Anda di halaman 1dari 17

Strategi Manajemen Magenta Radio dalam Upaya Mempertahankan

Eksistensinya sebagai Radio Komunitas

Penelitian ini disusun oleh:

Fathimah Azzahra KR (15/384181/SP/26893)

Ela Hanum (15/381324/SP/26787)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini keterkaitan antara kehidupan politik, kepentingan pasar, dan media
massa hampir tidak mungkin untuk dipisahkan. Didukung dengan pernyataan McQuail
(1991) bahwa institusi media harus dinilai sebagai bagian sistem ekonomi yang juga
bertalian erat dengan sistem politik. Bahkan secara manajerial, ekonomi media dan
ekonomi politik media merupakan hal terpenting dalam pengelolaan suatu media.
Media yang cenderung memiliki orientasi ekonomi kemudian saling memulai
persaingan dalam hal memperoleh iklan dan juga dalam penguasaan audiens. Hal ini
yang menjadi dasar lahirnya media-media komunitas yang menjadi cerminan
kebutuhan informasi pada masyarakat yang diabaikan, salah satunya radio komunitas.

Menurut UU No. 32 tahun 2002, ada tiga tipologi radio di Indonesia, yaitu (1)
radio siaran publik; (2) radio siaran komersial; dan (3) radio siaran komunitas. Radio
komunitas dibedakan dengan radio publik atas dua karakteristik: (1) radio komunitas
melayani kepentingan komunitas yang secara geografis terbatas, sedang radio publik
melayani kepentingan berskala besar yang secara geografis melingkupi seluruh wilayah
nasional. (2) Radio komunitas, badan hukum yang mengandalkan pemilikan,
pendanaan dan pengelolaan dari faktor loyalitas komunitas, sedangkan radio publik
memperoleh dukungan dana resmi dari negara.

Radio komunitas adalah salah satu perwujudan demokratisasi dalam bidang


komunikasi di Indonesia, yang mana setiap warga negara memiliki hak atas informasi.
Radio ini menjadikan komunitas sebagai basis operasionalisasi radio dan mengadopsi
konten lokal dalam proses produksi media. Unsur lokalitas yang ditonjolkan berbeda-
beda di setiap komunitas, seperti misalnya radio komunitas di daerah pertanian akan
berbeda fungsi dan isi programnya dengan radio komunitas yang mewadahi kelompok
pendakwah di suatu daerah. Berdasar uraian tersebut, radio komunitas dapat diartikan
sebagai radio dari, oleh, untuk dan tentang komunitas, sesuai dengan napas demokrasi
itu sendiri.

Radio komunitas memiliki karakteristik ideal yang dapat menjadi sebuah


keunggulan untuk memenuhi kebutuhan informasi masyarakat. Terlebih, radio
komunitas memiliki peran penting dalam menjaga dominasi pemberitaan media massa
yang pada umumnya tidak seimbang. Meskipun karakteristik radio komunitas didasari
oleh kepentingan masyarakat dan tidak komersil, sayangnya radio komunitas masih
dipandang sebelah mata. Hal ini menyebabkan radio komunitas memiliki kesulitan
dalam mempertahankan eksistensinya.

Menurut Masduki, pengajar program studi Ilmu Komunikasi Universitas


Atmajaya Yogyakarta dan praktisi penyiar radio, dalam tulisannya yang berjudul
Perkembangan dan Problematika Radio Komunitas di Indonesia, secara umum radio
komunitas di Indonesia menghadapi empat masalah besar, yaitu: (1) persoalan
membentuk institusi dan manajemen radio yang berbasis pada partisipasi komunitas;
(2) implementasi regulasi siaran terkait program siaran, perizinan, standar teknologi
siaran dan etika siaran; (3) persolan SDM; dan (4) persoalan dana (Masduki, 2004).

Dalam penelitian ini, penulis hendak meneliti Magenta Radio, radio komunitas
berbasis kampus di Yogyakarta yang telah mengudara sejak tahun 2000. Magenta
Radio merupakan media informasi, komunikasi, publikasi, edukasi dan hiburan bagi
civitas akademika Universitas Negeri Yogyakarta dan seluruh masyarakat sekitar pada
umumnya. Tujuan hadirnya Magenta Radio sebagai media komunitas adalah agar dapat
memberikan informasi, pengetahuan, hiburan untuk meningkatkan hubungan dan
kecintaan terhadap komunitas lokal UNY dan sekitarnya melalui interaktif komunikatif
siaran radio. Terkait dengan permasalahan umum yang dihadapi radio komunitas di
Indonesia, penulis hendak meneliti bagaimana strategi manajemen dan pengelolaan
yang diterapkan Magenta Radio dalam upaya mempertahankan eksistensinya sebagai
radio komunitas.
B. Rumusan Masalah

