Anda di halaman 1dari 59

KEBIJAKAN PELAYANAN KESEHATAN

BALITA TERINTEGRASI

Direktorat Bina Kesehatan Anak


• LATAR BELAKANG
1
UUD 1945
Pasal 28B ayat 2: Setiap
anak berhak atas Konvensi Hak-hak
kelangsungan hidup, Anak (KHA)
tumbuh & berkembang (Ratifikasi,berlaku
serta berhak atas dengan Kepres No.36
SEHAT  “HAK ANAK”
thn 1990)
perlindungan dari
kekerasan & diskriminasi. “ANAK SEHAT” 
UU Perlindungan INVESTASI
Anak No.23
Pasal 28 H ayat 1:Setiap tahun 2002
orang berhak hidup
UU Sisdiknas No.20
sejahtera lahir & batin, Tahun 2003
bertempat tinggal &
mendapatkan lingkungan UU Kesehatan No.36
hidup yang baik, sehat tahun 2009
serta berhak memperoleh
pelayanan kesehatan
UU KESEHATAN NO 36 TAHUN 2009 TERKAIT KESEHATAN ANAK

Pasal 79 Kesehatan Sekolah

Pasal 131 ayat 1, 2:


Upaya pemeliharaan kesehatan bayi dan anak harus

ditujukan untuk mempersiapkan generasi yang akan


datang yang sehat, cerdas, dan berkualitas serta untuk Upaya pemeliharaan
menurunkan angka kematian bayi dan anak.
kesehatan bayi, anak,
dilakukan sejak anak masih dalam kandungan,
remaja dan anak
dilahirkan, setelah dilahirkan, dan sampai berusia 18 berkebutuhan khusus
tahun. dilakukan oleh
Pemerintah, Pemerintah
Pasal 133 ayat 1 Daerah dan masyarakat
Setiap bayi dan anak berhak terlindungi dan terhindar
dari segala bentuk diskriminasi dan tindak kekerasan
yang dapat mengganggu kesehatannya.

Pasal 136 – 137 Kesehatan Remaja


Pasal 139 Penyandang Cacat
Piramida Penduduk Indonesia

Sumber : Sensus Penduduk 2010

Laki-laki Perempuan Total


0-4 11,658,856 11,013,204 22,672,060
5-9 11,970,804 11,276,366 23,247,170
Sumber: Proyeksi Penduduk 10 -14 11,659,310 11,018,180 22,677,490
Indonesia 2000-2025
15-19 10,610,119 10,260,967 20,871,086
Jumlah 45,899,089 43,568,717 89,467,806
Manajemen BBLR

PENURUNAN AKB/BAL
Manajemen Asfiksia
BAYI Manajemen Terpadu Bayi Muda Sakit

AKSELERASI
0-1 thn Skrining Hipothyroid Kongenital
ASI Eksklusif, MP ASI
Imunisasi
Injeksi Vit.K1
BALITA SDIDTK (Stimulasi Deteksi & Intervensi Dini Tumbuh
1-5 thn Kembang)
PENINGKATAN KUALITAS HIDUP ANAK

MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit)


Buku KIA
USAHA KESEHATAN SEKOLAH (UKS)
• UKS di TK/RA •Penjaringan kes
USEK • UKS di SD/MI •Pemeriksaan berkala
6-18 thn • UKS di SMP/MTs •Dokter Kecil/Kader
• UKS di SMA/MA Kes Remaja

PELAYANAN KES PEDULI REMAJA (PKPR)


• Remaja berbasis sekolah/ masyarakat
REMAJA • Remaja klpk agama •Kespro Remaja
10-19 thn • Saka Bhakti Husada (SBH) dll •Persiapan pra nikah
•Konseling/Peer Counselor
Puskesmas mampu menangani Kekerasan thdp Anak (KTA) termasuk
ANAK trafiking, ESKA
Pembinaan kesehatan anak oleh Pusk bagi: Anak di Lapas, SLB/Panti,
KHUSUS
Anak Jalanan,Pekerja anak, Anak di daerah konflik/bencana/terpencil
1 -18 thn
• ANALISA SITUASI KESEHATAN
ANAK
2
MDG 4 - TARGET 4A : MENURUNKAN ANGKA
KEMATIAN ANAK HINGGA 2/3 DALAM KURUN
WAKTU 1990-2015

Acuan Target
INDIKATOR Saat ini
Dasar (2015)

