JUDUL
Maksud : Mengetahui cara identifikasi kerusakan serat selulosa cara penggelembungan dengan NaOH.
Tujuan : Untuk membedakan kerusakan serat kapas karena zat kimia dan mekanika.
Maksud : Mengetahui cara identifikasi kerusakan serat selulosa cara pewarnaan dengan congo red.
Tujuan : Untuk membedakan kerusakan serat kapas karena zat kimia dan mekanika.
Tujuan : Pengujian dilakukan untuk menunjukkan adanya gugus pereduksi pada serat selulosa yang
rusak karena zat kimia.
Maksud : Mengetahui cara identifikasi kerusakan serat selulosa cara pewarnaan dengan perak
amoniakal.
Tujuan : Pengujian dilakukan untuk menunjukkan adanya gugus pereduksi pada serat selulosa yang
rusak karena zat kimia.
Maksud : Mengetahui cara identifikasi kerusakan serat selulosa cara pewarnaan dengan pereaksi
fehling.
Tujuan : Pengujian dilakukan untuk menunjukkan adanya gugus pereduksi pada serat selulosa yang
rusak karena zat kimia.
Maksud : Mengetahui cara identifikasi kerusakan serat selulosa cara pewarnaan dengan cara pencucian
tolak.
Tujuan : Pengujian dilakukan untuk menunjukkan adanya gugus karboksilat pada serat selulosa yang
rusak karena zat kimia.
Maksud : Mengetahui cara identifikasi kerusakan serat selulosa cara pewarnaan dengan cara biru
trunbul.
Tujuan : Pengujian dilakukan untuk menunjukkan adanya gugus karboksilat pada serat selulosa yang
rusak karena zat kimia.
Maksud : Mengetahui cara identifikasi kerusakan serat selulosa cara pewarnaan dengan metilen biru.
Tujuan : Pengujian dilakukan untuk menunjukkan adanya gugus karboksilat pada serat selulosa yang
rusak karena zat kimia.
Analisa secara kualitatif biasa disebut sebagai identifikasi serat yaitu penentuan sifat-sifat khusus dari
serat untuk menentukan jenis serat yang benar dan dapat dipertanggung-jawabkan. Sifat-sifat khusus
yang dimaksud adalah morfologi serat, sifat kimia dan sifat fisika serat. Kerusakan bahan tekstil dapat
terjadi pada setiap tingkat proses bahan tekstil, mulai dari bahan baku sampai menjadi bahan jadi ( kain).
Dengan demikian kerusakan serat mungkin terjadi pada setiap tingkatan pengolahan. Sedangkan jenis
kerusakaannya bergantung pada jenis pengolahannya. Keruskan serat dapat terjadi pada serat alam
seperti selulosa( contoh: kapas), serat protein ( contoh: wool), dan serat buatan( contoh: poliamida).
Tingkat kerusakan pada bahan tekstil dapat dibagi menjadi dua golongan besar yaitu: kerusakan
mekanika yang dapat disebabkan oleh : serangan serangga, gesekan,putus karena tarikan dan potongan,
dan tusukan serta kerusakan kimia yang dapat disebabkan oleh serangan jasad renik, cahaya, panas, dan
pengerjaan dengan zat kimia.
3.1 TEORI KAPAS
Kapas merupakan tanaman serat yang penting di dunia. Serat utama dari tanaman kapas adalah rambut
biji yang panjang, yang digunakan untuk membuat benang dan dipintal dalam pabrik tekstil, baik
digunakan sendiri atau dikombinasi dengan tanaman lain, serat binatang atau serat sintetik. Serat kapas
juga dibuat menjadi produk lain seperti benang jahit, tali dan jaring ikan. Potongan tekstil kapas dan kain
digunakan dalam industri kertas untuk menghasilkan kertas tulis, buku dan kertas gambar. Serat pendek
diproses menjadi produk-produk seperti kertas, benang, hiasan dinding, bahan peledak, plastik dan film
fotografi. Bubur kertas serat pendek dibuat menjadi berbagai tipe kertas, tergantung pada kualitasnya.