Berdasar latar belakang yang telah dijelaskan, peneliti memiliki permasalahan


penelitian yaitu bagaimana strategi manajemen yang diterapkan Magenta Radio dalam
upaya mempertahankan eksistensinya sebagai radio komunitas terkait. Permasalahan
ini akan dijabarkan dalam 5 pertanyaan penelitian, yaitu:

1. Bagaimana struktur organisasi dari Magenta Radio serta faktor-faktor yang


mempengaruhi dinamika organisasi sebagai radio komunitas?
2. Bagaimana manajemen Sumber Daya Manusia yang diterapkan oleh
Magenta Radio sebagai upaya menjaga aspek profesionalisme dan
partisipasi komunitas?
3. Bagaimana manajemen keuangan yang diterapkan oleh Magenta Radio
sebagai organisasi non-komersil?
4. Bagaimana implemetasi regulasi siaran terkait program siaran, perizinan,
standar teknologi siaran dan etika siaran dalam proses produksi Magenta
Radio?
5. Bagaimana strategi Magenta Radio dalam mempertahankan eksistensi
organisasi?
C. Tujuan Penelitian

Penelitian yang berjudul “Strategi Manajemen Magenta Radio dalam Upaya


Mempertahankan Eksistensinya sebagai Radio Komunitas” ini memiliki tujuan:

1. Mengetahui bagaimana struktur organisasi dari Magenta Radio serta faktor-


faktor yang mempengaruhi dinamika organisasi sebagai radio komunitas.
2. Mengetahui bagaimana manajemen Sumber Daya Manusia yang diterapkan
oleh Magenta Radio sebagai upaya menjaga aspek profesionalisme dan
partisipasi komunitas.
3. Mengetahui bagaimana manajemen keuangan yang diterapkan oleh
Magenta Radio sebagai organisasi non-komersil.
4. Mengetahui bagaimana implemetasi regulasi siaran terkait program siaran,
perizinan, standar teknologi siaran dan etika siaran dalam proses produksi
Magenta Radio.
5. Mengetahui bagaimana strategi Magenta Radio dalam mempertahankan
eksistensi organisasi.
BAB II

KERANGKA TEORI

1. Komunitas

Masduki (2004) mengemukakan bahwa secara konseptual komunitas berasal


dari suku kata bahasa Inggris yakni community, yang merujuk pada level ikatan tertentu
dari hasil interaksi sosial masyarakat. Kecilnya wilayah dan kesamaan keinginan adalah
ciri utama dari komunitas. Secara hirarkis, komunitas berada di level ketiga setelah
individu dan keluarga. Komunitas merupakan kumpulan sejumlah orang di suatu
geografis yang terikat faktor kerabat atau kepentingan primordial lain dari yang bersifat
praktis sampai ideologis. Komunitas dibentuk pada dasarnya untuk menjadi media yang
dapat mewadahi kepentingan-kepentingan komunitas tersebut.

2. Media Komunitas

Tujuan media komunitas menurut Denis McQuail adalah (1) memberikan


pelayanan informasi isu-isu dan problem universal, tidak sektoral dan primordial (2)
pengembangan budaya interaksi yang pluralistik, (3) penguatan eksistensi kelompok
minoritas dalam masyarakat, (4) bentuk fasilitasi atas proses menyelesaikan masalah
menurut cara pandang lokal (McQuail, 1991). Di negara kepulauan seperti Indonesia,
radio dipandang paling berpeluang untuk memenuhi semua tujuan tersebut.

3. Radio Komunitas dan Pengelolaannya

Radio merupakan salah media massa yang tertua. Media siaran ini memiliki
kemampuan tinggi untuk mengantarkan dan menyebarkan pesan-pesan pembangunan
secara cepat dan serentak kepada khalayak luas, yang berada di tempat yang terpencar,
tersebar luas, sampai ke tempat-tempat yang jauh terpencil.

Radio komunitas berakar kuat pada pemikiran teoritis demokrasi media dan
tidak memadainya peran radio komerisal dan radio pemerintah dalam mengapresiasi
aspirasi masyarakat umum. Dominick (2001) mengungkapkan, dalam konteks
demokratisasi media, radio komunitas merupakan derivasi dari konsep diversitas
kepemilikan dan penguasaan frekuensi, diversitas bentuk da nisi siaran, dan proses
lokalisme atau otonomisasi khalayak.
Dalam mengelola radio komunitas, diperlukan penerapan manajemen yang
tepat. Hal tersebut dapat diawali dengan kesadaran dan dukungan antaranggota.
Menurut Darmanto (2009), manajemen radio komunitas merupakan penyelenggaraan
siaran radio oleh warga komunitas secara terencana, terorganisir dengan baik, dapat
dilaksanakan, dan adanya pengawasan agar sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.

