Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

ABORTUS INKOMPLET

I. Review Konsep Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi Wanita


1.1 Anatomi

1.2 Fisiologi
1.2.1 GENITALIA EKSTERNA
Vulva
Tampak dari luar (mulai dari mons pubis sampai tepi perineum),
terdiri dari mons pubis, labia mayora, labia minora, clitoris, hymen,
vestibulum, orificium urethrae externum, kelenjar-kelenjar pada
dinding vagina.

1
2

Mons pubis / mons veneris


Lapisan lemak di bagian anterior symphisis os pubis. Pada masa
pubertas daerah ini mulai ditumbuhi rambut pubis.
Labia mayora
Lapisan lemak lanjutan mons pubis ke arah bawah dan belakang,
banyak mengandung pleksus vena. Homolog embriologik dengan
skrotum pada pria. Ligamentum rotundum uteri berakhir pada batas
atas labia mayora. Di bagian bawah perineum, labia mayora
menyatu (pada commisura posterior).
Labia minora
Lipatan jaringan tipis di balik labia mayora, tidak mempunyai
folikel rambut. Banyak terdapat pembuluh darah, otot polos dan
ujung serabut saraf.
Clitoris
Terdiri dari caput/glans clitoridis yang terletak di bagian superior
vulva, dan corpus clitoridis yang tertanam di dalam dinding
anterior vagina. Homolog embriologik dengan penis pada pria.
Terdapat juga reseptor androgen pada clitoris. Banyak pembuluh
darah dan ujung serabut saraf, sangat sensitif.
Vestibulum
Daerah dengan batas atas clitoris, batas bawah fourchet, batas
lateral labia minora. Berasal dari sinus urogenital. Terdapat 6
lubang/orificium, yaitu orificium urethrae externum, introitus
vaginae, ductus glandulae Bartholinii kanan-kiri dan duktus Skene
kanan-kiri. Antara fourchet dan vagina terdapat fossa navicularis.
Introitus / orificium vagina
Terletak di bagian bawah vestibulum. Pada gadis (virgo) tertutup
lapisan tipis bermukosa yaitu selaput dara / hymen, utuh tanpa
robekan.
3

Hymen normal terdapat lubang kecil untuk aliran darah menstruasi,


dapat berbentuk bulan sabit, bulat, oval, cribiformis, septum atau
fimbriae. Akibat coitus atau trauma lain, hymen dapat robek dan
bentuk lubang menjadi tidak beraturan dengan robekan (misalnya
berbentuk fimbriae). Bentuk himen postpartum disebut parous.
Corrunculae myrtiformis adalah sisa2 selaput dara yang robek yang
tampak pada wanita pernah melahirkan / para. Hymen yang
abnormal, misalnya primer tidak berlubang (hymen imperforata)
menutup total lubang vagina, dapat menyebabkan darah menstruasi
terkumpul di rongga genitalia interna.

Vagina
Rongga muskulomembranosa berbentuk tabung mulai dari tepi
cervix uteri di bagian kranial dorsal sampai ke vulva di bagian
kaudal ventral. Daerah di sekitar cervix disebut fornix, dibagi
dalam 4 kuadran : fornix anterior, fornix posterior, dan fornix
lateral kanan dan kiri. Vagina memiliki dinding ventral dan dinding
dorsal yang elastis. Dilapisi epitel skuamosa berlapis, berubah
mengikuti siklus haid. Fungsi vagina : untuk mengeluarkan
ekskresi uterus pada haid, untuk jalan lahir dan untuk kopulasi
(persetubuhan). Bagian atas vagina terbentuk dari duktus Mulleri,
bawah dari sinus urogenitalis. Batas dalam secara klinis yaitu
fornices anterior, posterior dan lateralis di sekitar cervix uteri. Titik
Grayenbergh (G-spot), merupakan titik daerah sensorik di sekitar
1/3 anterior dinding vagina, sangat sensitif terhadap stimulasi
orgasmus vaginal.

Perineum
Daerah antara tepi bawah vulva dengan tepi depan anus. Batas otot-
otot diafragma pelvis (m.levator ani, m.coccygeus) dan diafragma
4

urogenitalis (m.perinealis transversus profunda, m.constrictor


urethra). Perineal body adalah raphe median m.levator ani, antara
anus dan vagina. Perineum meregang pada persalinan, kadang perlu
dipotong (episiotomi) untuk memperbesar jalan lahir dan mencegah
ruptur.

1.2.2 GENITALIA INTERNA


Uterus
Suatu organ muskular berbentuk seperti buah pir, dilapisi
peritoneum (serosa). Selama kehamilan berfungsi sebagai tempat
implatansi, retensi dan nutrisi konseptus. Pada saat persalinan
dengan adanya kontraksi dinding uterus dan pembukaan serviks
uterus, isi konsepsi dikeluarkan. Terdiri dari corpus, fundus, cornu,
isthmus dan serviks uteri.

