Anda di halaman 1dari 16

I.

JUDUL

1.1 Pengujian Penggelembungan dengan NaOH

1.2 Pengujian Pewarnaan dengan Congo Red

1.3 Pengujian Pewarnaan dengan Cara Uji Harrizon

1.4 Pengujian Pewarnaan dengan Perak Nitrat Amoniakal

1.5 Pengujian Pewarnaan dengan Pereaksi Fehling

1.6 Pengujian Pewarnaan dengan Cara Pencucian Tolak

1.7 Pengujian Pewarnaan dengan Cara Biru Trunbull

1.8 Pengujian Pewarnaan dengan Na-Kromat

1.9 Pengujian Pewarnaan dengan Metilen Biru

II. MAKSUD DAN TUJUAN

2.1 Pengujian Penggelembungan dengan NaOH

Maksud : Mengetahui cara identifikasi kerusakan serat selulosa cara penggelembungan dengan NaOH.
Tujuan : Untuk membedakan kerusakan serat kapas karena zat kimia dan mekanika.

2.2 Pengujian Pewarnaan dengan Congo Red

Maksud : Mengetahui cara identifikasi kerusakan serat selulosa cara pewarnaan dengan congo red.
Tujuan : Untuk membedakan kerusakan serat kapas karena zat kimia dan mekanika.

2.3 Pengujian Pewarnaan dengan Cara Uji Harrizon


Maksud : Mengetahui cara identifikasi kerusakan serat selulosa cara pewarnaan dengan uji harrizon.

Tujuan : Pengujian dilakukan untuk menunjukkan adanya gugus pereduksi pada serat selulosa yang
rusak karena zat kimia.

2.4 Pengujian Pewarnaan dengan Perak Nitrat Amoniakal

Maksud : Mengetahui cara identifikasi kerusakan serat selulosa cara pewarnaan dengan perak
amoniakal.

Tujuan : Pengujian dilakukan untuk menunjukkan adanya gugus pereduksi pada serat selulosa yang
rusak karena zat kimia.

2.5 Pengujian Pewarnaan dengan Pereaksi Fehling

Maksud : Mengetahui cara identifikasi kerusakan serat selulosa cara pewarnaan dengan pereaksi
fehling.

Tujuan : Pengujian dilakukan untuk menunjukkan adanya gugus pereduksi pada serat selulosa yang
rusak karena zat kimia.

2.6 Pengujian Pewarnaan dengan Cara Pencucian Tolak

Maksud : Mengetahui cara identifikasi kerusakan serat selulosa cara pewarnaan dengan cara pencucian
tolak.

Tujuan : Pengujian dilakukan untuk menunjukkan adanya gugus karboksilat pada serat selulosa yang
rusak karena zat kimia.

2.7 Pengujian Pewarnaan dengan Cara Biru Trunbull

Maksud : Mengetahui cara identifikasi kerusakan serat selulosa cara pewarnaan dengan cara biru
trunbul.

Tujuan : Pengujian dilakukan untuk menunjukkan adanya gugus karboksilat pada serat selulosa yang
rusak karena zat kimia.

2.8 Pengujian Pewarnaan dengan Na-Kromat


Maksud : Mengetahui cara identifikasi kerusakan serat selulosa cara pewarnaan dengan Na-Kromat.
Tujuan : Pengujian dilakukan untuk menunjukkan adanya gugus karboksilat pada serat selulosa yang
rusak karena zat kimia.

2.9 Pengujian Pewarnaan dengan Metilen Biru

Maksud : Mengetahui cara identifikasi kerusakan serat selulosa cara pewarnaan dengan metilen biru.
Tujuan : Pengujian dilakukan untuk menunjukkan adanya gugus karboksilat pada serat selulosa yang
rusak karena zat kimia.