4.1. Angka Kematian Balita per 1,000 97 44


32
kelahiran hidup (1991) (2007)

4.2. Angka Kematian Bayi per 1,000 68 34


23
kelahiran hidup (1991) (2007)

4.2.a. Angka Kematian Neonatal per 32 19


14
1,000 kelahiran hidup (1991) (2007)

4.3. Proporsi anak umur 1 tahun diimunisasi 44.50% 67.00%


92%
Campak (1991) (2007)
TUJUAN 4:
120
MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN ANAK
91
Kematian per 1.000 kelahiran hidup

90 81
68
57 58
60 MDG 2015
46 46 44
RPJMN
32 30 35 34
26
30 20 19 32
24 23

0
1991 1994 1997 2000 2003 2006 2009 2012 2015

Indikator Jumlah Kematian


Pertahun Perhari Perjam

Kematian neonatal (0-28 hari) 19/1000 KH 86.000 236 10


Kematian Bayi (0-12 bulan) 34/1000 KH 146.000 401 17
Kematian Balita (0-60 bulan) 44/1000 KH 193.000 531 22
ANGKA KEMATIAN NEONATAL, BAYI DAN BALITA
DI INDONESIA

100 96
AKN AKB AKBALITA 92 93
90
80
80 75 74 74
72
67 69 69
70 65 64 62
62 60 58 62
58 58 57 59 58 59
60 55
52 52 51
49
50 45 46 47 47 47 46
43
46
43 45 46 46
43
46
44
42 41 41 41
40 37 39 39
36
39
35
38 39 38
35 36
34 32 34 34 34 32 34
31 30
28 27 28 26 26 28
30 25 24 23 25 25 23 24 25 24
20 18 2221 22 22 21
17 19 19 19
20 14 15 16 16
14 15 14 13
10

0
NAD

NTB
Yogyakarta

Bali

NTT
Riau

Babel

Kepri

Kalsel
Banten

Kalteng

Nasional
Bengkulu

Gorontalo

Papua Brt
Kaltim
Kalbar
Jambi

Sulsel
Sulteng

Maluku
Sumsel

Jateng
Lampung
Sumut

Sulut

Malut
Jatim

Sultra

Sulbar

Papua
Jabar
Sumbar

Jakarta

SDKI 2007
KEMATIAN 10,8 JUTA BALITA SETIAP TAHUN DI
NEGARA BERKEMBANG

1.9 juta disebabkan


pneumonia

1.6 juta disebabkan diare

800,000 disebabkan
malaria

Kematian 4 juta
BALITA terjadi pada
bulan pertama
35% kematian balita dilatar
belakangi oleh kurang gizi*

Sources: (1) WHO. The Global Burden of Disease: 2004 update (2008); (2) For undernutrition: Black et al. Lancet, 2008
Penyebab kematian bayi 0-11 bulan Penyebab kematian bayi 0-59 bulan

Meningtis, 4.5 % Tidak diketahui penyebabnya, 5.5 %


Tidak diketahui
penyebabnya, 3.7 % Tetanus, 1.5 %
Kelainan Kongenital,
5.7 % Meningtis, 5.1 %

Kelainan
Kongenital
4.9 %
Pneumonia, 12.7 %
Masalah
Neonatal Masalah Neonatal
46,2 % 36 % Pneumonia, 13.2 %

Diare, 15 %

Tetanus, 1.7 %
Diare, 17.2 %

Masalah neonatal :
- Asfiksia
- BBLR
Sumber : Riskesdas 2007 - Infeksi, dll
IMR – ISLAND GROUPS

Nusa Tenggara, Maluku & Papua


Kalimantan
Sulawesi
Sumatera
Java & Bali

Progress was made but inequity remains

Dr Soewarta Kosen, MPH, Prof dr Laksono Trisnantoro, PhD & Queensland University, Study
Investment Case, 2010
U5MR – ISLAND GROUPS
Pencapaian indikator continuum of care:
Kesenjangan & tantangan
100 94.5692.8
91
90 84.3882.3 84.4
80.6
80 74.1 74.4
69.8
70
61.3
60
50
40
27.4
30
20
10
0
K1 PN KN 1 ASI E IMUN CAMPAK VIT A BAL

prepregnancy pregnancy birth postnatal childhood

LAP PROGRAM & SUSENAS 2009 RISKESDAS 2010


TREN PERUBAHAN GDP DAN INDIKATOR
KESEHATAN DAN GIZI 1987-2007
4000 120
KRISIS
DESENTRALISASI
3500
100

Coverage of interventions (%)


