Makalah Kelompok 3
Makalah Kelompok 3
Disusun Oleh:
Demam berdarah
Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus
dengue yang dibawa oleh nyamuk. Demam berdarah DBD dulu disebut penyakit “break-bone”
karena kadang menyebabkan nyeri sendi dan otot di mana tulang terasa retak. Demam berdarah
ringan menyebabkan demam tinggi, ruam, dan nyeri otot dan sendi. Demam berdarah yang parah,
atau juga dikenal sebagai dengue hemorrhagic fever, dapat menyebabkan perdarahan serius,
penurunan tekanan darah yang tiba-tiba (shock), dan kematian.
Terdapat tiga jenis demam dengue: demam berdarah klasik, dengue hemorrhagic fever, dan dengue
shock syndrome. Masing-masing memiliki gejala yang berbeda.
Ruam mungkin muncul di seluruh tubuh 3 sampai 4 hari setelah demam, kemudian berkurang
setelah 1 hingga 2 hari. Anda mungkin mengalami ruam kedua beberapa hari kemudian.
Gejala dari dengue hemorrhagic fever meliputi semua gejala dari demam berdarah klasik,
ditambah:
Gejala dari dengue shock syndrome, jenis penyakit dengue yang paling parah, meliputi semua gejala
demam berdarah klasik dan dengue hemorrhagic fever, ditambah:
Selain memberi pasien berbagai saran di atas, dokter juga akan memberitahu pasien dan
orang tua pasien mengenai tanda dehidrasi, dan menyarankan pasien untuk selalu memerhatikan
jumlah urine yang keluar.
Bila diperlukan, pasien akan diberikan asupan cairan melalui infus. Pemberian cairan infus
ini akan dibarengi pemantauan detak jantung, denyut nadi, tekanan darah, dan jumlah urine yang
keluar. Demam dapat mereda setelah 3-7 hari. Akan tetapi, kondisi ini bisa menjadi tahap yang
kritis bagi pasien. Gejala yang lebih berat dapat muncul 1-2 hari berikutnya. Pada fase ini, dokter
akan terus memantau kondisi pasien selama suhu badan pasien turun ke normal.
Demam berdarah hingga menimbulkan dengue shock syndrome dapat dicegah dengan
pemberian vaksin dengue. Vaksin ini diberikan pada anak usia 9-16 tahun, sebanyak 3 kali dengan
jarak 6 bulan. Pemberian vaksin tidak disarankan pada anak di bawah usia 9 tahun, karena bisa
meningkatkan risiko dengue berat, terutama pada kelompok usia 2-5 tahun.
Vaksin dengue mengandung 4 serotipe virus. Karena itu, vaksin tetap diberikan pada anak yang
sudah pernah terinfeksi. Hal ini untuk membentuk kekebalan tubuh anak terhadap tipe
virus Dengue berbeda.
Selain dengan vaksin, demam dengue dapat dicegah melalui kegiatan PSN (pemberantasan
sarang nyamuk). PSN dilakukan dalam dua kali pengasapan insektisida atau fogging. Pengasapan
kedua akan dilakukan satu minggu setelah pengasapan pertama, untuk membunuh jentik nyamuk
yang tidak dapat dibasmi saat pengasapan pertama. Metode PSN lain adalah dengan rutin
menjalankan 3M-Plus, terutama pada musim hujan. Langkah 3M, yaitu:
Menguras tempat penampungan air, seperti bak mandi atau toren, minimal tiap pekan.
Menutup rapat tempat penampungan air.
Mendaur ulang barang yang berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes
aegypti.
Selain itu, lakukan pula langkah Plus untuk membantu pencegahan. Langkah Plus antara
lain dengan mengatur cahaya yang cukup di dalam rumah, memasang kawat anti nyamuk di ventilasi
rumah, menaburkan bubuk larvasida (abate) pada penampungan air yang sulit dikuras,
menggunakan kelambu saat tidur, menanam tumbuhan pengusir nyamuk, dan menghentikan
kebiasaan menggantung pakaian. Cara lain untuk mencegah gigitan nyamuk adalah dengan
menghindari area yang rentan terjadi infeksi.
