Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang

Kebakaran merupakan salah satu resiko yang dapat terjadi kapan saja dan dimana saja
dalam setiap kegiatan pelayaran kapal laut. Kerugian yang diakibatkan oleh kebakaran kapal ini
pun menimbulkan kerugian finansial yang cukup besar bahkan sampai memakan korban jiwa yang
tidak sedikit.Kebakaran juga dapat menimbulkan bahaya dari segi kesehatan, diantaranya yaitu:
bahaya radiasi panas yang dapat mengakibatkan manusia menderita kehabisantenaga, kehilangan
cairan tubuh, terbakar atau luka bakar pada pernafasan dan mematikan jantung. Pada temperatur
148,9 0C dikatakan sebagai temperatur tinggi dimana manusia dapat bertahan bernafas hanya
dalam waktu singkat. Bahaya asap yang dapat menyebabkan iritasi atau ransangan terhadap mata,
selaput lendir pada hidung dan kerongkongan serta mengganggu pernafasan. Bahaya gas yang
dihasilkan dari proses kebakaran dapat mengakibatkan iritasi pada mata, sesak nafas, gas yang
bersifat racun dapat meracuni paru-paru dan menyebabkan iritasi pada saluran pernafasan bahkan
mematikan. Berdasarkan data kecelakaan kapal yang diinvestigasi Komite Nasional Keselamatan
Transportasi (KNKT) tahun 2007 – tahun 2011, terdapat 27 jumlah kecelakaan dengan jenis
kecelakaan yaitu: 11 kapal terbakar/meledak (atau 41 %), 10 kapal tenggelam (atau 37 %), dan 6
kapal tubrukan (atau 22 %), dengan jumlah korban meninggal/hilang sebanyak 658 orang dan
korban luka-luka sebanyak 586 orang. Badan Keamanan Laut Republik Indonesia (Bakamla-RI)
mencatat selama periode 1 Januari – 31 Mei 2015 telah terjadi 48 kecelakaan kapal tenggelam, 19
kapal terbakar, 16 kapal terbalik, 9 kapal terdampar, 4 kapal karam, 6 kapal kandas dan 3 kapal
hancur dan 1 kapal meledak. Hal ini menggambarkan bahwa dari sejumlah kasus kecelakaan laut,
resiko terjadinya kebakaran kapal laut cukup besar. Untuk itu diperlukan suatu sistem
penanggulangan kebakaran di kapal agar bisa mengatasi kebakaran dan tidak menimbulkan
kerugian finasial dan jiwa.

I.2. Rumusan Masalah

Dalam penulisan makalah ini ada beberapa masalah yang akan dibahas, yaitu :

1. Apa yang menyebabkan terjadinya kebakaran di kapal ?


2. Bagaimana cara mengatasi kebakaran di kapal ?
3. Bagaimana prosedur awak kapal dalam mengatasi situasi saaat terjadi kebakaran di kapal
?
Bab II
PEMBAHASAN

II.1. Penyebab Terjadinya Kebakaran di Kapal

Api sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia mulai dari untuk memasak, meleburkan benda
logam, api unggun dan sebagainya. Tetapi api dapat menjadi bencana bila sudah diluar kendali
manusia yakni bencana kebakaran. Sehingga ancaman bahaya kebakaran tergantung dari
terkendali atau tidaknya api yang menyala. Seringkali manusia menganggap remeh potensi bahaya
karena api. Padahal kebakaran bisa menimbulkan kerugian harta benda, luka dan penderitaan yang
luar biasa, bahkan kematian.

Kebakaran tidak terjadi begitu saja. Kebakaran adalah reaksi kimia yang berlangsung cepat dan
memancarkan panas dan sinar. Kebakaran adalah salah satu bencana yang disebabkan oleh api
yang sifatnya terjadi tidak pada tempatnya dan sulit dikendalikan manusia. Agar terjadi kebakaran
diperlukan 3 unsur yang disebut segitiga api (fire triangle). Agar api bisa menyala, tiga unsur
tersebut harus ada pada saat yang sama dan pada proporsi yang tepat.

Gambar : segitiga Api

Secara umum, kebakaran di kapal disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu faktor manusia
dan faktor teknis.
a. Faktor Manusia
Sebagian besar kebakaran yang disebabkan oleh faktor manusia timbul karena kurang
pedulinya manusia tersebut terhadap bahaya kebakaran dan juga kelalaian. Sebagai contoh:
1. Merokok di sembarang tempat, seperti ditempat yang sudah ada tanda “Dilarang Merokok”
atau merokok di cardeck di mana terdapat banyak bahan bakar pada kendaraan (kapal
ferry).
2. Pemasangan instalasi listrik yang sembrawut dalam beberapa kasus di ruang mesin kapal
instalasi listrik tidak tersusun dengan rapi.
3. Melakukan pekerjaan yang berisiko menimbulkan kebakaran tanpa menggunakan
pengamanan yang memadai, misalnya mengelas bejana bekas berisi minyak atau bahan
yang mudah terbakar. Contohnya mengelas tangka bahan bakar yang bocor atau pipa
instalasi yang dilalui bahan mudah terbakar tanpa mengetes terlebih dahulu apakah masih
ada resiko kebakaran yang akan terjadi