Serviks uteri
Bagian terbawah uterus, terdiri dari pars vaginalis (berbatasan /
menembus dinding dalam vagina) dan pars supravaginalis. Terdiri
dari 3 komponen utama: otot polos, jalinan jaringan ikat (kolagen
dan glikosamin) dan elastin. Bagian luar di dalam rongga vagina
yaitu portio cervicis uteri (dinding) dengan lubang ostium uteri
externum (luar, arah vagina) dilapisi epitel skuamokolumnar
mukosa serviks, dan ostium uteri internum (dalam, arah cavum).
Sebelum melahirkan (nullipara/primigravida) lubang ostium
externum bulat kecil, setelah pernah/riwayat melahirkan
(primipara/ multigravida) berbentuk garis melintang. Posisi serviks
mengarah ke kaudal-posterior, setinggi spina ischiadica. Kelenjar
mukosa serviks menghasilkan lendir getah serviks yang
mengandung glikoprotein kaya karbohidrat (musin) dan larutan
berbagai garam, peptida dan air. Ketebalan mukosa dan viskositas
lendir serviks dipengaruhi siklus haid.
5

Corpus uteri
Terdiri dari : paling luar lapisan serosa/peritoneum yang melekat
pada ligamentum latum uteri di intraabdomen, tengah lapisan
muskular/miometrium berupa otot polos tiga lapis (dari luar ke
dalam arah serabut otot longitudinal, anyaman dan sirkular), serta
dalam lapisan endometrium yang melapisi dinding cavum uteri,
menebal dan runtuh sesuai siklus haid akibat pengaruh hormon-
hormon ovarium. Posisi corpus intraabdomen mendatar dengan
fleksi ke anterior, fundus uteri berada di atas vesica urinaria.
Proporsi ukuran corpus terhadap isthmus dan serviks uterus
bervariasi selama pertumbuhan dan perkembangan wanita
(gambar).
Ligamenta penyangga uterus
Ligamentum latum uteri, ligamentum rotundum uteri, ligamentum
cardinale, ligamentum ovarii, ligamentum sacrouterina propium,
ligamentum infundibulopelvicum, ligamentum vesicouterina,
ligamentum rectouterina.
Vaskularisasi uterus
Terutama dari arteri uterina cabang arteri hypogastrica/illiaca
interna, serta arteri ovarica cabang aorta abdominalis.
Salping / Tuba Falopii
Embriologik uterus dan tuba berasal dari ductus Mulleri. Sepasang
tuba kiri-kanan, panjang 8-14 cm, berfungsi sebagai jalan
transportasi ovum dari ovarium sampai cavum uteri. Dinding tuba
terdiri tiga lapisan : serosa, muskular (longitudinal dan sirkular)
serta mukosa dengan epitel bersilia. Terdiri dari pars interstitialis,
pars isthmica, pars ampularis, serta pars infundibulum dengan
fimbria, dengan karakteristik silia dan ketebalan dinding yang
berbeda-beda pada setiap bagiannya (gambar).
6

Pars isthmica (proksimal/isthmus)


Merupakan bagian dengan lumen tersempit, terdapat sfingter
uterotuba pengendali transfer gamet. Pars ampularis
(medial/ampula)
Tempat yang sering terjadi fertilisasi adalah daerah ampula /
infundibulum, dan pada hamil ektopik (patologik) sering juga
terjadi implantasi di dinding tuba bagian ini. Pars infundibulum
(distal) Dilengkapi dengan fimbriae serta ostium tubae abdominale
pada ujungnya, melekat dengan permukaan ovarium. Fimbriae
berfungsi “menangkap” ovum yang keluar saat ovulasi dari
permukaan ovarium, dan membawanya ke dalam tuba.
Mesosalping
Jaringan ikat penyangga tuba (seperti halnya mesenterium pada
usus).

Ovarium
Organ endokrin berbentuk oval, terletak di dalam rongga
peritoneum, sepasang kiri-kanan. Dilapisi mesovarium, sebagai
jaringan ikat dan jalan pembuluh darah dan saraf. Terdiri dari
korteks dan medula. Ovarium berfungsi dalam pembentukan dan
pematangan folikel menjadi ovum (dari sel epitel germinal
primordial di lapisan terluar epital ovarium di korteks), ovulasi
(pengeluaran ovum), sintesis dan sekresi hormon-hormon steroid
(estrogen oleh teka interna folikel, progesteron oleh korpus luteum
pascaovulasi). Berhubungan dengan pars infundibulum tuba Falopii
melalui perlekatan fimbriae. Fimbriae “menangkap” ovum yang
dilepaskan pada saat ovulasi. Ovarium terfiksasi oleh ligamentum
ovarii proprium, ligamentum infundibulopelvicum dan jaringan
ikat mesovarium. Vaskularisasi dari cabang aorta abdominalis
inferior terhadap arteri renalis.
7

II. Konsep Abortus Inkomplit


2.1 Definisi
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram,
sebelum janin mampu hidup diluar kandungan (Nugroho, 2010).

Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin


dapat hidup di luar kandungan, sedangkan abortus inkomplit adalah
sebagian hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri dan masih ada
yang tertinggal (Manuaba, 2008).

Abortus inkomplit adalah dimana sebagian jaringan hasil konsepsi masih


tertinggal di dalam uterus dimana pada pemeriksaan vagina, kanalis
servikalis masih terbuka dan teraba jaringan dalam kavum uteri atau
menonjol pada ostium uteri eksternum, perdarahannya masih terjadi dan
jumlahnya bisa banyak atau sedikit bergantung pada jaringan yang
tersisa, yang menyebabkan sebagian placental site masih terbuka
sehingga perdarahan berjalan terus (Syaifuddin, 2002).

2.2 Etiologi
Penyebab keguguran sebagian besar tidak diketahui secara pasti, tetapi
terdapat beberapa faktor sebagai berikut:
2.2.1 Kelainan Pertumbuhan Hasil Konsepsi
Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian
janin dan cacat bawahan yang menyebabkan hasil konsepsi
dikeluarkan. Gangguan pertumbuhan hasil konsepsi dapat terjadi
karena :
2.2.1.1 Faktor kromosom, gangguan terjadi sejak semula pertemuan
kromosom, termasuk kromosom seks.
8

2.2.1.2 Faktor lingkungan endometrium


Endometrium yang belum siap untuk menerima implant
asi hasil konsepsi. Gizi ibu kurang karena anemia atau jarak
kehamilan terlalu pendek.
2.2.1.3 Pengaruh luar
Infeksi endometrium, endometrium tidak siap menerima
hasil konsepsi. Hasil konsepsi terpengaruh oleh obat dan
radiasi menyebabkan pertumbuhan hasil konsepsi
terganggu.
2.2.2 Kelainan Pada Plasenta
Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab, sehingga plasenta
tidak dapat berfungsi.
Gangguan pada pembuluh darah plasenta yang diantaranya pada
penderita diabetes mellitus
Hipertensi menyebabkan gangguan peredaran darah plasenta
sehingga menimbulkan keguguran.
2.2.3 Penyakit Ibu
Penyakit mendadak seperti pneumonia, tifus abdominalis, malaria,
sifilis, anemia dan penyakit menahun ibu seperti hipertensi,
penyakit ginjal, penyakit hati, dan penyakit diabetes melitus.
2.2.4 Kelainan yang terdapat dalam rahim. Rahim merupakan tempat
tumbuh kembangnya janin dijumpai keadaan abnormal dalam
bentuk mioma uteri, uterus arkuatus, uterus septus, retrofleksia
uteri, serviks inkompeten, bekas operasi pada serviks (konisasi,
amputasi serviks), robekan serviks postpartum (Manuaba, 2010).
2.3 Manifestasi klinik
2.3.1 Nyeri hebat
2.3.2 Perdarahan banyak
2.3.3 Sudah terjadi abortus dengan mengeluarkan jaringan tetapi
sebagian masih berada di dalam uterus
2.3.4 Pemeriksaan dalam:
9

2.3.4.1 Servik masih membuka, mungkin teraba jaringan sisa


2.3.4.2 Perdarahan mungkin bertambah setelah pemeriksaan
dalam
2.3.5 Pembesaran uterus sesuai usia kehamilan
2.3.6 Tes kehamilan mungkin masih positif akan tetapi kehamilan
tidak dapat dipertahankan

2.4 Patofisiologi
Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis kemudian
diikuti oleh nekrosis jaringan sekitarnya. Hal tersebut menyebabkan
hasil konsepsi terlepas sebagian atau seluruhnya, sehingga merupakan
benda asing dalam uterus. Keadaan ini menyebabkan uterus berkontraksi
untuk mengeluarkan isinya. Pada kehamilan <8 minggu hasil konsepsi
itu biasanya dikeluarkan seluruhnya karena villi koralis belum
menembus desidua secara mendalam. Pada kehamilan antara 8-14
minggu villi korialis menembus desidua lebih dalam, sehingga umumnya
plasenta tidak dilepaskan sempurna yang dapat menyebabkan banyak
perdarahan. Pada kehamilan 14 minggu keatas umumnya yang
dikeluarkan setelah ketuban pecah ialah janin, disusul beberapa waktu
kemudian plasenta. Perdarahan tidak banyak jika plasenta segera terlepas
dengan lengkap. Peristiwa abortus ini menyerupai persalinan dalam
bentuk miniature.
Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk.
Ada kalanya kantong amnion kosong atau tampak di dalamnya benda
kecil tanpa bentuk yang jelas dan mungkin pula janin telah mati lama.
Apabila mudigah yang mati tidak dikeluarkan dalam waktu yang cepat
maka ia dapat diliputi oleh lapisan bekuan darah, isi uterus dinamakan
mola kruenta. Bentuk ini menjadi mola karnosa apabila pigmen darah
telah diserap dan dalam sisanya terjadi organisasi sehingga semuanya
tampak seperti daging.
10