Radio komunitas memiliki fungsi manajemen dasar, sama seperti lembaga


penyiaran radio lainnya, yaitu perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing),
pelaksanaan (actuating), pengawasan (controlling), dan evaluasi (evaluating).
merupakan fungsi utama dari manajemen dalam sebuah organisasi. Implementasi dari
fungsi manajemen tersebut akan mempengaruhi aktivitas kegiatan organisasi sebuah
radio komunitas. Selain fungsi manajemen dasar, radio komunitas juga membutuhkan
hal-hal dasar dalam penyelenggaraan kegiatan, yaitu studio penyiaran, pemancar,
peralatan siaran, program siaran, SDM, dan pendanaan.

a. Fungsi manajemen dasar

Menurut Darmanto (2009), perencanaan program siaran adalah proses


pembuatan rancang bangun isi, bentuk penyajian, dan jenis acara yang akan disiarkan
oleh radio komunitas.

b. Fasilitas dan teknologi pendukung

Radio komunitas setidaknya memiliki prasarana siaran seperti ruang studio,


ruang pemancar, dan ruang umum untuk menerima tamu dan melakukan kegiatan
administrasi. Selain itu, diperlukan juga peralatan siaran, yaitu tape player/recorder,
CD player, mikrofon, mixer audio, pemancar FM/AM, antenna, perangkat computer
bagi radio komunitas yang memang sudah menggunakannya (Darmanto, 2009).

c. Sumber Daya Manusia (SDM)

Sumberdaya manusia dalam pengelolaan radio komunitas masih perlu


diperhatikan karena melalui kesukarelaan tentunya juga membutuhkan sumberdaya
manusia yang memiliki keahlian tertentu. Menurut Darmanto (2009), diperlukan
kaderisasi yang merupakan strategi efektif untuk mengantisipasi mengendurnya
semangat para sukarelawan dan peningkatan kemampuan atau kapasitas bagi para
sukarelawan yang dapat berbentuk pelatihan, seminar, dan lokakarya.
d. Manajemen administrasi

Dalam radio komunitas, kegiatan administrasi harus dilakukan secara baik dan
tertata jika ingin penyelenggaraan aktivitas siaran berjalan dengan lancar. Menurut
Darmanto (2009), administrasi siaran adalah catatan yang dibuat secara sistematis dan
mengikuti pola yang telah ditetapkan untuk merekam seluruh proses penyelenggaraan
siaran. Lingkup administrasi siaran adalah pembuatan log book, pembuatan laporan,
membuat surat-surat ke narasumber/pengisi acara mengetik jadwal petugas siaran,
mengarsip surat-surat izin tidak masuk dari kru siaran, mengarsip naskah, dan
mengarsip bahan siaran.

Sistem pencatatan administrasi ini juga berlaku pada pengelolaan keuangan


radio kampus. Sesuai dengan UU Nomor 32 tahun 2002 tentang Penyiaran, radio
komunitas dilarang mengkomersilkan siaran atau untuk menggunakan siaran untuk
mendapatkan keuntungan melalui iklan. Karenanya, sumber pemasukan utama adalah
iuran dari anggota komunitas. Tentunya dalam hal ini, administrasi adalah hal yang
sangat penting.

BAB III

TEMUAN DATA

1. Sejarah Terbentuknya dan Perkembangan Organisasi

Magenta Radio adalah sebuah radio komunitas di lingkungan kampus


Universitas Negeri Yogyakarta yang dikelola oleh mahasiswa. Magenta Radio sebagai
UKM merupakan wadah menggali ilmu dan mengembangkan potensi para anggotanya
dalam bidang keorganisasian dan dunia broadcasting radio. Magenta Radio sebagai
radio komunitas dan radio kampus adalah sebagai media informasi, komunikasi,
publikasi, edukasi dan hiburan bagi civitas akademika UNY khususnya dan seluruh
masyarakat sekitar UNY pada umumnya. Menyadari bahwa kegiatan Magenta Radio
berhubungan langsung dengan masyarakat baik melalui program siaran maupun non
kepenyiaran, Megenta Radio selalu berusaha menuju profesionalitasnya sebagai radio
dan sebagai lembaga organisasi. Seperti memberikan program siar yang positif dan
bermanfaat bagi pendengar Magenta Radio Serta selalu membuka diri dalam bentuk
kerjasama positif dan saling menguntungkan dengan semua instansi baik dari dalam
maupun dari luar UNY.