Serat pendek juga digunakan untuk memproduksi selulosa dan dan bahan pelekatSejarah Kapas Nama
Spesies : Gossypium spp. Nama Inggris : cotton Nama Indonesia : Kapas Nama Lokal :Gossypium
arboreum Linn.: kapas merah (umum), kapas beureum (Sunda), kapas jawa (Jawa)., Gossypium
barbadense Linn.: kapas rampit, kapas kayu; — Gossypium hirsutum : kapas mori (Jawa), kapas kejerat.
Merupakan semak atau pohon kecil tahunan tinggi mencapai hinga 3 m, hampir di semua bagian terdapat
titik-titik kelenjar minyak berwarna hitam. Daun tersusun spiral, tepi rata, tulang daun menjari. Bunga
soliter, biasanya dengan cabang simpodial, kelopak bentuk cangkir, mahkota 5 tersusun seperti genting,
kuning, putih, merah atau ungu, biasannya dengan titik merah, tua atau ungu pada bagian tengah. Buah
kapsul, membulat hingga bulat telur. Biji bulat telur yang ditutupi oleh rambut panjang seperti wol dan
kadang juga oleh rambut yang pendek.
2. Kerusakan Kimia
Kerusakan kimia adalah kerusakan yang menyebabkan penurunan kekuatan karena adanya zat kimia
yang dapat ditimbulkan oleh adanya serangan jasad renik( microorganisme), cahaya, panas, dan
pengerjaan dengan zat kimia. Pada umumnya kerusakan serat karena kimia dapat dibedakan dari
kerusakan mekanika dengan cara pengukuran fluiditas serat dalam pelarut yang sesuai. Kerusakan
karena jasad renik ( microrobial damage) dapat mengakibatkan penurunan kekuatan yang tidak dapat
ditunjukan dengan pengukuran fluiditas.
Serangan jasad renik
Keruskan disebabkan karena jasad renik tersebut mengeluarkan enzim yang menyebabkan terjadinya
kerusakan kimia.
Cahaya
Kerusakan serat ditandai dengan terjadinya pemutusan ikatan primer pada selulosa.
Panas
Kerusakan oleh panas dapat terlihat dengan terjadinya perubahan pada dinding primer selulosa.
Pengerjaan zat kimia
Serat selulosa dapat rusak karena asam maupun zat oksidator. Asam dapat menyebabkan terjadinya
hidroselulosa yang mempunyai gugus pereduksi. Proses oksidasi baik dalam suasana asam maupun
suasana basa menimbulkan oksiselulosa yang mempunyai gugus pereduksi maupun karboksilat.
Untuk dapat menganalisa berbagai kerusakan tersebut telah disusun beberapa cara pengujian yang
masing-masing cara mempunyai derajat ketelitian hasil pengujian yang berbeda. Contoh uji harus
bebas dari zat lain seperti zat penyempurnaan, kanji, lemak, lilin, dsb, karena zat tersebut kadang-
kadang mempengaruhi hasil pengujian atau memberi hasil sama dengan oksiselulosa dan
hidroselulosa. Dalam beberapa hal, pencelupan juga berpengaruh terhadap pengujian ini, karena
pengujian kebanyakan dilakukan dengan cara penodaan, sedangkan zat warna yang ada pada selulosa,
pada umumnya tidak dapat dihilangkan tanpa merusak selulosa.
Analisis awal meliputi:
- Jenis serat / bahan sudah diketahui. - Perlakuan yang diberikan pada serat ada data / rekamannya. -
Jenis kerusakan dan pola-pola kerusakan sudah diketahui. Analisa awal akan memudahkan analisis
selanjutnya sehingga kesalahan analisis dapat dihindari.
- Mikroskop
- Kaca objek dan kaca penutup
- Kertas hisap
- Larutan NaOH 18 %.
- Mikroskop
- Kaca objek dan kaca penutup
- Kertas hisap
- Larutan zat warna Congo Red 1%
- Larutan NaOH 2% dan NaOH 18%.
- Tabung reaksi
- Pembakar Bunsen
- Pelarut A ( AgNO₃)
- Pelarut B ( 200 g Na₂S₂O₃ dan 200 g NaOH) DALAM 1 L air.
