Anda di halaman 1dari 23

REKAYASA PANTAI

MAKALAH MENGENAI TSUNAMI

Kelas C
KELOMPOK 3 :
Fadil Akbar (1207136467)
M Jejen Suilman (1407113208)
Fatimah Insani H (1407114167)
Elsyani Eka Putri (1407119370)
Aghnia Fatharani (1407122557)
Muhammad Kusairi (1407123498)
M. Khadafi Lembasy (1407123910)
Gumi Oktavia (1407111300)

JURUSAN TEKNIK SIPIL S-1


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
2017
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Rekayasa Pantai .

Tugas Rekayasa Pantai ini merupakan tugas penting untuk lulus dalam mata kuliah
matakuliah Rekayasa Pantaipada program studi Teknik Sipil S1 Universitas Riau.

Rasa terima kasih penulis ucapkan kepada dosen pengampu mata kuliah Rekayasa
Pantai.Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tugas ini masih terdapat banyak
kekurangan dan kesalahan.Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat
membantu penulis dalam menyelesaikan tugas ini dengan lebih baik lagi.Penulis
mengharapkan semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi rekan-rekan mahasiswa Program
Studi Teknik Sipil S1 Fakultas Teknik Universitas Riau.

Pekanbaru, April 2017

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ..................................................................................................................... i


BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan..................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penulisan................................................................................... 2
BAB II ................................................................................................................................ 3
PEMBAHASAN ................................................................................................................. 3
2.1 Pengertian Tsunami .................................................................................... 3
2.2 Penyebab Tsunami .................................................................................. 5
2.3 Tanda-tanda Datangnya Tsunami ......................................................... 12
2.4 Wilayah Rentan Tsunami ...................................................................... 15
2.5 Penanggulangan Akibat Bencana Tsunami........................................... 15
BAB III ............................................................................................................................. 19
PENUTUP ........................................................................................................................ 19
3.1 Kesimpulan ........................................................................................... 19
3.2 Saran ..................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 20

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gelombang tsunami merupakan salah satu bencana alam yang menimbulkan
kerusakan yang dahsyat hingga korban jiwa pada tempat yang dilalui gelombang
pasang tersebut.Tsunami terjadi setelah terjadi gempa sangat besar yang diakibatkan
oleh aktivitas lempeng kerak bumi dibawah laut yang bertabrakan antar
lempeng.Gelombang tsunami telah terjadi di berbagai benua seperti Asia, Afrika,
Australia, Eropa dan Amerika.Tempat yang terkenal mengalami kerusakan yang sangat
parah khususnya dipesisir pantai serta menimbulkan korban jiwa yang begitu besar.
Bencana gelombang pasang yang terjadi selama 11 tahun kebelakangan ini banyak
menimbulkan korban jiwa disetiap negara misalnya tsunami tahun 2004 terjadi di
propinsi Aceh dimana korban berjumlah sekitar 280 ribu jiwa lebih (Helmi Ade
Saputra, 2014). Negara Jepang, dampak akibat tsunami menimbulkan reaktor nuklir di
kota Fukushima mengalami kebocoran dan akibatnya radiasi nuklir menyerang hampir
seluruh wilayah tersebut(Yoshihide Suga).
Untuk mengamati bencana tsunami dapat dilihat dari seberapa besar gempa yang
dihasilkan serta air laut yang mengalami penyusutan secara cepat.Akan tetapi banyak
masyarakat belum mengetahui gejala alam yang dapat menimbulkan bencana tsunami.
Masyarakat seharusnya mengetahui fenomena alam yang akan menimbulkan
gelombang pasang. Pada laporan akhir sebelumnya telah dibahas masalah pendeteksi
gempa dengan menggunakan sensor getar (piezo vibration) namun tidak membahas
masalah deteksi tsunami.
Untuk mendeteksi datangnya gelombang tsunami, dapat dilakukan dengan melihat
berbagai fenomena alam dipesisir pantai, misalnya air laut tiba-tiba menjadi surut
sepanjang 800 meter dalam waktu singkat dan tak lama kemudian terjadi gelombang
yang sangat besar, yang masuk ke daratan sampai beberapa kilometer (Nani Trianawati
Sugito, 2008).

1
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dalam laporan akhir ini akan dibuat suatu
alat simulasi pendeteksi dini bencana tsunami yang menggunakan teknologi
mikrokontroler ATMega8535, sensor getar, sensor level air serta logika fuzzy Untuk
mendeteksi datangnya gelombang tsunami, dapat dilakukan dengan melihat berbagai
fenomena alam dipesisir pantai, misalnya air laut tiba-tiba menjadi surut sepanjang 800
meter dalam waktu singkat dan tak lama kemudian terjadi gelombang yang sangat
besar, yang masuk ke daratan sampai beberapa kilometer (Nani Trianawati Sugito,
2008).. Logika fuzzy digunakan untuk menentukan batasan gempa yang ditimbulkan
dan jarak surutnya air dari garis pantai sebagai pendeteksi awal terjadi tsunami yaitu
dekat, agak dekat dan jauh serta kekuatan getaran lemah, sedang dan kuat. Alat yang
akan dibuat adalah “Rancang Bangun Alat Pendeteksi Dini Bencana Tsunami
Menggunakan Logika Fuzzy”.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam makalah ini adalah untuk mengetahui berbagai asalah
mengenai tsunami.Mulai dari penyebab, dampak serta penanggulangannya.

