Anda di halaman 1dari 40

BAB IV

ANALISIS KESTABILAN LERENG DAN LUBANG BUKAAN

4.1. Dasar Teori


4.1.1. Analisis Kestabilan Lereng
Kestabilan lereng merupakan salah satu hal yang penting dalam bidang geoteknik.
Cara analisis kestabilan lereng banyak dikenal, tetapi secara garis besar dapat
dibagi menjadi tiga kelompok yaitu: cara pengamatan visual, cara komputasi dan
cara grafik sebagai berikut:
1. Cara pengamatan visual adalah cara dengan mengamati langsung di
lapangan dengan membandingkan kondisi lereng yang bergerak atau
diperkirakan bergerak dan yang tidak, cara ini memperkirakan lereng labil
maupun stabil dengan memanfaatkan pengalaman di lapangan (Pangular,
1985). Cara ini kurang teliti, tergantung dari pengalaman seseorang. Cara ini
dipakai bila tidak ada resiko longsor terjadi saat pengamatan. Cara ini mirip
dengan memetakan indikasi gerakan tanah dalam suatu peta lereng.
2. Cara komputasi adalah dengan melakukan hitungan berdasarkan rumus
(Fellenius, Bishop, Janbu, Sarma, Bishop modified dan lain-lain). Cara
Fellenius dan Bishop menghitung faktor keamanan lereng dan dianalisis
kekuatannya. Menurut Bowles (1989), pada dasarnya kunci utama gerakan
tanah adalah kuat geser tanah yang dapat terjadi: (a) tak terdrainase, (b)
efektif untuk beberapa kasus pembebanan, (c) meningkat sejalan
peningkatan konsolidasi (sejalan dengan waktu) atau dengan kedalaman, (d)
berkurang dengan meningkatnya kejenuhan air (sejalan dengan waktu) atau
terbentuknya tekanan pori yang berlebih atau terjadi peningkatan air tanah.
Dalam menghitung besar faktor keamanan lereng dalam analisis lereng
tanah melalui metoda sayatan, hanya longsoran yang mempunyai bidang
gelincir saja yang dapat dihitung. asdjakjdajdajdakjdakjdakljdaljdaljdlasjdak

Analisis Kestabilan Lereng dan Lubang Bukaan 1


3. Cara grafik adalah dengan menggunakan grafik yang sudah standar (Taylor,
Hoek & Bray, Janbu, Cousins dan Morganstren). Cara ini dilakukan untuk
material homogen dengan struktur sederhana. Material yang heterogen
(terdiri atas berbagai lapisan) dapat didekati dengan penggunaan rumus
(cara komputasi). Stereonet, misalnya diagram jaring Schmidt (Schmidt Net
Diagram) dapat menjelaskan arah longsoran atau runtuhan batuan dengan
cara mengukur strike/dip kekar-kekar (joints) dan strike/dip lapisan batuan.
Penjelasan umum mengenai Metode Bishop untuk penghitungan faktor keamanan
serta analisis kestabilan lereng yang kita gunakan kali ini adalah :
1. Metode Bishop mengasumsikan bidang longsor berbentuk busur lingkaran.
2. Pertama yang harus diketahui adalah geometri dari lereng dan juga titik
pusat busur lingkaran bidang luncur, serta letak rekahan.
3. Untuk menentukan titik pusat busur lingkaran bidang luncur dan letak
rekahan pada longsoran busur dipergunakan grafik.

4.1.1.1. Limit Equilibrium Method


Limit Equilibrium Method adalah metode yang menggunakan prinsip
kesetimbangan gaya. Metode analisis ini pertama-tama mengasumsikan bidang
kelongsoranyang dapat terjadi. Terdapat dua asumsi bidangkelongsoran yaitu:
bidang kelongsoran berbentuk circular dan bidang kelongsoran yang diasumsikan
berbentuk non-circular (bisa juga planar).
1. Metode Bishop
Metode Bishop sangat cocok digunakan untuk pencarian secara otomatis
bidang runtuh kritis yang berbentuk busur lingkaran untuk mencari faktor
keamanan minimum. Metode Bishop sendiri memperhitungkan komponen
gaya-gaya (horizontal dan vertikal) dengan memperhatikan keseimbangan
momen dari masing-masing potongan, Metode ini dapat digunakan untuk
menganalisa tegangan efektif.