III. DASAR TEORI

Analisa secara kualitatif biasa disebut sebagai identifikasi serat yaitu penentuan sifat-sifat khusus dari
serat untuk menentukan jenis serat yang benar dan dapat dipertanggung-jawabkan. Sifat-sifat khusus
yang dimaksud adalah morfologi serat, sifat kimia dan sifat fisika serat. Kerusakan bahan tekstil dapat
terjadi pada setiap tingkat proses bahan tekstil, mulai dari bahan baku sampai menjadi bahan jadi ( kain).
Dengan demikian kerusakan serat mungkin terjadi pada setiap tingkatan pengolahan. Sedangkan jenis
kerusakaannya bergantung pada jenis pengolahannya. Keruskan serat dapat terjadi pada serat alam
seperti selulosa( contoh: kapas), serat protein ( contoh: wool), dan serat buatan( contoh: poliamida).
Tingkat kerusakan pada bahan tekstil dapat dibagi menjadi dua golongan besar yaitu: kerusakan
mekanika yang dapat disebabkan oleh : serangan serangga, gesekan,putus karena tarikan dan potongan,
dan tusukan serta kerusakan kimia yang dapat disebabkan oleh serangan jasad renik, cahaya, panas, dan
pengerjaan dengan zat kimia.
3.1 TEORI KAPAS

Kapas merupakan tanaman serat yang penting di dunia. Serat utama dari tanaman kapas adalah rambut
biji yang panjang, yang digunakan untuk membuat benang dan dipintal dalam pabrik tekstil, baik
digunakan sendiri atau dikombinasi dengan tanaman lain, serat binatang atau serat sintetik. Serat kapas
juga dibuat menjadi produk lain seperti benang jahit, tali dan jaring ikan. Potongan tekstil kapas dan kain
digunakan dalam industri kertas untuk menghasilkan kertas tulis, buku dan kertas gambar. Serat pendek
diproses menjadi produk-produk seperti kertas, benang, hiasan dinding, bahan peledak, plastik dan film
fotografi. Bubur kertas serat pendek dibuat menjadi berbagai tipe kertas, tergantung pada kualitasnya.
Serat pendek juga digunakan untuk memproduksi selulosa dan dan bahan pelekatSejarah Kapas Nama
Spesies : Gossypium spp. Nama Inggris : cotton Nama Indonesia : Kapas Nama Lokal :Gossypium
arboreum Linn.: kapas merah (umum), kapas beureum (Sunda), kapas jawa (Jawa)., Gossypium
barbadense Linn.: kapas rampit, kapas kayu; — Gossypium hirsutum : kapas mori (Jawa), kapas kejerat.
Merupakan semak atau pohon kecil tahunan tinggi mencapai hinga 3 m, hampir di semua bagian terdapat
titik-titik kelenjar minyak berwarna hitam. Daun tersusun spiral, tepi rata, tulang daun menjari. Bunga
soliter, biasanya dengan cabang simpodial, kelopak bentuk cangkir, mahkota 5 tersusun seperti genting,
kuning, putih, merah atau ungu, biasannya dengan titik merah, tua atau ungu pada bagian tengah. Buah
kapsul, membulat hingga bulat telur. Biji bulat telur yang ditutupi oleh rambut panjang seperti wol dan
kadang juga oleh rambut yang pendek.

3.2 Identifikasi Kerusakan Serat Kapas

Kerusakan Secara Kualitatif


Jenis kerusakan dapat diabagi menjadi dua golongan, yaitu golongan mekanika dan golongan kimia.
1. Kerusakan mekanika
Kerusakan mekanika adalah kerusakan yang menyebabkan terjadinya perubahan fisik pada bahan
atau serat sebagai akibat gerakan mekanik pada bahan tersebut. Kerusakan tersebut dapat disebabkan
oleh serangan serangga, gesekan,putus karena tarikan, dan potongan serta tusukan.
 Serangan serangga:
Serangan serangga daoat ditentukan dengan adanya bekas gigitan dan jaring sarang serangga pada sera
yang rusak.
 Gesekan :
Gesekan benang dapat terjadi selama proses pengerjaan benang sampai menjadi kain. Pengamatan
dibawah mikroskop menunjukan benang yang tergesek permukaannya lebih berbulu, serat tampak
terpotong-potong, tersikat atau terkoyak-koyak.
 Putus karena tarikan dan potongan
Kerusakan ini dapat dibedakan dengan melihat ujung serat dibawah mikroskop. Pada kerusakan karena
tarikan ujung serat biasanya tercabik-cabik dan terdiri dari campuran serat putus dan tidak putus,
sedangkan serat terpotong biasanya ujung seratnya rata.
 Tusukan
Kerusakan dapat dilihat dengan adanya tusukan atau lubang kecil pada kain dalam suatu pola yang
berlubang. Dibawah mikroskop terlihat adanya serat yang terpotong-potong atau hancur.