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dalam makalah ini adalah:
1. Permasalahan tsunami di Indonesia dan seluruh dunia serta cara menanganinya
2. Apa apa saja yang kita butuhkan untuk membantu pemerintah dalam
menghadapi isu ini

1.4 Manfaat Penulisan


Adapun manfaat yang dapat dihasilkan oleh perancangan alat ini yaitu :
1. Menambah ilmu dan wawasan kita sebagai engineer untuk pemahaman terhadap
tsunami
2. Mengetahui dampak yang disebabkan oleh tsunami
3. Membantu pemerintah dalam penanganan tsunami

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Tsunami


Tsunami berasal dari bahasa Jepang yang berarti gelombang ombak lautan
“tsu” berarti lautan, “nami” berarti gelombang ombak.Tsunami adalah serangkaian
gelombang ombak laut raksasa yang timbul karena adanya pergeseran di dasar laut
akibat gempa bumi (BNPB No.8 Tahun 2011).Menurut Bakornas PB (2007),
Tsunami dapat diartikan sebagai gelombang laut dengan periode panjang yang
ditimbulkan oleh gangguan impulsif dari dasar laut.
Gangguan impulsif tersebut bisa berupa gempabumi tektonik, erupsi
vulkanik atau longsoran.Kecepatan tsunami bergantung pada kedalaman perairan,
akibatnya gelombang tersebut mengalami percepatan atau perlambatan sesuai
dengan bertambah atau berkurangnya kedalaman perairan, dengan proses ini arah
pergerakan arah gelombang juga berubah dan energi gelombang bias menjadi
terfokus atau juga menyebar. Di perairan dalam tsunami mampu bergerak dengan
kecepatan 500 sampai 1000 kilometer per jam sedangkan di perairan dangkal
kecepatannya melambat hingga beberapa puluh kilometer per jam, demikian juga
ketinggian tsunami juga bergantung pada kedalaman perairan. Amplitudo tsunami
yang hanya memilikiketinggian satu meter di perairan dalam bias meninggi hingga
puluhan meter di garis pantai (Puspito, 2010).
Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 24 tahun 2007,
“Bencana dapat didefinisikan sebagai peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang
disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia
sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda, dan dampak psikologis”. Bencana dapat terjadi karena ada
dua kondisi yaitu adanya peristiwa atau gangguan yang mengancam dan merusak
(hazard) dan kerentanan (vulnerability) masyarakat. Hubungan keduanya dapat
digambarkan bila gangguan atau ancaman tersebut muncul kepermukaan tetapi

3
masyarakat tidak rentan, maka berarti masyarakat dapat mengatasi sendiri peristiwa
yang mengganggu tersebut, sementara bila kondisi masyarakat rentan tetapi tidak
terjadi peristiwa yang mengancam maka tidak akan terjadi bencana.
Adapun Bencana dibagi ke dalam tiga kategori yaitu:
a. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang disebabkan oleh alam, antara lain berupa gempa bumi, tsunami,
gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.
b. Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal
modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit.
c. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa serangkaian
peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antar
kelompok atau antar komunitas masyarakat, dan teror.

Mekanisme tsunami akibat gempa bumi dapat diuraikan dalam 4 (empat) tahap
yaitu;
a) Kondisi Awal
Gempa bumi biasanya berhubungan dengan goncangan permukaan yang terjadi
sebagai akibat perambatan gelombang elastik (elastic waves) melewati batuan dasar
ke permukaan tanah. Pada daerah yang berdekatan dengan sumber-sumber gempa
laut (patahan), dasar lautan sebagian akan terangkat (uplifted) secara permanen dan
sebagian lagi turun ke bawah (down-dropped), sehingga mendorong kolom air naik
dan turun. Energi potensial yang diakibatkan dorongan air ini, kemudian berubah
menjadi gelombang tsunami atau energi kinetik di atas elevasi muka air laut rata-
rata (mean sea level) yang merambat secara horisontal.Kasus yang diperlihatkan
adalah keruntuhan dasar lereng kontinental dengan lautan yang relatif dalam akibat
gempa.Kasus ini dapat juga terjadi pada keruntuhan lempeng kontinental dengan
kedalaman air dangkal akibat gempa.
b) Pemisahan Gelombang.