Bentuk lain adalah mola tuberose, dalam hal ini amnion tampak
berbenjol-benjol karena terjadi hematoma antara amnion dan korion.
Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi
proses mumifikasi dimana janin mengering dan karena cairan amnion
berkurang maka ia jadi gepeng (fetus kompressus). Dalam tingkat lebih
lanjut ia menjadi tipis seperti kertas perkamen (fetus papiraseus).
Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak segera dikeluarkan adalah
terjadinya maserasi, kulit terkelupas, tengkorak menjadi lembek, perut
membesar karena terisi cairan dan seluruh janin berwarna kemerah-
merahan dan dapat menyebabkan infeksi pada ibu apabila perdarahan
yang terjadi sudah berlangsung lama (Prawirohardjo, 2005).

2.5 Pathway

Perdarahan

Nekrosis

Hasil konsepsi terlepas dari uterus

Uterus berkontraksi

Hasil konsepsi keluar

Hasil konsepsi keluar Merasa kehilangan Hasil konsepsi keluar tidak


sempurna

sempurna

Cemas Perdarahan

Stress Defisit volume cairan


11

Nyeri

Intoleransi aktivitas Gangguan rasa nyaman, nyeri Gangguan istirahat dan tidur

Sumber: Sujiyatini (2009)

2.6 Komplikasi
2.6.1 Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-
sisa hasil konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah.
Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan
tidak diberikan pada waktunya.
2.6.2 Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus
dalam posisi hiperretrofleksi. Dengan adanya dugaan atau
kepastian terjadinya perforasi, laparotomi harus segera dilakukan
untuk menentukan luasnya perlukaan pada uterus dan perlunya
alat-alat lain.
2.6.3 Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan dan karena
infeksi berat.
2.6.4 Infeksi
Infeksi dalam uterus atau sekitarnya dapat terjadi tiap abortus,
tetapi biasanya ditemukan abortus inkomplit yang berkaitan erat
dengan suatu abortus yang tidak aman (Sujiyatini, 2009).
12

2.7 Prognosis
2.7.1 Perbaikan endokrin yang abnormal pada wanita dengan abotus
yang rekuren mempunyai prognosis yang baik sekitar >90 %
2.7.2 Pada wanita keguguran dengan etiologi yang tidak diketahui,
kemungkinan keberhasilan kehamilan sekitar 40-80 %
2.7.3 Sekitar 77 % angka kelahiran hidup setelah pemeriksaan
aktivitas jantung janin pada kehamilan 5 sampai 6 minggu pada
wanita dengan 2 atau lebih aborsi spontan yang tidak
jelas.Prognosis keberhasilan kehamilan tergantung dari etiologi
aborsi spontan sebelumnya.
2.8 Penanganan Medis
2.8.1 Pemeriksaan umum:
2.8.1.1 Lakukan penilaian secara cepat mengenai keadaan umum
pasien, termasuk tanda-tanda vital.
2.8.1.2 Periksa tanda-tanda syok (pucat, berkeringat banyak,
pingsan, tekanan sistolik kurang 90 mmHg, nadi lebih
112 kali per menit).
2.8.1.3 Jika dicurigai terjadi syok, segera lakukan penanganan
syok. Jika tidak terlihat tanda-tanda syok, tetap pikirkan
kemungkinan tersebut saat penolong melakukan evaluasi
mengenai kondisi wanita karena kondisinya dapat
memburuk dengan cepat. Jika terjadi syok, sangat
penting untuk memulai penanganan syok dengan segera.
2.8.1.4 Jika pasien dalam keadaan syok, pikirkaan kemungkinan
kehamilan ektopik terganggu.
2.8.1.5 Pasang infus dengan jarum infus besar (16 G atau lebih),
berikan larutan garam fisiologik atau ringer laktat dengan
tetesan cepat 500 cc dalam 2 jam pertama (Syaifuddin,
2006).
13

2.8.2 Penanganan Abortus Inkomplit


2.8.2.1 Menentukan besar uterus, kenali dan atasi setiap
komplikasi (perdarahan hebat, syok dan sepsis).
2.8.2.2 Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia
kehamilan < 16 minggu, evakuasi sisa hasil konsepsi
dengan:
a) Aspirasi Vacum Manual merupakan metode
evakuasi yang terpilih.
b) Evakuasi dengan kuret tajam sebaiknya hanya
dilakukan jika AVM tidak tersedia.
c) Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera, beri
ergometrium 0,2 mg im (diulangi setelah 15 menit jika
perlu) atau misoprostol 400 mcg per oral (dapat diulangi
setelah 4 jam jika perlu).