Perlu diketahui, gigitan nyamuk dapat menembus pakaian yang ketat. Karena itu, disarankan
agar mengenakan pakaian longgar. Sebagai perlindungan tambahan, gunakan losion antinyamuk,
terutama yang mengandung N-diethylmetatoluamide (DEET). Akan tetapi, meski tergolong efektif,
jangan gunakan DEET pada bayi di bawah usia 2 tahun.
Pada daun terdapat bercak coklat berbentuk belah ketupat dan memanjang searah dengan
urat daun
Pinggir bercak berwarna coklat dengan bagian tengah berwarna putih keabuan
Bercak-bercak terutama terlihat pada stadium pertumbuhan vegetative
Bercak-bercak dapat bergabung menjadi satu, sehingga secara keseluruhan tampak tanaman
seperti terbakar
buku-buku yang terserang berwarna cokelat kehitaman dan busuk, sehingga mudah patah
bila terhembus angin.
Malai menjadi mengkerut, butir tidak terisi penuh, dan kadang-kadang menjadi hampa.
Untuk pengantisipasian adanya epidemi pada tumbuhan yang perlu diperhatikan adalah :
a. Keadaan lingkungan
Seperti contoh epidemi pada padi diatas yang perlu diperhatikan adalah sisa-sisa padi yang
sudah dipanen dan dulunya terinfeksi agar dibersihkan dari tempat penanaman
Pemberian bahan organik berupa jerami sisa panen untuk penyehatan lahan harus
dikomposkan terlebih dahulu. Pengomposan ini membuat miselia dan spora jamur mati, karena
naiknya suhu selama proses dekomposisi
c. Teknik pengendalian penyakit blas
Keberhasilan pengendalian penyakit blas dipengaruhi oleh kemampuan pengaturan
lingkungan, terutama iklim mikro tanaman, keseimbangan penyerapan unsur hara dan tingkat
kesuburan tanah. Kondisi lingkungan berpengaruh terhadap laju perubahanras pathogen blas,
diantaranya varietas tahan, musim tanam yang tepat, pemakaian pupuk seimbang, dan penggunaan
fungisida secara tepat.
penggunaan varietas tahan
Penanaman varietas tahan merupakan cara pengendalian yang terbaik, diharapkan varietas
mempunyai ketahanan yang stabil .ketahanan stabil adalah ketahanan yang tidak berubah
(konsisten) pada tempat dan waktu penanaman yang berbeda atau tahan terhadap pyricularia oryzae
Waktu tanam
Perbedaan agroklimat antarlokasi/wilayah dalam skala besar atau kecil memerlukan pengelolaan
yang berbeda dalam menghadapi serangan blas. Oleh karenaitu, penanaman padi gogo dianjurkan
pada awal musim penghujan. Penanaman pada awal musim hujan perlu dibantu dengan
penyemprotan fungisida untuk menekan blas leher, terutama pada saat keluar malai dan awal
berbunga.
Jarak tanam
Umumnya penanaman padi gogo menggunakan tugal dan jumlah benih yang digunakan lebih
banyak. Oleh karena itu, tingkat populasi tanaman mempunyai arti penting yang berhubungan
dengan produksi dan perkembangan penyakit blas. Jarak tanam rapat dan jumlah benih yang banyak
menciptakan iklim mikro yang optimum untuk perkembangan penyakit blas.