4
Setelah beberapa menit kejadian gempa bumi, gelombang awal tsunami
akan terpisah menjadi tsunami yang merambat ke samudera yang disebut sebagai
tsunami berjarak (distant tsunami), dan sebagian lagi merambat ke pantai-pantai
berdekatan yang disebut sebagai tsunami lokal (local tsunami).Tinggi gelombang di
atas muka air laut rata-rata dari ke dua gelombang tsunami, yang merambat dengan
arah berlawanan ini, besarnya kira-kira setengah tinggi gelombang tsunami
awal.Kecepatan rambat ke dua gelombang tsunami ini dapat diperkirakan sebesar
akar dari kedalaman laut ( gd ). Oleh karena itu, kecepatan rambat tsunami di
samudera dalam akan lebih cepat dari pada tsunami lokal.
c) Amplifikasi
Pada waktu tsunami lokal merambat melewati lereng kontinental, sering
terjadi hal-hal seperti peningkatan amplitudo gelombang dan penurunan panjang
gelombang Setelah mendekati daratan dengan lereng yang lebih tegak, akan terjadi
rayapan gelombang.
d) Rayapan.
Pada saat gelombang tsunami merambat dari perairan dalam, akan melewati
bagian lereng kontinental sampai mendekati bagian pantai dan terjadi rayapan
tsunami .Rayapan tsunami adalah ukuran tinggi air di pantai terhadap muka air laut
rata-rata yang digunakan sebagai acuan.Dari pengamatan berbagai kejadian
tsunami, pada umumnya tsunami tidak menyebabkan gelombang tinggi yang
berputar setempat (gelombang akibat angin yang dimanfaatkan oleh peselancar air
untuk meluncur di pantai). Namun, tsunami datang berupa gelombang kuat dengan
kecepatan tinggi di daratan yang berlainan seperti diuraikan pada Amplikasi,
sehingga rayapan gelombang pertama bukanlah rayapan tertinggi ( Anonim,
usgs.gov, 2013).

2.2 Penyebab Tsunami


Ada empat penyebab tsunami yang harus diwaspadai, yaitu :
1. Gempa Bumi Bawah Laut

5
Gempa bumi yang terjadi di dasar laut lah yang menjadi penyebab utama
munculnya gelombang besar tsunami menuju daratan. Tetapi, ada kriteria lain lho
yang bisa membuat gempa bumi di dasar laut itu menjadi penyebab tsunami.
Kriteria gempa bumi tersebut antara lain: pusat gempa kurang dari 30 km dari
permukaan laut, magnitudo gempa lebih besar dari 6.0 SR, jenis pensesaran gempa
tergolong sesar vertikal.

Hal itu lah yang terjadi dengan tsunami yang menerjang Aceh di tahun 2004 lalu.
Gempa bumi dengan kekuatan 9.1 SR yang berpusat di bawah laut itu menjadi
pemicu terjadinya tsunami yang besar dan meratakan sebagian besar bangunan di
bumi Mekkah itu
2. Letusan Gunung Berapi

6
Letusan gunung berapi yang menyebabkan gempa vulkanik pun dapat menjadi salah
satu pemicu munculnya gelombang besar tsunami. Di tahun 1883, tsunami besar
pernah terjadi akibar letusan Gunung Krakatau yang berada di Selat Sunda.
Selain tiu, Gunung Tambora di NTB yang pernah meletus di tahun 1815 pun
memicu terjadinya tsunami di daerah Jawa Timur dan Maluku
3. Longsor Bawah Laut

7
Ternyata di bawah laut itu bisa juga terjadi longsor. Hal ini disebabkan karena
adanya tabrakan antara lempeng samudera dan lempeng benua yang
mengakibatkan terjadinya palung laut dan pegunungan.
Tsunamic subrimarine landslide adalah nama lain yang menyebutkan peristiwa
tsunami akibat longsor bawah laut ini.

4. Meteor yang Menghantam Laut

Meteor berukuran besar yang jatuh dan menghantam lautan pun bisa menyebabkan
terjadinya tsunami. Perumpaan yang dilakukan untuk menggambarkan hal ini sama
dengan bola bowling yang dijatuhkan ke dalam kolam renang.
Saat bola menghantam permukaan air dan masuk ke dalam kolam, maka muncullah
gelombang-gelombang yang cukup besar di kolam renang itu. Sama halnya apabila
meteor yang besar menghantam ke lautan luas.
Meteor panas yang tak habis terbakar oleh atmosfer bumi akan mengikuti gaya
gravitasi bumi dan kemudian jatuh. Nah, bila menghujam daratan, meteor bisa
membuat cekungan yang sangat amat besar.
Namun, jika meteor itu jatuh ke laut, bukan hanya gelombang besar saja yang
dihasilkan, tetapi, lempeng bawah laut pun akan mengalami ketidakseimbangan.

