle (otot untuk melakukan tugas berat) dan fine muscle

(otot untuk melakukan tugas ringan).

Senam lansia yang dibuat oleh Menteri Negara Pemuda dan Olahraga

(MENPORA) merupakan upaya peningkatan kesegaran jasmani kelompok lansia

yang jumlahnya semakin bertambah.Senam lansia sekarang sudah diberdayakan

diberbagai tempat seperti di panti wredha, posyandu, klinik kesehatan, dan

puskesmas.(Suroto, 2004).

Senam lansia adalah olahraga ringan dan mudah dilakukan, tidak

memberatkan yang diterapkan pada lansia. Aktifitas olahraga ini akan membantu

tubuh agar tetap bugar dan tetap segar karena melatih tulang tetap kuat, memdorong

jantung bekerja optimal dan membantu menghilangkan radikal bebas yang

berkeliaran di dalam tubuh. Jadi senam lansia adalah serangkaian gerak nada yang

teratur dan terarah serta terencana yang diikuti oleh orang lanjut usia yang

dilakukan dengan maksud meningkatkan kemampuan fungsional raga untuk

mencapai tujuan tersebut.

2. Manfaat Senam

Semua senam dan aktifitas olahraga ringan tersebut sangat bermanfaat untuk

menghambat proses degeneratif/penuaan. Senam ini sangat dianjurkan untuk

mereka yang memasuki usia pralansia (45 thn) dan usia lansia (65 thn ke atas).

38
Orang melakukan senam secara teratur akan mendapatkan kesegaran jasmani,yang

baik yang terdiri dari unsur kekuatan otot, kelentukan persendian, kelincahan gerak,

keluwesan, cardiovascular fitness dan neuromuscular fitness.

Apabila orang melakukan senam, peredarah darah akan lancar dan

meningkatkan jumlah volume darah. Selain itu 20% darah terdapat di otak,

sehingga akan terjadi proses indorfin hingga terbentuk hormon norepinefrin yang

dapat menimbulkan rasa gembira, rasa sakit hilang, adiksi (kecanduan gerak) dan

menghilangkan depresi. Dengan mengikuti senam lansia efek minimalnya adalah

lansia merasa berbahagia, senantiasa bergembira, bisa tidur lebih nyenyak, pikiran

tetap segar.

Senam lansia disamping memiliki dampak positif terhadap peningkatan

fungsi organ tubuh juga berpengaruh dalam meningkatkan imunitas dalam tubuh

manusia setelah latihan teratur.Tingkat kebugaran dievaluasi dengan mengawasi

kecepatan denyut jantung waktu istirahat yaitu kecepatan denyut nadi sewaktu

istirahat.Jadi supaya lebih bugar, kecepatan denyut jantung sewaktu istirahat harus

menurun.

Manfaat senam lainnya yaitu terjadi keseimbangan antara osteoblast dan

osteoclast.Apabila senam terhenti maka pembentukan osteoblast berkurang

sehingga pembentukan tulang berkurang dan dapat berakibat pada pengeroposan

tulang. Senam yang diiringi dengan latihan stretching dapat memberi efek otot yang

tetap kenyal karena ditengah-tengah serabut otot ada impuls saraf yang dinamakan

muscle spindle, bila otot diulur (recking) maka muscle spindle akan bertahan atau

mengatur sehingga terjadi tarik-menarik, akibatnya otot menjadi kenyal. Orang

39
yang melakukan stretching akan menambah cairan sinoval sehingga persendian

akan licin dan mencegah cedera (Suroto, 2004).