b. Faktor Teknis
Faktor Teknis lebih disebabkan oleh kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai hal-hal
yang memicu terjadinya kebakaran, misalnya :
1. Tidak pernah mengecek kondisi instalasi listrik, sehingga banyak kabel yang terkelupas
yang berpotensi terjadi korsleting yang bisa memicu terjadinya kebakaran.
2. Menggunakan peralatan yang tidak aman, misalnya menggunakan tabung yang bocor,
pemasangan regulator yang tidak benar, dan lain-lain
3. Menempatkan bahan yang mudah terbakar didekat api, misalnya meletakkan bahan bakar
di dekat tempat yang berpotensi terjadinya percikan api atau pemicu kebakaran. Biasnya
ini terjadi pada kapal perikanan.
4. Penempatan ruangan yang salah dalam pendesainan, misalnya menempatkan ruangan
dapur dekat peralatan control room atau navigasi.

II.2. Cara mencegah dan mengatasi kebakaran


II.2.1 Upaya Pencegahan Kebakaran di kapal
Walaupun kebakaran tidak terjadi secara terus-menerus namun semua komponen dan spesifikasi
telah diatur dalam klasifikasi dalam perancanaan kapal. Satu-satunya cara untuk mencegah untuk
agar tidak terjadinya kebakaran ialah menghilangkan atau memisahkan salah satu dari ketiga unsur
segitiga api. Hal ini dapat dilakukan dengan beberapa cara :
1. Menurunkan suhu di bawah suhu pembakaran
2. Menurunkan kadar oksigen
3. Menjauhkan material yang mudah terbakar

Dalam hal mencegah terjadinya kebakaran di kapal pada dasrnya telah banyak aturan yang
mengatur hal tersebut, anatra lain :
1. Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia
Dalam keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia yang tertuang dalam Keputusan
Menteri Tenaga Kerja No. 186/Kepmen/1999 pasal 2 ayat (1) dan (2).

Pasal 2

(1) Pengurus atau pengusaha wajib mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran, latihan
penanggulanggan kebakaran di tempat kerja.

(2) Kewajiban mencegah, megurangi dan memadamkan kebakaran di tempat kerja sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. Pengendalian setiap bentuk energi;

b. Penyediaan sarana deteksi, alarm, pemadam kebakaran dan sarana evakuasi;

c. Pengendalian penyebaran asap, panas dan gas;

d. Pembentukan unit penanggulangan kebakaran di tempat kerja;

e. Penyelenggaraan latihan dan gladi penanggulangan kebakaran secara berkala;

f. Memiliki buku rencana penanggulangan keadaan darurat kebakaran, bagi tempat kerja yang
mempekerjakan lebih dari 50 (lima puluh) orang tenaga kerja dan atau tempat kerja yang
berpotensi bahaya kebakaran sedang dan berat.

huruf f, memuat antara lain:

a. Informasi tentang sumber potensi bahaya kebakaran dan cara pencegahannya;

b. Jenis, cara pemeliharaan dan penggunaan sarana proteksi kebakaran di tempat kerja;

c. Prosedur pelaksanaan pekerjaan berkaitan dengan pencegahan bahaya kebakaran;


d. Prosedur dalam menghadapi keadaan darurat bahaya kebakaran

2. Solas 74’

Konvensi internasional SOLAS pertama kali diadopsi oleh organisasi internasional yang dulu
masih bernama IMCO (Inter-Governmental Maritime Consultative Organization) adalah pada
bulan Januari 1914, sehingga di kenal dengan SOLAS 1914. Konvensi ini adalah merupakan
response dari musibah tenggelamnya kapal RMS Titanic pada tahun 1912.

ndonesia sebagai negara yang masuk ke dalam Anggota Dewan IMO pada Kategori c, telah
meratifikasi SOLAS 1974 sebagaimana dituangkan ke dalam Keppres 65 tahun 1980.
Konsekuensinya, Pemerintah Indonesia wajib melaksanakan SOLAS 1974, yaitu dengan membuat
instrumen-instrumen hukum nasional mulai dari Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, sampai
peraturan-peraturan pelaksanaan baik Peraturan Menteri maupun Peraturan Dirjen. Undang-
undang Pelayaran pertama yang merefleksikan pelaksanaan dari SOLAS 1974 adalah Undang-
Undang RI nomor 21 tahun 1982, yang sekarang sudah diganti dengan Undang-Undang RI nomor
17 tahun 2008, yang tidak hanya merefleksikan SOLAS 1974 saja, tetapi juga MARPOL 1973/78,
Load Line Convention 1966, MLC dan ketentuan internasional lain baik yang sudah maupun yang
belum diratifikasi. Namun sampai saat ini Indonesia belum meratifikasi SOLAS Protocol 1988.

Dalam hal pencegahan kebakaran di kapal Solas 74 telah mengaturnya dalam bab II-2 :
Perlindungan terhadap kebakaran, deteksi kebakaran dan pemadam kebakaran (Fire protection,
fire detection and fire extinction), berisi ketentuan-ketntuan tentang sekat-sekat kedap api, sistim
pendetesian adanya kebakaran dan tentang alat-alat pemadam kebakaran baik jenis dan jumlahnya
untuk kapal-kapal yang berbeda.