2. Kerusakan Kimia
Kerusakan kimia adalah kerusakan yang menyebabkan penurunan kekuatan karena adanya zat kimia
yang dapat ditimbulkan oleh adanya serangan jasad renik( microorganisme), cahaya, panas, dan
pengerjaan dengan zat kimia. Pada umumnya kerusakan serat karena kimia dapat dibedakan dari
kerusakan mekanika dengan cara pengukuran fluiditas serat dalam pelarut yang sesuai. Kerusakan
karena jasad renik ( microrobial damage) dapat mengakibatkan penurunan kekuatan yang tidak dapat
ditunjukan dengan pengukuran fluiditas.
 Serangan jasad renik
Keruskan disebabkan karena jasad renik tersebut mengeluarkan enzim yang menyebabkan terjadinya
kerusakan kimia.
 Cahaya
Kerusakan serat ditandai dengan terjadinya pemutusan ikatan primer pada selulosa.
 Panas
Kerusakan oleh panas dapat terlihat dengan terjadinya perubahan pada dinding primer selulosa.
 Pengerjaan zat kimia
Serat selulosa dapat rusak karena asam maupun zat oksidator. Asam dapat menyebabkan terjadinya
hidroselulosa yang mempunyai gugus pereduksi. Proses oksidasi baik dalam suasana asam maupun
suasana basa menimbulkan oksiselulosa yang mempunyai gugus pereduksi maupun karboksilat.

Untuk dapat menganalisa berbagai kerusakan tersebut telah disusun beberapa cara pengujian yang
masing-masing cara mempunyai derajat ketelitian hasil pengujian yang berbeda. Contoh uji harus
bebas dari zat lain seperti zat penyempurnaan, kanji, lemak, lilin, dsb, karena zat tersebut kadang-
kadang mempengaruhi hasil pengujian atau memberi hasil sama dengan oksiselulosa dan
hidroselulosa. Dalam beberapa hal, pencelupan juga berpengaruh terhadap pengujian ini, karena
pengujian kebanyakan dilakukan dengan cara penodaan, sedangkan zat warna yang ada pada selulosa,
pada umumnya tidak dapat dihilangkan tanpa merusak selulosa.
Analisis awal meliputi:

- Jenis serat / bahan sudah diketahui. - Perlakuan yang diberikan pada serat ada data / rekamannya. -
Jenis kerusakan dan pola-pola kerusakan sudah diketahui. Analisa awal akan memudahkan analisis
selanjutnya sehingga kesalahan analisis dapat dihindari.

Analisis selanjutnya adalah sebagai berikut:


