Anda di halaman 1dari 13

BISNIS DAN KEUANGAN INTERNASIONAL

INESTASI LANGSUNG DAN STRATEGI INVESTASI

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Bisnis dan Keuangan Internasional


Dosen Pengampu: Esih Jayanti, SE, M.Sc

Di susun oleh

HIMA SETIOKO
153055
S1 MANAJEMEN SORE VII

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI MUHAMMADIYAH


CILACAP
Jalan Urip Sumoharjo No. 21 Cilacap Utara – Jawa Tengah

INVESTASI PORTOFOLIO INTERNASIONAL


INVESTASI ASING LANGSUNG

Perusahaan menjadi mutlinasional ketika mereka melakukan investasi asing langsung


(foreign direct investment—FDI). FDI juga bisa membutuhkahn merger dan akuisisi dengan
bisnis luar neger yang telah ada. Apakah FDI membutuhkan greenfield investment (yaitu
membangun fasilitas produksi yang benar-benar baru) atau merger dan akuisisi lintas negara,
keduanya mampu memberikan ukuran pengendalian bagi perusahaan multinasional (MNC).
Jadi, FDI menunjukkan ekspansi organisasi secara internal oleh MNC.

Tren Global dalam Investasi Asing Langsung

Tren terbaru dalam arus FDI disajikan pada Tampilan 15.1, Tampilan 15.2, dan
Tampilan 15.3.
Mengapa Perusahaan Berinvestasi di Luar Negeri?

Banyak teori yang telah ada, seperti Kindleberger (1969) dan Hymer (1976),
menekankan berbagai macam ketidaksempurnaan pasar, yaitu ketidaksempurnaan produk,
faktor, dan pasar modal sebagai kekuatan penting mendorong FDI. Berikut adalah faktor
kunci yang penting dalam pengambilan keputusan perusahaan untuk berinvestasi diluar
negeri:

 Hambatan perdagangan
Pasar internasional atas barang dan jasa seringkali dibuat tidak sempurna
melalui tindakan-tindakan pemerintah. Pemerintah mengatur perdangangan
internasional untuk meningkatkan pendapatan, melindungi industri dalam negeri, dan
mengejar tujuan-tujuan kebijakan ekonomi lainnya.

 Ketidaksempurnaan pasar tenaga kerja


Diantara keseluruhan pasar faktor produksi, pasar tenaga kerja adalah yang
paling tidak sempurna. Beberapa ketidaksempurnaan di pasar tenaga kerja
menyebabkan perbedaan upah yang berlangsung terus-menerus antarnegara.

 Aset tidak berwujud


Aset atau aktiva tak berwujud merupakan aktiva non moneter yang bisa
diidentifikasi, tidak memiliki wujud fisik secara nyata serta dimiliki guna
menghasilkan maupun menyerahkan barang dan jasa, disewakan ataupun hanya
bertujuan administrasi.
Contoh aset tidak berwujud, yaitu:
1) Hak Sewa (Lease Hold)
2) Hak Patent
3) Trade Mark (Merek Dagang)
4) Organization Cost
5) Copyright (Hak Pengadaan)
6) Perijinan (Licences)
7) Franchise

 Integrasi vertikal
Merskipun mayoritas FDI vertikal adalah backward di mana FDI melibatkan
industri di luar negeri yang memproduksi input bagi MNC, investasi luar negeri dapat
mengambil bentuk forward FDI vertikal ketika MNC terlibat dalam industri di luar
negeri yang menjual produk MNC.

 Siklus hidup produk


Di tahap awal, permintaan atas produk baru relatif tidak sensitif terhadap
harga dan karenanya perusahaan penggagas dapat mengenakan harga yang relatif
tinggi. Pada saat yang sama, perusahaan dapat meningkatkan produknya secara terus-
menerus berdasarkan umpan balik dari pelanggannya di dalam negeri.

 Layanan diversifikasi pemegang saham.