Gambar 4.1
Stabilitas Lereng dengan Metode Bishop

Analisis Kestabilan Lereng dan Lubang Bukaan 2


[ ]
1 ( c b+W ( 1−ub ) tanφ ) secθ
FK = Σ
Σ Wsinθ tanθ tanφ
1+
FK
Keterangan :
W = Berat segmen tanah
Cb = Kohesi tanah
θ = Sudut antara bidang horizontal dengan garis kerja kohesi
φ = Sudut geser dalam
β = Kemiringan lereng
Cara analisa yang dibuat oleh A.W. Bishop (1955) menggunakan cara elemen
dimana gaya yang bekerja pada tiap elemen ditunjukkan pada seperti pada
Gambar 4.2 Persyaratan keseimbangan diterapkan pada elemen yang
membentuk lereng tersebut.
Faktor keamanan terhadap longsoran didefinisikan sebagai perbandingan
kekuatan geser maksimum yang dimiliki tanah di bidang longsor (S tersedia)
dengan tahanan geser yang diperlukan untuk keseimbangan (Sperlu).

S perlu
FK =
BStersedia
Bila kekuatan geser tanah adalah:
S tersedia = c ' + ( σ−u ) tan θ'
= c ' + σ ' tan θ '
Maka tahanan geser yang diperlukan untuk keseimbangan adalah:
1 '
S perlu = ( c +( σ −μ ) tanθ ' )
FK

Gambar 4.2
Sistem Gaya pada Suatu Elemen Menurut Bishop

Analisis Kestabilan Lereng dan Lubang Bukaan 3


Faktor keamanan dihitung berdasarkan rumus:

1 '
( c b+ (W −μ b ) tanθ ' )
ma
FK =
W sinα

Harga m.a dapat ditentukan dari Gambar 4.3. Cara penyelesaian merupakan
coba ulang (trial and errors) harga faktor keamanan FK di ruas kiri persamaan
faktor 3 keamanan di atas, dengan menggunakan Gambar 4.5 untuk
mempercepat perhitungan. Faktor keamanan menurut cara ini menjadi tidak
sesuai dengan kenyataan, terlalu besar, bila sudut negatif (-) di lereng paling
bawah mendekati 30°. Kondisi ini bisa timbul bila lingkaran longsor sangat
dalam atau pusat rotasi yang diandalkan berada dekat puncak lereng.

Gambar 4.3
Harga m.a untuk Persamaan Bishop
2. Metode Janbu
Pada tahun 1954 Janbu membuat suatu metode analisa yang dapat digunakan
pada permukaan longsor yang berbentuk circular dan non circular.
Janbu merumuskan persamaan umum kesetimbangan dengan menyelesaikan
secara vertikal dan horizontal pada dasar tiap-tiap irisan dengan
memperhitungkan seluruh kesetimbangan gaya. Janbu juga mengembangkan
metode yang mirip dengan metode bishop sederhana (simplified bishop
method) yang dikenal dengan metode janbu sederhana (simplified janbu
method). Metode ini memiliki asumsi sama dengan metode bishop yang
mengasumsikan bahwa gaya normal antar irisan diperhitungakan tetapi gaya
geser antar irisan diabaikan atau bernilai nol (XL -XR = 0).

Analisis Kestabilan Lereng dan Lubang Bukaan 4


3. Metode Spencer
Metode spencer merupakan metode yang dapat digunakan untuk sembarang
bentuk bidang longsor dan memenuhi semua kondisi kesetimbangan gaya dan
kesetimbangan momen pada setiap irisan. Spencer mengamsusikan bahwa
gaya-gaya yang bekerja disekitar bidang irisan adalah parallel sehingga gaya-
gaya tersebut memiliki sudut kemiringan yang sama yaitu :

Dimana ϴ adalah sudut kemiringan resultan gaya antar irisan Perhitungannya


adalah :
Kekuatan untuk menahan kestabilan lereng :

S=
Kesetimbangan vertikal : P cos α + S sin α = W- (Xr-Xl)
Sehingga didapatkan kesetimbangan momen: (Bishop’s method)

4.1.1.2. Finite Element Method


Finite Element Method dianggap menjadi sebuah metode yang dapat mendekati
realisasi dalam menganalisa kestabilan suatu lereng. Banyak keuntungan yang
bisa didapatkan apabila melakukan pendekatan analisa menggunakan metode ini
dibanding dengan metode Limit Equilibrium, khususnya untuk analisa bersifat
linear seperti prediksi settlement dan deformasi, perhitungan kuantitas aliran
dalam rembesan air tanah atau analisa efek pemadatan pada tanah. FE akan sangat
bagus apabila diaplikasikan pada lereng yang memiliki geometri atau variasi jenis
material yang cukup rumit.
Metode–metode Limit Equilibrium sudah lebih lama dan lebih banyak dikenal di
berbagai kalangan. Dalam hasil laporan analisa yang dibuat Duncan (1996), yang
merangkum dan membahas berbagai metode Limit Equlibrium seperti Fellenius
(1936, Bishop (1955), Janbu (1968), Morgenstern and Price (1965) dan Spencer
(1967). Metode – metode tersebut semakin populer digunakan.
Keuntungan dari metode analisa Finite Element :