Olahraga yang bersifat aerobik seperti senam merupakan usaha-usaha yang

akanmemberikan perbaikan pada fisik atau psikologis.Faktor fisiologi dan

metabolic yang dikalkulasi termasuk penambahan sel-sel darah merah dan enzim

fosforilase (proses masuknya gugus fosfat kedalam senyawa organik),

bertambahnya aliran darah sewaktu latihan, bertambahnya sel-sel otot yang

mengandung mioglobin dan mitokondria serta meningkatnya enzim-enzim

untukproses oksigenasi jaringan (Kusmana, 2006). Sedangkan menurut Depkes

(2003) olahraga dapat memberi beberapa manfaat, yaitu: meningkatkan peredaran

darah, menambah kekuatan otot, dan merangsang pernafasan dalam. Selain itu

dengan olahraga dapat membantu pencernaan, menolong ginjal, membantu

kelancaran pembuangan bahan sisa, meningkatkan fungsi jaringan, menjernihkan

dan melenturkan kulit, merangsang kesegaran mental, membantu mempertahankan

berat badan, memberikan tidur nyenyak, memberikankesegaran jasmani.

3. Gerakan Senam Lansia

Tahapan latihan kebugaran jasmani adalah rangkaian proses dalam setiap

latihan,meliputi pemanasan, kondisioning (inti), dan penenangan (pendinginan)

(Sumintarsih, 2006).

a. Pemanasan

Pemanasan dilakukan sebelum latihan.Pemanasan bertujuan menyiapkan

fungsi organ tubuh agar mampu menerima pembebanan yang lebih berat pada saat

latihan sebenarnya. Penanda bahwa tubuh siap menerima pembebanan antara lain

40
detak jantung telah mencapai 60% detak jantungmaksimal, suhu tubuh naik 1ºC -

2ºC dan badan berkeringat. Pemanasan yang dilakukan dengan benar akan

mengurangi cidera atau kelelahan.

b. Kondisioning

Setelah pemansan cukup dilanjutkan tahap kondisioning atau gerakan inti

yakni melakukan berbagai rangkaian gerak dengan model latihan yang sesuai

dengan tujuan program latihan.

c. Penenangan

Penenangan merupakan periode yang sangat penting dan esensial.Tahap ini

bertujuan mengembalikan kodisi tubuh seperti sebelum berlatih dengan melakukan

serangkaian gerakan berupa stretching.Tahapan ini ditandai dengan menurunnya

frekuensi detak jantung, menurunnya suhu tubuh, dan semakin berkurangnya

keringat.Tahap ini juga bertujuan mengembalikan darah ke jantung untuk

reoksigenasi sehingga mencegah genangan darah diotot kaki dan tangan.

41
BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Dasar pikir penelitian

Asam urat merupakan gangguan inflamasi akut yang ditandai dengan adanya

nyeri akibat penimbunan kristal monosodium urat pada persendian maupun

jaringan lunak di dalam tubuh.Asam urat ditandai dengan peningkatan kadar asam

urat > 7 mg/dl pada laki-laki dan > 6 mg/dl pada perempuan.

Penatalaksanaan penyakit asam urat dapat dibagi menjadi penatalaksanaan

farmakalogi dan non farmakologi.Namun,terapi farmakologi harus diminimalkan

penggunaannya karena obat-obatan dapat menyebabkan ketergantungan dan juga

dapat menimbulkan efek samping seperti gangguan ginjal dan gangguan saluran

cerna.

Secara khusus penangangan non farmakolgi yang dapat dilakukan untuk

menurunkan kadar asam urat yang berlebihan adalah melakukan senam bugar lanjut

42
usia antara lain yang berfungsi membersihkan tubuh dari pengaapuran dan sistem

pembakaran (asam urat, kolesterol, gula adarh,asam laktat dan Kristal Oxalate).

Senam Bugar Lansia Indonesia adalah senam yang diciptakan sesuai dengan

standart lanjut usia yang sesuai dengan karateristik dan kebutuhan gerak bagi

saudara kita yang telah memasuki tahap lanjut usia (Rasida, 2015).

B. Bagan Kerangka Konsep

Berdasarkan alur pemikiran tersebut maka kerangka konsep dalam penelitian

dapat digambarkan sebagai berikut :

Variabel Independent Variabel Dependent

Senam Bugar Lansia Penurunan kadar asam urat


penderita Gout Athritis pada
lansia

Keterangan :

: Variabel Independent

: Variabel Dependent

: Pengaruh Variabel yang diteliti

Gambar 1.1 : Bagan Kerangka Konsep (Nursalam, 2013).