Ketika perusahaan memiliki aset di banyak negara, arus kas perusahaan
terdiversifikasi internasional. Jadi, pemegang saham perusahaan dapat mengambil
keuntungan secara tidak langsung dar diversifikasi intrnasional meskipun mereka
tidak secara langsung memiliki saham luar negeri.

Merger dan Akuisisi Lintas Negara

Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, FDI dapat terjadi melalui greenfield invesments,
yang membutuhkan pembangunan fasilitas produksi baru di negara asing, ataupun melalui merger
dan akuisisi lintas negara, dimana memerlukan penggabungan dengan atau pembelian bisnis luar
negeri yang sudah ada.

Perusahaan dapat dimotivasi untuk melakukan kesepakatan merger dan akuisisi lintas
negara untuk mendorong posisi bersaing mereka di pasar dunia dengan mengakuisisi aset-
aset tertentu dari perusahaan lain, atau menggunakan aset yang dimilikinya dalam skala yang
lebih besar.

Merger dan akuisisi menawarkan dua keuntungan yang penting di atas greenfield
investmen, yaitu:

 Kecepatannya
 Akses ke aset yang merupakan hak milik

Apabila akuisisi lintas negara menghasilkan keuntungan sinergis serta baik pemegang
saham perusahaan pengakuisisi maupun target memperoleh kesejahteraan pada saat yang
sama, seseorang dapat beragumen bahwa akuisisi lintas negara saling menguntungkan,
sehingga tidak harus digagalkan dari perspektif nasional maupun global.

Keuntungan sinergis dapat atau tidak selalu berasal dari akuisisi lintas negara,
tergantung pada motif perusahaan peengakuisisi. Secara umum, keuntungan sinergis akan
diperoleh ketika perusahaan pengakuisisi dimotivasi untuk mengambil manfaat dari
ketidaksempurnaan pasar tertentu.

Akuisisi lintas negara dapat juga dimotivasi oleh keinginan pengakuisisi untuk
memperoleh dan menginternalisasi aset tidak berwujud perusahaan target. Pengakuisisi
berupaya untuk menciptakan kesejahteraan dengan mengambil alih sewa dari skala ekonomis
yang diperoleh dari penggunaan aset tidak berwujud target secara global, jadi internalisasi
dapat berjalan kedepan (forward) untuk menginternalisasi aset pengakuisisi, atau ke belakang
(backward) untuk menginternalisasi aset target.
Risiko Politik dan FDI

Resiko politik dalam perusahaan dapat berbeda dalam hal terjadinya maupun cara saat
peristiwa politik mempengaruhinya. Tergantung pada cara terjadinya, risiko politik dapat
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:

1) Risiko Makro
2) Risiko Mikro

Tergantung pada cara saat perusahaan dipengaruhi, risiko politik dapat


diklasifikasikan menjadi tiga jenis:

1) Risiko Transfer
2) Risiko Operasional
3) Risiko Pengendalian

Para ahli risiko politik mengevaluasi, sering kali bersifat subjektif, serangkaian faktor-
faktor penting, seperti:

1) Sistem pemerintahan dan politik negara tuan rumah


2) Rekam jejak partai politik dan kekuatan relatifnya
3) Integrasi menuju sistem dunia
4) Stabilitas religius dan etnik negara tuan rumah
5) Keamanan regional
6) Indikator ekonomi penting

Bagaimana cara mengatasi persoalan dan mengelola risiko politik?

1) MNC dapat mengambil pendekatan konservatif atas proyek-proyek investasi luar


negeri ketika dihadapkan dengan risiko politik.
2) MNC dapat menggunakan berbagai ukuran untuk meminimalkan eksposurnya
terhadap risiko politik.
3) MNC dapat membeli asuransi terhadap bahaya risiko politik.