Analisis Kestabilan Lereng dan Lubang Bukaan 5


1. Tidak memerlukan adanya asumsi yang digunakan dalam penentuan bentuk
serta posisi bidang gelincir. Finite Element akan memberikan gambaran
zonasi pada tubuh lereng terkait bagian – bagian yang shear strengh – nya
tidak dapat menahan shear stresses.

2. Tidak perlunya asumsi slice dan slice side forces pada metode ini.

3. Finite Element akan meberikan informasi terkaitdeformasi pada masing


masing tingkatan gaya tekan yang ada.
FE memanfaatkan perbandingan stress dan strain model material tanah dalam
perhitungannya. Nilai tersebut digunakan dalam perhitungan faktor keamanan.
Ada dua metode dalam Finite Element yang dapat digunakan untuk analisa
kestabilan lereng, yaitu:
1. Elastic Stress Analysis

Metode ini menganalisa kestabilan lereng dengan cara memasukkan body


force dari tanah ke dalam slope system. Disaat stress sudah diketahui, maka
faktor kemanan dapat dihitung menggunakan Mohr-Coulomb.

2. Shear Strength Reduction

Pada metode ini, lokasi dari bidang longsoran didapatkan dari kontur
maximum shear strength.
Pham & Fredlund (2003), metode Elastic Stress Analysis kurang efisien
dikarenakan terkadang memberikan hasil yang tidak realistis. Oleh karena itu,
metode Shear Strength Reduction dari Finite Element yang sering digunakan pada
analisis lereng

Gambar 4.4

Analisis Kestabilan Lereng dan Lubang Bukaan 6


Finite Element

4.1.1.3. Perbedaan Limit Equilibrium Method dan Finite Element Method


1. Metode mencari angka keamanan à
Pada Limit Equilibrium Method (LEM) sebutan lain metode kesetimbangan
batas. Pada dasarnya pada LEM ini menggunakan SF = gaya yang menahan
/gaya yang mendorong. Sementara FEM (Finite Element Method) mencari SF
dengan menggunakan phi-C reduction atau kuat geser tanah direduksi sampai
batas failure.
2. Bidang Runtuh
Pada LEM, bidang runtuh biasanya circular, planar atau block atau bisa juga
menggunakan bidang runtuh yang ditentukan sendiri. Sedangkan kalau FEM
bidang runtuh akan mencari bidang terlemah dari model. Tentunya masing-
masing penentuan bidang runtuh ada kelebihan dan kekurangannya

4.1.2. Analisis Lubang Bukaan


Dalam dunia pertambangan terowongan bukanlah merupakan hal yang baru,
istilah ini telah lama dikenal sejak dilakukannya penggalian lubang bukaan
untuk keperluan penambangan bijih atau batubara (ore/coal). Namun dengan
berkembangnya pengetahuan dan teknologi, terowongan bukan hanya dibuat
untuk kepentingan penggalian atau penambangan saja, tetapi juga dibuat untuk
kepentingan dan kebutuhan masyarakat. Dalam analisis lubang bukaan ada hal
yang perlu diperhatikan seperti :
1. Klasifikasi RMR
Sistem Rock Mass Rating (RMR), atau sering juga dikenal sebagai
Geomechanics Classification, klasifikasi ini telah dimodifikasi berulang kali
begitu informasi baru dari studi-studi kasus diperoleh dan menjadikannya
sesuai dengan International Standard dan prosedur.
RMR terdiri dari 5 parameter utama & 1 parameter pengontrol untuk membagi
massa batuan :
1. Kuat Tekan Batuan utuh (UCS)
2. RQD
3. Jarak diskontinuiti/kekar
4. Kondisi diskontinuiti/kekar