8
Menurut LIPI-UNESCO/ISDR (2006), terdapat 5 (lima) faktor kritis yang
disepakati sebagai parameter untuk mengukur kesiapsiagaan individu dan rumah
tangga untuk mengantisipasi bencana alam dalam hal ini khususnya tsunami, adalah
sebagai berikut:
a) Pengetahuan dan sikap terhadap risiko bencana
Pengetahuan merupakan faktor utama kunci kesiapsiagaan. Pengetahuan
yang harus dimiliki individu dan rumah tangga mengenai bencana tsunami yaitu
pemahaman tentang bencana tsunami dan pemahaman tentang kesiapsiagaan
menghadapi bencana tersebut, meliputi pemahaman mengenai tindakan
penyelamatan diri yang tepat saat terjadi tsunami serta tindakan dan peralatan yang
perlu disiapkan sebelum terjadi tsunami, demikian juga sikap dan kepedulian
terhadap risiko bencana tsunami. Pengetahuan yang dimiliki biasanya dapat
memengaruhi sikap dan kepedulian individu dan rumah tangga untuk siap dan siaga
dalam mengantisipasi bencana, terutama bagi yang bertempat tinggal di daerah
rawan bencana.
b) Kebijakan atau panduan keluarga untuk kesiapsiagaan.
Kebijakan untuk kesiapsiagaan bencana tsunami sangat penting dan
merupakan upaya konkrit untuk melaksanakan kegiatan siaga bencana.Kebijakan
yang signifikan berpengaruh terhadap kesiapsiagaan rumah tangga.Kebijakan yang
diperlukan untuk kesiapsiagaan rumah tangga berupa kesepakatan keluarga dalam
hal menghadapi bencana tsunami, yakni adanya diskusi keluarga mengenai sikap
dan tindakan penyelamatan diri yang tepat saat terjadi tsunami, dan tindakan serta
peralatan yang perlu disiapkan sebelum terjadi tsunami.
c) Rencana tanggap darurat
Rencana tanggap darurat menjadi bagian penting dalam kesiapsiagaan,
terutama berkaitan dengan pertolongan dan penyelamatan, agar korban bencana
dapat diminimalkan.Upaya ini sangat krusial, terutama pada saat terjadi bencana
dan harihari pertama setelah bencana sebelum bantuan dari pemerintah dan dari
pihak luar datang. Rencana tanggap darurat meliputi 7 (tujuh) komponen, yaitu:

9
1. Rencana keluarga untuk merespons keadaan darurat, yakni adanya rencana
penyelamatan keluarga dan setiap anggota keluarga mengetahui apa yang harus
dilakukan saat kondisi darurat (tsunami) terjadi.
2. Rencana evakuasi, yakni adanya rencana keluarga mengenai jalur aman yang
dapat dilewati saat kondisi darurat, adanya kesepakatan keluarga mengenai
tempat berkumpul jika terpisah saat terjadi tsunami, dan adanya
keluarga/kerabat/teman, yang memberikan tempat pengungsian sementara saat
kondisi darurat .
3. Pertolongan pertama, penyelamatan, keselamatan dan keamanan, meliputi
tersedianya kotak P3K atau obat-obatan penting lainnya untuk pertolongan
pertama keluarga, adanya anggota keluarga yang mengikuti pelatihan
pertolongan pertama, dan adanya akses untuk merespon keadaan darurat.
4. Pemenuhan kebutuhan dasar, meliputi tersedianya kebutuhan dasar untuk
keadaan darurat (makanan siap saji dan minuman dalam kemasan), tersedianya
alat/akses komunikasi alternatif keluarga (HP/radio), tersedianya alat
penerangan alternatif untuk keluarga pada saat darurat (senter dan baterai
cadangan/lampu/jenset).
5. Peralatan dan perlengkapan siaga bencana
6. Fasilitas-fasilitas penting yang memiliki akses dengan bencana seperti
tersedianya nomor telepon rumah sakit, polisi, pemadam kebakaran, PAM,
PLN, Telkom.
7. Latihan dan simulasi kesiapsiagaan bencana

d) Sistim peringatan bencana


Sistem peringatan bencana meliputi tanda peringatan dan distribusi
informasi akan terjadi bencana. Dengan adanya peringatan bencana, keluarga dapat
melakukan tindakan yang tepat untuk mengurangi korban jiwa, harta benda dan
kerusakan lingkungan. Untuk itu diperlukan latihan dan simulasi tentang tindakan
yang harus dilakukan apabila mendengar peringatan dan caramenyelamatkan diri
dalam waktu tertentu, sesuai dengan lokasi tempat keluarga berada saat terjadinya

10
peringatan. Sistem peringatan bencana untuk keluarga berupa tersedianya sumber
informasi untuk peringatan bencana baik dari sumber tradisional maupun lokal, dan
adanya akses untuk mendapatkan informasi peringatan bencana.Peringatan dini
meliputi informasi yang tepat waktu dan efektif melalui kelembagaan yang jelas
sehingga memungkinkan setiap individu dan rumah tangga yang terancam bahaya
dapat mengambil langkah untuk menghindari atau mengurangi resiko serta
mempersiapkan diri untuk melakukan upaya tanggap darurat yang efektif.
e) Mobilisasi sumber daya
Sumber daya yang tersedia, baik sumber daya manusia maupun pendanaan
dan sarana/prasarana penting untuk keadaan darurat merupakan potensi yang dapat
mendukung atau sebaliknya menjadi kendala dalam kesiapsiagaan bencana
alam.Karena itu, mobilisasi sumber daya menjadi faktor yang krusial. Mobilisasi
sumber daya keluarga meliputi adanya anggota keluarga yang terlibat dalam
pertemuan/seminar/pelatihan kesiapsiagaan bencana, adanya keterampilan yang
berkaitan dengan kesiapsiagaan, adanya alokasi dana atau tabungan keluarga untuk
menghadapi bencana, serta adanya kesepakatan keluarga untuk memantau peralatan
dan perlengkapan siaga bencana secara reguler.