C. Variable penelitian

Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai beda

terhadap sesuatu (benda, manusia, dan lain-lain). (Nursalam, 2013)

43
1. Variabel Independent (bebas)

Merupakan variabel yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel

dependent (terikat). Variabel Independent dalam penelitian ini adalah senam bugar

lansia.

2. Variabel dependen (terikat)

Merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena variabel

bebas. Yang menjadi variabel dependen dalam penelitian ini adalah penurunan

kadar asam urat pada lansia penderita asam urat.

D. Definisi operasional dan kriteria objektif

1. Senam Bugar Lansia

Senam bugar lansia merupakan senam dengan gerakan sholat dengan model

gerakan lapang dada, tunduk syukur, duduk perkasa, sujud syukur, dan berbaring

pasrah. Senam ergonomik mempunyai banyak manfaat salah satunya adalah

mencegah pengerasan pembuluh arteri. Selain itu senam bugar lansia sangat efisien,

dan mudah dilakukan, sehingga cocok diterapkan untuk lansia dan senam ini

dilakukan 1 kali seminggu.

2. Asam Urat

a. Definisi operasional

Asam urat adalah nama senyawa turunan dari purin atau produk akhir dari

pecahan purin.sekitar 85% asam urat dapat di produksi sendiri oleh tubuhh melalui

Metabolism Nukleotida Purin Endogen, Guanic Acid (GMP), Isonic Acid (IMP)

dan Adenic Acid ( AMP), dalam duia medis asam urat disebut dengan penyakit pirai

44
atau Gout Atrhitis akan tetapi,dalam masyrakat penyaki ini lebih dikenalpenyakit

asam urat. Asam uarat adalah penyakit radang sendi yang dapat menimbulkan rasa

nyeri, panas, bengkak, dan kaku pada persedia. Penyakit ini disebabkan oleh

kandungan asam urat yang berlebih dalam darah sehingga terjadi penumpuan kristal

asam urat di persendian dan jaringan lunak lain.

b. Kriteria objektif

Terjadi penurunan :Jika nilai kadar asam urat mengalami penurunan

setelah di lakukannya senam bugar lanjut usia kadar

asam urat normal pada laki-laki 2,5-7 mn/dl dan pada

wanita 2,6-6 mg/dl

Tidak terjadi penurunan s:Jika nilai kadar asam urat setelah di lakukan senam

bugar lanjut usia tidak terjadi penurunan dari

sebelumnya.

(Nursalam 2013)

E. Hipotesis Penelitian

Ho :Tidak ada pengaruh latihan senam bugar lansia terhadap perubahan asam urat

penderita gout athritis pada lansia di Puskesmas Lampeapi kabupaten Konawe

Kepulauan.

Ha :Ada pengaruh latihan senam bugar lanjut usia terhadap penurunan asam urat

penderita gout atrhitis pada lansia di Puskesmas Lampeapi kabupaten Konawe

Kepulauan.

45
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah Pre eksperimental dimana bentuk desain yang

dipakai adalah one group pretest-posttest desaign. Dimana dalam rancangan

subjek dilakukan pengukuran awal (pretest) setalah itu dikenai perlakuan

kemudian dilakukan pengukuran akhir (posttest). Dengan demikian hasil

perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan

keadaan sebelum diberi perlakuan.

Rancanganpenelitianinisebagaiberikut :

Pretest Perlakuan Posttest

O1 X O2

Keterangan:

P 1 : sebelum di berikansenambugarlansia

P 2 : setalah di berikansenamlansia

X : Perlakuanatauintervensi yang di berikan

46
B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan

dilakukanwilayahkerjaPuskesmasLampeapikabupatenKonaweKepulauankec

ematanWawonii Tengah

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan padabulanDesember 2018

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasiadalahkeseluruhandariobjekpenilitian yang memenuhikriteria

yang telah di tetapkan (Nursalam,2013)

populasidalampenilitianadalahlansiapenderita gout athritisbulanjanuari - Juli

2018 di

wilayahkerjaPuskesmasLampeapikabupatenKonaweKepulauanberjumlah

141

2. Sampel

a. Jumlah sampel

Untuk menentukan jumlah sampel dalam penelitian ini adalah

dengan dengan menggunakan rumus slovin (Nursalam, 2013);