II.2.2. Upaya mengatasi kebakaran di kapal

Dalam mengatasi kebakaran yang telah terjadi haruslah mengetahui terlebih dahulu sumber apinya
agar dalam pemadaman dapat terjadi secara efisien dan efektif. Kebakaran dibagi menurut jenis
material yang mampu menghasilkan titik-titik api. Pembagian tersebut diantaranya :
1. Kebakaran yang berasal dari pembakaran kayu, cairan lilin, serta benda-benda furniture (Kelas
A)
2. Kebakaran yang berasal dari cairan yang mudah terbakar misalnya minyak pelumas serta
bahan bakar (Kelas B)
3. Kebakaran yang berasal dari adanya gas-gas yang mudah terbakar misalnya LPG atau
Liquefied Petroleum Gas (Kelas C)
4. Kebakaran yang berasal dari bahan-bahan logam yang mudah terbakar misalnya magnesium
dan alumunium (Kelas D)
5. Kebakaran yang berasal dari berbagai macam material yang memiliki atau berhubungan
dengan tegangan tinggi (Kelas E)

Prinsip pemadaman dengan cara menghilangkan salah satu unsur atau merusak keseimbangan
campuran dari unsur-unsur segitiga api. Menurut Zaini (1998), pada prinsipnya ada tiga cara
pemadaman kebakaran dan satu cara tambahan.

a. Membatasi bahan bakar


Membatasi bahan bakar berarti menggurangi hingga habis, mengambil atau memindahkan.
Contoh : kebakaran pada pipa minyak (kebakaran kelas B). tutup keran (valve) sehingga
minyak tidak mengalir lagi melalui pipa yang terbakar. Api padam karena tidak ada bahan
bakar.
b. Mengurangi konsentrasi oksigen
Kebakaran bisa dipadamkan dengan cara mengurangi, memisahkan atau menghilangkan
oksigen dari lokasi kebakaran.
Contoh : pemadaman memakai tabung gas asam arang (CO2), jumlah oksigen dikurangi
dengan cara diusir dari lokasi kebakaran. Api padam karena tidak ada oksigen.
Cara lain yang masih mirip dengan cara ini adalah menyelimuti bahan bakar atau smothering.
Dengan adanya penyelimutan bahan bakar tidak dapat disentuh oleh oksigen.
c. Mendinginkan
Mendinginkan adalah menurunkan panas. Akibatnya suhu benda terbakar turun sampai di
bawah titik nyala.
Contoh : kebakaran kelas A dan B pada umumnya bisa dipadamkan dengan air. Butir- butir
air menyerap panas api dan sanggup menurunkan suhu bahan bakar sampai dibawah titik
nyala. Panas berkurang dan api padam.
d. Pemadaman tuntas
Memadamkan kebakaran harus sampai tuntas. Adanya kepulan asap menandakan masih ada
bara, hal ini bisa menimbulkan kebakaran lagi. Jangan beri kesempatan sedikitpun pada api.

Peralatan pemadam kebakaran


1. Portable extinguishers / APAR (Alat Pemadam Kebakaran Ringan)
Ada empat macam portable extinguishers yang biasanya digunakan di kapal yaitu Soda-acid
(Asam-soda), foam (busa), dry powder (bubuk kering), dan carbon dioxide extinguishers (gas
karbon dioksida.)

Gambar 2. Portable fifi


a. Soda-acid extinguishers (Pemadam kebakaran menggunakan asam soda)
Isi dari tabung pemadam kebakaran ini adalah berupa larutan sodium bikarbonat. Mekanisme
penghisap digunakan pada penggunaan pemadam kebakaran yang berjenis soda-acid sehingga
ketika alat penghisap yang terbuat dari kaca dipecahkan, maka asam dan sodium bikarbonat
tercampur. Hasil reaksi kimia yang terjadi menghasilkan gas karbon dioksida yang bertekanan
tinggi sehingga cairan akan terdesak keluar melewati internal pipe dan menuju nozzle. Alat ini
banyak ditemukan di ruang akomodasi

b. Foam extinguishers (Pemadam kebakaran menggunakan soda)


Terdiri dari dua macam yaitu :

1. Foam extinguishers-chemical
Isi dari pemadam kebakaran jenis ini adalah campuran dari cairan sodium bikarbonat dan
alumunium sulfat. Tabung yang berada paling dalam diselimuti oleh penutup atau cap yang
terhubung dengan pipa penghisap. Ketika pipa penghisap terbuka, maka cap tersebut akan
lepas. Kemudian alat ini akan mencampurkan dua macam cairan yang ada didalamnya. Gas
karbon dioksida dihasilkan oleh reaksi yang berasal dari tekanan tinggi dari tabung dan
akan mendesak busa keluar dari tabung.