 Penyebab Gempa Bumi Tektonik


Penyebab gempabumi tektonik dikarenakan adanya proses tektonik
akibatpergerakan kulit/lempeng bumi dan aktivitas sesar dipermukaan bumi
serta pergerakan geomorfologi secara lokal, contohnya terjadinya runtuhan
tanah, aktivitas gunungapi, ledakan Nuklir (Bakornas PB, 2007).

 Ciri – Ciri Gempa Bumi Tektonik Berpotensi Tsunami


Ilustrasi Kejadian Gempa Bumi Tektonik Berpotensi Tsunami
Gempabumi yang berpotensi tsunami merupakan gempabumi dengan pusat
gempa di dasar laut berkekuatan gempa >7 SR dengan kedalaman kurang
dari 60-70 Km dan terjadi deformasi vertical dasar laut dengan magnitudo
gempa lebih besar dari 6 ,0 Skala Richter serta jenis patahan turun (normal
faulth) atau patahan naik (thrush faulth).

11
Tsunami yang disebabkan oleh gempa tektonik dipengaruhi oleh
kedalaman sumber gempa serta panjang, kedalaman, dan arah patahan
tektonik.Pada umumnya, tsunami baru mungkin terjadi apabila kedalaman
pusat gempa kurang dari 60 km di bawah permukaan laut.Segera setelah
dibangkitkan tsunami merambat ke segala arah.Selama perambatan, tinggi
gelombang semakin besar akibat pengaruh pendangkalan dasar laut. Ketika
mencapai pantai, massa air akan merambat naik menuju ke daratan.
Tinggi gelombang tsunami ketika mencapai pantai sangat
dipengaruhi oleh kontur dasar laut di sekitar pantai tersebut, sedangkan
jauhnya limpasan tsunami ke arah darat sangat dipengaruhi oleh topografi
dan penggunaan lahan di wilayah pantai yang bersangkutan.Kurangnya
kemampuan dalam mengantisipasi bencana dapat terlihat dari belum
optimalnya perencanaan tata ruang dan perencanaan pembangunan yang
kurang memperhatikan risiko bencana.Minimnya fasilitas jalur dan tempat
evakuasi warga juga merupakan salah satu contoh kurangnya kemampuan
dalam menghadapi bencana.Peta bahaya dan peta risiko yang telah dibuat
belum dimanfaatkan secara optimal dalam program pembangunan dan
pengurangan risiko bencana yang terpadu. Terdapat kecenderungan bahwa
Program Pengurangan Risiko Bencana (PRB) hanya dianggap sebagai biaya
tambahan, bukan bagian dari investasi pembangunan yang dapat menjamin
pembangunan berkelanjutan. Untuk itu, gempabumi yang berpotensi besar
dalam pembangkitkan tsunami perlu mendapat perhatian khusus (BNPB,
2012).

2.3 Tanda-tanda Datangnya Tsunami


Menurut Adhitya, dkk, 2009 Dari hasil laporan dokumen lama serta prasasti
yang ada di Jepang, serta pangalaman dari hasil survei lapangan memperlihatkan
bahwa beberapa tanda-tanda alami sebelum datangnya tsunami adalah sebagai
berikut:

12
a) Gerakan Tanah. Gerakan tanah ini timbul karena adanya penjalaran gelombang
di lapisan bumi padat akibat adanya gempa. Jika gempa dangkal besar yang
terjadi di bawah permukaan laut, maka sangat berpotensi terjadinya tsunami.
Khusus bagi tsunami near field (sumber dekat dengan pantai) gerakan ini dapat
dirasakan secara langsung oleh indera manusia tanpa menggunakan alat ukur,
namun untuk tsunami dengan sumber far field (sumber jauh dengan pantai)
misalnya tsunami Chili 1960, tidak dirasakan oleh indera manusia di Jepang
namun setelah 12 Jam tsunami tersebut menghatam daerah Tohoku ( North-
East) Pulau Honshu, Jepang.
b) Riakan Air Laut (Tsunami Forerunners ).
Nakamura dan Watanabe (1961) mendefinisikan adalah deretan osilasi atau
riakan muka laut yang mendahului kedatangan tsunami utama.yang dengan
mudah dapat dilihat pada rekaman stasiun pasut dengan tipikal amplitudo dan
perioda yang lebih kecil. Menurut mereka tidak selamanya tsunami forerunners
ini muncul.Di pantai Utara dan Selatan Amerika tsunami forerunners tidak hadir
karena kemiringan alami dari inisial tsunami terhadap pantai. Sedangkan
kehadiran tsunami forerunners di tempat lain seperti Jepang karena akibat
terjadinya resonansi (gelombang ikutan) tsunami awal di teluk dan di paparan
benua sebelum tsunami utama datang. Penarikan Mundur Atau Surutnya Muka
Laut (Initial Withdrawal Bore). Dalam beberapa tulisan baik yang popular
maupun ilmiah mengemukakan tentang hadirnya penarikan mudur muka air laut
sebelum tsunami utama mencapai pantai.Dari hasil rekaman tsunami, Murty
(1977) mengemukakan ada ratusan kasus dimana penarikan mundur muka laut
ini terjadi, namun pada beberapa kejadian tidak hadir.Secara teoritis pielvogel
(1976) situasi semacam ini umumnya disebabkan oleh muka gelombang negatif
yang menjalar duluan diikuti oleh gelombang positif.
c) Dinding Muka Air Laut Yang Tinggi Di Laut (Tsunami Bore).
Adalah pergerakan tsunami yang menjalar di perairan dangkal dan terus
menjalar di atas pantai berupa gelombang pecah yang berbentuk dinding dengan
tinggi yang hampir rata, ini disebabkan karena adanya gangguan secara

13
meteorologi (Nagaoka, 1907).Berikut ini diperlihatkan beberapa contoh
rekaman tsunami di beberapa tempat di Jepang. Dari beberapa saksi mata juga
menyebutkan khususnya untuk Tsunami Biak 1996 dan Tsunami Flores 1992
yang terjadi pada siang hari (sedangkan Tsunami Banyuwangi 1994 terjadi pada
malam hari) disaksikan bahwa gelombang yang datang menyerupai tembok
hitam dan gelap serta berupa tembok putih yang bergerak ke arah pantai.
Perbedaan pengamatan ini bergantung pada jenis serta morfologi dasar laut di
lepas pantai.Untuk daerah dimana landai serta gelombang tsunami menggerus
sedimen di bawahnya maka dinding tesebut kelihatan hitam atau kelabu,
sedangkan untuk daerah berkarang maka dinding tersebut berwarna putih di
penuhi oleh busa air laut. Timbulnya Suara Aneh. Banyak dokumen lama di
Jepang melaporkan timbulnya suara abnormal sebelum kedatangan tsunami, hal
ini terukir pada Monumen Tsunami di Prefektur Aomori yang berbunyi :
“Earthquake, sea Roar, then Tsunami” (Gempa. Suara menderu, kemudian
tsunami). Monumen ini dibangun setelah 1993 Showa Great Sanriku Tsunami,
bertujuan untuk melanjutkan perhatian masyarakat generasi yang akan datang
terhadap tsunami. Ini menganjurkan agar melakukan evakuasi jika terdengar
suara abnormal setelah terjadi gempa. Suara seperti ini juga diceritakan oleh
saksi mata tsunami di Biak, Banyuwangi dan Flores dimana suara tersebut ada
yang menyebutkan suara yang terdengar menyerupai: bunyi pesawat helikopter,
suara drum band, serta suara roket yang mendesing. Jenis-jenis dan tipikal suara
tersebut hubungannya dengan posisi tsunami saat menjalar atau saat
menghantam tebing batu atau pantai yang landai di Jelaskan oleh Shuto (1997).
d) Pengamatan Indera Penciuman Dan Indera Perasa. Saksi mata mengemukakan
bahwa saat sebelum tsunami datang terjadi angin dengan berhawa agak dingin
bercampur dengan bau garam laut yang cukup kuat, hal ini kemungkinan besar
akibat olakan air laut di lepas pantai.

14
2.4 Wilayah Rentan Tsunami
Indonesia merupakan negara rawan akan tsunami, yaitu berada diurutan
ketiga di dunia setelah Jepang dan Amerika. Wilayah yag paling sering dilanda
tsunami sebenarnya adalah negara-negara di kawasan Lautan Pasifik, karena adanya
‘Pacific ring of fire”. Di Indonesia, tsunami sangat rawan terutama di daerah
Indonesia Timur.

2.5 Penanggulangan Akibat Bencana Tsunami


Risiko adalah bahaya, akibat atau konsekuensi yang dapat terjadi akibat
sebuah proses yang sedang berlangsung atau kejadian yang akan datang. Dalam
bidang asuransi, risiko dapat diartikan sebagai suatu keadaan ketidakpastian, di
mana jika terjadi suatu keadaan yang tidak dikehendaki dapat menimbulkan suatu
kerugian (Anonim, wikipedia.org, 2013).Risiko bencana adalah potensi kerugian
yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu yang
dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi,
kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan masyarakat (UU RI No 24
tahun 2007).
Paradigma pengurangan risiko bencana merubah pola pikir yang responsif
menjadi preventif dengan pendekatan manajemen risiko. Apabila suatu wilayah
mempunyai risiko tinggi maka upaya pengurangan risiko dilakukan dengan
melakukan tindakan-tindakan.Pertama-tama dilakukan tindakan untuk memisahkan
potensi bencana yang mengancam dengan elemen berisiko (element at
risk).Tindakan ini dikenal dengan pencegahan (risk avoidance).
Apabila antara potensi bencana dengan elemen berisiko tersebut tidak dapat
dipisahkan (harus bertemu) maka upaya yang dilakukan adalah pengurangan risiko
(risk reduction), atau dikenal dengan mitigasi.Mitigasi ini dapat dilakukan secara
struktural maupun nonstruktural. Bila pengurangan risiko sudah dilakukan dan
masih tetap ada risiko, dilakukan pengalihan risiko ke pihak lain (risk transfer)
misalnya melalui sistem asuransi bencana.