Analisis Kestabilan Lereng dan Lubang Bukaan 7


5. Kondisi air tanah
2. Q-System
Klasifikasi batuan Q-System dikenal juga dengan istilah Rock Tunneling
Quality Index untuk keperluan perancangan penyangga penggalian bawah
tanah. Q-System digunakan dalam klasifikasi massa batuan sejak tahun 1980 di
Iceland. Sistem ini pertama kali dikembangkan oleh Barton, dkk di 1974
berdasarkan pengalaman pembuatan terowongan terutama di Norwegia dan
Finlandia.
Pembobotan Q-System didasarkan atas penaksiran numerik kualitas massa
batuan berdasarkan 6 parameter berikut;
1. RQD (Rock Quality Designation)
2. Jumlah Kekar/Joint Set Number (Jn)
3. Kekasaran Kekar atau Kekar Utama/Joint Roughness Number (Jr)
4. Derajat Alterasi atau pengisian sepanjang kekar yang paling lemah/Joint
Alteration Number (Ja)
5. Aliran Air/Joint Water Reduction Number (Jw)
6. Faktor Reduksi Tegangan /Stress Reduction Factor (SRF).
Dalam system ini diperhatikan diskontinuitas dan joints. Angka dari Q
bervariasi dari 0,001 – 1000 dan dihitung dengan menggunakan persamaan
berikut ini :

Dimana :
RQD : Rock Quality Designation
Jn : Joint Set Number
Jr : Joint Roughness Number
Ja : Joint Alteration Number
Jw : Joint Water Reduction Number
SRF : Stress Reduction Factor
3. Penyanggaan Dan Jenisnya

Analisis Kestabilan Lereng dan Lubang Bukaan 8


Suatu alternatif pada pendekatan teoritik untuk penyanggaan batuan adalah
memanfaatkan pengalaman sebelumnya, sebagai suatu dasar untuk
memperkirakan penyanggaan yang diperlukan untuk penggalian bawah
tanah.Pendekatan ini terus berkembang tanpa arah yang jelas sebelum
munculnya penggunaan klasifikasi batuan.
Pada bagian ini diberikan prinsip-prinsip dari klasifikasi massa batuan.
Sebagian dari klasifikasi ini adalah suatu pekerjaan deskripsi murni dan
klasifikasi ini patut dihargai dengan mendefenisikan beberapa parameter yahng
tampak mampu mendefenisikan secara benar massa batuan. Kemudian akan
digunakan untuk pemilihan jenis penyangga yang akan digunakan untuk
lubang bukaan atau terowongan. Untuk pemilihan jenis penyanggaan yang
akan digunakan, ada hal yang sangat mendasar dan perlu untuk diperhitungkan
ialah perhitungan tinggi beban yang akan disangga.

4.1.3. Penentuan Parameter Faktor Keamanan


Perilaku elasto-visko-plastik merupakan perilaku yang telah memperhitungkan
terjadinya deformasi elastik, deformasi permanen (plastik), dan deformasi
bergantung waktu pada tegangan konstan. Oleh karena itu, penggunaan perilaku
ini pada perhitungan kestabilan lubang bukaan bawah tanah diharapkan dapat
menggambarkan kondisi massa batuan yang sebenarnya.
Batuan mempunyai sifat – sifat tertentu yang perlu diketahui dalam penentuan
analisis lubang bukaan. Sifat - sifat tersebut yaitu sifat fisik batuan dan sifat
mekanik batuan. Kedua sifat tersebut dapat ditentukan pada saat di laboratorium
maupun dilapangan langsung. Sifat fisik batuan meliputi bobot isi, specific
grafity, kadar air, derajat kejenuhan, porositas, void ratio, dan lain-lain.
Sedangkan pada sifat mekanik batuan meliputi kekuatan batuan, drillabilitas
batuan, kekerasan batuan, abrasivitas batuan, tekanan batuan, dan elastisitas
batuan.
Adapun beberapa pengujian untuk mendapatkan kekuatan dari batuan adalah
sebagai berikut :
1. Kuat Tekan Uniaksial
Kuat Tekan Uniaksial adalah besarnya tegangan yang dapat ditahan oleh
batuan sebelum batuan tersebut pecah akibat gaya tekan 1 sumbu.

Analisis Kestabilan Lereng dan Lubang Bukaan 9


Nilai kuat tekan uniaksial dari percontoh batuan merupakan tegangan yang
terjadi pada percontoh batuan pada saat percontoh tersebut mengalami
keruntuhan/failure akibat pembebanan dan nilainya dapat diperoleh dari
persamaan :
F
σc=
A