2. Foam extinguishers-mechanical
Di bagian terluar dari tabung ini berisi air. Pada tabung sentral terdapat gas karbon
dioksida dan cairan busa. Mekanisme pendesak atau pendorong terdapat diatas tabung
pusat. Ketika diberi tekanan yang tinggi, karbon dioksida dikeluarkan dan cairan busa
akan tercampur dengan air. Kemudian keduanya akan ditekan keluar melewati nozzle
khusus. Pemadam jenis ini memiliki pipa internal dan dioperasikan di bagian atas. Alat
ini banyak ditempatkan di sekitar tempat-tempat yang mengandung atau terdapat cairan-
cairan yang mudah terbakar.
c. Dry powder (Pemadam kebakaran menggunakan bubuk kering)
Pada bagian tabung lapis terluar berisikan dengan bubuk sodium bikarbonat. Kapsul yang
berisikan gas karbon dioksida berada di bawah mekanisme peghisap yang ada di central cap.
Ketika penghisap ditekan, gas karbon dioksida akan mendorong bubuk sodium melalui pipa dan
keluar melalui nozzle. Pemadam kebakaran jenis ini dapat digunakan di berbagai macam penyebab
kebakaran akan tetapi ini tidak memberikan efek pendingin. Alat ini biasanya berada di dekat
peralatan listrik yang berada di kamar mesin dan di beberapa bagian dari kapal.

d. Carbon dioxide extinguishers (Pemadam kebakaran menggunakan CO2)


Tabung pelapis yang sangat kuat digunakan untuk menyimpan cairan karbon dioksida bertekanan
rendah. Pipa utama berfungsi sebagai tempat atau jalan keluarnya karbon dioksida yang ditekan
oleh alat penghisap sehingga katup akan terbuka oleh karena ditekannya pelatuk. Cairan tersebut
akan berubah menjadi gas yang akan keluar dari tabung pemadam ini yang kemudian akan
melewati pipa dan akan tertampung di horn. Apabila pelatuk pada horn dibuka, maka gas karbon
dioksida tadi akan keluar. Alat ini banyak terdapat di kamar mesin dan tempat perlengkapan serta
peralatan elektrik. Alat ini tidak diperbolehkan berada di ruang akomodasi serta di ruang
perbatasan karena hal tersebut bisa membahayakan ABK dan awak penumpang lainnya yang
mungkin bisa menyebabkan kematian.

a. SISTEM HIDRAN
Sistem hidran terdiri dari :
a. Wet Riser System : Seluruh instalasi pipa hydrant berisikan air bertekanan
dengan tekanan air selalu dijaga pada tekanan yang relatif tetap.
b. Dry Riser System : Seluruh instalasi pipa hydrant tidak berisikan air bertekanan,
peralatan penyedia air akan mengalirkan air secara otomatis jika katup selang
kebakaran dibuka.
• Pada umumnya gedung bertingkat menggunakan sistim Wet Riser.
• Pada sistem dilengkapi Fire Brigade Connection yang diletakkan diluar bangunan.

Peralatan utama dan fungsi :


a. Pompa kebakaran terdiri dari Electric Pump, Diesel Pump & Jockey Pump.
• Apabila tekanan didalam pipa menurun, maka secara otomatis Jockey pump akan bekerja
untuk menstabilkan tekanan air didalam pipa.
• Jika tekanan terus menurun (misal akibat penggunaan salah satu hydrant) maka pompa
kebakaran utama akan bekerja dan otomatis pompa jockey berhenti.
• Apabila pompa kebakaran utama gagal bekerja setelah 10 detik kemudian pompa cadangan
Diesel secara otomatis akan bekerja.
• Jika kedua pompa tersebut gagal bekerja, alarm akan segera berbunyi dengan nada yang
berbeda dengan bunyi alarm sistim, untuk memberi tahukan kepada operator akan adanya
gangguan.
• Sistim bekerja pompa Fire Hydrant adalah “Start otomatis” dan “Mati secara Manual”.
b. Pressure Switch : Alat kontrak yang bekerja akibat perubahan tekanan.
c. Manometer : Alat untuk membaca tekanan d. Time delay relay : Alat relay yang bekerja
berdasarkan seting waktu yang sudah ditentukan.
e. Safety valve : Alat pelepas tekanan lebih
f. Pressure Reducing Valve : Alat pembatas tekanan
g. Fire House Cabinet ( FHC ) : Adalah box hydrant yang berfungsi untuk memancarkan air
melalui hose dan nozzle, dipasang pada setiap lantai sebanyak 1 FHC untuk setiap kelipatan
800 m2.

Gambar : Hydrant
2. SISTEM SPRINKLE
Sistem Sprinkle terdiri dari :
a. Wet Riser System : Seluruh instalasi pipa sprinkler berisikan air bertekanan dengan tekanan
air selalu dijaga pada tekanan yang relatif tetap
b. Dry Riser System : Seluruh instalasi pipa sprinkler tidak berisikan air bertekanan, peralatan
penyedia air akan mengalirkan air secara otomatis jika instalasi fire alarm memerintahkannya.
• Pada umumnya gedung bertingkat menggunakan sistim Wet Riser.
• Pada sistem dilengkapi Fire Brigade Connection yang diletakkan diluar bangunan.

