Gambar 4.1
Stabilitas Lereng dengan Metode Bishop
S perlu
FK =
BStersedia
Bila kekuatan geser tanah adalah:
S tersedia = c ' + ( σ−u ) tan θ'
= c ' + σ ' tan θ '
Maka tahanan geser yang diperlukan untuk keseimbangan adalah:
1 '
S perlu = ( c +( σ −μ ) tanθ ' )
FK
Gambar 4.2
Sistem Gaya pada Suatu Elemen Menurut Bishop
1 '
( c b+ (W −μ b ) tanθ ' )
ma
FK =
W sinα
Harga m.a dapat ditentukan dari Gambar 4.3. Cara penyelesaian merupakan
coba ulang (trial and errors) harga faktor keamanan FK di ruas kiri persamaan
faktor 3 keamanan di atas, dengan menggunakan Gambar 4.5 untuk
mempercepat perhitungan. Faktor keamanan menurut cara ini menjadi tidak
sesuai dengan kenyataan, terlalu besar, bila sudut negatif (-) di lereng paling
bawah mendekati 30°. Kondisi ini bisa timbul bila lingkaran longsor sangat
dalam atau pusat rotasi yang diandalkan berada dekat puncak lereng.
Gambar 4.3
Harga m.a untuk Persamaan Bishop
2. Metode Janbu
Pada tahun 1954 Janbu membuat suatu metode analisa yang dapat digunakan
pada permukaan longsor yang berbentuk circular dan non circular.
Janbu merumuskan persamaan umum kesetimbangan dengan menyelesaikan
secara vertikal dan horizontal pada dasar tiap-tiap irisan dengan
memperhitungkan seluruh kesetimbangan gaya. Janbu juga mengembangkan
metode yang mirip dengan metode bishop sederhana (simplified bishop
method) yang dikenal dengan metode janbu sederhana (simplified janbu
method). Metode ini memiliki asumsi sama dengan metode bishop yang
mengasumsikan bahwa gaya normal antar irisan diperhitungakan tetapi gaya
geser antar irisan diabaikan atau bernilai nol (XL -XR = 0).
S=
Kesetimbangan vertikal : P cos α + S sin α = W- (Xr-Xl)
Sehingga didapatkan kesetimbangan momen: (Bishop’s method)
2. Tidak perlunya asumsi slice dan slice side forces pada metode ini.
Pada metode ini, lokasi dari bidang longsoran didapatkan dari kontur
maximum shear strength.
Pham & Fredlund (2003), metode Elastic Stress Analysis kurang efisien
dikarenakan terkadang memberikan hasil yang tidak realistis. Oleh karena itu,
metode Shear Strength Reduction dari Finite Element yang sering digunakan pada
analisis lereng
Gambar 4.4
Dimana :
RQD : Rock Quality Designation
Jn : Joint Set Number
Jr : Joint Roughness Number
Ja : Joint Alteration Number
Jw : Joint Water Reduction Number
SRF : Stress Reduction Factor
3. Penyanggaan Dan Jenisnya
Keterangan :
F = Besarnya gaya yang bekerja pada saat mengalami keruntuhan
A = Luas penampang batuan yang diuji
2. Pengujian Kuat Geser
Pengujian ini bertujuan untuk mengukur kuat geser puncak dan kuat geser
sisa sebagai fungsi tegangan normal dan kuat geser. Hasil yang didapatkan
dimasukkan dalam perhitungan metode kesetimbangan batas atau numerik
untuk masalah kestabilan lereng tambang atau untuk analisis kestabilan
fondasi bendungan. Posisi contoh saat pengujian berkaitan dengan massa
batuan dan saat dipasang pada mesin uji biasanya dipilih sedemikian rupa
sehingga bidang geser yang diuji adalah bidang lemah batuan yang berupa
kekar, bidang perlapisan, belahan atau permukaan antara tanah dan batuan.
Cara pengujiannya adalah perconto batuan yang berbentuk silinder atau
bentuk lain dengan luas permukaan dicetak dengan semen pada cetakan yang
tersedia. Setelah kering kemudia n ditempatkan pada alat geser, diberi
beban normal tertentu, dan selanjutnya diberi beban geser secara bertahap
hingga pecah. Rumus yang digunakan adalah :
N T
Normal stress ( σ n) = dan Shear stress ( T )=
A A
Maka didapatkan persamaan :
T =N tanφ+cA atau T =S=σ n tanφ+C
Keterangan:
C = Kohesi (MPa)
φ = Sudut gesek dalam ( ° ¿
T = Tegangan geser (MPa)
σn = Tegangan normal (MPa)
Gambar 4.5
Kurva Tegangan Geser-Tegangan Normal
Dari hasil pengujian sifat mekanik batuan maka akan didapatkan beberapa data,
diantaranya adalah sebagai berikut :
1) Kurva Tegangan Regangan
Hubungan tegangan dan regangan dapat digambarkan dalam suatu kurva
yang biasa dikenal sebagai kurva tegangan-regangan yang diperoleh dari uji
kuat tekan uniaksial. Untuk dapat menggambarkan kurva ini, dari uji
kuat tekan uniaksial harus dapat diketahui perpindahan lateral maupun
aksial sesuai dengan perubahan tekanan pada contoh batuan. Daerah
perilaku elastik batuan dapat ditentukan dengan menginterpretasikan kurva
tegangan-regangan. Menurut hukum Hooke, bila tegangan yang bekerja
berada di bawah elastisitas batuan, maka regangan yang akan terjadi akan
sebanding dengan tegangan yang menyebabkannya.