15
Menurut LIPI-UNESCO/ISDR (2006), terdapat 5 (lima) faktor kritis yang
disepakati sebagai parameter untuk mengukur kesiapsiagaan individu dan rumah
tangga untuk mengantisipasi bencana alam dalam hal ini khususnya tsunami, adalah
sebagai berikut:
a) Pengetahuan dan sikap terhadap risiko bencana Pengetahuan merupakan faktor
utama kunci kesiapsiagaan. Pengetahuan yang harus dimiliki individu dan
rumah tangga mengenai bencana tsunami yaitu pemahaman tentang bencana
tsunami dan pemahaman tentang kesiapsiagaan menghadapi bencana tersebut,
meliputi pemahaman mengenai tindakan penyelamatan diri yang tepat saat
terjadi tsunami serta tindakan dan peralatan yang perlu disiapkan sebelum
terjadi tsunami, demikian juga sikap dan kepedulian terhadap risiko bencana
tsunami. Pengetahuan yang dimiliki biasanya dapat memengaruhi sikap dan
kepedulian individu dan rumah tangga untuk siap dan siaga dalam
mengantisipasi bencana, terutama bagi yang bertempat tinggal di daerah rawan
bencana
b) Kebijakan untuk kesiapsiagaan bencana tsunami sangat penting dan merupakan
upaya konkrit untuk melaksanakan kegiatan siaga bencana. Kebijakan yang
signifikan berpengaruh terhadap kesiapsiagaan rumah tangga. Kebijakan yang
diperlukan untuk kesiapsiagaan rumah tangga berupa kesepakatan keluarga
dalam hal menghadapi bencana tsunami, yakni adanya diskusi keluarga
mengenai sikap dan tindakan penyelamatan diri yang tepat saat terjadi tsunami,
dan tindakan serta peralatan yang perlu disiapkan sebelum terjadi tsunami.
c) Rencana tanggap darurat menjadi bagian penting dalam kesiapsiagaan, terutama
berkaitan dengan pertolongan dan penyelamatan, agar korban bencana dapat
diminimalkan. Upaya ini sangat krusial, terutama pada saat terjadi bencana dan
harihari pertama setelah bencana sebelum bantuan dari pemerintah dan dari
pihak luar datang. Rencana tanggap darurat meliputi 7 (tujuh) komponen, yaitu:

16
1. Rencana keluarga untuk merespons keadaan darurat, yakni adanya rencana
penyelamatan keluarga dan setiap anggota keluarga mengetahui apa yang
harus dilakukan saat kondisi darurat (tsunami) terjadi.
2. Rencana evakuasi, yakni adanya rencana keluarga mengenai jalur aman yang
dapat dilewati saat kondisi darurat, adanya kesepakatan keluarga mengenai
tempat berkumpul jika terpisah saat terjadi tsunami, dan adanya
keluarga/kerabat/teman, yang memberikan tempat pengungsian sementara saat
kondisi darurat .
3. Pertolongan pertama, penyelamatan, keselamatan dan keamanan, meliputi
tersedianya kotak P3K atau obat-obatan penting lainnya untuk pertolongan
pertama keluarga, adanya anggota keluarga yang mengikuti pelatihan
pertolongan pertama, dan adanya akses untuk merespon keadaan darurat.
4. Pemenuhan kebutuhan dasar, meliputi tersedianya kebutuhan dasar untuk
keadaan darurat (makanan siap saji dan minuman dalam kemasan),
tersedianya alat/akses komunikasi alternatif keluarga (HP/radio), tersedianya
alat penerangan alternatif untuk keluarga pada saat darurat (senter dan baterai
cadangan/lampu/jenset).
5. Peralatan dan perlengkapan siaga bencana
6. Fasilitas-fasilitas penting yang memiliki akses dengan bencana seperti
tersedianya nomor telepon rumah sakit, polisi, pemadam kebakaran, PAM,
PLN, Telkom.
7. Latihan dan simulasi kesiapsiagaan bencana