Keterangan :
F = Besarnya gaya yang bekerja pada saat mengalami keruntuhan
A = Luas penampang batuan yang diuji
2. Pengujian Kuat Geser
Pengujian ini bertujuan untuk mengukur kuat geser puncak dan kuat geser
sisa sebagai fungsi tegangan normal dan kuat geser. Hasil yang didapatkan
dimasukkan dalam perhitungan metode kesetimbangan batas atau numerik
untuk masalah kestabilan lereng tambang atau untuk analisis kestabilan
fondasi bendungan. Posisi contoh saat pengujian berkaitan dengan massa
batuan dan saat dipasang pada mesin uji biasanya dipilih sedemikian rupa
sehingga bidang geser yang diuji adalah bidang lemah batuan yang berupa
kekar, bidang perlapisan, belahan atau permukaan antara tanah dan batuan.
Cara pengujiannya adalah perconto batuan yang berbentuk silinder atau
bentuk lain dengan luas permukaan dicetak dengan semen pada cetakan yang
tersedia. Setelah kering kemudia n ditempatkan pada alat geser, diberi
beban normal tertentu, dan selanjutnya diberi beban geser secara bertahap
hingga pecah. Rumus yang digunakan adalah :
N T
Normal stress ( σ n) = dan Shear stress ( T )=
A A
Maka didapatkan persamaan :
T =N tanφ+cA atau T =S=σ n tanφ+C

Keterangan:
C = Kohesi (MPa)
φ = Sudut gesek dalam ( ° ¿
T = Tegangan geser (MPa)
σn = Tegangan normal (MPa)

Analisis Kestabilan Lereng dan Lubang Bukaan 10


N = Gaya normal (kg)
T = Gaya geser (kg)
A = Luas (cm2)
Kurva tegangan geser-tegangan normal dapat ditentukan harga kohesi dan
sudut gesek dalam.

Gambar 4.5
Kurva Tegangan Geser-Tegangan Normal
Dari hasil pengujian sifat mekanik batuan maka akan didapatkan beberapa data,
diantaranya adalah sebagai berikut :
1) Kurva Tegangan Regangan
Hubungan tegangan dan regangan dapat digambarkan dalam suatu kurva
yang biasa dikenal sebagai kurva tegangan-regangan yang diperoleh dari uji
kuat tekan uniaksial. Untuk dapat menggambarkan kurva ini, dari uji
kuat tekan uniaksial harus dapat diketahui perpindahan lateral maupun
aksial sesuai dengan perubahan tekanan pada contoh batuan. Daerah
perilaku elastik batuan dapat ditentukan dengan menginterpretasikan kurva
tegangan-regangan. Menurut hukum Hooke, bila tegangan yang bekerja
berada di bawah elastisitas batuan, maka regangan yang akan terjadi akan
sebanding dengan tegangan yang menyebabkannya.
Proses terjadinya perambatan rekahan mikro di dalam batuan pada rayapan
identik dengan proses runtuhan yang terjadi pada uji kuat tekan uniaksial
seperti yang diuraikan oleh Bieniawski (1967) dalam kurva tegangan –

Analisis Kestabilan Lereng dan Lubang Bukaan 11


regangan, yang terbagi menjadi 4 tahap, yaitu:
a. Penutupan rakahan (closing of crack)
b. Deformasi elastik sempurna (perfectly elastic deformation)
c. Perambatan rekahan stabil (stable fracture propagation)
d. Perambatan rekahan tidak stabil (unstable fracture propagation)

Gambar 4.6
Kurva Tegangan-Regangan pada Uji Kuat Tekan Uniaksial
2) Modulus Elastisitas
Modulus elastisitas batuan yang merupakan kuantifikasi dari perilaku elastik
adalah salah satu parameter penting yang digunakan dalam merancang atau
manganalisis suatu lubang bukaan bawah tanah atau suatu konstruksi
bawah tanah. Dari besaran ini dapat diketahui hubungan antara beban yang
ada dengan deformasi massa batuan yang diakibatkannya, atau dengan kata
lain untuk mengevaluasi deformasi batuan pada berbagai kondisi
pembebanan.
Modulus elastisitas atau Young’s modulus didefinisikan sebagai
perbandingan antara perubahan tegangan aksial terhadap regangan aksial
yang dihasilkan oleh perubahan tegangan tersebut, yang dapat dihitung
dengan berbagai cara dari kurva tegangan-regangan. Metode perhitungan
yang sering digunakan adalah:
a. Tangent Young’s Modulus
Diukur pada tingkat tegangan tertentu, umumnya 50% dari kuat tekan
uniaksial.
b. Average Young’s Modulus

Analisis Kestabilan Lereng dan Lubang Bukaan 12


Diukur dari rata-rata kemiringan kurva tegangan-regangan, yaitu pada
bagian linier terbesar dari kurva.
c. Secant Young’s Modulus
Diukur dari tegangan nol sampai nilai tegangan tertentu, umumnya 50%
dari kuat tekan uniaksial.