- Penggelembungan dalam natrium hidroksida
Cara ini dimaksudkan untuk membedakan kerusakan serat kapas karena kimia dari kerusakan
mekanika .serat kapas yang tidak rusak, dinding sekundernya akan mengelembung dan menonjol
keluar dari ujung potongan serat dan membentuk kepala jamur atau dumbel. Apabila dinding primer
telah rusak karena zat kimia, maka dinding primernya lemah dan tidak tahan terhadap tekanan yang
timbul oleh dinding sekunder yang menggelembung, sehingga seluruih serat menggelembung. Besar
kecilnya kepala jamur pada ujung potongan serat menentukan derajat kerusakan kimia dari serat
. - Pewarnaan Congo Red
Cara ini dimaksudkan untuk membedakan antara kerusakan kimia dan kerusakan mekanika pada
serat kapas. Pada kapas yang rusak karena meknika akan terlihat adanya serat serat yang sobek atau
putus. Sedangkan pada kapas yang rusak karena kimia akan terlihat adanya retakan memanjang, celah
atau adanya bagian-bagian serat berwarna merah.
- Uji Harrizon
Cara ini dimaksudkan untuk menunjukkan adanya gugus pereduksi pada serat selulosa yang rusak
karena zat kimia. Cara ini digunakan untuk identifikasi oksiselulosa oleh asam atau hidroselulosa
karena adanya gugus aldehida.
Prinsipnya adalah gugus aldehida akan mereduksi ion perak menjadi perak yang mengendap dan
menodai kapas rusak dengan noda abu-abu sampai hitam. Dalam cara ini digunakan dua pelarut
yaitu larutan A yang dibuat dengan melarutkan perak nitrat dan larutan B yang dibuat dengan
melarutkan natrium tiosulfat dan natrium hidroksida dengan perbandingan yang sama dalam air.
Bagian yang rusak akan ternodai dengan warna abu-abu tua sampai hitam.
- Uji Fehling
Cara ini dimaksudkan untuk menunjukkan adanya gugus pereduksi pada serat selulosa yang rusak
karena zat kimia. Larutan fehling terdiri dari dua larutan yaitu larutan A, yang dibuat dengan
melarutkan 34,63 g CUSO4 kristal dalm 500 ml air. Larutan fehling B, yang 70 g NaOH + 173 g
KNaC4H4O6.4H2O dalam 500 ml air Adanya endapan kuprooksida yang berwarna pink atau merah
menunjukkan adanya gugus pereduksi. Pengamatan adanya endapan tersebut akan lebih jelas apabila
dilihat dengan mikroskop. Reaksi yang terjadi adalah : CuSO4 + 2 NaOH 6 Cu (OH) 4
+ Na2SO4 larutan biru Cu (OH)2
CuO + H2O 2CuO Cu2O + H2O
- Uji perak nitrat amoniakal
Larutan perak amoniakal adalah berbahaya dan dapat meledak, maka perlu hati-hati dalam
menggunakannya. Larutan tersebut dibuat dengan menambahkan ammonia dengan hati-hati kedalam
larutan yang dibuat dari perak nitrat 10 gram didalam 100 ml air suling. Pada serat yang tidak rusak
maka warna kuning yang
C4H4O
terjadi akan hilang, sedangkan pada bagian serat yang rusak akan tampak adanya warna kuning atau
coklat dan tergantung pada derajat kerusakan seratnya.
- Uji Biru Trunbull
Cara ini dimaksudkan untuk menunjukkan gugus karboksil, pada serat selulosa yang rusak karena
zat kimia. Contoh uji direndam dengan menggunakan larutan yang didalamnya mengandung
ferrosulfat 10 gram perliter air pada suhu kamar, dan dicuci dengan air pada suhu 700C. Kemudian
contoh uji direndam didalam larutan yang mengandung kalium ferisianida 10 gram per liter air pada
suhu kamar selama 5 menit. Akhirnya dicuci dengan air pada suhu 700C. Warna biru tua
menunjukkan adanya gugus karboksil pada serat.
Untuk dapat menganalisa berbagai kerusakan tersebut telah disusun beberapa cara pengujian yang
masing-masing cara mempunyai derajat ketelitian hasil pengujian yang berbeda. Contoh uji harus
bebas dari zat lain seperti zat penyempurnaan, kanji, lemak, lilin, dsb, karena zat tersebut kadang-
kadang mempengaruhi hasil pengujian atau memberi hasil sama dengan oksiselulosa dan
hidroselulosa. Dalam beberapa hal, pencelupan juga berpengaruh terhadap pengujian ini, karena
pengujian kebanyakan dilakukan dengan cara penodaan, sedangkan zat warna yang ada pada selulosa,
pada umumnya tidak dapat dihilangkan tanpa merusak selulosa.
Analisis awal meliputi:
- Jenis serat / bahan sudah diketahui. - Perlakuan yang diberikan pada serat ada data / rekamannya. -
Jenis kerusakan dan pola-pola kerusakan sudah diketahui. Analisa awal akan memudahkan analisis
selanjutnya sehingga kesalahan analisis dapat dihindari.
Analisis selanjutnya adalah sebagai berikut:
- Penggelembungan dalam natrium hidroksida Cara ini dimaksudkan untuk membedakan
kerusakan serat kapas karena kimia dari kerusakan mekanika .serat kapas yang tidak rusak, dinding
sekundernya akan mengelembung dan menonjol keluar dari ujung potongan serat dan membentuk
kepala jamur atau dumbel. Apabila dinding primer telah rusak karena zat kimia, maka dinding
primernya lemah dan tidak tahan terhadap tekanan yang timbul oleh dinding sekunder yang
menggelembung, sehingga seluruih serat menggelembung. Besar kecilnya kepala jamur pada ujung
potongan serat menentukan derajat kerusakan kimia dari serat. - Pewarnaan Congo Red Cara ini
dimaksudkan untuk membedakan antara kerusakan kimia dan kerusakan mekanika pada serat kapas.
Pada kapas yang rusak karena meknika akan terlihat adanya serat serat yang sobek atau putus.
Sedangkan pada kapas yang rusak karena kimia akan terlihat adanya retakan memanjang, celah atau
adanya bagian-bagian serat berwarna merah. - Uji Harrizon Cara ini dimaksudkan untuk
menunjukkan adanya gugus pereduksi pada serat selulosa yang rusak karena zat kimia. Cara ini
digunakan untuk identifikasi oksiselulosa oleh asam atau hidroselulosa karena adanya gugus aldehida.
Prinsipnya adalah gugus aldehida akan mereduksi ion perak menjadi perak yang mengendap dan
menodai kapas rusak dengan noda abu-abu sampai hitam. Dalam cara ini digunakan dua pelarut
yaitu larutan A yang dibuat dengan melarutkan perak nitrat dan larutan B yang dibuat dengan
melarutkan natrium tiosulfat dan natrium hidroksida dengan perbandingan
yang sama dalam air. Bagian yang rusak akan ternodai dengan warna abu-abu tua sampai hitam
AgNO3 + Na2S2O3 NaOH Na3[Ag(S2O3)2] AgNO3 + Na2S2O3
Ag2S2O3 + NaNO3
Ag2S H2SO4
Ag2S2O3 NaOH Na3[Ag(S2O3)] garam kompleks yang larut Ag+ + Hn
Na2S2O3 Ag + H+