Sebagai contoh, Amerika Serikat, Overseas Private Investment Corporation (OPIC),


organisasi milik federal, menawarkan asuransi terhadap:

 Mata uang luar negeri yang tidak dapat dipertukarkan


 Pengambil alihan aset-aset milik Amerika Serikat di luar negeri
 Pengerusakan properti fisik milik Amerika Serikat akibat perang, revolusi, dan
peristiwa-peristiwa politik keras lainnya diluar negeri
 Kehilangan pendapatan usaha akibat kekejaman politik

Apabila risiko politik yang dihadapi oleh MNC dapat dilindungi sepenuhnya oleh
kontrak asuransi, MNC dapat mengurangkan premi asuransi dari arus kas yang diharapkan
atas proyeknya dalam menghitung NPV, kemudian MNC dapat menggunakan biaya modal
biasa yang akan digunakan untuk mengevaluasi proyek investasi domestik. Akibatnya,
apabila MNC berinvestasi disuatu negara yang telah menandatangani perjanjian perlindungan
investasi dengan MNC negara asal, Ia tidak perlu mengkhawatirkan risiko politik.

Salah satu jenis risiko politik yang dapat dihadapi MNC dan investor adalah korupsi
terkait dengan penyalahgunaan jabatan publik untuk pekentingan pribadi.
STRATEGI INVESTASI

1. Strategi Investasi
Strategi investasi merupakan langkah teknis dan sistematis dalam Investasi yaitu
menempatkan dana dengan harapan memperoleh keuntungan dan terhindar dari resiko
kerugugian. Untuk menghindari resiko investor sebaiknya memilihnsaham yang paling
mendekati aset bebas resiko, (Fahmi: 2014).

Dari pengertian diatas dapat dinyatakan bahwa dalam berinvestasi sedapat


mungkin menghindari resiko. Namun demikian dalam investasi saham resiko berbanding
lurus dengan tingkat keuntungan yang diharapkan. Artinya semakin kecil besar resiko
yang mungkin timbul semakin besar pula potensi imbah hasil yang diharapkan. Demikian
sebaliknya, (Saleh: 2010).

2. Imbal Hasil Investasi


Secara matematika untuk menghitung realisasi keuntungan adalah
sebagai berikut:

Pt - P(t - 1)  Dt
Ri =
P (t - 1)

Dimana :

Ri = Keuntungan (return) realisasi

Pt = Harga investasi sekarang

Pt-1 = Harga investasi tahun lalu

Dt = Deviden periode sekarang

Pada saat memutuskan investasi investor memiliki harapan untuk memperoleh


keuntungan (expected return). Harapan ini dapat dihitung berdasarkan probabilitas hasil
yang mungkin diperoleh.
Untuk menghitung tingkat keuntungan yang diahrapkan dapat dihitung dengan rumus:

m
E(Ri) =  Pij . Rij
j 1

Apa bila probabilitasnya tidak diabaikan, maka dapat digunakan rumus:

 R ij
E (Ri) = i 1

dimana:

E(Ri) = Expected return pada periode i

Rij = Keuntungan (return) investasi i

M = Banyaknya peristiwa yang mungkin terjadi

Jika investor memiliki potensi keuntungan (imbal hasil positif) sebaiknya


direalisasikan sebelum berbalik jadi rugi potensial.

3. Resiko (risk) Investasi


Resiko investasi dengan tingkat keuntungan investasi ibarat koin dengan dua sisi.
Satu sisi resiko (risk) dan sisi lain imbal hasil yang diharapkan ( Expected
Return). Resiko investasi dapat diukur dengan menghitung varians dan deviasi standar.

a. Variance (2)
m
   P ij ( Rij  E ( Ri )) 
2 2
i
i 1

Apabila probabilitas di abaikan, maka perhitungannya dihitung dengan rumus:

m
( Rij  E ( Ri ))2
i =2

i 1 N
Dimana:

i 2 = Variance return investasi

Rij = Keuntungan saham i yang diterima pada periode ke-3

E(Ri) = Tingkat keuntungan yang diahrapkan dari saham i

N = Periode.

b. Deviasi Standar
Pengukuran standar deviasi dinyatakan sebagai berikut :

i = Var (Ri )

Dimana:

i = Standar deviasi saham i

Var(Ri) = Variance tingkat pengembalian saham i

4. Portofolio
Portofolio merupakan himpunan atau set saham-saham yang dibeli investor. Jadi
portofolio meerupakan kombinasi dari berbagai jenis saham yang dipilih investor (Bodie:
2006). Tujuan pembentukan bentukan resiko adalah untuk menyebar resiko sehingga
sehingga risiko investasi dapat turunkan.