𝑁
𝑛=
1 + 𝑁 (𝑑)2

Keterangan :

n = Jumlah sampel

N =Jumlah Populasi

47
d =Tingkat signifikasi (0,20)

Hasilperhitungandidapatkan :

𝑁
𝑛=
1 + 𝑁 (𝑑)2

141
𝑛=
1 + 141 (0.20)2

141
𝑛=
1 + 141 (0,0620)

141
𝑛=
1 + 8,8125

141
𝑛=
9,8125

𝑛 =14,4

𝑛 =15

Jadi, jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 15 orang.

b. Tehnik penarikan sampel

Teknik penerikan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan tehnik simple random sampling, yaitu tehnik

pengambilan sampel dengancara

acaksederhanadimanasetiapanggotaatau unit

daripopulasimempunyaikesempatan yang

samauntukdiseleksisebagaisampel (Notoadmojo,2013).

3. Kriteria Sampel

a. Kriteria Inklusi

1) Penderita asamurat,

48
2) Jenis kelamin laki-laki dan perempuan,

3) Tidak ada penyakit penyulit,

4) Bertempat di wilayahkerjaPuskesmasLampeapi,

5) Bersedia menjadi responden,

b. Kriteria Ekslusif

1) Yang tidakmenderita asamurat,

2) Ada komplikasi,

3) Tidak bertempat tinggal di wilayahkerjaPuskesmasLampeapi,

4) Tidak bersedia menjadi responden

D. Sumber dan cara Pengumpulan Data

1. Sumber Data

Adapun data yang diperoleh terdiri dari

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari pasien.

Pengumpulan data primer dalam penelitian ini yaitu melalui pengamatan

dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan. Pengisian

lembar observasi dilakukan dua kali yaitu sebelum diberi intervensi dan

sesudah diberi intervensi.

b. Data Sekunder

49
Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari pihak lain,

badan atau instansi atau lembaga yang secara rutin mengumpulkan data.

Data sekunder merupakan data yang sudah ada dan peneliti tinggal

memilih saja data yang hendak digunakan. Data sekunder yang

digunakan dalam penelitian ini adalah data jumlah penderita gout

athritisdi PuskesmasLampeapikabupatenKonawekepulauan.

2. Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan pengukuran

kadarasamurat sebelum dan sesudah perlakuan. Analisis data untuk

mengetahui pengaruhsenambugarlansia terhadap

penurunankadarasamuratpenderitagout atrhitispadalansiadilakukan dengan

membandingkan kadarasamurat sebelum perlakuan dan kadarasamurat

setelah perlakuan.

E. Pengolahan, Analisis dan Penyajian Data

1. Pengolahan Data

Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan kalkulator dan

sistem komputerisasi yaitu dengan menggunakan Microsoft Exel 2007.

Sedangkan penyajian datanya dilakukan setelah dikumpulkan, data harus

disusun secara skematis dan disajikan dengan baik agar data tersebut dapat

dimengerti. Pada penelitian ini penyajian ini akan menggunakan tabel sesuai

dengan kebutuhan dan jenis data kemudian akan dinarasikan agar lebih

50
muda dipahami.Sebelum data diolah secara sistematis terlebih dahulu

dinyatakan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Editing (Memeriksa Data)

Editing adalahmemeriksa data yang telahdikumpulkan.Dalamproses

ini, data

dijumlahkanapakahjumlahnyasudahlengkapataubelumdandikoreksiapakahpe

rtanyaansudahterjawabsemuaataubelum. Hal inidilakukan agar

memudahkandalam proses pengolahan data selanjutnya.

b. Coding (Memberi Kode)