Gambar 4.7
Cara Mencari Young’s Modulus
3) Regangan
Regangan adalah perubahan yang diperoleh batuan dari beban yang meningkat
secara teratur. Perubahan ini akan terjadi dalam arah lateral dan aksial
sehingga pada conto batuan secara langsung mengalami pula perubahan
bentuk secara volumetrik, persamaannya antara lain :
∆d
εl =
d

∆l
εa =
l

εv = εa +2 εl

Keterangan :
∆d = Perubahan diameter (cm)
∆l = Perubahan tinggi (cm)
d = Diameter perconto batuan (cm)
l = Tinggi perconto batuan (cm)
εl = Regangan lateral

Analisis Kestabilan Lereng dan Lubang Bukaan 13


εa = Regangan aksial
εv = Regangan volumetrik
4) Batas Elastis

Nilai batas elastic ini di notasikan dengan σe , diukur pada saat grafik
regangan aksial akan meninggalkan keadaaan linier pada suatu titik tertentu.
Titik tersebut di proyeksikan tegak lurus sumbu tegangan aksial sehingga
didapatlah nilai batas elastis.
5) Poisson’s Ratio
Harga poisson’s ratio didefinisikan sebagai perbandingan antara regangan
lateral dan regangan aksial pada kondisi tegangan sebesar σi .
Persamaannya adalah :

εli
ϑ=
εai

Keterangan :
ϑ = Poisson’s ratio
εli = Regangan lateral

εai = Regangan aksial


6) Closing Crack
Closing crack adalah titik dimana celah batuan mulai tidak ada atau telah
ditutup karena pembebenan.

4.1.4. Pengenalan Software yang digunakan


Beberapa perangkat lunak (software) yang dipakai antara lain adalah :
1. Slide
Slide ialah perangkat lunak kestabilan lereng Dua Dimensi yang digunakan
untuk mengevaluasi dan menghitung faktor keamanan atau probabilitas
kelongsoran, kelongsoran permukaan melingkar atau non-melingkar baik di
lereng tanah maupun pada batuan. Perangkat lunak Slide nyaman serta relatif
mudah untuk digunakan, model yang kompleks dapat dibuat dan dianalisis
dengan cepat dan mudah dengan perangkat lunak ini. Eksternal loading, air
tanah dan penyanggaan dapat digambarkan atau dimodelkan dalam berbagai
bentuk dan cara sesuai dengan kebutuhan.

Analisis Kestabilan Lereng dan Lubang Bukaan 14


Perangkat lunak Slide menganalisis stabilitas permukaan lereng dengan
menggunakan metode slice vertikal kesetimbangan batas (misalnya Metode
Bishop, Janbu, Spencer, dll). Slip Surfaces dapat dianalisis. Metode pencarian
dapat diterapkan untuk menemukan permukaan bidang gelincir kritis untuk
lereng yang ditentukan. Deterministik (faktor keamanan) maupun analisa
probabilitas (kemungkinan kelongsoran) dapat dilakukan.

2. Phase2
Phase2 adalah program finite element Dua dimensi yang digunakan untuk
menganalisa tegangan dan perpindahan (displacement) di sekitar lubang
bukaan bawah tanah, yang dapat digunakan untuk menyelesaikan berbagai
masalah yang berkiatan dengan rekayasa teknik sipil dan teknik pertambangan.
Permodelan yang dapat dilakukan dengan Phase2 diantaranya adalah :
a. Plain strain atau Axisimetry
b. Elastic dan Plastic
c. Staged (kegiatan yang dilakukan secara urut, dapat dilakukan hingga 50
stage)
d. Multi-material
e. Penggunaan penyangga (bolt/shotcrete)
f. Penggunaan teganan (field stress) konstan dan gravity
g. Massa batuan yang mempunyai joint banyak (lebih dari satu)
h. Analisa air bawah tanah (Groudwater), termasuk analisa tekanan air pori.

Program Phase2 terdiri atas tiga modul program: Model, Compute dan
Interprete. Ketiga module tersebut dapat dijalankan secara terpisah.

4.2. Langkah Kerja


4.2.1. Analisis Kestabilan Lereng Menggunakan Limit Equilibrium Method
1. Buka file soal yang ada untuk NPM 9 dengan software AutoCAD.