Radio ini pada awalnya hanyalah sebuah kegiatan mahasiswa teknik. Dengan
berbagai pertimbangan dan dukungan dari pihak kampus akhirnya pada tanggal 25
Maret 2000 Magenta Radio resmi berdiri menjadi sebuah Unit Kegiatan Mahasiswa
(UKM) di UNY melalui SK Rektor No. 111/2000. Dengan pembina Drs. Sugiyono
serta penanggungjawab Rektor UNY pada saat itu, magenta diharapkan dapat menjadi
media bagi mahasiswa untuk mengasah dan mengembangkan soft skill dan menjadi
media simulasi tantangan dunia kerja. Dengan dasar Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran, Magenta Radio melakukan
aktivitas penyiaran radio komunitas. Saat ini Magenta Radio telah tergabung secara
resmi di Jaringan Radio Komunitas Yogyakarta (JRKY) bersama dengan radio
komunitas warga dan radio komunitas kampus yang lainnya. Untuk jumlah anggota,
saat ini Magenta Radio memiliki 33 anggota tetap termasuk Direktur Utama.

2. Visi dan Misi

Tiap tahunnya Magenta Radio memiliki visi misi yang berbeda karena
mengalami pergantian kepengurusan. Namun Magenta Radio tetap memiliki jadi media
atau sarana informasi bagi mahasiswa atau civitas akademika UNY, untuk menjadi
menyedia informasi atau menjadi media partner. Hal ini ditandai dengan konten-konten
dan program-program siaran yang semuanya berdekatan dengan mahasiswa UNY.
Singkatnya, konten-konten yang berdekatan dengan lingkungan UNY dengan konten-
konten nasional dalam bentuk persentase senilai 70% : 30%.

3. Manajemen Operasional

Untuk pengelolaan Sumber Daya Manusia di Magenta Radio dilakukan dengan


mengadakan rekruitmen tiap tahunnya. Perserta yang ikut adalah mahasiswa-
mahasiswa UNY. Nantinya setelah mengikuti berbagai rangkaian tes dan pelatihan,
peserta yang diterima akan dimasukkan ke dalam divisi yang sesuai dengan minat dan
potensi mereka. Divisi itu antara lain divisi siaran, editing, audio, IT dan media sosial,
dll. Sedangkan untuk membekali anggota-angoota yang baru masuk tersebut mengenai
ilmu-ilmu broadcasting (radio), mereka akan diberikan pelatihan-pelatihan. Pemateri
dari pelatihan tersebut merupakan alumni-alumni Magenta Radio yang sudah bekerja
di radio komersil.
Magenta Radio memiliki pembagian kerja dalam struktur yang jelas. Radio ini
dipimpin oleh seorang direktur utama yang membawahi tiga bidang yaitu marketing,
produksi, AKK (Administrasi, Keuangan dan Keanggotaan).

Bidang marketing bertugas dalam hal branding Magenta Radio di internal


maupun eksternal kampus. Bidang Marketing dibagi lagi ke dalam sub bidang. Terdiri
dari Off Air bertugas untuk mengadakan event atau sebagai EO dari Magenta Radio.
Sub bidang kedua adalah advertisment, salah satu tugasnya untuk menjaring
masyarakat dalam maupun luar kampus untuk ber-media partner dengan mereka. Sub
bidang yang terakhir adalah administrasi marketing bertugas untuk mengatur jadwal
dengan media partner tersebut.

Bidang produksi terdiri dari sub bidang Program Director (PD) yang membuat
program, yang mengatur Standar Operasional Program siaran, bertanggungjawab atas
semua program penyiaran dan mengatur dan memimpin evaluasi siaran. Sub bidang
News and Reporting untuk liputan dan live report dari media partner yang kemudian
dibuat artikel dan masukkan ke situs Magenta Radio. Sub bidang Music Director
mengatur lagu-lagu chart. Sub bidang Creative untuk menunjang siaran magenta misal
membuat jingle, tagline,dll. Sub bidang yang terakhir adalah IT dan Medsos yang
mengurusi persoalan peralatan siaran dan media sosial Magenta Radio.

Bidang yang terakhir adalah AKK. Mengatur perihal surat masuk dan keluar,
mengatur keuangan, dan keanggotaan seperti penerimaan anggota baru, makrab, dan
lain-lain.

Anggota dari Magenta Radio juga mendapat pelatihan-pelatihan mengenai


penyiaran. Pelatihan tersebut didapat dari senior-senior maupun alumni-alumni yang
telah bekerja di radio konvensional. Pelatihan dilakukan dengan membagi anggota ke
dalam kelompok-kelompok yang sesuai dengan bidang masing-masing.