Coding adalah mengklasifikasi jawaban ke dalam kategori

tertentu. Hal ini dilakukan untuk memudahkan dalam pengolahan data.

c. Scoring

Scoring adalah perhitungan dengan menggunakan SPSS

kalkulator untuk mengetahui presentase setiap variabel yang diteliti.

d. Tabulating

Tabulating adalahpengelompokan data kedalamsuatu table

menurutsifat-sifat yang dimiliki, kemudian data dianalisastatistik.

e. Processing

Processing adalah memasukkan data kedalam program yang ada

di komputer, data-data yang dimasukkan ke dalam program SPSS adalah

51
hasil data dari pengukuran tekanan darah pada lansia penderita gout

athtritis.

f. Cleaning

Pembersihan data atau penghapusan data-data yang sudah tidak

terpakai. Pembersihan data aan dilakukan setelah data dimasukkan

semua dengan mengecek kembali data.

2. Analisa Data

a. Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk menggambarkan

karakteristik setiap variabel penelitian yang diukur (Notoatmodjo,

2010). Penelitian ini terdiri dari karakteristik umum dan khusus.

Karakteristik umum dari penelitian ini yang merupakan karakteristik

responden terdiri dari umur, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan.

Karakteristik khusus dari penelitian ini terdiri dari variabel dependen

dan variabel independent. Variabel dependen adalah

penurunankadarasamuratpenderitagout athritispadalansia. Variabel

Independent adalahsenam bugarlansia. Data dalam penelitian ini

dianalisis dengan menggunakan statistik (analisis frekuensi) dengan

formula sebagai berikut (Candra Budiman, 2008) :

f
𝑥 = 𝑛 xk

Keterangan :

x : Presentase variabel diteliti

f : Kriteria penelitian terhadap responden

52
n : Jumlah sampel

k : Konstanta (100%)

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui adakah pengaruh

signifikasi antara dua variabel. Untuk mengetahui pengaruh dari hasil penelitian

maka data dianalisis dengan menggunakanujinormalitas data, ujiidependent t

test, dandilanjutkandenganuji paired T test, pada tingkat kepercayaan 80%

dengan α=0,20 dengan menggunakan alat bantu komputerisasi (SPSS).

Apabila p value < nilai 0.20 maka terdapat hipotesis alternatif diterima.

Artinya ada pengaruh antara kedua variabel penelitian yang signifikasi dan

apabila kebalikannya yaitu p value > nilai 0.20 maka hipotesis alternatif

ditolak. Artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara kedua

variabel penelitian.

Selain itu, dapat digunakan rumus uji paired sampel T test

d
thit= sd
√n

Keterangan :

thit = nilai pengujian

sd = Standar deviasi

n = Jumlah sampel

Apabila thit > ttabel maka terdapat hipotesis alternatif diterima artinya ada

pengaruh antara kedua variabel penelitian yang signifikan dan apabila

kebalikannya yaitu t hit< ttabel maka hipotesis alternatif ditolak. Artinya tidak

terdapat pengaruh yang signifikan antara kedua variabel penelitian.

53
F. Etika Penelitian

MenurutNursalam (2013), didalam melakukan penelitian, peneliti

mendapat izin dari Puskesmas untuk melakukan penelitian. Setelah

mendapat izin barulah melakukan penelitian dengan menekankan masalah

etika yang meliputi :

1. Lembar persetujuan (Informend consent)

Lembarpersetujuaninidiberikan dan dijelaskan kepada responden

yang akan diteliti yang memenuhi kriteria inklusi dan disertai judul

penelitian dan manfaat penelitian, dengan tujuan responden dapat mengerti

maksud dan tujuan penelitian. Bila subjek menolak maka peneliti tidak

memaksa dan tetap menghormati hak-hak subyek.

2. Tanpa nama (Anonymity)

Peneliti tidak akan mencantumkan nama subjek pada lembar

pengumpulan data yang diisi subyek, tetapi hanya diberikan kode tertentu

demi menjaga kerahasiaan identitas subyek.

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti, hanya

kelompok data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.