Peralatan utama dan fungsi


a. Pompa kebakaran terdiri dari Electric Pump, Diesel Pump & Jockey Pump.
• Apabila tekanan didalam pipa menurun, maka secara otomatis Jockey pump akan bekerja
untuk menstabilkan tekanan air didalam pipa.
• Jika tekanan terus menurun (misal glass bulb pada kepala sprinkler pecah) maka pompa
kebakaran utama akan bekerja dan otomatis pompa jockey berhenti.
• Apabila pompa kebakaran utama gagal bekerja setelah 10 detik, kemudian pompa cadangan
Diesel secara otomatis akan bekerja.
• Jika kedua pompa tersebut gagal bekerja, alarm akan segera berbunyi dengan nada yang
berbeda dengan bunyi alarm sistim, untuk memberi tahukan kepada operator akan adanya
gangguan.
• Sistim bekerja pompa Fire Hydrant adalah “Start otomatis” dan “Mati secara Manual”.
• Pada saat pompa kebakaran utama bekerja, wet alarm valve akan terbuka dan segera
membunyikan alarm gong. Aliran didalam pipa cabang akan memberi indikasi pada flow
switch yang terpasang pada setiap cabang & dikirim ke panel fire alarm untuk membunyikan
alarm pada lantai bersangkutan.
b. Pressure Switch : Alat kontrak yang bekerja akibat perubahan tekanan.
c. Manometer : Alat untuk membaca tekanan
d. Time delay relay : Alat relay yang bekerja berdasarkan seting waktu yang sudah ditentukan.
e. Safety valve : Alat pelepas tekanan lebih
f. Pressure Reducing Valve : Alat pembatas tekanan
g. Kepala Sprinkler (Head Sprinkler) : Alat pemancar air yang bekerja setelah pecahnya bulb
akibat panas yang ditimbulkan oleh kebakaran. Ukuran kepala sprinker 15 mm, kepadatan
pancaran 5 mm/mnt, area kerja maks. 144 m2, laju aliran 725 lt/mnt dan setiap katup kendali
jumlah maks. adalah 1.000 buah kepala sprinkler.

Gambar : Sprinkler

II.3. Tindakan Crew

pelaut di wajibkan untuk mengikuti diklat ketrampilan sertifikat AFF untuk mengenal prosedur
dan penanggulangan kecelakaan dikapal dan Prosedur keadaan darurat rencana awal agar dapat
berhasil pemadaman, Nahkoda, KKM dan Perwira akan mempertimbangkan dan membuat suatu
daftar mengenai apa yang akan dilakukan dalam kejadian keadaan darurat yang terjadi dikapal

Tindakan Awal :
Alarm Umum
Setiap Awak kapal yang menemukan keadaan darurat harus membunyikan alarm dan
menyampaikan informasi secepat mungkin, dan Nahkoda kapal harus memerintahkan kepada
seluruh personil bahwa hal ini adalah tanggung jawab utama bagi siapa saja yang berada ditempat
kejadian, sifat dari keadaan darurat harus dilaporkan kepusat komando yang akan melaksanakan
rencana tindakan, sementara orang yang berada ditempat kejadian mengupayakan langkah
tindakan pertama agar dapat mengendalikan keadaan darurat
Pemeriksaan Awak kapal
Penting untuk memeriksa awak kapal secepat mungkin setelah alarm umum dibunyikan sehingga
dapat diketahui serta mengamankan pada saat keadaan darurat, pemeriksaan harus diselesaikan
dengan cepat sehingga tidak terlalu lama membutuhkan waktu dan untuk tindak kelanjutan rencana
awal yang baik untuk mencapai keberhasilan dalam keadaan darurat dikapal

Muster Station ( tempat orang berkumpul)


Merupakan tempat pertemuan untuk masing-masing Regu/Kelompok harus direncanakan
sebelumnya untuk menempatkan atau berkumpul ditempat yang berdekatan dengan perlengkapan
keadaan darurat yang ada diatas kapal

Prosedur Pemadaman Kebakaran :


Prosedur pemadaman kebakaran diatas kapal yang jelas untuk melakukanpemadaan diberbagai
kompartemen kapal, seperti diruang muatan, dikamar mesin dan diruang akomodasi, hal-hal
berikut yang perlu diperhatikan

Rencana Penanggulangan Keadaan darurat yang perlu diperhatikan :


1.Bunyikan alarm
2.kumpulkan regu/team keadaan darurat
3.Peringatkan semua departemen diatas kapal mengenai bahaya yang terjadi
4.Pastikan semua orang yang ada diatas kapal sudah mengetahui kejadian
5.Upayakan tindakan pertama untuk penanggulangannya
6.Lakukan penanggulangan bahaya kebakaran
7.Siapkan sekoci untuk diturunkan
8.meminta bantuan menggunakan radio atau telepon
9.Merubah haluan kapal untuk menyelamatkan

Langkah-langkah tindakan dalam pemadaman kebakaran :


1.Yakinkan lokasi dan bunyikan alarm
2.Memeriksa apa yang terbakar, besarnya kebakaran dan apakah ada orang yang terkurung akibat
kebakaran pada tempat kejadian
3.Laksanakan penanggulangan keadaan darurat sebagaimana mestinya
4.mengambil langkah segera untuk menghentikan penyebaran kebakaran hingga meluas,dengan
menutup sumber dari bahan yang terbakar dan mendinginkan daerah yang terbakar
5.Mematikan api dengan jenis pemadaman api yang sesuai
6.Cegah terjadinya penyalaan lang dengan terus menerus mendinginkan disekitar derah kebakaran
dengan air