Pemupukan
Pengaruh pemupukan terhadap penyakit blas tergantung pada kesuburan tanah, jenis dan takaran
pupuk, serta varietas yang ditanam.varietas yang rentan dengan peningkatan takaran pupuk nitrogen
menyebabkan tanaman mudah terserang blas, karena menurunkan kadar kalium dalam jaringan
tanaman. Untuk tanah pmk dianjurkan menggunakan pupuk 60 – 90 kg n, 90 kg p2o5, 60 kgkcl per
hektar. Untuk varietas lokal, pemupukan optimal dianjurkan 45 kg n, 45 kg p2o5, 30 kgkcl per
hektar. Pemberian abu sekam yang mengandung silikat 300 kg/ha dapat menurunkan
kerusakan blasd ari 90 % menjadi 48 %.
Penggunaan fungisida
Hampir 30 – 40 % penyakit blas pada padi ditularkan melalui benih, sehingga pada stadium awal
vegetative tanaman padi dapat terserang blas. Oleh karena itu, perlakuan benih (seed treatment)
dengan fungisida sistemik seperti pyroquilone 50 wp sebanyak 8 g/kg benih sangat
diperlukan. Untuk blas leher diperlukan penyemprotan dengan fungisida tricyclazole pada saat
bunting.
Penentuan suatu kejadian sebagai epidemi dapatlah bersifat subjektif, sebagian bergantung
pada hal-hal apa yang termasuk dalam "ekspektasi". Karena didasarkan pada "ekspektasi" atau yang
dianggap normal, beberapa kasus timbulnya penyakit-yang-sangat-jarang seperti rabies dapat
digolongkan sebagai "epidemi", sementara banyak kasus timbulnya penyakit-yang-umum
(seperti pilek) tidak digolongkan sebagai epidemi.
Epidemi digolongkan dalam berbagai jenis berdasarkan pada asal-muasal dan pola
penyebarannya. Epidemi dapat melibatkan paparan tunggal (sekali), paparan berkali-kali, maupun
paparan terus-menerus terhadap penyebab penyakitnya. Penyakit yang terlibat dapat disebarkan
oleh vektor biologis, dari orang ke orang, ataupun dari sumber yang sama seperti air yang cemar.
"Masyarakat mungkin banyak yang belum tahu bahwa 70% penyakit menular baru yang menyerang
manusia itu disebabkan oleh zoonosis atau ditularkan dari hewan. Tingkat kematiannya pun sangat
tinggi, yaitu 50% - 90% sebab menyerang otak dan organ tubuh lainnya. Selain itu, dampaknya
terhadap perekonomian juga sangat besar," kata drh Misriyah, M.Epid dari Direktorat Penyuluhan
Penyakit Bersumber Binatang Kementrian Kesehatan dalam acara Rapat Koordinasi Jurnalis
Tanggap Zoonosis di Hotel Merlynn Park Jakarta, Kamis (7/7/2012).
Misriyah menuturkan, saat ini ada lebih dari 250 hewan yang berpotensi bisa menularkan
penyakitnya ke manusia. Di Indonesia sendiri, ada 132 spesies patogen yang bersifat zoonosis.
Jumlah ini tentu menjadi ancaman jika tidak diseriusi penanganannya, tapi juga terlalu banyak jika
harus diatasi oleh pemerintah dan masyarakat. Di antara jumlah sebanyak itu, ada 5 penyakit
zoonosis yang masih menjadi masalah dan berisiko menjadi wabah di masyarakat, yaitu:
1. Flu Burung
Flu burung mulai ditemukan menjangkiti unggas pada tahun 2003 dan mulai menyerang
manusia pada Juni 2005. Di Indonesia, penyakit ini sudah merenggut korban jiwa sebanyak 157
orang dari 189 kasus positif flu burung. Artinya, tingkat risiko kematiannya sebesar 83% dan
merupakan salah satu yang tertinggi di dunia. Yang mengkhawatirkan, unggas yang terkena virus
tidak menunjukkan gejala sakit namun tiba-tiba mati. Untungnya sudab ditemukan vaksin virus flu
burung, yaiti tamiflu atau oseltamivir. Namun jika terlambat ditangani, infeksi bisa berakibat fatal.
