Strategi Manajemen Magenta Radio Dalam Upaya Mempertahankan Eksistensinya Sebagai Radio Komunitas
Strategi Manajemen Magenta Radio Dalam Upaya Mempertahankan Eksistensinya Sebagai Radio Komunitas
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini keterkaitan antara kehidupan politik, kepentingan pasar, dan media
massa hampir tidak mungkin untuk dipisahkan. Didukung dengan pernyataan McQuail
(1991) bahwa institusi media harus dinilai sebagai bagian sistem ekonomi yang juga
bertalian erat dengan sistem politik. Bahkan secara manajerial, ekonomi media dan
ekonomi politik media merupakan hal terpenting dalam pengelolaan suatu media.
Media yang cenderung memiliki orientasi ekonomi kemudian saling memulai
persaingan dalam hal memperoleh iklan dan juga dalam penguasaan audiens. Hal ini
yang menjadi dasar lahirnya media-media komunitas yang menjadi cerminan
kebutuhan informasi pada masyarakat yang diabaikan, salah satunya radio komunitas.
Menurut UU No. 32 tahun 2002, ada tiga tipologi radio di Indonesia, yaitu (1)
radio siaran publik; (2) radio siaran komersial; dan (3) radio siaran komunitas. Radio
komunitas dibedakan dengan radio publik atas dua karakteristik: (1) radio komunitas
melayani kepentingan komunitas yang secara geografis terbatas, sedang radio publik
melayani kepentingan berskala besar yang secara geografis melingkupi seluruh wilayah
nasional. (2) Radio komunitas, badan hukum yang mengandalkan pemilikan,
pendanaan dan pengelolaan dari faktor loyalitas komunitas, sedangkan radio publik
memperoleh dukungan dana resmi dari negara.
Dalam penelitian ini, penulis hendak meneliti Magenta Radio, radio komunitas
berbasis kampus di Yogyakarta yang telah mengudara sejak tahun 2000. Magenta
Radio merupakan media informasi, komunikasi, publikasi, edukasi dan hiburan bagi
civitas akademika Universitas Negeri Yogyakarta dan seluruh masyarakat sekitar pada
umumnya. Tujuan hadirnya Magenta Radio sebagai media komunitas adalah agar dapat
memberikan informasi, pengetahuan, hiburan untuk meningkatkan hubungan dan
kecintaan terhadap komunitas lokal UNY dan sekitarnya melalui interaktif komunikatif
siaran radio. Terkait dengan permasalahan umum yang dihadapi radio komunitas di
Indonesia, penulis hendak meneliti bagaimana strategi manajemen dan pengelolaan
yang diterapkan Magenta Radio dalam upaya mempertahankan eksistensinya sebagai
radio komunitas.
B. Rumusan Masalah
KERANGKA TEORI
1. Komunitas
2. Media Komunitas
Radio merupakan salah media massa yang tertua. Media siaran ini memiliki
kemampuan tinggi untuk mengantarkan dan menyebarkan pesan-pesan pembangunan
secara cepat dan serentak kepada khalayak luas, yang berada di tempat yang terpencar,
tersebar luas, sampai ke tempat-tempat yang jauh terpencil.
Radio komunitas berakar kuat pada pemikiran teoritis demokrasi media dan
tidak memadainya peran radio komerisal dan radio pemerintah dalam mengapresiasi
aspirasi masyarakat umum. Dominick (2001) mengungkapkan, dalam konteks
demokratisasi media, radio komunitas merupakan derivasi dari konsep diversitas
kepemilikan dan penguasaan frekuensi, diversitas bentuk da nisi siaran, dan proses
lokalisme atau otonomisasi khalayak.
Dalam mengelola radio komunitas, diperlukan penerapan manajemen yang
tepat. Hal tersebut dapat diawali dengan kesadaran dan dukungan antaranggota.
Menurut Darmanto (2009), manajemen radio komunitas merupakan penyelenggaraan
siaran radio oleh warga komunitas secara terencana, terorganisir dengan baik, dapat
dilaksanakan, dan adanya pengawasan agar sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.
Dalam radio komunitas, kegiatan administrasi harus dilakukan secara baik dan
tertata jika ingin penyelenggaraan aktivitas siaran berjalan dengan lancar. Menurut
Darmanto (2009), administrasi siaran adalah catatan yang dibuat secara sistematis dan
mengikuti pola yang telah ditetapkan untuk merekam seluruh proses penyelenggaraan
siaran. Lingkup administrasi siaran adalah pembuatan log book, pembuatan laporan,
membuat surat-surat ke narasumber/pengisi acara mengetik jadwal petugas siaran,
mengarsip surat-surat izin tidak masuk dari kru siaran, mengarsip naskah, dan
mengarsip bahan siaran.