Ag+ + R-C R-C + Ag+


- Uji Fehling Cara ini dimaksudkan untuk menunjukkan adanya gugus pereduksi pada serat
selulosa yang rusak karena zat kimia. Larutan fehling terdiri dari dua larutan yaitu larutan A, yang
dibuat dengan melarutkan 34,63 g CUSO4 kristal dalm 500 ml air. Larutan fehling B, yang 70 g
NaOH + 173 g KNaC4H4O6.4H2O dalam 500 ml air Adanya endapan kuprooksida yang berwarna
pink atau merah menunjukkan adanya gugus pereduksi. Pengamatan adanya endapan tersebut akan
lebih jelas apabila dilihat dengan mikroskop. Reaksi yang terjadi adalah : CuSO4 + 2 NaOH
6 Cu (OH) 4 + Na2SO4 larutan biru Cu
(OH)2 CuO + H2O 2CuO Cu2O + H2O
- Uji perak nitrat amoniakal Larutan perak amoniakal adalah berbahaya dan dapat meledak, maka
perlu hati-hati dalam menggunakannya. Larutan tersebut dibuat dengan menambahkan ammonia
dengan hati-hati kedalam larutan yang dibuat dari perak nitrat 10 gram didalam 100 ml air suling.
Pada serat yang tidak rusak maka warna kuning yang
C4H4O
terjadi akan hilang, sedangkan pada bagian serat yang rusak akan tampak adanya warna kuning atau
coklat dan tergantung pada derajat kerusakan seratnya.
- Uji Biru Trunbull Cara ini dimaksudkan untuk menunjukkan gugus karboksil, pada serat selulosa
yang rusak karena zat kimia. Contoh uji direndam dengan menggunakan larutan yang didalamnya
mengandung ferrosulfat 10 gram perliter air pada suhu kamar, dan dicuci dengan air pada suhu 700C.
Kemudian contoh uji direndam didalam larutan yang mengandung kalium ferisianida 10 gram per
liter air pada suhu kamar selama 5 menit. Akhirnya dicuci dengan air pada suhu 700C. Warna biru tua
menunjukkan adanya gugus karboksil pada serat.

IV. ALAT DAN BAHAN


a) Pengujian penggelembungan dengan NaOH.

- Mikroskop
- Kaca objek dan kaca penutup
- Kertas hisap
- Larutan NaOH 18 %.

b) Pengujian Pewarnaan dengan Congo Red

- Mikroskop
- Kaca objek dan kaca penutup
- Kertas hisap
- Larutan zat warna Congo Red 1%
- Larutan NaOH 2% dan NaOH 18%.

c) Pengujian pewarnaan dengan cara Uji Harizzon.