3000

U5 Mortality (/1000)
80
2500
GDP (($)

2000 60

1500
40

1000 + + + + + ++ + +
500 + 20

0 0
1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
Year
Income per person (GDP/capita, inflation-adjusted $) Under 5 Mortality Rate + Under-5 Underweight
ORS usage Exclusive breastfeeding
skilled birth attendance complete vaccination

MOH, UGM & WHO, 2010


• UPAYA PENURUNAN ANGKA KEMATIAN
BALITA (MDG 4)
3
Intervensi untuk mencegah kematian
balita: Lancet Series

Langkah Preventif Intervensi Pengobatan


• IMD 22%
• Oralit 15%
• ASI 13% • Antibiotik pada sepsis 6%
• ITN 7% • Antibiotik utk pneumonia 6%
• Imunisasi – HbV 4% • Obat Antimalaria 5%
• Zinc pada diare 4%
• MP – ASI 6%
• Antibiotik utk disenteri 3%
• Mikronutrien, misal: zinc 4%
• Tatalaksana Gizi Buruk 70 %
• Vitamin A 2%
KEBIJAKAN TEKNIS DAN STRATEGI DALAM
UPAYA PENURUNAN AKB & AK BALITA

1. Intervensi prioritas untuk mengatasi penyebab kematian


neonatal dan penyakit infeksi (diare, pneumonia) dan
penyebab utama kematian lainnya.

2. Menerapkan universal coverage untuk pelayanan kesehatan


bayi dan balita.

3. Menerapkan standar penanganan bayi dan balita sakit di


seluruh pelayanan kesehatan sejak di tingkat desa
(poskesdes/polindes, pustu, puskesmas dan RS).

4. Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan,


melalui: distribusi tenaga kesehatan (bidan, perawat) secara
adil hingga ke pedesaan; distribusi dokter di seluruh
puskesmas; dokter spesialis ke seluruh kab/kota
KEBIJAKAN TEKNIS DAN STRATEGI DALAM
UPAYA PENURUNAN AKB & AK BALITA

5. Pengaturan taskshifting dan perlindungan hukum bagi


tenaga kesehatan.

6. Peningkatan ketersediaan obat dan alat/sarana yang


esensial.

7. Perbaikan financing system dalam mendukung


desentralisasi kesehatan (penyaluran dana dekonsentrasi,
pemanfaatan DAK secara lebih optimal).

8. Penguatan leadership dan stewardship di tingkat kab/kota,


melalui pengembangan jejaring KIA.

9. Peningkatan kerjasama dengan organisasi profesi, LSM dan


perguruan tinggi (FK dan FKM) secara lebih terstruktur.
BAGAIMANA CARA MEMPERBAIKI
KESEHATAN ANAK?

• Memperbaiki manajemen kasus anak sakit


• Memperbaiki gizi
• Memberikan imunisasi
• Mencegah trauma
• Mencegah penyakit lain
• Memperbaiki dukungan psikososial dan
stimulasi
KESINAMBUNGAN PELAYANAN
SIKLUS HIDUP Intervensi
kesehatan & gizi:
Intervensi kesehatan & gizi IMD & ASI Eksklusif
untuk kelangsungan hidup
& pencegahan kecacatan :
Fe, asam folat, Zinc, vit K1 inj

Pemantauan pertumbuhan
& perkembangan, Vit A &
tata laksana balita sakit

Kesehatan Reproduksi

Yankes remaja

Pendidikan perilaku kesehatan & gizi,


pencegahan anemia pada anak usia sekolah
& remaja
KESINAMBUNGAN PELAYANAN FASKES

Rumah Sakit

Puskesmas

Keluarga &
masyarakat
MODEL INTERVENSI

Memperbaiki sistem Meningkatkan Memperbaiki perilaku


& manajemen jangkauan & kualitas keluarga &
program pelayanan kesehatan masyarakat

Perbaikan perawatan kesehatan Perbaikan careseeking &


bayi, balita (ANAK) di tingkat peningkatan pemanfaatan
rumah tangga fasilitas kesehatan