BAB III
TEMUAN DATA
Radio ini pada awalnya hanyalah sebuah kegiatan mahasiswa teknik. Dengan
berbagai pertimbangan dan dukungan dari pihak kampus akhirnya pada tanggal 25
Maret 2000 Magenta Radio resmi berdiri menjadi sebuah Unit Kegiatan Mahasiswa
(UKM) di UNY melalui SK Rektor No. 111/2000. Dengan pembina Drs. Sugiyono
serta penanggungjawab Rektor UNY pada saat itu, magenta diharapkan dapat menjadi
media bagi mahasiswa untuk mengasah dan mengembangkan soft skill dan menjadi
media simulasi tantangan dunia kerja. Dengan dasar Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran, Magenta Radio melakukan
aktivitas penyiaran radio komunitas. Saat ini Magenta Radio telah tergabung secara
resmi di Jaringan Radio Komunitas Yogyakarta (JRKY) bersama dengan radio
komunitas warga dan radio komunitas kampus yang lainnya. Untuk jumlah anggota,
saat ini Magenta Radio memiliki 33 anggota tetap termasuk Direktur Utama.
Tiap tahunnya Magenta Radio memiliki visi misi yang berbeda karena
mengalami pergantian kepengurusan. Namun Magenta Radio tetap memiliki jadi media
atau sarana informasi bagi mahasiswa atau civitas akademika UNY, untuk menjadi
menyedia informasi atau menjadi media partner. Hal ini ditandai dengan konten-konten
dan program-program siaran yang semuanya berdekatan dengan mahasiswa UNY.
Singkatnya, konten-konten yang berdekatan dengan lingkungan UNY dengan konten-
konten nasional dalam bentuk persentase senilai 70% : 30%.
3. Manajemen Operasional
Bidang produksi terdiri dari sub bidang Program Director (PD) yang membuat
program, yang mengatur Standar Operasional Program siaran, bertanggungjawab atas
semua program penyiaran dan mengatur dan memimpin evaluasi siaran. Sub bidang
News and Reporting untuk liputan dan live report dari media partner yang kemudian
dibuat artikel dan masukkan ke situs Magenta Radio. Sub bidang Music Director
mengatur lagu-lagu chart. Sub bidang Creative untuk menunjang siaran magenta misal
membuat jingle, tagline,dll. Sub bidang yang terakhir adalah IT dan Medsos yang
mengurusi persoalan peralatan siaran dan media sosial Magenta Radio.
Bidang yang terakhir adalah AKK. Mengatur perihal surat masuk dan keluar,
mengatur keuangan, dan keanggotaan seperti penerimaan anggota baru, makrab, dan
lain-lain.
Magenta Radio adalah sebuah radio komunitas yang artinya bersifat sukarela.
Sehingga iklim komunitas yang tercipta adalah kekeluarga. Namun, Havid selaku
Direktur Utama menegaskan bahwa walaupun bersifat sukarela dan kekeluargaan,
Magenta Radio tetap memiliki aturan-aturan yang jelas perihal kinerja maupun posisi
masing-masing di komunitas. Sehingga antara satu orang dengan orang lain dalam
manajemen produksi akan lebih saling menghargai.
Dalam menjalankan operasional sebagai radio komunitas, Magenta Radio
membutuhkan pendanaan. Jika media-media lain pada umumnya mendapatkan
pendanaan salah satunya dari iklan, hal ini berbeda dengan radio komunitas. Mereka
dilarang untuk mengiklankan suatu produk dalam siaran. Namun Magenta Radio
menyiasati hal tersebut dengan ber-iklan di media sosial milik mereka. Selain itu,
sumber pendanaan lain dari Magenta Radio adalah pihak kampus. Setiap tahunnya
mereka mendapatkan Rp. 25.000.000,-. Namun dana tersebut baru bisa diterima ketika
akan mengadakan sebuah event, jadi tidak langsung diberikan Rp. 25.000.000,- di awal
tahun. Havid mengatakan bahwa mereka merasa tidak terbebani atas larangan tidak
boleh mengiklankan produk tersebut. Hal ini malah ada untungnya bagi mereka. Radio
menjadi tidak punya tekanan untuk berpikir bagaimana cara membiayai operasional
karena sudah diberi anggaran oleh universitas. Havid beranggapan kalau radio tidak
mencari dana sendiri jika mereka bukan komunitas maka radio tersebut akan mati.
