Anda di halaman 1dari 7

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN UPH

PROFESI NERS KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB)


Judul: Analisa Sintesa Tindakan Keperawatan (AST) Teknik relaksasi
nafas dalam untuk mengatasi nyeri

Nama Pasien : Mrs. E AST ke – 3


No. Rekam Medis : 00-29-62-52
Usia : 19 tahun
Diagnosa Medis : Typoid + Infeksi Saluran Kemih
Tanggal Masuk : 20 Januari 2019
Tanggal Tindakan : 23 Januari 2019
Nama Praktikan : Yolfi Ruindungan
NIM : 01503180296
Pembimbing : Ns. Juhdeliena Sihombing, M.Kep., Sp.Kep.MB

No Kriteria Bo
1 Diagnosa Keperawatan (PE): Nyeri akut berhubungan dengan agen bot
10
cedera biologis (mis., infeksi, iskemia, neoplasma)
(Herdman & Kamitsuru, 2015)
2 Data Subjekif: 10
 Pasien mengatakan nyeri pada kedua lutut dan pada bagian tulang
ekor

 Pasien mengatakan tidak bisa menggerakan lututnya karena nyeri

 Pasien mengatakan susah tidur karena nyeri

 Pasien mengatakan jika memiringkan badan terasa nyeri di bagian


tulang ekor

 Pasien mengatakan sakit saat buang air kecil


3 Data Objektif: 10
 Pasien tampak gelisah

 Ekspresi wajah tampak merintih

 Pasien tampak keringat dingin

 Pasien tampak menghindari area nyeri

 Skala nyeri numeric 6/5

 TD: 110/80 mmHg, N: 105 x/menit, P: 19 x/menit, T: 37,7 °C


Hasil Lab yang tidak normal:

 Hematokrit : L: 36%, nilai normal (W: 37- 43, P: 40-48)


 Salmonella typhi H: positif 1/320, nilai normal : negatif
 S. paratyphi B-H : positif 1/160, nilai normal : negatif
 Salmonella typhi O: positif 1/320, nilai normal: negatif

 S. paratyphi A-O: positif 1/320, nilai normal: negatif

Urin lengkap
 Kejernian: agak keruh, nilai normal : jernih
 pH : 6,0 nilai normal : 7,35-7,45
Terapi:
 protein : positif, nilai normal: negatif
 leukosit : 2-4, nilai normal: 0-3/LBP
 eritrosit : 1-2, nilai normal: 0-1/LBP
 epitel: positif
 bakteri: positif, nilai normal: negatif

Terapi :
 Ranitidin 50 mg 2x/hari
 Ringer Lacta 500 ml/8 jam
 Paracetamol 1 gram 3x/hari
 Ondancentron 4 mg 3x/hari
 Ceftriaxone 2 gram 1x/hari
4 Langkah-langkah Tindakan Keperawatan yang dilakukan: 10
o Melihat IMR dan data pasien *
o Kontrak waktu dengan pasien*
o Double check dengan perawat untuk memberikan edukasi teknik relaksasi
nafas dalam*
o Pergi ke ruangan pasien *
o Identifikasi pasien dengan mintapasien menyebutkan nama dan tanggal
lahirnya
o Cuci tangan pakai handrub*
o Memperkenalkan diri*
o Identifikasi pasien*
o Jelaskan manfaat edukasi yang akan diberikan*
o Jaga privasi pasien dengan menutup sampiran*
o Mengatur posisi nyaman pasien*
o Mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam untuk mengatasi nyeri*
o Tanya respon pasien setelah teknik relaksasi nafas dalam diberikan*
o Rapihkan pasien*
o Cuci tangan pakai handrup*
o Melakukan terminasi, dengan kontrak waktu akan kembali lagi sekitar 30
menit kemudia*
o Menulis dokumentasi tindakan yang telah diberikan*
5 Dasar Pemikiran: 15

Infeksi saluran kemih sama dengan sistitis adalah inflamasi akut pada
mukosa kemih akibat infeksi oleh bakteri yang disebabkan oleh penyebaran
infeksi dari bakteri (Rendy & Margareth, 2012). Infeksi saluran kemih
adalah suatu infeksi yang melibatkan ginjal, ureter, buli-buli, ataupun uretra.
Infeksi saluran kemih adalah istilah umum yang menunjukkan keberadaan
mikroorganisme (MO) dalam urin. Bakteriuria bermakna (significant
bacteriuria): bakteriuria bermakna menunjukkan pertumbuhan
mikroorganisme murni lebih dari 105 colony forming unit (cfu/ml) pada
biakan urin. Bakteriuria bermakna mungkin tanpa disertai presentasi klinis
ISK dinamakan bakteriuria asimtomatik (convert bacteriuria). Sebaliknya
bakteriuria bermakna disertai persentasi klinis ISK dinamakan bakteriuria
bermakna asimtomatik. Pada beberapa keadaan pasien dengan persentasi
klinis tanpa bekteriuria bermakna. Piuria bermakna (significant pyuria), bila
ditemukan netrofil >10 per lapangan pandang (Sudoyo, 2009). Infeksi
saluran kemih dibedahkan menjadi infeksi saluran kemih bagian bawah dan
infeksi saluran kemih bagaian atas. Menurut gejala infeksi saluran kemih
bagian bawah yaitu disuria, polakisuria atau frekuensi urgensi, stranguria,
nyeri suprasimfisis dan enesmus, dan enuresisi nokturnal. Gejala infeksi
saluran kemih bagian atas dapat berupa demam, menggigil, nyeri pinggang,
nyeri kolik, mual, muntah, nyeri ketok sudut kostovertebrata, dan hematuria.
Selain itu juga ditemukan manifestasi tidak khas infeksi saluran kemih yang
berupa nyeri badomen, nyeri kepala, nyeri punggung dan diare (Sutarman,
2014).

Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat


sangat subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal
skala atau tingkatannya dan hanya orang tersebut yang dapat menjelaskan
atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya (Hidayat, 2009). Teknik
relaksasi adalah suatu tindakan untuk membebaskan mental dan fisik dari
ketegangan dan stres sehingga dapat meningkatkan toleransi terhadap nyeri
(Andarmoyo, 2013). Teknik relaksasi nafas dalam merupakan kebebasan
mental dan fisik dari ketegangan dan stres.
Teknik relaksasi memberikan individu kontrol diri ketika terjadi rasa
tidak nyaman atau nyeri, stres fisik dan emosi pada nyeri. Teknik ini dapat
digunakan saat individu dalam keadaan sehat atau sakit (Hastomo & Suryadi,
2018). Pada manajemen nyeri non farmakologi biasanya mempunyai resiko
yang sangat rendah (Pinandita, Purwanti dan Utoyo, 2012)

6 Prinsip Tindakan: 5

Prinsip tindakan yaitu bersih

7 Analisa Tindakan Keperawatan: 15

Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan


bersifat sangat subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang
dalam hal skala atau tingkatannya dan hanya orang tersebut yang dapat
menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya (Hidayat, 2009).
Hal ini yang membuat sesorang menjadi tidak nyaman sehingga menjadi
masalah yang sangat mengganggu. Manajemen nyeri merupakan salah satau
teknik yang digunakan dalam duani kesehatan, yaitu dengan dua cara yitu
secara farmakologi dan non farmakologi. Pada farmakologi yaitu dengan
pemberian analgesik maupun obat tidur untuk pasien, sedangkan pada non
farmakologi yaitu salah satunya teknik relaksasi nafas dalam (Pinandita,
Purwanti dan Utoyo, 2012).

Pemberian teknik relaksasi nafas dalam membantu pasien untuk


mengurangi atau mengontrol nyeri yang di rasakan, sebab teknik relaksasi
merupakan pembebasan metal dan fisik dari ketegangan dan stres
(Andarmoyo, 2013). Saat mengajarkan teknik relaksasi pada Mrs. E, sangat
kooperatif dan mengikuti tanpa ada keluhan. Teknik manajemen nyeri non
farmakologi mempunyai resiko yang sangat rendah (Pinandita, Purwanti dan
Utoyo, 2012).

8 Bahaya yang dapat terjadi? (Komponen Bahaya dan Pencegahan) 10


Bahaya:

 Salah pasien
 Kelelahan pada pasien
 Sesak nafas
Pencegahan:
 Periksa IMR dan data pasien
 Mengatur posisi yang lebih nyaman bagi pasien
 Perhatikan tanda-tanda vital pasien
9 Hasil yang didapat: 5

S : Pasien mengatakan nyeri sudah berkurang,


O : TD: 110/80 mmHg, N: 90 x/menit, RR: 19 x/menit, T: 36,6 °C, skala
nyeri 4/2, akral teraba hangat.
A : Masalah nyeri akut belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan, serta observasi tanda-tanda vital.
10 Evaluasi Diri: 5
Dalam melakukan tindakan ini saya, masih merasa segan dalam
mengajarkan sebab pasien tersebut perempuan. Akan tetapi disatu sisi saya
bersyukur mampu melakukan tindakan asuhan keperawatan secara mandir
pada pasien untuk mengatasi masalah yang ia rasakan.

11 Daftar Pustaka (APA style): 5

Andarmoyo, S. (2012). Konsep Dan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta:


Ar-Ruzz Media.
Hastomo, M. T., & Suryadi, B. (2018). Teknik Relaksasi Nafas Dalam
Terhadap Skala Nyeri Pada Saat Pemasangan Infus di Instalasi Gawat
Darurat. Jakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju.
Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. (Eds.). (2018 ). NANDA International
Nursing Diagnoses: Definitions & Classification, 2018-2019,
Oxford: Wiley Blackwell

Hidayat. (2009). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi Konsep dan


Proses Keperawatan, Buku-1. Jakarta: Salemba Medika.

Pinandita, I., Purwanti, E., & Utoyo, B. (2012). Pengaruh Teknik Relaksasi
Genggam Jari Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Pada Pasien Post
Operasi Laparatomi. Kebumen: STIKES Muhammadiyah Gombong.
Rendy, C., & Margareth. (2012). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan
Penyakit Dalam. Bekasi: Nuha Medika.
Sudoyo AW. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Edisi 5. Jakarta:
Internal Publishing. 1008-14.

Sutarman. (2014). Gambaran Penggunana Antibiotik Pada Pasien Infeksi


saluran Kemih Rawat Inapa di RSUD Kabupaten Sukoharjo. Cirebon:
Universitas Muhammadiyah Cirebon.
Total 100

Anda mungkin juga menyukai