Proses terjadinya perambatan rekahan mikro di dalam batuan pada rayapan
identik dengan proses runtuhan yang terjadi pada uji kuat tekan uniaksial
seperti yang diuraikan oleh Bieniawski (1967) dalam kurva tegangan –
Gambar 4.6
Kurva Tegangan-Regangan pada Uji Kuat Tekan Uniaksial
2) Modulus Elastisitas
Modulus elastisitas batuan yang merupakan kuantifikasi dari perilaku elastik
adalah salah satu parameter penting yang digunakan dalam merancang atau
manganalisis suatu lubang bukaan bawah tanah atau suatu konstruksi
bawah tanah. Dari besaran ini dapat diketahui hubungan antara beban yang
ada dengan deformasi massa batuan yang diakibatkannya, atau dengan kata
lain untuk mengevaluasi deformasi batuan pada berbagai kondisi
pembebanan.
Modulus elastisitas atau Young’s modulus didefinisikan sebagai
perbandingan antara perubahan tegangan aksial terhadap regangan aksial
yang dihasilkan oleh perubahan tegangan tersebut, yang dapat dihitung
dengan berbagai cara dari kurva tegangan-regangan. Metode perhitungan
yang sering digunakan adalah:
a. Tangent Young’s Modulus
Diukur pada tingkat tegangan tertentu, umumnya 50% dari kuat tekan
uniaksial.
b. Average Young’s Modulus
Gambar 4.7
Cara Mencari Young’s Modulus
3) Regangan
Regangan adalah perubahan yang diperoleh batuan dari beban yang meningkat
secara teratur. Perubahan ini akan terjadi dalam arah lateral dan aksial
sehingga pada conto batuan secara langsung mengalami pula perubahan
bentuk secara volumetrik, persamaannya antara lain :
∆d
εl =
d
∆l
εa =
l
εv = εa +2 εl
Keterangan :
∆d = Perubahan diameter (cm)
∆l = Perubahan tinggi (cm)
d = Diameter perconto batuan (cm)
l = Tinggi perconto batuan (cm)
εl = Regangan lateral
Nilai batas elastic ini di notasikan dengan σe , diukur pada saat grafik
regangan aksial akan meninggalkan keadaaan linier pada suatu titik tertentu.
Titik tersebut di proyeksikan tegak lurus sumbu tegangan aksial sehingga
didapatlah nilai batas elastis.
5) Poisson’s Ratio
Harga poisson’s ratio didefinisikan sebagai perbandingan antara regangan
lateral dan regangan aksial pada kondisi tegangan sebesar σi .
Persamaannya adalah :
εli
ϑ=
εai
Keterangan :
ϑ = Poisson’s ratio
εli = Regangan lateral
2. Phase2
Phase2 adalah program finite element Dua dimensi yang digunakan untuk
menganalisa tegangan dan perpindahan (displacement) di sekitar lubang
bukaan bawah tanah, yang dapat digunakan untuk menyelesaikan berbagai
masalah yang berkiatan dengan rekayasa teknik sipil dan teknik pertambangan.
Permodelan yang dapat dilakukan dengan Phase2 diantaranya adalah :
a. Plain strain atau Axisimetry
b. Elastic dan Plastic
c. Staged (kegiatan yang dilakukan secara urut, dapat dilakukan hingga 50
stage)
d. Multi-material
e. Penggunaan penyangga (bolt/shotcrete)
f. Penggunaan teganan (field stress) konstan dan gravity
g. Massa batuan yang mempunyai joint banyak (lebih dari satu)
h. Analisa air bawah tanah (Groudwater), termasuk analisa tekanan air pori.
Program Phase2 terdiri atas tiga modul program: Model, Compute dan
Interprete. Ketiga module tersebut dapat dijalankan secara terpisah.
3. Lalu hapus garis X dan Y pada segitiga dan copy sampai 10 jenjang seperti
pada gambar.
5. Untuk Menggabungkan semua garis sekaligus lakukan “ PE > Enter > M >
Enter > Blok seluruh bidang > Enter > J > Enter > Enter > Enter”
9. Selanjutnya simpan dengan klik file save as pada file type ubah
menjadi AutoCAD 2000 dxf Save.
11. Pada Project Summary, ganti Project Title sesuai dengan nama File.
Selanjutnya klik OK
14. Pada General, ubah failure direction disesuaikan dengan soal, yaitu right to
left.
15. Pada Methods, centang Bishop Simplified, Janbu Simplified, dan Spencer.
18. Lalu klik kanan tiap lapisan dan pilih Assign Material.
19. Untuk membuat muka air tanah, klik Boundaries add water table klik
pada permukaan gambar.
23. Isi pada bagian seismic load coefficient horizontal dengan angka 0,05.
29. Lalu lakukan compute dan interpret dan didapatkan hasil faktor keamanan
single slope dari bench height 10, bank witdh 8, dan bench width 8 adalah
5,008 pada material Soil.
10. Klik kanan > Assign Material sesuai pada tempatnya. Untuk lubang tengah,
dianggap sebagai Excavate. Jadi assign material juga diubah menjadi
Excavate.
12. Mesh Type diubah menjadi Graded Element Type diubah menjadi 3
Noded Triangles Gradation Factor diubah menjadi 0.1 Default
Number of Nodes on All Excavations dubah menjadi 75 Discretize
Mesh OK.
15. Setelah terinterpretasi, tampilan akan terbuka program baru dengan nama
Interpret. Tampilan awalnya merupakan hasil dari interpretasi dari Phase2
sebelumnya. Lalu hidupkan Display Deformation Vectors, Display
Deformation Boundaries, Display Deformation Contour dan Display
Deformation Mesh.