- Tabung reaksi
- Pembakar Bunsen
- Pelarut A ( AgNO₃)
- Pelarut B ( 200 g Na₂S₂O₃ dan 200 g NaOH) DALAM 1 L air.

d) Pengujian Pewarnaan dengan Perak Nitrat Amoniakal.

- Tabung reaksi
- Pembakar bunsen
- AgNO₃ Amoniakal.
- NH₄OH 10%

e) Pengujian Pewarnaan dengan Preaksi Fehling.

- Tabung reaksi
- Pembakar bunsen
- Larutan Fehling A ( 60 g/L CuSO₄)
- Larutan Fehling B ( 346 g Kalium Natrium tartat dan 100 g NaOH/L air)

f) Pengujian Pewarnaan dengan Cara Pencelupan Tolak.


- Tabung reaksi
- Pembakar bunsen
- Larutan Chlorazol Sky Blue FF ( Cl Direct Blue 1) 5 g/L.

g) Pengujian Pewarnaan dengan Cara Biru Trunbull.

- Tabung reaksi
- Pembakar bunsen
- Ferro sulfat 10g/L.
- Kalium ferri sianida 10 g/L.

h) Pengujian Pewarnaan dengan cara Na-Kromat.


- Tabung reaksi
- Natrium Kromat 10 g/L
- Pb Asetat 10 g/L

i) Pengujian Pewarnaan dengan Metilen Biru

- Tabung reaksi
- Larutan Metilen Biru 10 g/L yang telah diasamkan dengan H₂SO₄ 2N ( 10
- g/L).

V. CARA KERJA

a) Pengujian Penggelembungan dengan NaOH.

- Potong serat kapas pendek-pendek kira-kira 0.5mm.


- Letakkan diatas kaca objek: tetesi dengan NaOH sebagai medium, tutup dengan kaca penutup.
- Biarkan beberapa menit.
- Amati dibawah mikroskop.

b) Pengujian Pewarnaan dengan Congo Red.

- Rendam contoh uji dalam larutan NaOH 2 % selama 5 menit.


- Cuci sampai bebas NaOH ( uji dengan kertas lakmus).
- Keringkan dengan kertas penghisap.
- Rendam contoh uji dalam larutan Congo Red selama 5 menit.
- Cuci bersih dengan air.
- Rendam dalam larutan NaOH 18% selama 3-5 menit.
- Amati dibawah mikroskop.

c) Pengujian Pewarnaan dengan cara Uji Harrizon.

- Campurkan 1 ml larutan A dalam 20 ml air dengan 2 ml larutan B dalam 20 ml.


- Didihkan contoh uji dalam 2-5 ml campuran tersebut selama 5 menit.
- Cuci dalam larutan B ( 1 ml dalam 10 ml air).
- Cuci dengan air panas suhu 70°C.
- Amati warna yang terjadi.

d) Pengujian Pewarnaan dengan Perak Nitrat Amoniakal.

- Panaskan contoh uji dalam larutan AgNO₃ amoniakal pada suhu 80°C selama 3-5 menit.
- Cuci dengan air dingin.
- Cuci dengan larutan amoniakal 10%.
- Amati warna yang terjadi.

e) Pengujian Pewarnaan dengan Pereaksi Fehling.

- Campurkan 5 ml larutan Fehling A dan 5 ml larutan Fehling B ( larutan dapat diencerkan dengan
10 ml air suling).
- Didihkan contoh Uji dalam 2-5 ml campuran tersebut selama 10 menit.
- Cuci dengan air panas pada suhu 70°C.
- Amati warna yang terjadi.

f) Pengujian Pewarnaan dengan cara Pencelupan Tolak.

- Rendam contoh uji dalam larutan Chlorazol Sky Blue FF pada suhu mendidih selama 5 menit.
- Cuci dengan air panas pada suhu 70°C.
- Amati warna yang terjadi.

g) Pengujian Pewarnaan dengan cara Biru Trunbull.


