Anda di halaman 1dari 7

Latar Belakang

Toilet merupakan salah satu sarana sanitasi yang paling vital dan kebersihan toilet dapat
dijadikan ukuran terhadap kualitas manajemen sanitasi di suatu tempat. Sarana toilet umum
diperuntukan untuk masyarakat umum yang berkunjung ke suatu tempat, sehingga pengguna
toilet umum akan sangat beragam dan senantiasa berganti. Oleh sebab itu toilet dapat menjadi
tempat atau sarana penyebaran penyakit (Dwipayanti 2008). Bakteri yang ada di toilet umum
merupakan bakteri yang berasal dari tanah, air, mulut, urin, kotoran dan kulit manusia. Bakteri
yang paling banyak ditemukan pada seluruh tempat di dalam toilet merupakan bakteri yang
biasanya ada pada kulit manusia (Hendlyana 2013). Berdasarkan beberapa survey kondisi toilet
umum diberbagai tempat masih jauh dari syarat kesehatan. Toilet umum tidak terjaga
kebersihannya sehingga terlihat sangat kotor, bau dan tidak dilengkapi dengan sarana sanitasi
yang memadai.

Menurut Pelczar and Chan (1986), bakteri E.coli adalah bakteri yang paling banyak
digunakan sebagai indikator sanitasi karena bakteri ini adalah bakteri komensal pada usus
manusia, umumnya merupakan patogen penyebab penyakit dan relatif tahan hidup di air. E.coli
dapat dipindahsebarkan melalui air yang tercemar tinja atau air seni orang yang menderita
infeksi pencernaan, sehingga dapat menular pada orang lain. E.coli keluar dari tubuh bersama
tinja dalam jumlah besar serta mampu bertahan sampai beberapa minggu (Widyaningsih 2016).
Sealin bakteri E coli juga terdapat bakteri Staphylococcus aureus yang terdapat di toilet.

Escherichia coli merupakan flora normal yang terdapat dalam usus, bakteri ini dapat
menjadi patogen bila berpindah inang. Tempat yang sering terkena infeksi secara klinik adalah
saluran kemih, saluran empedu, dan tempat tempat lain dirongga perut. Bakteri ini juga
menyebabkan penyakit dengan cara melekat pada mukosa intestinal dan menghasilkan
enterotoksin dan sitosin. Akibatnya adalah kerusakan mukosa, pengeluaran sejumlah besar mikus
yang menyebabkan diare. (Nisa 2014).

Staphylococcus aureus adalah penyebab penyakit infeksi. Dalam keadaan normal S.


aureus terdapat di saluran pernafasan atas, kulit, saluran cerna, dan vagina. S. aureus dapat
menimbulkan penyakit pada hampir semua organ dan jaringan, yang paling rentan terhadap
infeksi adalah kulit. Bakteri ini mudah tumbuh pada kulit yang mengalami radang, kulit yang
mengalami luka mengarah pada infeksi dan proses-proses bernanah lainnya (Shulman et al.
1994).

Salah satu tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai obat adalah tanaman kayu manis
(Cinnamomum burmanni). Kandungan kimia kayu manis antara lain minyak atsiri, safrole,
sinamaldehida, tannin, dammar, kalsium oksalat, flavonoid, triterpenoid, dan saponin (Utami
2013). Minyak atsiri banyak terdapat dibagian kulit kayu manis. Kandungan terbanyak dalam
minyak atsiri kulit kayu manis adalah sinamaldehid 60-70%, p-cimene 0,6-1,2 %, a-pinene 0,2-
0,6%, eugenol 0,8%, sinamil asetat 5%, kariofilen 1,4-3,3%, benzil benzoate 0,7-1,0%.
Komponen minyak atsiri tersebut memiliki aktivitas sebagai antibakteri terhadap E. coli dan S.
aureus (Balchin 2006). Berdasarkan penelitian Shan (2006) menunjukkan bahwa ekstraksi
methanol dari kulit kayu manis dapat menghambat E. coli. Selain itu penelitian Aneja (2009)
menunjukkan bahwa ekstraksi aseton kulit kayu manis memiliki aktivitas terhadap S. aureus.

Sereh wangi (Cymbopogon nardus L.) merupakan salah satu tanaman yang memiliki
banyak manfaat. Hasil penyulingan daun dan batang sereh wangi diperoleh minyak atsiri yang
dalam dunia perdagangan dikenal dengan nama Citronella Oil. Komponen senyawa utama
minyak sereh wangi ini terdiri dari sitronelal, sitronellol, dan geraniol yang mampu menghambat
aktivitas bakteri. Minyak atsiri daun sereh wangi mampu menghasilkan zona hambat terhadap S.
aureus dan E. coli. Selain itu, terdapat minyak atsiri daun sereh wangi asal Brazil yang memiliki
komponen kimia sitronellal (34,6%), geraniol (23,17%), dan sitronellol (12,09%) juga mampu
menghambat aktivitas bakteri S. aureus serta mampu menghambat aktivitas bakteri Gram negatif
yaitu E. coli dan P. aeruginosa (Bota et al. 2015) .