Magenta Radio adalah sebuah radio komunitas yang artinya bersifat sukarela.
Sehingga iklim komunitas yang tercipta adalah kekeluarga. Namun, Havid selaku
Direktur Utama menegaskan bahwa walaupun bersifat sukarela dan kekeluargaan,
Magenta Radio tetap memiliki aturan-aturan yang jelas perihal kinerja maupun posisi
masing-masing di komunitas. Sehingga antara satu orang dengan orang lain dalam
manajemen produksi akan lebih saling menghargai.
Dalam menjalankan operasional sebagai radio komunitas, Magenta Radio
membutuhkan pendanaan. Jika media-media lain pada umumnya mendapatkan
pendanaan salah satunya dari iklan, hal ini berbeda dengan radio komunitas. Mereka
dilarang untuk mengiklankan suatu produk dalam siaran. Namun Magenta Radio
menyiasati hal tersebut dengan ber-iklan di media sosial milik mereka. Selain itu,
sumber pendanaan lain dari Magenta Radio adalah pihak kampus. Setiap tahunnya
mereka mendapatkan Rp. 25.000.000,-. Namun dana tersebut baru bisa diterima ketika
akan mengadakan sebuah event, jadi tidak langsung diberikan Rp. 25.000.000,- di awal
tahun. Havid mengatakan bahwa mereka merasa tidak terbebani atas larangan tidak
boleh mengiklankan produk tersebut. Hal ini malah ada untungnya bagi mereka. Radio
menjadi tidak punya tekanan untuk berpikir bagaimana cara membiayai operasional
karena sudah diberi anggaran oleh universitas. Havid beranggapan kalau radio tidak
mencari dana sendiri jika mereka bukan komunitas maka radio tersebut akan mati.

Dalam aspek teknologi atau peralatan yang diguanakan dalam siaran, Magenta
Radio memiliki upaya tersendiri dalam pengembangannya. Setiap 2 bulan sekali
mereka melakukan peremajaan alat. Namun, kendala yang sering terjadi adalah ketika
ada alat yang rusak dan biaya perbaikannya mahal melebihi anggaran yang telah
ditetapkan oleh universitas. Sedangkan untuk biaya perbaikan alat, dana yang diambil
tetap dari dana awal yang diberikan universitas yaitu sebesar 25 juta. Salah satu
contohnya adalah mengenai pemancar, saat itu pemancarnya rusak, tetapi sempat
diperbaiki namun rusak kembali, pihak magenta sudah melaporkan ke rektoran dan
meminta perbaikan namun pihak rektorat masih belum memberikan bantuan. Hal ini
menyebabkan jangkauan siar magenta radio menjadi semakin kecil. Kendala ini diakali
dengan menciptakan streaming, namun di satu sisi timbul masalah lain. Mahasiswa
menjadi malas harus streaming radio karena menganggap streaming membutuhkan
banyak kuota. Audience pun jadi berkurang. Penanganan dari universitas pun cukup
lama terkait permasalahan tersebut. Untuk mengantisipasi hal tersebut, Magenta Radio
rutin mengadakan event-event yang bisa menghasilkan keuntungan. Misalnya adalah
Tour the Faculty, workshop, dan lain-lain. Keuntungan didapatkan dari penjualan tiket
dan dari sponsor. Kegiatan seperti itu juga bisa sebagai salah satu cara branding oleh
Magenta Radio.

Keberadaan media baru (internet) juga membawa dampak bagi Magenta Radio
terkait dengan manajemen produksi dan manajemen sumber daya manusia. Seperti
pemanfaatan media sosial seperti youtube dengan cara membuat konten-konten untuk
youtube. Jika orang-orang sudah tertarik dengan konten-konten yang ditampilkan di
youtube, maka orang akan mau untuk streaming. Untuk sumber daya manusia terkait
keberadaan media baru, Havid mengatakan bahwa masing-masing anggota sudah harus
mengusai berbagai sosial media yang ada. Adapaun kemampuan dan pengetahuan
terkait dengan peralatan atau teknologi dan internet itu diwarisi dan senior maupun
alumni. Terkait dengan sumber daya manusia, manajemen waktu dan seleksi alam
menjadi kendala internal Magenta Radio. Semakin lama semakin banyak anggota yang
semakin jarang berkontribusi dalam produksi karena kesibukan masing-masing. Upaya
Magenta Radio dalam menanggapi permasalahan ini adalah melakukan teguran kepada
si anggota yang bermasalah dan diselesaikan secara kekeluargaan. Jika dalam waktu
tiga bulan anggota tersebut tidak berubah maka berdasarkan Standar Operasional
Program anggota tersebut berhak diberhentikan. Dan sejauh ini cara tersebut efektif
untuk memberikan efek jera kepada anggota yang bermasalah.