Perbaikan derajat
kesehatan & status gizi

Pencapaian
MDG 4
MEMPERBAIKI
SISTEM & MANAJEMEN PROGRAM

• Ketersediaan vit A • Perencanaan


• Ketersediaan Fe • Monitoring &
• Pencatatan & evaluasi
pelaporan • Pelatihan
• Kohort bayi & • SDM
balita • Regulasi
• Supervisi fasilitatif
• Surveilans
MENINGKATKAN JANGKAUAN &
KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN

• Persalinan nakes • Pemantauan tumbuh


kembang
& kunjungan
• Pelayanan Kesehatan
neonatal
Peduli Remaja
• Konseling • Pusat Pemulihan Gizi
menyusui
• Pos Pemulihan Gizi
• Manajemen
Terpadu Balita
Sakit (MTBS)
MEMPERBAIKI PERILAKU
KELUARGA & MASYARAKAT
• Buku KIA
• Posyandu
• Kelas Ibu / Kelompok
Pendukung Ibu
• Usaha Kesehatan
Sekolah
UPAYA YANG TELAH
DILAKUKAN
• Bayi dan balita sakit diperiksa dengan MTBS
• DAK obat diarahkan untuk penyediaan obat
esensial
• Peningkatan kompetensi tenaga kesehatan 
resusitasi neonatal, perawatan BBLR, MTBS
• Pemberdayaan masyarakat melalui penggunaan
buku KIA
• Revitalisasi Posyandu

28
PELAYANAN DALAM UPAYA PENURUNAN ANGKA KEMATIAN DAN
PENINGKATAN KUALITAS HIDUP BAYI & BALITA

Bayi 1 – 11 bulan Anak balita 1 – 4 tahun


Petugas: Petugas:
•Vaksinasi lengkap • Vit A setahun 2 kali
•Vit A 1 x umur 6 bln • MTBS
•MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit ) • SDIDTK

•SDIDTK (Stimulasi Deteksi Intervensi Dini • AMP


Tumbuh Kembang) • Penanganan dan rujukan kasus
•AMP (Audit Maternal Perinatal) • Pembinaan posyandu
•Penanganan dan rujukan kasus • Pembinaan anak prasekolah
•Pembinaan posyandu

Keluarga:
Keluarga: Buku KIA, ASI sampai 2 tahun
Buku KIA, ASI eksklusif 6 bln Makanan gizi seimbang
ASI + MPASI 6 - 11 bulan Perawatan & stimulasi Tumbuh
Perawatan & stimulasi Tumbuh Kembang Kembang
UPAYA TEROBOSAN
MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN NEONATAL, BAYI DAN
BALITA

Semua persalinan di fasilitas kesehatan yang


memadai  Jamkesmas, Jampersal

Kunjungan rumah, kegiatan promotif


dan preventif  BOK

Manajemen Terpadu Balita Sakit


berbasis Masyarakat (MTBS- M) di
daerah terpencil

30
MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT
(MTBS)
INTEGRATED MANAGEMENT OF CHILDHOOD
ILLNESS (IMCI)
MASALAH YANG MEMPENGARUHI KUALITAS
PELAYANAN KESEHATAN

Ketrampilan petugas kesehatan:


 Pemeriksaan dan konseling yang tidak lengkap
 Kualitas komunikasi yang buruk antara petugas kesehatan dan ibu/ orang tua
 Penggunaan obat yang tidak rasional
Masalah sistem kesehatan:
 Lokasi dan tanggung jawab pelayanan kesehatan (sentralisasi)
 Ketersediaan obat dan vaksin yang diperlukan
 supervisi/ pembagian kerja/ pengorganisasian pekerjaan
PraktIk di keluarga dan komunitas:
 Keterlambatan datang ke tempat pelayanan kesehatan
 Kekurang-tahuan mengenai kapan anak harus kembali ke tempat pelayanan
kesehatan
 Mencari bantuan pada penyedia layanan kesehatan yang dengan kualifikasi
yang tidak memadai
 Kekurang patuhan pada nasehat dan pengobatan petugas kesehatan
PELAYANAN KESEHATAN YANG
TERINTEGRASI UNTUK ANAK

Penilaian klinis
dan pengobatan

Pengetahuan, keyakinan dan


ketrampilan petugas kesehatan

Kapasitas, struktur dan


fungsi Sistem Kesehatan
MTBS MERUPAKAN STRATEGI KUNCI UNTUK
MENINGKATKAN DERAJAT KESEHATAN ANAK