2.8.2.3 Jika kehamilan > 16 mingguan


a) Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml
cairan IV (garam fisiologis arau RL ) dengan kecepatan
40 tetes / menit sampai terjadi ekspulsi konsepsi.
b) Jika perlu berikan misoprostol 200 mg pervaginam
setiap 4 jam sampai terjadi ekspulsi hasil
konsepsi(maksimal 80 mg)
c) Evakuasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam
uterus
2.8.2.4 Bila tidak ada tanda-tanda infeksi beri antibiotika
profilaksis (sulbenisillin 2 gram/IM atau sefuroksim 1
gram oral).
2.8.2.5 Bila terjadi infeksi beri ampicillin 1 gram dan
Metrodidazol 500mg setiap 8 jam.
14

2.8.2.6 Bila pasien tampak anemik, berikan sulfasferosus 600


mg/hari selama 2 minggu (anemia sedang) atau transfusi
darah (anemia berat).
2.8.2.7 Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah
penanganan (Syaifuddin, 2006).

III. Rencana Asuhan Klien dengan Abortus Inkomplit


3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas klien
3.1.2 Riwayat obstetri
3.1.2.1 Riwayat menstruasi (Menarche, siklus, lama, banyak,
warna, bau, flour albous, HPHT, disminore)
3.1.2.2 Riwayat kehamilan
3.1.2.3 Riwayat kehamilan sekarang (HPL, ANC, Keluhan, TT)
3.1.2.4 Riwayat kontrasepsi
3.1.3 Riwayat persalinan
3.1.4 Aktivitas/latihan
3.1.4.1 Nutrisi (sebelum dan selama hamil)
3.1.4.2 Eliminasi (sebelum dan selama hamil)
3.1.4.3 Istirahat (sebelum dan selama hamil)
3.1.4.4 Aktivitas (sebelum dan selama hamil)
3.1.4.5 Pola hubungan seksualitas (sebelum dan selama hamil)
3.1.4.6 Personal hygiene (sebelum dan selama hamil)
3.1.5 Riwayat psikososial
3.1.6 Sirkulasi
3.1.7 Data spiritual
3.1.8 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan kadar Hb, golongan darah dan uji padanan silang
(Crossmatch), bila terdapat tanda-tanda sepsis berikan antibiotik
yang sesuai, temukan dan hentikan segera sumber perdarahan,
15

lakukan pemantauan ketat tentang kondisi pasca tindakan dan


perkembangan lanjut (Prawirohardjo, 2006).

3.2 Diagnosa Keperawatan


Faktor yang
Diagnosa Definisi Batasan Karakteristik
berhubungan
Kekurangan volume Penurunan cairan  Haus  Kehilangan
cairan intravascular,  Kelemahan volume cairan
interstitial, dan/atau  Kulit kering secara aktif
intraselular. Ini  Membran mukosa kering (perdarahan)
mengacu pada  Peningkatan frekuensi nadi
dehidrasi, kehilangan  Peningkatan hematokrit
cairan saja tanpa
 Peningkatan konsentrasi urin
perubahan kadar
 Peningkatan suhu tubuh
natrium
 Penurunan pengisian vena
 Penurunan tekanan darah
 Penurunan tekanan nadi
 Penurunan volume nadi
Nyeri akut Sensori yang tidak  Laporan secara verbal atau  Trauma mekanis
menyenangkan dan non verbal (persalinan)
pengalaman  Fakta dari observasi
emosional yang  Posisi antalgic untuk
muncul secara aktual menghindari nyeri
atau potensial  Gerakan melindungi
kerusakan jaringan  Tingkah laku berhati-hati
atau menggambarkan  Muka topeng
adanya kerusakan
 Gangguan tidur (mata sayu,
(Asosiasi Studi Nyeri
tampak capek, sulit atau
Internasional):
gerakan kacau, menyeringai)
serangan mendadak
 Terfokus pada diri sendiri
atau pelan
intensitasnya dari  Fokus menyempit
(penurunan persepsi waktu,
ringan sampai berat
kerusakan proses berpikir,
yang dapat
penurunan interaksi dengan
diantisipasi dengan
orang dan lingkungan)
akhir yang dapat
diprediksi dan dengan  Tingkah laku distraksi,
durasi kurang dari 6 contoh : jalan-jalan, menemui
bulan. orang lain dan/atau aktivitas,
aktivitas berulang-ulang)
 Respon autonom (seperti
diaphoresis, perubahan
tekanan darah, perubahan
nafas, nadi dan dilatasi pupil)
 Perubahan autonomic dalam
tonus otot (mungkin dalam
rentang dari lemah ke kaku)
 Tingkah laku ekspresif
(contoh : gelisah, merintih,
menangis, waspada, iritabel,
nafas panjang/berkeluh
kesah)
16