2. Rabies
Apabila sudah menunjukkan gejala klinis, maka pasien rabies sulit diselamatkan nyawanya.
Oleh karena itu, pasien rabies harus segera ditangani. Gejala klinisnya adalah demam, nyeri kepala,
sulit menelan, takut air dan sensitif terhadap angin dan suara.
3. Antraks
Antraks disebabkan oleh bakteri yang ditularkan oleh hewab ternak seperti kambing, sapi,
domba dan kerbau. Penularannya adalah lewat spora bakteri yang masuk lewat makanan ataupu
luka. Ada 3 jenis antraks di dunia, yaitu antraks kulit, antraks pernapasan dan antraks pencernaan.
Di Indonesia, 90% kasus antraks adalah antraks kulit. Sedangkan yang paling mematikan adalah
antraks pernapasan dan pencernaan.
4. Leptospirosis
Leptospirosis disebabkan oleh bakteri Leptospira yang ditularkan oleh urine tikus. Penyakit
ini seringkali marak ketika banjir. Penularannya terjadi jika air yang mengandung urine tikus
terinfeksi masuk ke tubuh lewat luka, mata, selaput lendir atau bahkan dikonsumsi.
5. Pes
Penyakit ini menular akibat gigitan tikus atau memakan makanan akibat gigitan tikus.
Terkadang bisa juga lewat kutu-kutu dari tikus. Gejala khasnya adalah terjadi pembengkakan pada
kelenjar limfa di selangkangan dan ketiak atau disebut bobo.
Dampak Rabies
Dampak pada manusia dan hewan : menyebabkan peradangan berat pada otak dan saraf
tulang belakang yang membahayakan kondisi pada hewan maupun manusia itu. Sesampainya di
otak virus kemudian memperbanyak diri dan menyebar luas dalam semua bagian neuron, terutama
mempunyai predileksi khusus terhadap sel-sel
sistem limbik, hipotalamus dan batang otak. Setelah memperbanyak diri dalam neuron-neuron
sentral, virus kemudian ke arah perifer dalam serabut saraf eferen dan pada saraf volunter maupun
saraf otonom. Dengan demikian virus ini menyerang
hampir tiap organ dan jaringan didalam tubuh dan berkembang biak dalam jaringan-jaringan seperti
kelenjar ludah, ginjal dan sebagainya dan berpotensi besar menyebabkan kematian.
Dampak Rabies pada bidang ekonomi adalah tragedi bagi kemanusiaan dan kehewanan
karena korban jiwa yang diakibatkannya. Selain itu, dampak ekonomi juga sangat signifikan.
Ewaldus Wera, Maria Geong, dan Maxs UE Sanam, dalam makalah di Kongres Ke-16 PDHI
tersebut, memaparkan analisis ekonomi akibat rabies menggunakan model ekonomi. Total kerugian
ekonomi atas rabies di NTT tahun 1998-2007 mencapai Rp 142 miliar atau Rp 14,2 miliar per tahun.
Biaya itu dihabiskan untuk biaya pengobatan pascagigitan anjing pada manusia Rp 19,9 miliar serta
biaya vaksinasi dan biaya eliminasi hewan tertular sebesar Rp 122,5 miliar.
Pengendalian dan penanggulangan Penyakit Hewan meliputi kegiatan:
a. pengamatan dan pengidentifikasian Penyakit Hewan;
b. pencegahan Penyakit Hewan;
c. pengamanan Penyakit Hewan;
d. pemberantasan Penyakit Hewan
e. pengobatan Hewan.