Sistem peringatan bencana meliputi tanda peringatan dan distribusi


informasi akan terjadi bencana. Dengan adanya peringatan bencana, keluarga
dapat melakukan tindakan yang tepat untuk mengurangi korban jiwa, harta benda
dan kerusakan lingkungan. Untuk itu diperlukan latihan dan simulasi tentang
tindakan yang harus dilakukan apabila mendengar peringatan dan
caramenyelamatkan diri dalam waktu tertentu, sesuai dengan lokasi tempat
keluarga berada saat terjadinya peringatan. Sistem peringatan bencana untuk

17
keluarga berupa tersedianya sumber informasi untuk peringatan bencana baik dari
sumber tradisional maupun lokal, dan adanya akses untuk mendapatkan informasi
peringatan bencana.Peringatan dini meliputi informasi yang tepat waktu dan
efektif melalui kelembagaan yang jelas sehingga memungkinkan setiap individu
dan rumah tangga yang terancam bahaya dapat mengambil langkah untuk
menghindari atau mengurangi resiko serta mempersiapkan diri untuk melakukan
upaya tanggap darurat yang efektif.
Sumber daya yang tersedia, baik sumber daya manusia maupun pendanaan
dan sarana/prasarana penting untuk keadaan darurat merupakan potensi yang
dapat mendukung atau sebaliknya menjadi kendala dalam kesiapsiagaan bencana
alam.Karena itu, mobilisasi sumber daya menjadi faktor yang krusial. Mobilisasi
sumber daya keluarga meliputi adanya anggota keluarga yang terlibat dalam
pertemuan/seminar/pelatihan kesiapsiagaan bencana, adanya keterampilan yang
berkaitan dengan kesiapsiagaan, adanya alokasi dana atau tabungan keluarga
untuk menghadapi bencana, serta adanya kesepakatan keluarga untuk memantau
peralatan dan perlengkapan siaga bencana secara reguler.

18
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari uraian makalah di atas dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
 Tsunami adalah gelombang laut yang disebabkan oleh gempa bumi, tanah
longsor,
meteor atau letusan gunung berapi yang terjadi di laut.
 Terjadinya Tsunami diakibatkan oleh adanya gangguan yang menyebabkan
perpindahan sejumlah besar air meluap ke daratan, seperti letusan gunung api,
gempa bumi, longsor maupun meteor yang jatuh ke bumi. Namun, 90%
tsunami adalah akibat gempa bumi bawah laut.
 Dampak Tsunami sebagian besar mengakibatkan kerusakan parah dan banyak
menelan korban jiwa dan harta benda sehingga perlu adanya upaya untuk
menghadapi tsunami baik dalam keadaan waspada,persiapan,saat terjadi
tsunami dan setelah terjadi tsunami.

3.2 Saran
Untuk mengantisipasi datangnya tsunami yang sampai saat ini belum bisa
diprediksikan dengan tepat kapan dan dimana akan terjadi maka dapat dilakukan
beberapa langkah sebagai berikut :
Selalu waspada dan memantau dengan aktif informasi tentang bahaya
tsunami dari pihak yang berwenang terhadap adanya potensi tsunami terutama
penduduk yang bermukim didekat pantai.Menentukan tempat-tempat berlindung
yang tinggi dan aman jika terjadi tsunami. Menyediakan persediaan makanan dan
air minum untuk keperluan darurat dan pengungsian. Menyiapkan tas ransel yang
berisi (atau dapat diisi) barang-barang yang sangat dibutuhkan di tempat
pengungsian seperti perlengkapan P3K atau obat-obatan.

19
DAFTAR PUSTAKA

 http://www.bmg.go.id/mekanisme_tsunami
 http://www.etipsbali.wordpress.com/persiapan_menghadapi_tsunami
 http://www.sayakasihtahu.com/peristiwa_tsunami
 http://www.wikipedia.com/tsunami
 http://psb-psma.org/
 http://ariatmancool.blogspot.com/2010/11/makalah-tentang-tsunami.html
 http://cahyocenok.blogspot.com/2012/11/makalah-tentang-tsunami.html
 http://alhiedjamal.wordpress.com/2012/11/05/makalah-tsunami/
 http://makalahtsunami.blogspot.com/
 http://id.wikipedia.org/wiki/Tsunami/
 http://ismorosiyadi.blogspot.com/2011/11/artikel-tsunami.html/
 http://forum.upi.edu/v3/index.php?topic=13675.0/
 http://www.anneahira.com/proses-tsunami.htm/
 http://harytami3.wordpress.com/2009/03/05/tsunami-penyebab-dan-akibatnya/
 http://www.anneahira.com/penyebab-terjadinya-tsunami.htm
 http://dwiwidiyastoto.blogspot.com/2010/03/penyebab-dan-cara-penanggulangan.html
 http://community.um.ac.id/showthread.php?53079-Mekanisme-Tsunami
 http://gugling.com/kenali-ciri-ciri-tsunami.html/
 http://www.pu.go.id/publik/ind/produk/info_peta/rwnbanjir/bencana2006/00gempatsun
ami15562006.htm
 http://putunaghbali.blogspot.com/2012/04/dampak-positif-dan-dampak-negatif-
dari.html?m=1

20

Anda mungkin juga menyukai