 Perubahan dalam nafsu


makan dan minum

Cemas Perasaan tidak  Gelisah  Krisis situasi dan


nyaman atau  Distress maturasi, stress,
kekhawatiran yang  Ketakutan ancaman
samar disertai respons  Perasan tidak adekuat kematian,
autonom (sumber  Berfokus pada diri sendiri perubahan status
sering kali tidak  Peningkatan kewaspadaa peran, ancaman
spesifik atau tidak terhadap konsep
 Rasa nyeri yang
diketahui oleh meningkatkan diri
individu); perasaan
ketidakberdayaan
takut yang disebabkan
 Peningkatan rasa
oleh antisipasi
ketidakberdayaan yang
terhadap bahaya. Hal
persisten
ini merupakan isyarat
kewaspadaan yang  Bingung
memperingatkan  Khawatir
individu akan adanya
bahaya dan
memampukan
individu untuk
bertindak menghadapi
ancaman
Intoleransi aktivitas Ketidakcukupan  Ketidaknyaman setelah  Kelemahan
energi psikologis atau beraktivitas
fisiologis untuk
mempertahankan atau
menyelesaikan
aktivitas kehidupan
sehari-hari yang harus
atau yang ingin
dilakukan
Gangguan istirahat Interupsi jumlah  Kesulitan jatuh tertidur  Psikologis:
dan tidur waktu dan kualitas  Ketidakpuasan tidur kecemasan
tidur akibat factor  Menyatakan tidak merasa
eksternal cukup istirahat
 Perubahan pola tidur normal
17

3.3 Perencanaan

Diagnosa
Keperawatan/ Masalah
Rencana keperawatan
Kolaborasi

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

Kekurangan volume NOC: NIC :


cairan  Fluid balance IC Label:  Mengetahui penyebab
Berhubungan dengan:  Hydration Electrolyte Monitoring untuk menentukan
 Kehilangan  Nutritional Status : Food and  Identifikasi kemungkinan intervensi penyelesaian
volume cairan Fluid Intake penyebab  Mengetahui keadaan umum
secara aktif Setelah dilakukan tindakan ketidakseimbangan pasien
(perdarahan) keperawatan 1x24 jam defisit elektrolit  Mengurangi risiko
volume cairan teratasi dengan  Monitor adanya kekurangan voume cairan
kriteria hasil: kehilangan cairan dan semakin bertambah
 Mempertahankan urine elektrolit  Mengetahui perkembangan
output sesuai dengan usia dan  Monitor adanya rehidrasi
BB, BJ urine normal, mual,muntah dan diare  Evaluasi intervensi
 Tekanan darah, nadi, suhu Fluid Management  Mengetahui keadaan umum
tubuh dalam batas normal  Monitor status hidrasi ( pasien
 Tidak ada tanda tanda membran mukus, tekanan  Rehidrasi optimal
dehidrasi, Elastisitas turgor ortostatik, keadekuatan
kulit baik, membran mukosa denyut nadi )
lembab, tidak ada rasa haus  Monitor keakuratan intake
yang berlebihan dan output cairan
 Orientasi terhadap waktu dan  Monitor vital signs
tempat baik  Monitor pemberian terapi
 Jumlah dan irama pernapasan IV
dalam batas normal Vital Signs Monitoring
 Elektrolit, Hb, Hmt dalam  Monitor vital sign klien
batas normal
 pH urin dalam batas normal
 Intake oral dan intravena
adekuat
Nyeri akut NOC: NIC :
Berhubungan dengan:  Diharapkan nyeri hilang atau  Kaji sifat dan derajat  Membantu mengidentifikasi
 Trauma mekanis berkuran ketidaknyamanan, jenis faktor-faktor yang
(persalinan) Setelah dilakukan tindakan melahirkan, sifat memperberat
keperawatan 1x24 jam nyeri kejadian intrapartal, ketidaknyamanan nyeri
teratasi dengan kriteria hasil: lama persalinan dan  Informasi dapat mengurangi
 Ibu melaporkan nyeri pemberian anastesia atau ansietas berkenaan rasa
berkurang analgesia takut tentang ketidaktahuan
 Menunjukkan postur dan  Berikan informasi yang yang dapat memperberat
ekspresi wajah rileks tepat tentang perawatan persepsi nyeri
 Pasien merasakan nyeri rutin selama periode  Trauma dan edema
berkuang pada skala nyero 0- pascapartum meningkatkan derajat
2  Inspeksi perbaikan ketidaknyamanan dapat
episotomi atau laserasi. menyebabkan stress pada
Evaluasi penyatuan garis jahitan
perbaikan luka,  Es memberikan anstesia
perhatikan adanya lokal, meningkatkan
18