Tugas diatas kapal dari setiap personil yang menemukan munculnya kebakaran untuk segera
membunyikan alarm setelah itu melakukan sekuat tenaga untuk bisa mengendalikan kebakaran
dengan sarana alat yang terkedat yang sesuai dan tersedia, sampai dengan membentuk team untuk
mengambil alih tindakan pemadaman , semua kegiatan diatas kapal dihentikan dan ketika apa bila
kejadian dekat dengan pelabuhan atau daratan, segera untuk meminta bantuan bila memungkinkan

Apa bila kebakaran terjadi di kamar mesin :


Kebanyakan kebakaran diruang mesin disebabkan oleh bahan bakar, oil atau perlengkapan listrik,
dalam pemilihan alat pemadam kebakaran yang sesuai dengan memperhatikan apa yang akan
digunakan, kebakaran dapat menyebar ke akomodasi atau kemungkinan terjadi kehilangan sumber
tenaga, kebakaran juga dapat berpengaruh terhadap system muatan

Hal-Hal yang perlu diperhatikan :


1.Pemadaman awal dengan jenis bahan pemadam yang sesuai
2.amankan perlengkapan , udara dan sumber listrik, bahan bakar dan keran buangan kelaut bila
diperlukan
3.Evakuasi dan siapkan untuk pelaksanaan pemadam kebakaran lanjutan
4.Padamkan api dengan menggunakan alat pemadam api system tetap (Co2, foam/busa dan air)

Apa bila Kebakaran diruangan Akomodasi


Biasanya terjadi berhubungan dengan material (perlengkapan alat tidur atau listrik) namun
kebakaran dapat juga disebabkan oleh minyak, penting mencegah penyebaran kebakaran dalam
saluran udara sepanjang lorong akomodasi asap dapat menghalangi pelaksanaan pemadam
kebakaran
Hal-Hal yang perlu diperhatikan :
1.Ruang yang terbakar harus diisolasi dengan sebaik mungkin
2.Pastikan agar tidak ada seorangpun yang hilang,melakukan pengecekan bila diperlukan
3.Pemadaman awal dilakukan dengan menggunakan alat pemadam api yang sesuai
4.Pemadaman lanjutan bukaan sekecil mungkin ke ruangan
5.Jika yang terbakar adalah material padat maka bahan yang terbakar harus dibasahi meskipun
nyala api sudah padam untuk mencegah terjadinya kebakaran semakin meluas

Apa bila kebakaran diruang Muatan


Apa bila kebakaran terjadi pada ruangan penyimpanan barang (store) atau mesin, maka
dipadamkan dengan alat pemadam api yang sesuai, kebakaran tersebut mungkin akan
mempengaruhi muatan dan apa bila kapal tanker bermuatan gas yang dicairkan akan meningkatkan
terjadinya cairan gas, hal ini dapat dikurangi dengan cara pendinginan daerah sekitarnya dengan
memakai air yang dikabutkan

Jika kebakaran terjadi diruang perlengkapan untuk bongkar muat, pemadaan awal segera
dilakukan dengan menggunakan bubuk kering atau dry powder adalah salah satu jenis chemical
yang digunakan untuk memadamkan api, jika perlu semua personil harus dievakuasi, kompartmen
tersebut ditutup kemudian alat pemadam api system tetap diaktifkan
begitu padam ruangan harus diberi peranginan secara hati-hati untuk menghilangkan uap gas
dengan memperhatikan berikut :

1.Sumber bahan bakar diisolasi


2.Lakukan tindakan pemadaman awal dengan alat pemadam api yang sesuai
3.Menghentikan semua kegiatan dikapal dan menutup semua keran tangki
4.Periksa bahwa tidak ada orang yang hilang,aktifkan system air dikabutkan
5.Tindakan pemadaman (regu pemadam api maju dibelakang disemprotkan air yang dikabutkan
untuk melindungi mereka yang panas)
6.Teruskan untuk mendinginkan daerah yang terbakar dengan air yang dikabutkan
Apa bila Kebakaran berasal dari kapal lain yang berdekatan dengan kapal kita :
Dalam kejadian kebakaran didarat atau dari kapal lain yang berdekatan dengan kapal kita, Resiko
kemungkinan terjadi maka perhatian kusus perlu dilakukan dan personil kapal harus meyakinkan
pemeriksaan keamanan dilakukan sebagai mana mestinya setiap orang diatas kapal boleh
memberitahukan suatu keadaan darurat dengan menekan tombol alarm keadaan darurat

Hal-Hal yang harus diperhatikan berikut :


1.menyiapkan perlengkapan pemadam api dan regu/team pemadam api
2.Hentikan semua kegiatan bongkar muatan atau kegiatan dikapal
3.Isolasi dan lepaskan selang muatan
4.Menutup semua bukaan Kompartemen
5.Siapkan dan jalankan motor Induk untuk persiapan Olah Gerak kapal
BAB III

PENUTUP

III.1. Kesimpulan

Permasalahan kebakaran di atas kapal masih menjadi masalah utama dalam pelayaran di Indonesia.
Oleh karena itu setiap pemilik kapal maupun syahbandar haruslah mengutamakan keselamatan
awak/penumpang di atas kapal dengan mengikuti aturan yang berlaku baik itu dari Keputusan
Menteri dan aturan SOLAS 74. Setiap awak/crew kapal terlebih dahulu harus mengikuti pelatihan
keselamatan agar mengetahui tindakan-tindakan yang harus diambil dalam proses penyelesaian
masalah kebakaran dikapal yang efektif dan efesien. Para penumpang juga haruslah sadar akan
keselamatannya dengan menaati peraturan yang telah ditetapkan diatas kapal untuk mencegah
terjadinya kebakaran diatas kapal, misalnya tidak merokok di area yang dapat menimbulkan
terjadinya kebakaran.