Manajemen Gizi Imunisasi Pencegahan


anak sakit penyakit lain &
perbaikan
pertumbuhan
dan
perkembangan

Manajemen Terpadu Balita Sakit


PENGGUNAAN MTBS PADA BERBAGAI TINGKAT
PELAYANAN KESEHATAN
FASILITAS KESEHATAN RAWAT JALAN TINGKAT SATU FASILITAS KESEHATAN RUJUKAN
TINGKAT SATU

EMERGENCY DIAGNOSIS DAN


Tanyakan MASALAH ANAK Klasifikasi NASEHATI PENGOBATAN KONDISI
Ibu untuk TRIAGE
Cek TANDA BAHAYA UMUM Merah YANG BERAT
RUJUKAN ASSESSMENT
RUJUKAN AND MONITOR
TREATMENT PERKEMBANGAN
(ETAT) PASIEN
NILAI Gejala Utama
BATUK ATAU SUKAR Klasifikasi
KONDISI Klasifikasi
BERNAPAS kuning KONSELING
ANAK dan RUMAH
DIARE Menentu- PENGOBATAN untuk
DEMAM pengobat-
kan
an
Tindakan
NILAI KONSELING MEMBERIKAN OBAT ORAL
MALNUTRISI DAN ANEMIA Pemberi- DAN/ATAU
an makan
dan kapan
MENGOBATI INFEKSI LOKAL
Klasifikasi
harus
hijau
Nilai MASALAH LAIN MANAJEMEN
kembali BERI MAKANAN DAN
DI RUMAH CAIRAN (Ikuti nasehat
pemberian makan)
KEMBALI KE PETUGAS
Perawatan TINDAK LANJUT saat anak kembali dan
KESEHATAN BILA PERLU
bila perlu, nilai untuk masalah baru
TERDAPAT BERBAGAI
ELEMEN PELAYANAN KESEHATAN
Penggunaan Anemia
Manajemen pelayanan
kasus kesehatan

Penggunaan Diare Home


obat care
Gizi HIV/AIDS

Perawatan
Malaria neonatus
Follow-up
Hak anak
Sistem Lingkungan
Kesehatan yang aman dan
Kesehatan ibu mendukung Komunikasi
MTBS MENGINTEGRASIKAN BERBAGAI ASPEK

PERBAIKAN SISTEM KESEHATAN

PERBAIKAN MANAJEMEN KASUS

PRAKTIK KESEHATAN OLEH


KELUARGA DAN MASYARAKAT

HAK ANAK
IV. SURVEY EVALUASI
PENERAPAN MTBS DI 8
KABUPATEN TAHUN 2008
PUSKESMAS DENGAN MINIMAL 60%
NAKES TERLATIH MTBS
PROPORSI BALITA SAKIT
YANG DILAYANI OLEH TENAGA
KESEHATAN TERLATIH MTBS
CEK BERAT BADAN & PRAKTIK
PEMBERIAN MAKAN OLEH TENAGA
TERLATIH & TIDAK TERLATIH MTBS
CEK TANDA BAHAYA, GEJALA DAN STATUS
IMUNISASI OLEH TENAGA TERLATIH DAN
TIDAK TERLATIH MTBS
MEMERIKSA TANDA DAN GEJALA UTAMA
OLEH NAKES TERLATIH MTBS DIBANDINGKAN DENGAN NAKES
YANG TIDAK TERLATIH MTBS

Cat: semua nakes di Rote Ndao tidak terlatih MTBS


Sumber: IMCI Evaluation Survey in 8 Districts in Indonesia, 2008.
PROPORSI ANAK SAKIT YANG TIDAK MEMERLUKAN
ANTIBIOTIK /ANTIMALARIA TETAPI DIBERIKAN OBAT
TERSEBUT

Cat: semua nakes di Rote Ndao tidak terlatih MTBS


Sumber: IMCI Evaluation Survey in 8 Districts in Indonesia, 2008.
PROPORSI PENGASUH ANAK YANG DIKONSELING PEMBERIAN MAKANAN
DAN MINUM PADA ANAK SAKIT, OLEH NAKES TERLATIH MTBS
DIBANDINGKAN DENGAN YANG TIDAK TERLATIH MTBS

Cat: semua nakes di Rote Ndao tidak terlatih MTBS


Sumber: IMCI Evaluation Survey in 8 Districts in Indonesia, 2008.
PROPORSI PENGASUH ANAK YANG MENGERTI CARA
PEMBERIAN ANTIBIOTIK & ORALIT PADA ANAK SAKIT