edema, hemoroid vasokontriksi dan


 Berikan kompres es menurunkan pembentukan
 Lakukan tindakan edema
kenyamanan (misalnya:  Meningkatkan kenyamanan,
perawatan mulut, mandi perasaan bersih
sebagian, linen bersih  Masase perlahan
dan kering, perawatan meningkatkan kontraktilitas
perineal periodik) tetapi tidak seharusnya
 Masase uterus dengan menyebabkan
perlahan sesuai indikasi. ketidaknyamanan
Catat adanya faktor- berlebihan. Multipara,
faktor yang memperberat distensi uterus berlebihan,
hebatnya dan frekuensi rangsangan oksitosin dan
afterpain menyusui meningkatkan
 Anjurkan penggunaan derajat afterpain berkenaan
teknik dengan kontraksi
pernafasan/relaksasi miometrium
 Berikan lingkungan yang  Meningkatkan rasa kontrol
tenang, anjurkan pasien dan dapat menurunkan
istirahat beratnya ketidaknyamanan
Kolaborasi: berkenaan dengan afterpain
 Pemberian analgesic (kontraksi) dan masase
sesuai kebutuhan fundus
 Persalinan dan kelahiran
merupakan proses yang
melelahkan. Dengan
ketenangan dan istirahat
dapat mencegah kelelahan
yang tidak perlu
 Analgesic bekerja pada
pusat otak, yaitu dengan
menghambat prostaglandin
yang merangsang timbulnya
nyeri

Cemas NOC: NIC : Anxiety Reduction


Berhubungan dengan:  Tingkat kecemasan; Anxiety Reduction  Mengungkapkan penyebab
 Krisis situasi dan keparahan manifestasi (penurunan kecemasan) kecemasannya sehingga
maturasi, stress, kekhawatiran, ketegangan  Gunakan pendekatan perawat dapat menentukan
ancaman kematian, atau perasaan tidak tenang yang menenangkan tingkat kecemasan klien
perubahan status yang muncul dari sumber  Nyatakan dengan jelas dan menentukan intervensi
peran, ancaman yang tidak dapat harapan terhadap pelaku untuk klien selanjutnya.
terhadap konsep diidentifikasi pasien  Mengobservasi tanda
diri  Pengendalian diri terhadap  Jelaskan semua prosedur verbal dan non verbal dari
ansietas ; tindakan personal dan apa yang dirasakan kecemasan klien dapat
untuk menghilangkan atau selama prosedur mengetahui tingkat
mengurangi perasaan  Temani pasien untuk kecemasan yang klien
khawatir, tegang atau memberikan keamanan alami.
perasaan tidak tenang akibat dan mengurangi takut  Dukungan keluarga dapat
sumber yang tidak dapat  Berikan informasi memperkuat mekanisme
diidentifikasi faktual mengenai koping klien sehingga
diagnosis, tindakan tingkat ansietasnya
 Konsentrasi; kemampuan
prognosis berkurang
untuk fokus pada stimulasi
 Libatkan keluarga untuk  Pengurangan atau
tertentu
penghilangan rangsang
19

 Koping; tindakan personal mendampingi klien penyebab kecemasan dapat


untuk mengatasi stressor  Instruksikan pada pasien meningkatkan ketenangan
yang membebani sumber- untuk menggunakan pada klien dan mengurangi
sumber individu tehnik relaksasi tingkat kecemasannya
Setelah dilakukan tindakan  Peningkatan pengetahuan
keperawatan 1x24 jam nyeri tentang penyakit yang
teratasi dengan kriteria hasil: dialami klien dapat
 Cemas berkurang, dibuktikan membangun mekanisme
oleh tingkat ansietas hanya koping klien terhadap
ringan sampai sedang dan kecemasan yang
selau menunjukkan dialaminya
pengendalian diri terhadap  Tekhnik relaksasi yang
ansietas, diri, koping. diberikan pada klien dapat
mengurangi ansietas