Analisis Kestabilan Lereng dan Lubang Bukaan 15


2. Buat bentuk seperti pada gambar dengan polygon dengan ukuran sesuai
pada soal.

3. Lalu hapus garis X dan Y pada segitiga dan copy sampai 10 jenjang seperti
pada gambar.

Analisis Kestabilan Lereng dan Lubang Bukaan 16


4. Hapus Bench Width terbawah lalu buat garis panjang polyline pada bagian
atas dan bawah jenjang sepanjang 3 x H x Jumlah jenjang. Dan bentuk
hingga seperti gambar.

5. Untuk Menggabungkan semua garis sekaligus lakukan “ PE > Enter > M >
Enter > Blok seluruh bidang > Enter > J > Enter > Enter > Enter”

6. Lalu pindahkan seluruh jenjang ke ujung lapisan teratas.

Analisis Kestabilan Lereng dan Lubang Bukaan 17


7. Hapus bagian yang tidak dibutuhkan seperti pada gambar.

8. Lalukan trim dan extend agar gambar menjadi rapi.

9. Selanjutnya simpan dengan klik file  save as  pada file type ubah
menjadi AutoCAD 2000 dxf  Save.

Analisis Kestabilan Lereng dan Lubang Bukaan 18


10. Setelah itu buka aplikasi Slide . Simpan terlebih dahulu file dengan format
Nama_NIM. Analysis > Project Setting.

11. Pada Project Summary, ganti Project Title sesuai dengan nama File.
Selanjutnya klik OK

Analisis Kestabilan Lereng dan Lubang Bukaan 19


12. Untuk memasukkan data, klik file  import  import dxf  External
boundary lalu klik import  Open kemudian ulangi langkah sebelumnya
tetapi pilih Material Boundary kemudian import dan Open.

Berikut hasil import terakhir :

Analisis Kestabilan Lereng dan Lubang Bukaan 20


13. Klik Analysis  Project Setting

14. Pada General, ubah failure direction disesuaikan dengan soal, yaitu right to
left.

15. Pada Methods, centang Bishop Simplified, Janbu Simplified, dan Spencer.

Analisis Kestabilan Lereng dan Lubang Bukaan 21


16. Klik kanan pada lereng lalu pilih Material Properties.

17. Isi data tiap material sesuai pada soal.

18. Lalu klik kanan tiap lapisan dan pilih Assign Material.

Analisis Kestabilan Lereng dan Lubang Bukaan 22


Lakukan pada tiap lapisan sesuai pada soal seperti pada gambar dibawah :

19. Untuk membuat muka air tanah, klik Boundaries  add water table  klik
pada permukaan gambar.

20. Pilih Surface > Surface Option.

Analisis Kestabilan Lereng dan Lubang Bukaan 23


21. Lakukan setting seperti pada gambar dibawah.

22. Pilih Loading > Seismic Load.

23. Isi pada bagian seismic load coefficient horizontal dengan angka 0,05.

24. Klik Analysis  Compute  yes.

Analisis Kestabilan Lereng dan Lubang Bukaan 24


25. Tunggu hingga proses Compute selesai

26. Klik Analysis  Interpret

Hasil dari Interpret adalah sebagai berikut :

Analisis Kestabilan Lereng dan Lubang Bukaan 25


27. Sebagai hasil akhir, beri keterangan dimension angle, dimension width dan
dimension height.
a. bench height 10, bank witdh 8 dan bench width 8.

b. bench height 10, bank witdh 9 dan bench width 8.

c. bench height 10, bank witdh 10 dan bench width 8.

Analisis Kestabilan Lereng dan Lubang Bukaan 26


Didapatkan bahwa faktor keamanan berdasarkan metode Bishop untuk
bench height 10, bank witdh 8 dan bench width 8 adalah 1,322. Untuk bench
height 10, bank witdh 9 dan bench width 8 didapatkan faktor keamanannya
adalah 1,384. Dan untuk bench height 10, bank witdh 10 dan bench width 8
didapat faktor keamanannya adalah 1,590.
Maka untuk perhitungan faktor keamanan single slope, digunakan bench
height 10, bank witdh 8, dan bench width 8. Dikarenakan didapatnya faktor
keamanan yang paling terkecil diantara ketiga overall slope yang ada.
28. Untuk mencari FK single slope, klik kanan limit > Move Limit ke 1 lereng.

29. Lalu lakukan compute dan interpret dan didapatkan hasil faktor keamanan
single slope dari bench height 10, bank witdh 8, dan bench width 8 adalah
5,008 pada material Soil.