4. Manajemen Siaran

Magenta Radio memiliki seorang Program Director (PD) yang bertugas untuk
membuat siaran. Selain itu PD juga bertugas untuk membuat aturan terkait dengan
siaran serta membuat standar operasional. Standar operasional disini terkait dengan
pembagian waktu siaran bagi penyiar dan lain-lain. PD juga bertanggung jawab dalam
mengatur dan mengadakan evaluasi siaran yang diadakan setiap satu bulan sekali.
Evaluasi tersebut terkait dengan apakah siaran tersebut sudah benar atau tidak dari segi
etika,prosedur dan lain-lain. Selain itu evaluasi dilakukan juga terhadap konten-konten
yang disiarkan, apakah informasi tersebut pantas untuk disiarkan atau tidak. Evaluasi
juga biasa dilakukan oleh pihak luar. Alumni berperan penting dalam memberi kritikan
atau saran terhadap program siaran di Magenta Radio.

Magenta Radio memiliki program siaran yang terbagi menjadi dua, yiatu
reguler dan variety. Untuk reguler program siarannya terdiri dari Jogja Pagi, Pop Up,
KKN, dan Hore-Hore. Variety program siarannya terdiri dari Rasa Lokal, Big
Announcer, Music Rock, Angkringan Kampus, Expresso, Teman Lama, Movie, Seleb
Stories, Curhat, Portal Oalahraga, Chart Tiap Minggu, Soul Of Korea, dan Hits Of
The Week. Untuk program reguler Jogja pagi lebih mengutamakan konten berupa berita
ringan. Berita-berita tersebut masih berkaitan dengan lingkungan UNY. Sumber berita
ringan bisa dari website UNY maupun pengalaman pribadi si penyiar.

Layaknya sebagai radio komunitas, Magenta Radio tetap harus memenuhi


kebutuhan komunitas dengan tujuan program siaran. Dalam hal ini, Magenta Radio
akan melakukan survey terlebih dahulu perihal hal yang up to date di sekitar UNY.
Selain itu strategi Magenta Radio dalam meraih audiens berawal dari media sosial.
Setalah perubahan dari analog ke streaming, audience menjadi sedikit berkurang. Oleh
sebab itu melalui media sosialnya, Magenta Radio mencoba untuk kembali menjaring
audiensnya dengan menampilkan konten-konten yang menarik. Hubungan antar
personal juga bisa menjadi salah satu cara untuk meraih audiens. Misal pertemanan,
anggota Magenta Radio bisa mengajak teman-temannya untuk mendengarkan siaran
Magenta Radio. Selain itu penyelenggaraan acara off air juga bisa dijadikan ajang untuk
meraih audiens. Sedangkan untuk mempertahankan audience tersebut, Magenta Radio
berupaya untuk selalu konsisten dengan konten dan harus selalu update.

BAB IV
PEMBAHASAN
1. Struktur organisasi Magenta Radio serta faktor-faktor yang mempengaruhi
dinamika organisasi sebagai radio komunitas
Sesuai yang telah dijabarkan sebelumnya dalam temuan data, Magenta Radio
sudah memiliki pembagian kerja dalam struktur yang jelas. Radio ini dipimpin oleh
seorang direktur utama yang membawahi tiga bidang yaitu marketing, produksi, AKK
(Administrasi, Keuangan dan Keanggotaan).

Magenta Radio telah berusaha menerapkan struktur organisasi sebaik mungkin.


Namun, karena organisasi ini berdasar komunitas, ternyata masih ada ketergantungan
kepada pemimpin informal. Hal ini rupanya disengaja untuk menciptakan nuansa
organisasi yang lebih bersifat kekeluargaan. Havid selaku Direktur Utama menegaskan
bahwa walaupun bersifat sukarela dan kekeluargaan, Magenta Radio tetap memiliki
aturan-aturan yang jelas perihal kinerja maupun posisi masing-masing di komunitas.
Sehingga antara satu orang dengan orang lain dalam manajemen produksi akan lebih
saling menghargai.
2. Mengetahui bagaimana manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) yang diterapkan
oleh Magenta Radio sebagai upaya menjaga aspek profesionalisme dan partisipasi
komunitas.
Untuk mempererat hubungan antar anggota, Magenta Radio juga mengadakan
pelatihan-pelatihan mengenai penyiaran. Pelatihan tersebut didapat dari senior-senior
maupun alumni-alumni yang telah bekerja di radio konvensional. Pelatihan dilakukan
dengan membagi anggota ke dalam kelompok-kelompok yang sesuai dengan bidang
masing-masing.