- Rendam contoh uji didalam larutan Ferro sulfat selama 5 menit pada suhu kamar.
- Cuci dengan air panas pada suhu 70°C.
- Rendam contoh uji dalam larutan kalium ferri sianida selama 5 menit pada suhu kamar.
- Cuci pada suhu 70°C , lalu dikeringkan.
- Amati warna yang terjadi.

h) Pengujian Pewarnaan dengan Na-Kromat.

- Rendam contoh uji dalam larutan Pb Asetat selama 5 menit pada suhu kamar.
- Bilas dengan air dingin.
- Pindahkan contoh uji kedalam larutan Na Kromat kemudian rendam dalam larutan tersebut
selama 5 menit pada suhu kamar.
- Cuci dan keringkan.
- Amati warna yang terjadi.

I) Pengujian Pewarnaan dengan Metilen Biru.

- Rendam contoh uji dalam larutan pereaksi Metilen Biru selama 5-10 menit pada suhu kamar.
- Cuci dengan air mengalir.
- Amati warna yang terjadi.

VIII. KESIMPULAN
8.1 Pengujian Penggelembungan dengan NaOH

Berdasarkan hasil percobaan dan pengamatan serat yang tidak memiliki dumble (kerusakannya
parah) adalah kapas rusak oleh asam, kaporit, H2O2, Hipoklorit, KMnO4, panas, jamur dan pukulan.
Semakin kecil dumble yang terlihat menunjukkan derajat kerusakan kimia.

8.2 Pengujian Pewarnaan dengan Congo Red

Serat yang rusak karena mekanik terlihat warna merah pada bagian serat yang rusak (pada bagian
sobekan, potongan) terwarnai tua. Pada kerusakan serat karena kimia serat terwarnai secara tidak
merata dan menyebar (bintik-bintik atau bagian dekat lumennya yang terwarnai) dan juga terlihat
sedikit retakan memanjang, dumble yang terbentuk sangat kecil.

8.3 Pengujian Pewarnaan dengan Cara Uji Harrizon

Serat kapas yang memiliki gugus aldehida terbanyak menurut uji Harrizon adalah serat kapas
dengan kerusakan akibat asam, alkali, kaporit, H2O2, hipoklorit, panas dan pukulan.

8.4 Pengujian Pewarnaan dengan Perak Nitrat Amoniakal

Serat kapas yang memiliki gugus aldehida terbanyak menurut uji Perak Nitrat Amoniakal adalah
serat kapas dengan kerusakan akibat asam, panas dan pukulan.

8.5 Pengujian Pewarnaan dengan Pereaksi Fehling Serat kapas yang memiliki gugus pereduksi
terbanyak menurut uji fehling adalah serat kapas dengan kerusakan akibat asam.

8.6 Pengujian Pewarnaan dengan Cara Pencucian Tolak

Menurut hasil percobaan dan pengamatan, serat kapas atau contoh uji yang digunakan tidak ada
yang memiliki gugus karboksil, karena warna yang dihasilkan semuanya biru.

8.7 Pengujian Pewarnaan dengan Cara Biru Trunbull

Berdasarkan hasil percobaan dan pengamatan diperoleh serat yang berwarna paling biru tua adalah
serat kapas yang rusak karena asam, KMnO4 dan jamur.

8.8 Pengujian Pewarnaan dengan Na-Kromat


Serat kapas yang memiliki gugus karboksilat terbanyak menurut uji Na – Kromat adalah serat kapas
dengan kerusakan akibat alkali,panas, jamur dan pukulan. Serat kapas yang memiliki gugus
pereduksi terbanyak menurut uji Na – Kromat adalah serat kapas dengan kerusakan akibat H2O2.

8.9 Pengujian Pewarnaan dengan Metilen Biru

Serat kapas yang memiliki gugus karboksilat terbanyak menurut uji metilen biru adalah serat kapas
dengan kerusakan akibat kaporit, hipoklorit dan jamur.

IX. DAFTAR PUSTAKA


Widayat, S.Teks. dkk, evaluasi tekstil bagian kimia, Institut Teknologi Tekstil Bandung,1975.
Soeprijono,P S.Teks, dkk, Serat-Serat Tekstil, STTT, Bandung, 1973 Buku Panduan Praktek
Evaluasi Tekstil 1, STTT, Bandung

Anda mungkin juga menyukai