54
55
DAFTAR PUSTAKA
Amin HudanurafS.kep., Ns dkk
2015AsuhankeperawatanberdasarkandiaagnosanmedisdannandaNic.nocjilid 2
Astariputudyah (2013)
pegaruhsenamlansiatehadaptekanandarahlansiadenganhipetrtensipadakelompoksena
mlansia di banjarkajasesatan Denpasar selatan
Darulazharvol 2 No 1 Agustus 2016 faktor factor yang berhubungandengankejadian
gout padalansia di wilayahkerjapuskesmassiturajatahun 2014
Ekokurniad,pengertianlansiauniversitasmuhammadiyah Semarang
Efendy F, makhfudii,KeperwatanKesehatanKomunitas.jakarta.SalembaMedika
2009
Gout Dan Hiperusimia Volume 4 Nomor 3 Jaunuari 2015
HubberI.tataradkkjurnale-biomedik (ebm) volume 1,nomor 1 Maret
2013.penagaruh senambugarlanjutusia (lansia)
terhadappenurunankadarasamuratpenederiahipertensi.fakultaskedokteransamratulan
gi
Irmawatililian 2013
pengaruhsenamlansiaterhadaptekanandarahpadalansiapenderitahipeternsi di
desaleyangankecematanunggurantimur.
Mahardikaj.joni h danabu b 2010
hubunganketerarturanmengikutisenamlansiadankebutuhantidurlansia di UPT PSLU
pasuruan di bababtlamongan.surabay.fakultaskeperwatan,universitaserlangga.
Maryam R. Sittidkk 2008 menegenalusialanjutdenganperawatannya Jakarta
salembamedika
Metodepenelitianilmukeperawatan :pendekatanpraktisedisi
3/NursalamJakarta:salemba medika,2013

Ns. Reni Yuli, S.kep 2014 AsuhanKeperawatanGerontik,aplikasinanadanic-nocjili


1 jakartatim 2014
NuramaliaHandayani S. 2013
perbedaankebugaranlansiasebelumdansesaudahlakukansenamlansia di
desalayanagnkecmatanungarantimurkabupatensemarang :stikesngudiwaluyo
Novarinavivin,muhlisinabi (2012)
hubungandukungankeluargatentangsenamlansiadengankeaktifanmengikutisenam di
posyandu “pedliInsani” di mendungandesapabelankartasuratatahun 2012

56
Ribkadkkjurnalkeperawatan volume 4 nomor 1 februari 2016 hubunganantaraneyri
gout arthritisdengankemenadirianlanisqa di
puskesmastowuntutimurkecematanpasankabupatenminahasatenggara,programstudii
lmukeperawanfakultaskedokteran

Setiawan G.W Herlina I.S.W danDamanjaty H.C.P 2013.pngaruh


senambugarlanjutusia (lansia) terhadapkulaitashiduppenedritahipeternsi, manado:
fakultaskedokteran,universitassamratulnagvi Manado.
Senja L. factor-faktor yang berhubungandengantingkatkebugaranpadalansia di
universitasmuhammadiyahsemaran 2009
Si
Thrisyaningsih,ProbobususenoHerniAstuti.Senambugarlansiaberpengaruhterhadapd
aya than jantungparu,gizi,dantekanandarahjurnalgiziklnik Indonesia juli 2011
Padilla 2013 keperawatangerontik

57
LEMBAR KUESIONER

A. IDENTITAS RESPONDEN

1.Nomor Responden :

2.Nama Responden :

3.Jenis Kelamin :

4.Umur :

Petunjuk Pengisian

1.Pewawancara memberikan tanda ceklis (√)pada kotak kecil () didepan salah satu

jawaban yang dianggap paling tepat dan yang dirasakannyerinya dengan mengisi

angka sesuai dengan skala nyeri yang dirasakan.

B. DATA UMUM

1.Apakah lansia sebelumnya sudah pernah melakukan senam?

Sudah pernah melakukan senam

Belum pernah melakukan senam

2.Berapa lama nyeri yang sudah dirasakan selama ini?