Magenta Radio sudah menerapkan manajemen SDM yang baik sesuai dengan
apa yang disampaikan oleh Darmanto (2009), yaitu diperlukan kaderisasi yang
merupakan strategi efektif untuk mengantisipasi mengendurnya semangat para
sukarelawan dan peningkatan kemampuan atau kapasitas bagi para sukarelawan yang
dapat berbentuk pelatihan, seminar, dan lokakarya. Selain itu, Magenta Radio telah
berupaya menjaga partisipasi dan kontribusi anggota dengan cara mewajibkan setiap
anggota untuk melakukan siaran. Dengan pemberlakuan aturan ini, partisipasi aktif tiap
anggota dalam komunitas akan tetap berjalan.

3. Mengetahui bagaimana manajemen keuangan yang diterapkan oleh Magenta Radio


sebagai organisasi non-komersil.
Pelarangan radio komunitas untuk beriklan tidak membuat Magenta Radio
kehilangan sumber pendanaan. Sebagai radio komunitas berbasis kampus, Magenta
Radio mendapatkan anggaran dana dari institusi sebesar Rp. 25.000.000,- (Dua puluh
lima juta rupiah). Mereka juga mengsiasati aturan dilarang beriklan dengan cara
menjadikan media sosial mereka sebagai sumber pemasukan iklan dan mengadakan
event-event yang memberi keuntungan, seperti lomba siaran, workshop, dll.
Pengelolaan keuangan sudah dilakukan secara tertib dalam divisi AKK (Administrasi,
Keuangan, dan Keanggotaan). Havid mengatakan, uang yang mereka dapat akan
mereka simpan untuk maintenance peralatan siaran.

4. Mengetahui bagaimana implemetasi regulasi siaran terkait program siaran,


perizinan, standar teknologi siaran dan etika siaran dalam proses produksi Magenta
Radio.
Dalam aspek implementasi regulasi siaran dan perizinan, Magenta Radio tidak
memiliki masalah yang berarti. Namun, dalam aspek teknologi atau peralatan yang
diguanakan dalam siaran, Magenta Radio memiliki permasalahan laten yang cukup
merepotkan, yaitu maintenance peralatan.

Magenta Radio memang memiliki peralatan yang tergolong lengkap sesuai


dengan apa yang dijabarkan Darmanto (2009), radio komunitas setidaknya memiliki
prasarana siaran seperti ruang studio, ruang pemancar, dan ruang umum untuk
menerima tamu dan melakukan kegiatan administrasi. Selain itu, diperlukan juga
peralatan siaran, yaitu tape player/recorder, CD player, mikrofon, mixer audio,
pemancar FM/AM, antena, perangkat computer bagi radio komunitas yang memang
sudah menggunakannya. Masalahnya adalah, mereka kelimpungan dalam menjaga
keutuhan peralatan yang sering kali rusak. Mereka mengsiasati hal ini dengan cara
melakukan peremajaan alat setiap dua bulan sekali. Namun, kendala yang sering terjadi
adalah ketika ada alat yang rusak dan biaya perbaikannya mahal melebihi anggaran
yang telah ditetapkan oleh universitas. Salah satu contohnya adalah mengenai alat
pemancar yang rusak pada tahun 2009. Karena harganya yang sangat mahal, Magenta
Radio harus menunggu bertahun-tahun untuk mendapatkan perbaikan alat dari kampus.
Hal ini menyebabkan jangkauan siar Magenta Radio menjadi semakin kecil.

Magenta Radio pun memanfaatkan media baru (internet) dengan menciptakan


situs streaming agar kegiatan siaran tetap bisa berjalan. Namun, hal ini menimbulkan
masalah lain, yaitu berkurangnya audiens, karena mahasiswa tidak mau mengakses
situs streaming radio dengan alasan streaming membutuhkan banyak kuota.

Dalam proses produksi program, Magenta Radio telah menerapkan fungsi


manajemen dasar dengan baik. Perencanaan (planning) dan pengorganisasian
(organizing) dilakukan secara jelas dengan menjadikan Program Director sebagai
penanggungajawab tunggal, membuat aturan terkait kegiatan penyiaran, serta membuat
SOP yang mengatur traffic kerja penyiar. Fungsi pelaksanaan (actuating) dilakukan
secara professional dengan memilih tenaga penyiar yang berkompeten untuk
mengeksekusi program yang direncanakan. Fungsi dasar selanjutnya, pengawasan
(controlling) dilakukan berdasar aturan dan SOP yang telah ditetapkan oleh PD. Fungsi
dasar yang terakhir, yaitu evaluasi (evaluating), juga diatur oleh dengan mengadakan
evaluasi siaran setiap satu bulan sekali. Evaluasi tersebut terkait dengan apakah siaran
tersebut sudah benar atau tidak dari segi etika,prosedur dan lain-lain. Selain itu evaluasi
dilakukan juga terhadap konten-konten yang disiarkan, apakah informasi tersebut
pantas untuk disiarkan atau tidak. Evaluasi juga biasa dilakukan oleh pihak luar.
Alumni berperan penting dalam memberi kritikan atau saran terhadap program siaran
di Magenta Radio.