Cat: semua nakes di Rote Ndao tidak terlatih MTBS


Sumber: IMCI Evaluation Survey in 8 Districts in Indonesia, 2008.
PUSKESMAS YANG DISUPERVISI MINIMAL 1X DALAM 6 BULAN
TERAKHIR, TERMASUK OBSERVASI PENANGANAN KASUS BALITA
SAKIT
KETERSEDIAAN
OBAT ORAL ESENSIAL
KETERSEDIAAN ANTIBIOTIK
INJEKSI
• KESIMPULAN
4
ISU STRATEGIS

1. Disparitas derajat kesehatan (geografis, sosial


ekonomi, desa-kota)
2. Intervensi yang evidence-based belum
mencapai universal coverage
3. Dana pusat semakin bertambah vs Dana
daerah semakin kecil
4. Meningkatnya anggaran vs performance tak
banyak berubah
5. Integrasi yankes dasar dan yankes rujukan
51
MASALAH PENERAPAN MTBS
DI PUSKESMAS
• Belum adanya peraturan yang mewajibkan
penerapan MTBS
• Kurangnya dukungan Dinas Kesehatan
Kabupaten
• Kurangnya komitmen kepala puskesmas dalam
penerapan MTBS
• Kurangnya kesadaran petugas kesehatan
dalam penerapan MTBS
• Pemeriksaan balita sakit oleh tenaga terlatih
lebih komprehensif dibandingkan dengan
tenaga tidak terlatih MTBS
• Missed opportunity untuk mendapatkan
imunisasi pada balita sakit terjadi pada
balita sakit walaupun dilayani oleh tenaga
terlatih MTBS.
PERMASALAHAN
Kurang optimalnya penerapan MTBS di lapangan lebih
disebabkan karena tidak ada tindak lanjut
atau follow up setelah petugas kembali ditempat kerja
mereka, secara garis besar dapat disimpulkan, sbb:
– Tidak ada pemantauan pasca pelatihan (trainer/fasilitator?)
– Tidak berjalannya supervisi rutin (lintas program?)
– Tidak sesuainya ketersediaan dan kebutuhan obat, alat, dsb.
– Tidak tersedia dana operasional (manajemen
puskesmas/kabupaten?)
– Tidak ada kewajiban dalam melaksanakan MTBS (Kebijakan?)
– Tidak adanya keseragaman dalam pelaporan (banyak puskesmas
yg membuat sendiri)
– Program terkait belum optimal mengambil perannya masing-
masing (Pusat-provinsi dan kabupaten?)
Kesimpulan
• Dalam menerapkan MTBS membutuhkan:
- Adanya kebijakan kab/kota untuk MTBS
- sistem kesehatan yang berfungsi baik,
- kemampuan melatih petugas kesehatan secara berkesinambungan,
- dukungan logistik
- supervisi yang berkualitas
- Institutionalisasi MTBS di kab & kota
- Mengurangi mutasi pegawai
• Utilisasi memadai fasilitas pelayanan kes.

• Peningkatan kemitraan pemerintah & swasta


Kesimpulan ......
• Tanzania: menunjukkan keberhasilan program MTBS, karena
didukung Peningkatan Sistem Kesehatan dan utilisasi
pelayanan tinggi

• MTBS: cost-saving, mengurangi hal-hal yang tidak perlu dan


overlapping pemberian obat
• Masalah yang perlu diatasi: keterbatasan sumber daya,
masalah tenaga terlatih dan dukungan manajerial, perubahan
perilaku pada tingkat keluarga (perawatan anak sakit di rumah,
pencarian pertolongan dan pemenuhan kecukupan gizi) dan
sistem rujukan
Rekomendasi
• Diperlukannya kebijakan pemerintah
daerah perihal kewajiban tenaga
kesehatan memberikan pelayanan
kesehatan sesuai standar (termasuk
MTBS), didukung dengan perencanaan
dan anggaran
• Meningkatkan motivasi pemberi
pelayanan kesehatan sesuai dengan
standard
• Meningkatkan supervisi penerapan MTBS
Rekomendasi
• TOT MTBS bagi institusi pendidikan
penting
• Pelatihan MTBS dengan ICATT diawali di
Institusi pendidikan dan hanya
dilaksanakan di Puskesmas yang siap dan
memiliki utilisasi bagi balita sakit yang
cukup
Terima kasih atas perhatian

Anda mungkin juga menyukai