Sebaiknya investor melakukan evaluasi portofolio yang dibentuk secara berkala,


baik potensit keuntungan maupun potensi tingkat resiko yang yang diderita. Hal ini untuk
bahan pengambilan keputusan investasi selanjutnya.
Keputusan investasi tersebut menyangkut tindakan apa yang akan diambil pada
masa akan datang yang penuh ketidak ketidakpastian.

5. Beta
Beta merupakan merupakan alat ukur tingkat fluktuasi saham yang sangat populer.
Prinsip perhitungan Beta suatu saham adalah dengan membandingkan arah harga saham
dengan arah pasar. Pada umumnya gerakan suatu saham searah dengan arah indeks harga
saham gabungan (IHSG). Jadi Beta saham mengukur volatilitas return saham tersebut
dengan return pasar. Beta portofolio mengukur volatilitas return portofolio yang dibentuk
dengan return. Beta dapat dianggap merupakan pengukur risiko yang sistematis dari suatu
saham terhadap risiko pasar (Jogiyanto, 2000).
6. Resiko Berinvestasi di Pasar Saham

Berinvestasi di Pasar Saham merupakan investasi tidak langsung karena dana yang di
investasikan di Pasar Saham tidak secara langsung diinvestasikan di sektor produksi,
namun dana tersebut diinvestasikan oleh emiten atau perusahaan yang sahamnya dibeli
oleh investor pada pasar perdana. Selanjutnya transaksi jual-beli dilakukan antar investor
di pasar sekunder. Pada pasar sekunder terjadi tarik ulur antara minat jual dan minat beli.
Di sini sebenarnya perubahan harga dapat diprediksi dari besarnya minat jual dan minat
beli. Jika minat jual lebih kuat maka harga akan turun, sebaliknya jika minat beli lebih
kuat harga akan naik. Permasalahannya adalah kekuatan jual dan kekuatan beli tidak
hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor fundamental dan teknikal saja, tetapi sanat
dipengaruhi oleh factor psikologis. Bahkan lebih parahnya kekuatan beli dan jual kadang-
kadang kamuflase sehingga sering menjebak investor, terutama investor ritel. Hal ini bisa
mengakibatkan harga turun secara tiba-tiba tanpa ada alas an yang jelas. Inilah resiko
yang sulit dikelola. Kejelian investor dalam mengelola resiko investasi merupakan kunci
sukses berinvestasi di pasar saham.
1. Resiko Delusi
Emiten sering melakukan penambahan saham di pasar atau right issue.Jika investor tidak
mengambil bagian maka porsi kepemilikannya akan berkurang.
2. Resiko Riverst Stock Split
Riverst Stock Split adalah kebalikan dari stock split. Jika pada stock split jumlah lembar
saham menjadi lebih banyak, karena nominalnya dipecah, maka pada riverst stock split
terjadi penggabungan nominal saham, sehingga jumlah saham menjadilebih sedikit.
3. Resiko Delisting
4. Resiko Likuidasi
Resiko likuidasi adalah resiko yang terjadi akibat dilikuidasinya.
Dari keenam resiko tersebut, hanya resiko pertama yang bisa dikelola oleh investor. Jika
terjadi resiko ke dua hingga ke enam maka investor tidak bisa berbuat apa-apa, untuk itu
investor harus mengantisipasi terjadinya resiko ke dua hingga ke enam.
DAFTAR PUSTAKA

Sabherwal, Eun Resnick (2013), Keuangan Internasional, Jakarta: Salemba Empat

Anda mungkin juga menyukai