Tanaman cengkih (Eugenia aromatic) sering digunakan sebagai obat tradisional di


Indonesia. Tanaman cengkih memiliki sifat yang khas, karena semua bagiannya mualai dari akar,
batang, daun, dan bunganya mengandung minyak atsiri atau esensial oil. Senyawa yang terdapat
dalam daun cengkih yaitu eugenol berkhasiat sebagai antibakteri. Berdasarkan beberapa
penelitian, ekatrak cengkih dalam konsentrasi yang tinggi mampu menghambat aktivitas bakteri
Escherichia coli dan Staphylococcus aureus (Kumala dan Indriani 2008).

Bakteri E coli dan S aureus yang mungkin banyak terdapat di toilet umum menyebabkan
pengguna toilet merasa waspada jika menggunkan toilet umum. Dengan menggabungkan ekstrak
atau minyak atsiri dari kayu manis, daun serai, dan cengkih dapat dibuat suatu produk
agroindustri yang dapat mengatasi masalah bakteri pada toilet. Produk tersebut akan dibuat
dalam bentuk larutan dan dikemas dalam bentuk spray dengan ditambah air mawar sebagai
pengharum. Selain dapat mengatasi masalah kebersihan di toilet, produk tersebut juga mudah
dibawa kemanapun.

Background
Toilets are one of the most vital sanitation facilities and toilet cleanliness can be used as a
measure of the quality of sanitation management somewhere. Public toilet facilities are intended
for the general public to visit a place, so users of public toilets will be very diverse and always
change. Therefore, toilets can be a place or means of spreading disease (Dwipayanti 2008).
Bacteria in public toilets are bacteria that come from soil, water, mouth, urine, dirt and human
skin. The bacteria most commonly found in all places in the toilet are bacteria that are usually
present on human skin (Hendlyana 2013). Based on several surveys the condition of public
toilets in various places is still far from health requirements. Public toilets are not kept clean so
they look very dirty, smelly and not equipped with adequate sanitation facilities.

According to Pelczar and Chan (1986), E.coli bacteria are the most widely used as an indicator
of sanitation because these bacteria are commensal bacteria in the human intestine, generally a
disease-causing pathogen and relatively resistant to living in water. E.coli can be transmitted
through water contaminated with feces or urine of people suffering from digestive infections, so
that it can spread to others. E.coli comes out of the body with feces in large quantities and can
last up to several weeks (Widyaningsih 2016). Sealin E coli bacteria also have Staphylococcus
aureus bacteria in the toilet.

Escherichia coli is a normal flora found in the intestine, this bacterium can be a pathogen when
moving host. Places that are often infected clinically are the urinary tract, bile ducts, and other
places in the abdominal cavity. This bacterium also causes disease by attaching to the intestinal
mucosa and producing enterotoxin and cytosine. The result is mucosal damage, removal of large
amounts of mycus which causes diarrhea. (Nisa 2014).
Staphylococcus aureus is a cause of infectious diseases. Under normal conditions S. aureus is
present in the upper respiratory tract, skin, gastrointestinal tract and vagina. S. aureus can cause
disease in almost all organs and tissues, the most susceptible to infection is the skin. These
bacteria grow easily on inflamed skin, the skin that experiences injury leads to infection and
other purulent processes (Shulman et al. 1994).

One of the plants that can be used as medicine is cinnamon (Cinnamomum burmanni). The
chemical content of cinnamon includes essential oils, safrole, cinnamaldehyde, tannin, dammar,
calcium oxalate, flavonoids, triterpenoids, and saponins (Utami 2013). Many essential oils are
found in the cinnamon bark. The highest content in cinnamon bark essential oil is
cinnamaldehyde 60-70%, p-cimene 0.6-1.2%, a-pinene 0.2-0.6%, eugenol 0.8%, sinamil acetate
5%, cariophyllene 1,4-3,3%, benzyl benzoate 0,7-1,0%. The components of essential oils have
antibacterial activity against E. coli and S. aureus (Balchin 2006). Based on Shan (2006) research
shows that the extraction of methanol from cinnamon bark can inhibit E. coli. In addition,
Aneja's research (2009) showed that the extraction of cinnamon acetone has activity against S.
aureus.