Dalam aspek teknologi atau peralatan yang diguanakan dalam siaran, Magenta
Radio memiliki upaya tersendiri dalam pengembangannya. Setiap 2 bulan sekali
mereka melakukan peremajaan alat. Namun, kendala yang sering terjadi adalah ketika
ada alat yang rusak dan biaya perbaikannya mahal melebihi anggaran yang telah
ditetapkan oleh universitas. Sedangkan untuk biaya perbaikan alat, dana yang diambil
tetap dari dana awal yang diberikan universitas yaitu sebesar 25 juta. Salah satu
contohnya adalah mengenai pemancar, saat itu pemancarnya rusak, tetapi sempat
diperbaiki namun rusak kembali, pihak magenta sudah melaporkan ke rektoran dan
meminta perbaikan namun pihak rektorat masih belum memberikan bantuan. Hal ini
menyebabkan jangkauan siar magenta radio menjadi semakin kecil. Kendala ini diakali
dengan menciptakan streaming, namun di satu sisi timbul masalah lain. Mahasiswa
menjadi malas harus streaming radio karena menganggap streaming membutuhkan
banyak kuota. Audience pun jadi berkurang. Penanganan dari universitas pun cukup
lama terkait permasalahan tersebut. Untuk mengantisipasi hal tersebut, Magenta Radio
rutin mengadakan event-event yang bisa menghasilkan keuntungan. Misalnya adalah
Tour the Faculty, workshop, dan lain-lain. Keuntungan didapatkan dari penjualan tiket
dan dari sponsor. Kegiatan seperti itu juga bisa sebagai salah satu cara branding oleh
Magenta Radio.
Keberadaan media baru (internet) juga membawa dampak bagi Magenta Radio
terkait dengan manajemen produksi dan manajemen sumber daya manusia. Seperti
pemanfaatan media sosial seperti youtube dengan cara membuat konten-konten untuk
youtube. Jika orang-orang sudah tertarik dengan konten-konten yang ditampilkan di
youtube, maka orang akan mau untuk streaming. Untuk sumber daya manusia terkait
keberadaan media baru, Havid mengatakan bahwa masing-masing anggota sudah harus
mengusai berbagai sosial media yang ada. Adapaun kemampuan dan pengetahuan
terkait dengan peralatan atau teknologi dan internet itu diwarisi dan senior maupun
alumni. Terkait dengan sumber daya manusia, manajemen waktu dan seleksi alam
menjadi kendala internal Magenta Radio. Semakin lama semakin banyak anggota yang
semakin jarang berkontribusi dalam produksi karena kesibukan masing-masing. Upaya
Magenta Radio dalam menanggapi permasalahan ini adalah melakukan teguran kepada
si anggota yang bermasalah dan diselesaikan secara kekeluargaan. Jika dalam waktu
tiga bulan anggota tersebut tidak berubah maka berdasarkan Standar Operasional
Program anggota tersebut berhak diberhentikan. Dan sejauh ini cara tersebut efektif
untuk memberikan efek jera kepada anggota yang bermasalah.
4. Manajemen Siaran
Magenta Radio memiliki seorang Program Director (PD) yang bertugas untuk
membuat siaran. Selain itu PD juga bertugas untuk membuat aturan terkait dengan
siaran serta membuat standar operasional. Standar operasional disini terkait dengan
pembagian waktu siaran bagi penyiar dan lain-lain. PD juga bertanggung jawab dalam
mengatur dan mengadakan evaluasi siaran yang diadakan setiap satu bulan sekali.
Evaluasi tersebut terkait dengan apakah siaran tersebut sudah benar atau tidak dari segi
etika,prosedur dan lain-lain. Selain itu evaluasi dilakukan juga terhadap konten-konten
yang disiarkan, apakah informasi tersebut pantas untuk disiarkan atau tidak. Evaluasi
juga biasa dilakukan oleh pihak luar. Alumni berperan penting dalam memberi kritikan
atau saran terhadap program siaran di Magenta Radio.