III.2. Saran

1. Masih kurangnya kesadaran dalam hal keselamtan utamanya bahaya dari kebakaran kapal oleh
sebab itu haruslah setiap kapal yang akan berlayar dilakukan pengecekan potensi yang akan
menyebabkan kebakaran di atas kapal.
2. Adanya informasi aturan-aturan yang harus dihindari penumpang untuk tidak menimbulan
bahaya keselamatan khususnya bahaya kebakaran di atas kapal.
KASUS KEBAKARAN KAPAL
1. KM. Zahro Express

Kronologi kejadian :

1. Pada Sabtu, 31 Desember 2016 pukul 13.15 WIB, kapal motor Zahro Express sandar di dermaga
Pelabuhan Kali Adem, Muara Angke. Bahan bakar yang tersedia 150 liter2. Tanggal 1 Januari
2017, pukul 04.00 WIB, Kepala Kamar Mesin (KKM) menghidupkan mesin penggerak generator
listrik dan setelah listrik tersedia, KKM menghidupkan peralatan-peralatan untuk operasional
kapal.

3. Sejak pukul 05.00 WIB hingga menjelang keberangkatan, para penumpang mulai berdatangan
dan menaiki kapal dengan menempati akomodasi geladak utama dan atas.

4. Pukul 06.30 WIB, Nakhoda KM Zahro Express mengajukan permohonan keberangkatan kapal
kepada Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) untuk tujuan Pulau Tidung
(penumpang 100 orang dan lima awak kapal).

5. Pukul 07.00 WIB, Kepala KSOP Muara Angke menerbitkan Surat Persetujuan Berlayar (SPB)
dan 30 menit kemudian KKM menghidupkan mesin induk.

6. Pukul 08.15 WIB, KM Zahro Express lepas tali dan berlayar meninggalkan Pelabuhan Kali
Adem, Muara Angke dengan kecepatan normal sekitar 10 knot.

7. Sekitar 15 menit kemudian, terlihat asap dan api yang kemudian membesar hingga hampir
seluruh bagian kapal terbakar.

8. Lokasi kecelakaan terbakarnya KM Zahro Express berada di sekitar perairan utara Teluk Jakarta
atau sekitar 3 mil dari dermaga Muara Angke.

Dugaan Penyebab Kebakaran :


1. Penumpang berlebih
2. Mesin Overheat (kepanasan akibat beban melebihi kapasitas)
2. KM. Mutiara Sentosa
Kronogi Kejadian :

1. Pada hari Jumat, tgl 19 Mei 2017 jam 18.00 Wib telah terjadi laka laut KM MUTIARA
SENTOSA 1 milik PT. ANTOSIM LAMPUNG PELAYARAN ( ALP ) jurusan Surabaya-
Balikpapan yang dinahkodai oleh Edi Sarwoko telah terbakar di perairan Pulau Masalembu, pada
kordinat 05°33.01 S - 114° 34.25 E (3 NM timur laut pulau Masalembu Sumenep).

2. Diduga awal terjadinya kebakaran bermula di CarDeck dan saat kejadian api cepat membesar
dan tidak bisa di padamkan dengan Apar dan Sprinkle, mengetahui hal tersebut Nahkoda kapal
telah memerintahkan "Abandon Ship" / meninggalkan kapal. POB dan ABK langsung menyiapkan
sekoci dan liferaft sebagai tindakan sesuai SOP dan langsung mengamankan para penumpang.

3. Hasil koordinasi dengan Tim SAR Provinsi Jatim yang ditindaklanjuti dengan meluncurkan KN
SAR 225 dan 220 dari Surabaya menuju TKP. Secara kebetulan sedang melintas KM MERATUS
MAKASAR dari Surabaya menuju Makasar dan telah membantu mengevakuasi 2 orang korban
yang selamat.

Dugaan Penyebab Kebakaran :

Kors;eting pada muatan yang dibawa (truk)


3. KM. Dharma Kencana II

Kronologi Kejadian :

Sabtu, 28 Oktober 2017 pukul 17.00 WIB, kapal berangkat dari Pelabuhan Tanjung Emas,
Semarang, Jawa Tengah, dengan tujuan Pontianak, Kalimantan Barat.

Minggu, (29/10/2017):

Pukul 04.15 WIB, agen kapal Dharma Lautan Utama melaporkan bahwa KM Dharma Kencana
IIberada di posisi timur laut perairan Kepulauan Karimunjawa terbakar. Awak kapal langsung
memimpin upaya penyelamatan.

Pukul 05.00 WIB, terbakarnya kapal semakin menghebat. Namun, upaya penyelamatan
menggunakan alat penyelamatan yang ada sudah mencapai 90 persen. Pada jam yang sama, KM
Kirana I dengan tujuan Pelabuhan Kumai, Kalimantan Tengah, berputar arah menuju lokasi untuk
membantu penyelamatan.