Fragrant lemongrass (Cymbopogon nardus L.) is one plant that has many benefits. The result of
distillation of fragrant lemongrass leaves and stems is obtained essential oil which in the world
of trade is known as Citronella Oil. The components of the main compound of fragrant citronella
oil consist of citronellal, citronellol, and geraniol which can inhibit bacterial activity. Essential
oils of fragrant lemongrass leaves can produce inhibitory zones against S. aureus and E. coli. In
addition, there is an essential oil of Brazilian lemongrass leaves which has a chemical component
of citronellal (34.6%), geraniol (23.17%), and sitronellol (12.09%) also able to inhibit the
activity of S. aureus bacteria and can inhibit activity of Gram negative bacteria, namely E. coli
and P. aeruginosa (Bota et al. 2015).

Clove plants (Eugenia aromatic) are often used as traditional medicine in Indonesia. Clove plants
have a unique nature, because all the parts are from the roots, stems, leaves, and flowers
containing essential oils or essential oils. The compounds found in the clove leaves are eugenol
as an antibacterial. Based on several studies, clove extraction in high concentrations can inhibit
the activity of Escherichia coli and Staphylococcus aureus bacteria (Kumala and Indriani 2008).

E coli and S aureus bacteria which may be widely found in public toilets cause toilet users to feel
vigilant when using public toilets. By combining essential oils or extracts from cinnamon, betel
leaves, and cloves, an agro-industrial product can be made that can overcome the problem of
bacteria in the toilet. The product will be made in the form of a solution and packaged in spray
form with added rose water as a fragrance. Besides being able to overcome the cleanliness
problem in the toilet, the product is also easy to carry anywhere.

Aim
Creating an agro-industry-based innovation product that is able to overcome the problem of
spreading bacteria in the toilet

Output and Target


All use of public toilets, especially teenagers and adults

Tujuan

Menciptakan sebuah produk inovasi berbasis agroindustri yang mampu mengatasi masalah
penyebaran bakteri yang ada di toilet

Output dan target

Semua penggunna toilet umum khususnya remaja dan dewasa


Dapus

Dwipayanti U. 2008. Ketersediaan dan Pengelolaan Toilet di tempat Wisata Pulau Bali. Bali
(ID): Universitas Udayana. Denpasar.

Hendlyana Y, Naria E, Hasan W.2013. Pengelolaan sanitasi toilet umum dan analisa kandungan
Candida albicans pada air bak toilet umum di beberapa pasar tradisional Kota
Medan tahun 2012. Jurnal Lingkungan dan Keselamatan Kerja.2(1) : 1-8

Pelczar MJ, Chan ECS. 1986. Dasar-dasar Mikrobiologi 1.Hadioetomo RS, penerjemah. Depok
(ID): Universitas Indonesia Press

Widyaningsih W, Supriharyono, Widyorini N.2016. Analisis total bakteri coliform di perairan


muara Kali Wiso Jepara.Jurnal Manajemen Sumber Daya Aquatic.5 (3): 157-164

Nisa LC.2014. Aktivitas antibakteri kulit kayu manis (Cinnamomum burmanni) dengan cara
ekstraksi yang berbeda terhadap Escherichia coli dan Staphylococcus aureus [skripsi].
Surakarta (ID): Universitas Muhammadiyah Surakarta

Schulman ST, Phair JP,.Sommers HM. 1994. Dasar Biologi dan Klinis Penyakit Infeksi.Samik
WA, penerjemah. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press.

Utami P, Puspaningtyas DS. 2013. The Miracle of Herbs. Jakarta (ID): AgroMedia Pustaka.

Balchin ML. 2006. Aromatheraphy science 1st Ed. London (UK): Pharmaceutical Press.

Shan B, Zhong C, Brooks J, Corke H. 2006. The in vitro anibacterial activity of dietary spices
and medicial herb extracts. Sciencedirect.com.http://sciencedirect.com

[downloaded 2018 Oct 8].

Aneja KR, Joshi, Radhika, Sharma, Chetan. 2009. Antimicrobial activity of Dalchini
(Cinnamomum zeylanicum bark) extracts on some dental caries
pathogens.Jpronline.info.http://www.jpronline.info

[downloaded 2018 Oct 8].


Kumala S, Indriani D.2008.Efek antibakteri ekstrak etanol daun cengkeh (Eugenia aromatic L.).
Jurnal Farmasi Indonesia. 4(2): 82-87

Bota W, Martosupono M, Rondonuwu FS. 2015. Potensi senyawa minyak sereh wangi
(Citronella oil) dari tumbuhan Cymbopogon nardus l. sebagai agen antibakteri.
Jurnal.ftumj.ac.id. http:// jurnal.ftumj.ac.id.
[downloaded 2018 Oct 16]

Anda mungkin juga menyukai