Magenta Radio memiliki program siaran yang terbagi menjadi dua, yiatu
reguler dan variety. Untuk reguler program siarannya terdiri dari Jogja Pagi, Pop Up,
KKN, dan Hore-Hore. Variety program siarannya terdiri dari Rasa Lokal, Big
Announcer, Music Rock, Angkringan Kampus, Expresso, Teman Lama, Movie, Seleb
Stories, Curhat, Portal Oalahraga, Chart Tiap Minggu, Soul Of Korea, dan Hits Of
The Week. Untuk program reguler Jogja pagi lebih mengutamakan konten berupa berita
ringan. Berita-berita tersebut masih berkaitan dengan lingkungan UNY. Sumber berita
ringan bisa dari website UNY maupun pengalaman pribadi si penyiar.
BAB IV
PEMBAHASAN
1. Struktur organisasi Magenta Radio serta faktor-faktor yang mempengaruhi
dinamika organisasi sebagai radio komunitas
Sesuai yang telah dijabarkan sebelumnya dalam temuan data, Magenta Radio
sudah memiliki pembagian kerja dalam struktur yang jelas. Radio ini dipimpin oleh
seorang direktur utama yang membawahi tiga bidang yaitu marketing, produksi, AKK
(Administrasi, Keuangan dan Keanggotaan).
Magenta Radio sudah menerapkan manajemen SDM yang baik sesuai dengan
apa yang disampaikan oleh Darmanto (2009), yaitu diperlukan kaderisasi yang
merupakan strategi efektif untuk mengantisipasi mengendurnya semangat para
sukarelawan dan peningkatan kemampuan atau kapasitas bagi para sukarelawan yang
dapat berbentuk pelatihan, seminar, dan lokakarya. Selain itu, Magenta Radio telah
berupaya menjaga partisipasi dan kontribusi anggota dengan cara mewajibkan setiap
anggota untuk melakukan siaran. Dengan pemberlakuan aturan ini, partisipasi aktif tiap
anggota dalam komunitas akan tetap berjalan.
Magenta Radio memiliki program siaran yang terbagi menjadi dua, yiatu
reguler dan variety. Untuk reguler program siarannya terdiri dari Jogja Pagi, Pop Up,
KKN, dan Hore-Hore. Variety program siarannya terdiri dari Rasa Lokal, Big
Announcer, Music Rock, Angkringan Kampus, Expresso, Teman Lama, Movie, Seleb
Stories, Curhat, Portal Oalahraga, Chart Tiap Minggu, Soul Of Korea, dan Hits Of
The Week. Untuk program reguler Jogja pagi lebih mengutamakan konten berupa berita
ringan. Berita-berita tersebut masih berkaitan dengan lingkungan UNY. Sumber berita
ringan bisa dari website UNY maupun pengalaman pribadi si penyiar.
BAB V
PENUTUP
Radio komunitas harus memiliki manajemen yang baik agar kegiatan siaran
dapat terselenggara secara berkelanjutan. Magenta Radio sebagai radio komunitas telah
menerapkan manajemen pengelolaan yang baik. Hal ini disebabkan karena Magenta
Radio berhasil menciptakan lingkungan interna organisasi yang mendukung kerja para
anggota komunitas. Upaya tersebut diwujudkan dari berusaha sebaik mungkin dalam
menerapkan organisasi yang terstruktur dengan pembagian kerja yang tegas. Saat
pembagian kerja sudah terstruktur, sistem manajemen yang diterapkan baik, fokus
Magenta Radio dalam melebarkan sayap dan mempertahankan eksistensinya sebagai
radio komunitas di eksternal organisasi pun tidak menjadi hal yang sulit.
Daftar Pustaka
Buku
Dominick, Yoseph. (2001). Broadcasting, Cable, The Internet and Beyond, An
Introduction to The Modern Electronic Media. Singapore: Mcgrawhill Book &
Co.
McQuail, Denis. (1991). Mass Communication Theory. London: Sage Publication.
Darmanto A, Masduki, Andhi PK. 2009. Pengelolaan Radio Komunitas. Yogyakarta
(ID): Combine Resource Institution.
Jurnal dan Skripsi
Lilis, Dede & Nova Yuliati. Mengusung Radio Komunitas Sebagai Basis Kearifan
Lokal. Diakses pada tanggal 6 April 2017 melalui
http://komunikasi.unsoed.ac.id/sites/default/files/14.Dede%20lilis%20%26%2
0Nova_unisba.pdf
Wawancara
Khirain, Muhammad Havid dan Citra Murti Vardasi. (2017). Wawancara mengenai
Magenta Radio di kantor dan studi Magenta Radio, kampus UNY,
Karangmalang, Sleman, Caturtunggal, Kec. Depok, Kabupaten Sleman, Daerah
Istimewa Yogyakarta, pada 8 April 2017, pukul 15.45 WIB
Referensi Lain