- Tabung reaksi
- Pembakar bunsen
- AgNO₃ Amoniakal.
- NH₄OH 10%
- Tabung reaksi
- Pembakar bunsen
- Larutan Fehling A ( 60 g/L CuSO₄)
- Larutan Fehling B ( 346 g Kalium Natrium tartat dan 100 g NaOH/L air)
- Tabung reaksi
- Pembakar bunsen
- Ferro sulfat 10g/L.
- Kalium ferri sianida 10 g/L.
- Tabung reaksi
- Larutan Metilen Biru 10 g/L yang telah diasamkan dengan H₂SO₄ 2N ( 10
- g/L).
V. CARA KERJA
- Panaskan contoh uji dalam larutan AgNO₃ amoniakal pada suhu 80°C selama 3-5 menit.
- Cuci dengan air dingin.
- Cuci dengan larutan amoniakal 10%.
- Amati warna yang terjadi.
- Campurkan 5 ml larutan Fehling A dan 5 ml larutan Fehling B ( larutan dapat diencerkan dengan
10 ml air suling).
- Didihkan contoh Uji dalam 2-5 ml campuran tersebut selama 10 menit.
- Cuci dengan air panas pada suhu 70°C.
- Amati warna yang terjadi.
- Rendam contoh uji dalam larutan Chlorazol Sky Blue FF pada suhu mendidih selama 5 menit.
- Cuci dengan air panas pada suhu 70°C.
- Amati warna yang terjadi.
- Rendam contoh uji dalam larutan Pb Asetat selama 5 menit pada suhu kamar.
- Bilas dengan air dingin.
- Pindahkan contoh uji kedalam larutan Na Kromat kemudian rendam dalam larutan tersebut
selama 5 menit pada suhu kamar.
- Cuci dan keringkan.
- Amati warna yang terjadi.
- Rendam contoh uji dalam larutan pereaksi Metilen Biru selama 5-10 menit pada suhu kamar.
- Cuci dengan air mengalir.
- Amati warna yang terjadi.
VIII. KESIMPULAN
8.1 Pengujian Penggelembungan dengan NaOH
Berdasarkan hasil percobaan dan pengamatan serat yang tidak memiliki dumble (kerusakannya
parah) adalah kapas rusak oleh asam, kaporit, H2O2, Hipoklorit, KMnO4, panas, jamur dan pukulan.
Semakin kecil dumble yang terlihat menunjukkan derajat kerusakan kimia.
Serat yang rusak karena mekanik terlihat warna merah pada bagian serat yang rusak (pada bagian
sobekan, potongan) terwarnai tua. Pada kerusakan serat karena kimia serat terwarnai secara tidak
merata dan menyebar (bintik-bintik atau bagian dekat lumennya yang terwarnai) dan juga terlihat
sedikit retakan memanjang, dumble yang terbentuk sangat kecil.
Serat kapas yang memiliki gugus aldehida terbanyak menurut uji Harrizon adalah serat kapas
dengan kerusakan akibat asam, alkali, kaporit, H2O2, hipoklorit, panas dan pukulan.
Serat kapas yang memiliki gugus aldehida terbanyak menurut uji Perak Nitrat Amoniakal adalah
serat kapas dengan kerusakan akibat asam, panas dan pukulan.
8.5 Pengujian Pewarnaan dengan Pereaksi Fehling Serat kapas yang memiliki gugus pereduksi
terbanyak menurut uji fehling adalah serat kapas dengan kerusakan akibat asam.
Menurut hasil percobaan dan pengamatan, serat kapas atau contoh uji yang digunakan tidak ada
yang memiliki gugus karboksil, karena warna yang dihasilkan semuanya biru.
Berdasarkan hasil percobaan dan pengamatan diperoleh serat yang berwarna paling biru tua adalah
serat kapas yang rusak karena asam, KMnO4 dan jamur.
Serat kapas yang memiliki gugus karboksilat terbanyak menurut uji metilen biru adalah serat kapas
dengan kerusakan akibat kaporit, hipoklorit dan jamur.