Magenta Radio memiliki program siaran yang terbagi menjadi dua, yiatu
reguler dan variety. Untuk reguler program siarannya terdiri dari Jogja Pagi, Pop Up,
KKN, dan Hore-Hore. Variety program siarannya terdiri dari Rasa Lokal, Big
Announcer, Music Rock, Angkringan Kampus, Expresso, Teman Lama, Movie, Seleb
Stories, Curhat, Portal Oalahraga, Chart Tiap Minggu, Soul Of Korea, dan Hits Of
The Week. Untuk program reguler Jogja pagi lebih mengutamakan konten berupa berita
ringan. Berita-berita tersebut masih berkaitan dengan lingkungan UNY. Sumber berita
ringan bisa dari website UNY maupun pengalaman pribadi si penyiar.

BAB V

PENUTUP

Radio komunitas harus memiliki manajemen yang baik agar kegiatan siaran
dapat terselenggara secara berkelanjutan. Magenta Radio sebagai radio komunitas telah
menerapkan manajemen pengelolaan yang baik. Hal ini disebabkan karena Magenta
Radio berhasil menciptakan lingkungan interna organisasi yang mendukung kerja para
anggota komunitas. Upaya tersebut diwujudkan dari berusaha sebaik mungkin dalam
menerapkan organisasi yang terstruktur dengan pembagian kerja yang tegas. Saat
pembagian kerja sudah terstruktur, sistem manajemen yang diterapkan baik, fokus
Magenta Radio dalam melebarkan sayap dan mempertahankan eksistensinya sebagai
radio komunitas di eksternal organisasi pun tidak menjadi hal yang sulit.
Daftar Pustaka
Buku
Dominick, Yoseph. (2001). Broadcasting, Cable, The Internet and Beyond, An
Introduction to The Modern Electronic Media. Singapore: Mcgrawhill Book &
Co.
McQuail, Denis. (1991). Mass Communication Theory. London: Sage Publication.
Darmanto A, Masduki, Andhi PK. 2009. Pengelolaan Radio Komunitas. Yogyakarta
(ID): Combine Resource Institution.
Jurnal dan Skripsi

Masduki. (2004). Perkembangan dan problematika radio komunitas di Indonesia.


Jurnal Ilmu Komunikasi, Vol.1(1), hal: 73-86.

Febriani, Paramitha Dwi. (2016). Tingkat Partisipasi Komunitas dalam Pengelolaan


Radio Komunitas. Institut Pertanian Bogor. Diakses pada tanggal 6 April 2017
melalui
https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&ca
d=rja&uact=8&ved=0ahUKEwil56_785jTAhVCRI8KHS3vDh8QFggbMAA
&url=http%3A%2F%2Frepository.ipb.ac.id%2Fjspui%2Fbitstream%2F12345
6789%2F82923%2F1%2FI16pdf.pdf&usg=AFQjCNGYi8UmFCWupaF8A-
FEU0V8pjYE1w&sig2=BYW_V9qfCKu6C3_UELWMwg

Lilis, Dede & Nova Yuliati. Mengusung Radio Komunitas Sebagai Basis Kearifan
Lokal. Diakses pada tanggal 6 April 2017 melalui
http://komunikasi.unsoed.ac.id/sites/default/files/14.Dede%20lilis%20%26%2
0Nova_unisba.pdf

Wawancara

Khirain, Muhammad Havid dan Citra Murti Vardasi. (2017). Wawancara mengenai
Magenta Radio di kantor dan studi Magenta Radio, kampus UNY,
Karangmalang, Sleman, Caturtunggal, Kec. Depok, Kabupaten Sleman, Daerah
Istimewa Yogyakarta, pada 8 April 2017, pukul 15.45 WIB

Referensi Lain

UU No. 32 tahun 2002 tentang Penyiaran


Lampiran

Gambar 1. Suasana Kantor Magenta Radio

Gambar 2. Proses Siaran di Magenta Radio


Gambar 3. Foto bersama Mas Havid (Direktur Utama di Magenta Radio)

Anda mungkin juga menyukai