Pukul 05.26 WIB, seluruh penumpang sudah bersiap di kapal penyelamat (sekoci), demikian pula
seluruh anak buah kapal. Sebagai penanggung jawab, nakhoda, kepala kamar mesin (KKM), dan
markonis masih berada di atas kapal.

Pukul 05.30 WIB, nakhoda, kepala kamar Mesin, dan markonis akhirnya turun dari kapal.

Pukul 07.00 WIB, upaya penyelamatan ditingkatkan dengan berkoordinasi melibatkan Basarnas
Kantor SAR Semarang. Atas hal ini, Basarnas meminta agar kapal-kapal yang berada dekat dengan
lokasi kejadian segera membantu penyelamatan.

Pukul 07.30 WIB, memperkuat penyelamatan, Basarnas berkoordinasi dengan SAR Sadewa dan
KNP 203 untuk membantu.

Pukul 07.35 WIB, kapal terdekat, yakni KM Ceria I diminta merapat ke lokasi untuk membantu
penyelamatan.
Pukul 07.40 WIB, Kepala KSDP Klas I Tanjung Emas, Semarang, meminta agar Kepala Kantor
Pelabuhan Karimunjawa untuk memerintahkan KMP Express Bahari dan KM Kelimutu agar
memberi bantuan.

Pukul 07.50 WIB, Kapal SAR Sadewa bergerak menuju lokasi dengan peralatan lengkap. Pada
saat yang sama, KM Kelimutu bergerak menuju lokasi dari koordinat berbeda.

Pukul 08.10 WIB, upaya penyelamatan ditingkatkan dengan dukungan dari Pangkalan TNI
Angkatan Laut (Lanal) Semarang dan mengirimkan KRI Rigel untuk membantu.

Atas dasar perintah dari Kepala KSOP Klas I Tanjung Emas, Semarang, seluruh evakuasi
difokuskan ke KM Kirana I dan akan dibawa ke Pelabuhan Kumai. Sementara, para
penumpang KM Dharma Kencana II yang sudah dievakuasi ke Kapal Citra I dipindahkan ke KMP
Kirana I.

Dugaan Penyebab Kebakaran :

Terdapat Penumpang Meroko di Area bahaya


4. KM. Satya Lencana IX

Kronologi Kejadian (proses penyelamatan):

penumpang menaiki sekoci dan life craft yang ada pad KM Setya Kencana sebellum akhirnya
diselamatkan oleh KM Niki Sae dan KM Kumala. KM Niki Sae sendiri datang dan sandar sekitar
19:30 Wita.

Api membesar mereka naik sekoci dan kemudian diselamatkan KM Niki Sae sekitr dua jam
kemudian.

Orang terakhir yang turun ke sekoci bersama para ABK KM Setya Kencana dan waktu itu sekitar
pukul 05:00 Wita. Mereka pun tak lama setelah itu kemudian diselamatkan oleh KM Niki Sae.

Kronologi yang pasti belum dapat ditemukan karena dalam penyelidikan KNKT

Dugaan Penyebab Kebakaran :


Belum diketahui, namun indikasi api bermula dari car deck
5. KM. Fungka Permata V
Kronologi Kejadian :
Peristiwa terbakarnya kapal diketahui pada pukul 16.45 WITA, yang diperoleh melalui sambungan
radio milik Syahbandar Pelabuhan Banggai Laut. Kapal Fungka Permata V saat itu sedang berlayar
di perairan laut wilayah Desa Togong Sagu, Kecamatan Bangkurung, Kabupaten Banggai Laut.

KM Fungka Permata V berangkat dari Pelabuhan Raha Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi
Tenggara menuju ke Pelabuhan Banggai Laut untuk transit sebelum berangkat kembali ke
Pelabuhan Taliabo, Maluku Utara.

Mendapatkan informasi ada kapal terbakar, Unit KP3 Polsek Banggai, Basarnas, Syahbandar dan
Anggota Koramil Banggai melakukan persiapan untuk evakusi.

Pukul 17.30 WITA, Tim gabungan yang terdiri dari personil Unit KP3 Polsek Banggai, Basarnas
BPBP, Polsek Lobangkurung, Syahbandar dan Anggota Koramil Banggai yang dipimpin oleh
Mayor Inf. Jufri Halimu (Pabung Banggai Laut Kodim 1308 LB), dengan menggunakan speed
milik KPLP menuju ke lokasi TKP terbakarnya KM. Fungka Permata V untuk melakukan
evakuasi.

Evakuasi para penumpang dan ABK juga dibantu masyarakat dari Kecamatan Bangkurung.

Pada pukul 18.50 WITA, informasi dari Kades Togong Sagu, warga menemukan 8 orang telah
meninggal dunia dan sebagian penumpang dan ABK telah diselamatkan dan dibawa ke Desa
Togong Sagu oleh masyarakat.

Dugaan Penyebab Kebakaran :

Mesin Terbakar akibat selang radiator tersumbat

Aturan yang dilanggar :


“Pada dasarnya setiap kejadian kebakaran yang terjadi dilaut telah melanggar Solas 74”
Namun karena hasil dari KNKT belum dirilis maka tidak dapat diambil kesimpulan aturan daru
UU mana saja yang berlaku di Indonesia telah dilanggar

Anda mungkin juga menyukai