Intoleransi aktivitas NOC : NIC : Activity Therapy


Berhubungan dengan :  Self Care : ADLs  Observasi adanya  Mengkaji setiap aspek klien
 Kelemahan  Toleransi aktivitas pembatasan klien dalam terhadap terapi latihan yang
 Konservasi eneergi melakukan aktivitas dierencanakan.
Setelah dilakukan tindakan  Kaji adanya faktor yang  Aktivitas yang teralau berat
keperawatan selama 1x24 jam menyebabkan kelelahan dan tidak sesuai dengan
Pasien bertoleransi terhadap  Monitor nutrisi dan kondisi klian dapat
aktivitas dengan kriteria hasil: sumber energi yang memperburuk toleransi
 Berpartisipasi dalam adekuat terhadap latihan.
aktivitas fisik tanpa disertai  Monitor pasien akan  Melatih kekuatan dan irama
peningkatan tekanan darah, adanya kelelahan fisik jantung selama aktivitas.
nadi dan RR dan emosi secara  Mengetahui setiap
 Mampu melakukan aktivitas berlebihan perkembangan yang muncul
sehari hari (ADLs) secara  Monitor respon segera setelah terapi
mandiri kardivaskuler terhadap aktivitas.
 Keseimbangan aktivitas dan aktivitas (takikardi,  EKG memberikan
istirahat disritmia, sesak nafas, gambaran yang akurat
diaporesis, pucat, mengenai konduksi jantung
perubahan hemodinamik) selama istirahat maupun
 Monitor pola tidur dan aktivitas.
lamanya tidur/istirahat  Pemberian obat
pasien antihipertensi digunakan
 Kolaborasikan dengan untuk mengembalikan TD
Tenaga Rehabilitasi klien dbn, obat digitalis
Medik dalam untuk mengkoreksi
merencanakan progran kegagalan kontraksi jantung
terapi yang tepat. pada gambaran EKG,
 Bantu klien untuk diuretic dan vasodilator
mengidentifikasi aktivitas digunakan untuk
yang mampu dilakukan mengeluarkan kelebihan
 Bantu untuk memilih cairan.
aktivitas konsisten yang Energy Management
sesuai dengan  Mencegah penggunaan
kemampuan fisik, energy yang berlebihan
psikologi dan sosial karena dapat menimbulkan
 Bantu untuk kelelahan.
mengidentifikasi dan  Memudahkan klien untuk
20

mendapatkan sumber mengenali kelelahan dan


yang diperlukan untuk waktu untuk istirahat.
aktivitas yang diinginkan  Mengetahui sumber asupan
 Bantu untuk mendpatkan energy klien.
alat bantuan aktivitas  Mengetahui etiologi
seperti kursi roda, krek kelelahan, apakah mungkin
 Bantu efek samping obat atau
untuk mengidentifikasi tidak.
aktivitas yang disukai  Mengidentifikasi pencetus
 Bantu klien untuk klelahan.
membuat jadwal latihan  Menyamakan persepsi
diwaktu luang perawat-klien mengenai
 Bantu pasien/keluarga tanda-tanda kelelahan dan
untuk mengidentifikasi menentukan kapan aktivitas
kekurangan dalam klien dihentikan.
beraktivitas  Mencegah timbulnya sesak
 Sediakan penguatan akibat aktivitas fisik yang
positif bagi yang aktif terlalu berat.
beraktivitas  Mengetahui efektifitas
 Bantu pasien untuk terapi O2 terhadap keluhan
mengembangkan sesak selama aktivitas.
motivasi diri dan  Menciptakan lingkungan
penguatan yang kondusif untuk klien
 Monitor respon fisik, beristirahat.
emosi, sosial dan spiritual  Menciptakan lingkungan
yang kondusif untuk klien
beristirahat.
 Memfasilitasi waktu
istirahat klien untuk
memperbaiki kondisi klien
Gangguan istirahat NOC: NIC :
dan tidur  Anxiety Control Sleep Enhancement
berhubungan dengan:  Comfort Level  Determinasi efek-efek  Menjelaskan pengobatan
 Psikologis:  Pain Level medikasi terhadap pola terhadap pola tidur
kecemasan  Rest : Extent and Pattern tidur  Menjelaskan manfaat dari
 Sleep : Extent ang Pattern  Jelaskan pentingnya tidur tidur yang baik
Setelah dilakukan tindakan yang adekuat  Membantu memudahkan
keperawatan selama 1x24 jam  Fasilitasi untuk pasien untuk tidur
gangguan pola tidur pasien mempertahankan aktivitas  Melancarkan proses tidur
teratasi dengan kriteria hasil: sebelum tidur (membaca) pasien
 Jumlah jam tidur dalam  Ciptakan lingkungan
batas normal yang nyaman
 Pola tidur,kualitas dalam  Kolaborasi pemberian
batas normal obat tidur
 Perasaan fresh sesudah
tidur/istirahat
 Mampu mengidentifikasi
hal-hal yang meningkatkan
tidur
21

IV. Daftar Pustaka


Manuaba. (2008). Pengantar Kuliah Obstetric. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC

Nugroho, T. (2010). Buku Ajar Obstetric. Yogyakarta: Nuha Medika

Prawirohardjo, S. (2006). Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal.


Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka

Sujiyatini. (2009). Asuhan Patologi Kebidanan. Jakarta: Nuha Medika

Saifuddin, A. B. (2002). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan


Maternal Neonatal. Jakarta: JHPIEGO

Martapura, Februari 2019

Preseptor Akademik, Preseptor Klinik,

(Dedy Setyawan, S.Kep,. Ns) (Ns. Irfan Maulana, M.Kep,. Sp.KMB)

Anda mungkin juga menyukai