0 –6 bulan

> dari 6 bulan

3.Nyeri padabagian sendi mana saja yang dirasakan lansia?

Sendi siku

Sendi lutut

58
Sendi jari-jari tangan

Sendi jari-jari kaki

Sendi pergelangan tangan

Sendi pergelangan kaki

Lain-lain

NAMA UMUR PRE TES POSTTEST

59
Lampiran 1

LEMBAR PERMINTAAN MENJADI RESPONDEN


Kepada
Yth.Bapak/Ibu/Saudara
di-
Tempat

Sehubungan dengan peneyelasaian tuga sakhir di program studi


keperawatan STIKES Mandala Waluya Kendari, makasaya:
Nama : Muh. Idhul Akbar
NIm : P201601319
Status : Mahasiswa STIKES Mandala WaluyaKendari
Akan melakukan Penelitian dengan judul“ Pengaruh Senam Lanjut usia
Terhadap Penurunan Kadar Asam Urat Pada Lansia Penderita Gout
Arthtritis di Wilayah Kerja Puskesmas Lampeapi”. Untuk kepentingan tersebut
, saya mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk berkenan menjadi subyek penelitian
(dijadikan sample). Identitas dan informasi yang berkenan dengan Bapak/Ibu/
dirahasaikan oleh peneliti.
Atas partisipasi dan dukungannya, saya banyak mengucapkan terima kasih.
Kendari, Desember 2018
Peneliti

(………………….)

60
Lampiran 2
LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN
Sayayang bertadatangan menjadi subyek (responden) dalam penelitian dari

Nama : Muh. Idhul Akbar


NIM : P201601319
Program Studi : IlmuKeperawatan
Judul : Pengaruh Senam Kadar Asam Urat Pada Lansia Penderita
Gout Arthtritis di Wilayah Kerja Puskesmas Lampeapi.
Informasi yang diberikan pada peneliti ini tidak akan memeberikan dampak
dan resiko apa pun pada subyek peneltian, karena semata-mata untuk kepentingan
peneliti. Saya telah di beri kesempatan untuk bertanya mengenai hal-hal yang
belum dimengerti dan telah mendapatkan jawaban yang jelas.
Dengan demikian saya menyatakan dengan suka rela untuk ikut sebagai
subyek penelitian ini.
Kendari, Desember2018
Peneliti

(…………………)

61
STANDART OPERASIONAL PROSEDUR SENAM

LANSIA

SOP SENAM LANSIA

Pengertian Senam lansia adalah olahraga ringan yang mudah dilakukan, tidak

memberatkan dan dapat diterapkan pada lansia. Aktivitas olah

raga akan membantu tubuh lansia agar tetap bugar (Anggriyana,

2010).

Tujuan Menurut Debra (2015) tujuan dari senam lansia, antara lain:

1. Membantu memperkuat otot.

2. Mengurangi rasa nyeri atau sakit pada sendi.

3. Memperbaiki keseimbangan

4. Menstimulasi produksi cairan pelumas pada sendi

Pelaksanaan Melakukan pengukuran tekanan darah dan pemeriksaan asam urat


sebelum
dilakukan senam lansia.

a. Pemanasan (5menit)

a) Dengan posisi berdiri Jangkauan lengan ke depan, angkat

satu atau kedua lengan ke depan (jaga agar kedua lengan

tetap tenggelam pada tahap ini), kemudian angkat ke atas

setinggi mungkin. Tarik tangan ke samping lurus ke atas

lalu kedepan dan ke arah sampingbadan.

b) Letakkan tangan ke pinggang lalu menekuk kepala ke

depan dada lalu lurus ke depan. Menekuk kepala kearah

samping kanan dan kiri secara bergantian.


c) Menggerakkkan kaki dengan jalan kaki di tempat.

b. Inti (20menit)

a) Bahu

1. Jangkauan lengan ke depan, angkat satu atau kedua

lengan ke depan (jaga agar kedua lengan tetap

tenggelam pada tahap ini), kemudian angkat ke atas

setinggi mungkin. Jika satu lengan tangan lemah,

lengan yang satunya dapatmembantu.