Analisis Kestabilan Lereng dan Lubang Bukaan 27


4.2.1. Analisis Kestabilan Lereng Menggunakan Metode Finite Element
1. Buka aplikasi Phase2. Simpan file terlebih dahulu dengan Nama_NIM.
Kemudian Import file Slide. Pilih File  Import Slide  pilih file dengan
FK terendah.

2. Pilih Analysis  Project Settings


a. Pada Stress Analysis, ubah Iterasi sesuai soal menjadi 300 dan tolerance
menjadi 0,001.

Analisis Kestabilan Lereng dan Lubang Bukaan 28


b. Pada Project Summary, ubah Project Title menjadi dengan Nama_NIM.

3. Pilih Mesh  Mesh Setup


Pada Element Type, Ubah menjadi 3 Noded Triangles  Ok  Yes

Analisis Kestabilan Lereng dan Lubang Bukaan 29


4. Selanjutnya pilih Analysis  Compute  Yes

5. Setelah itu pilih Analysis  Interpret

Analisis Kestabilan Lereng dan Lubang Bukaan 30


6. Hasil Interpret adalah sebagai berikut,Kemudian hidupkan Display
Deformation Vectors, Display Deformation Boundaries, Display
Deformation Contour dan Display Deformation Mesh. Dan didapatkan SRF-
nya adalah 1,05.

7. Lalu ubah Maximum Shear Strain menjadi Strength Factor.

Analisis Kestabilan Lereng dan Lubang Bukaan 31


8. Selanjutnya untuk hasil akhir, beri keterangan nama.

4.2.3. Analisis Kestabilan Lubang Bukaan


1. Buka aplikasi Phase2. Simpan file sejak awal dengan Nama_NIM. Pilih
Analysis  Project Settings.
a. Pada Stress Analysis, ubah Iterasi sesuai soal menjadi 300 dan tolerance
menjadi 0,001

Analisis Kestabilan Lereng dan Lubang Bukaan 32


b. Pada General, ubah Units menjadi MPa.

2. Klik Boundaries  Add Excavation  Masukkan data koordinat sesuai


pada soal (0,0) ; (6,0) ; (6,6) ; arc, segment 10 ; (3,9) ; (0,6)  C enter.

Hasil yang didapatkan :

4. Klik Boundaries  Add External.

Analisis Kestabilan Lereng dan Lubang Bukaan 33


5. pada Boundary Type ubah sesuai pada soal, yaitu Box  pada Expansion
Factor ubah sesuai pada soal menjadi 15  OK

6. Klik Boundaries  Add Material  Masukkan data koordinat sesuai pada


soal yaitu (96,60) ; (-90,-40) ; (-90,-50) ; (96,50)  C enter.

Analisis Kestabilan Lereng dan Lubang Bukaan 34


7. Klik Loading  Field Stress  pada Field Stress Type ubah menjadi
Gravity  pada Ground Surfac Elevation ubah menjadi 100m  OK.

Analisis Kestabilan Lereng dan Lubang Bukaan 35


8. Klik kanan > Material Properties.

9. Isi tiap material sesuai soal.

10. Klik kanan > Assign Material sesuai pada tempatnya. Untuk lubang tengah,
dianggap sebagai Excavate. Jadi assign material juga diubah menjadi
Excavate.

Analisis Kestabilan Lereng dan Lubang Bukaan 36


11. Klik Mesh  Mesh Setup.

12. Mesh Type diubah menjadi Graded  Element Type diubah menjadi 3
Noded Triangles  Gradation Factor diubah menjadi 0.1  Default
Number of Nodes on All Excavations dubah menjadi 75  Discretize 
Mesh  OK.

13. Klik Analysis  Compute  Yes

Analisis Kestabilan Lereng dan Lubang Bukaan 37


14. Klik Analysis  Interpret

15. Setelah terinterpretasi, tampilan akan terbuka program baru dengan nama
Interpret. Tampilan awalnya merupakan hasil dari interpretasi dari Phase2
sebelumnya. Lalu hidupkan Display Deformation Vectors, Display
Deformation Boundaries, Display Deformation Contour dan Display
Deformation Mesh.

Analisis Kestabilan Lereng dan Lubang Bukaan 38


16. Beri label kontur pada hanging wall, foot wall, dan vein dengan klik Tools
 Add Tool  Label Contour.

17. Klik pada tengah bagian atas, bawah dan samping.

18. Ubah sigma 1 menjadi Strength Factor.

19. Untuk hasil akhir, serta Dimension X, Dimension Y, serta nama.

Analisis Kestabilan Lereng dan Lubang Bukaan 39


Analisis Kestabilan Lereng dan Lubang Bukaan 40

Anda mungkin juga menyukai