2. Jangkauan lengan ke samping, perlahan angkat kedua

lengan kesamping. Telapak tangan tetap menghadap ke

bawah dan lengan tenggelam seperti di dalam air,

turunkanlengan.

3. Lingkaran lengan, angkat kedua lengan ke depan

sampai berada di bebebapa inci ke bawahpermukaan

air. Jaga agar kedua siku tetap lurus. Buat lingkaran

kecil dengan lengan. Secara bertahap besarkan ukuran

lingkaran. Kemudian kurangi ukuran lingkaran, buat

lingkaran ke dalam dan keluar.

b) Siku

1. Menekuk siku, tekuk kedua siku dan sentuhkan ibu jari

ke bahu. Rilekskan siku dan lengandiluruskan.

2. Siku ditekuk, lengan dibalikkan. Tahan lengan luruske

depan, tangan ke atas, dan telapak tangan menghadap


ke depan. Menekuk siku sampai ujung jari tangan

menyentuh bahu. Rileks dan luruskan siku.

c) Pergelangan tangan dan ibujari

1. Lengan terbalik, tahan kedua lengan lurus didepan.

Telapak tangan menghadap kelangit-langit. Kemudian

balikkan kedua telapak tangan menghadap kelantai.

2. Menekuk pergelangan tangan, tahan kedua tangan lurus

ke depan dan tekuk pergelangan tangan ke bawah dan

keatas.

3. Berdiri dengan tegak tangan diluruskan danmengatap

ke langit gerakan Jari menggenggam danmembuka

4. Telapak tangan membuka ke atas, sentuhkan ujung ibu

jari ke jari-jari lainnya secarabergantian.

d) Pinggul danlutut

1. Berdiri dengan tegak kemudian angkat lutut kaki kanan

terlebih dahulu ke depan. Kembalikan kaki kanan

dengan posisi lurus lakukan secara bergantihan pada

kakikiri.

2. Berdiri dengan tegak kemudian angkat kaki kanan

terlebih dahulu ke belakang. Kembalikan kaki kanan

dengan posisi lurus lakukan secara bergantihan pada

kakikiri.

3. Berdiri dengan tegak ayunkan kaki kanan ke samping,

rilekskan lutut untuk menjaga keseimbangandan


kembalikan kaki kanan dengan posisi semula. Lakukan

secara bergantian di kaki kiri.

4. Peregangan betis, berdiri tegak dengan kedua kaki agar

terbuka dan kaki kiri ke depan. Jaga tubuh tetap lurus,

condongkan badan ke depan, perlahan biarkan lutut

sebelah kiri menekuk. Jaga lutut sebelah kanan tetap

lurus dan tumit lurus. Tahan selama lima detik, kembali

ke posisi awal. Lakukan bergantian dengan kaki

sebelahkiri.

5. Letakkan kedua tangan ke pinggul dan tanpa

menggerakkan kaki, tekuk perlahan kearah kanan,

kemudian kembali ke posisi awal dan tekuk ke kiri.

Jangan memutar atau menarik batang tubuhke

samping.

c. Pendinginan (5menit)

1. Menggerakkan kaki dengan jalan kaki ditempat

2. Berdiri tegak angkat kaki ke depan, tekuk pergelangankaki

dan tunjukkan jari kaki ke depan. Lakukan secara

bergantian pada kaki kanan dankiri.

3. Jari kaki mengeriting, lingkarkan jari kaki kebawah.

Lakukan secara bergantian pada kaki kanan dan kiri.

4. Dengan posisi berdiri Jangkauan lengan ke depan, angkat

satu atau kedua lengan ke depan (jagaagar kedua lengan

tetap tenggelam pada tahap ini), kemudian angkat ke atas


setinggi mungkin. Tarik tangan ke samping lurus ke atas

lalu kedepan dan ke arah samping badan.

Melakukan pengukuran tekanan darah dan tes asam urat setelah


dilakukan senam lansia.

Anda mungkin juga menyukai