Dalam melakukan tindakan pencegahan dan pengendalian penyakit maka dapat diterapkan
beberapa metode yaitu : menerapkan prinsip-prinsip sanitasi dan desinfeksi kandang secara rutin,
melakukan vaksinasi secara teratur. Pada saat terjadi wabah maka tindakan biosecurity juga
merupakan hal yang penting dan wajib untuk dilakukan, disamping melakukan isolasi terhadap
ternak yang menderita serta memperketat lalulintas ternak dan karantina didaerah tertular untuk
menghindari terjadinya letupan penyakit yang lebih luas.
a. Sanitasi dan Desinfeksi Kandang
Sanitasi merupakan usaha pencegahan penyakit dengan cara menghilangkan atau mengatur
faktor-faktor lingkungan yang berkaitan dalam rantai perpindahan penyakit tersebut. Prinsip-prinsip
sanitasi adalah untuk memper baiki, mempertahankan atau mengembalikan status kesehatan yang
baik bagi ternak yang dipelihara.Resiko terjadinya penyakit pada dipengaruhi oleh interaksi antara
tiga komponen yaitu ternak, lingkungan dan agen penyakit. Untuk itu, prinsip-prinsip sanitasi
diupayakan untuk selalu diterapkan pada setiap tahap kegiatan unit usaha yang berkaitan dengan
proses pembibitan, pemeliharan, dan pengolahan hasil produksi.
Desinfeksi adalah upaya penyingkiran atau penghancuran kuman. Upaya ini
memerlukan pengetahuan dan pemahaman yang jelas tentang cara dan bahan yang tersedia, serta
penerapannya yang baik. Panas sinar matahari merupakan desinfeksi yang paling baik untuk
menghancurkan dan membunuh kuman yang mencemari alas kandang dan peralatan
kandang.Beberapa kuman dapat dimatikan dengan hembusan udara panas. Untuk seluruh areal
peternakan dan peralatan kandang baiknya selalu dibersihkan dan alat-alat dapat dijemur dibawah
terik matahari Manajemen sanitasi dan desinfeksi kandang yang baik tetap menjadi syarat yang
mutlak dalam menjaga kondisi kesehatan ternak dan menjadi kunci pengendalian penyakit yang
berkesinambungan. Kandang dan peralatannya merupakan salah satu saran pokok yangpenting yang
ikut berperan dalam menentukan berhasil tidaknya suatu usaha peternakan.Untuk itu beberapa hal
yang perlu diperhatikan adalah kebersihan kandang, baik dari kotoran-kotoran maupun dari kuman-
kuman atau bibit penyakit. Kandang yang sehat dan bersih akan memberikan dampak yang baik
bagi pertumbuhan dan kesehatan ternak yang dipelihara.
b. Biosecurity
Biosecurity adalah serangkaian usaha untuk mencegah atau mengurangi peluang masuknya
suatu penyakit ke suatu system usaha ternak dan mencegah penyebarannya dari suatu tempat ke
tempat lain yang masih bebas. Prinsip dasar dalam pelaksanannya isolasi dan desinfeksi. Bagi sector
peternakan ditingkat pedesan, istilah dan pelaksanan biosecurity masih sangat relative baru sehingga
konsep ini belum banyak diterapkan. Hal ini mungkin saja disebabkan oleh kurangnya pengetahuan
dan miskonsepsi terutama tentang besarnya biaya dalam penerapan biosecurity tanpa
mempertimbangkan keuntungan yang akan dieroleh. Penerapan biosecurity ditingkat peternak yang
hanya memelihara ternaknya sebagai usaha sambilan bukan sebagai usaha pokok merupakan hal
yang menghambat program biosecurity itu sendiri. Pada hal untuk level ini, peranan biosecurity
sangat mampu dalam hal memberikan jaminan pengamanan hidup bagi peternak, warga
sekitar dan juga bagi ternak yang ada disekitar lokasi dimaksud.
Ternak yang menderita penyakit harus secepat mungkin dipisahkan dari kelompoknya agar
dapat mengurangi resiko penularan terhadap ternak yang lain. Selama berada di kandang isolasi,
hewan penderita diberi pengobatan dan perawatan yang sesuai dengan kasusn yang ada.Ternak
diobservasi / diamati sampai memperlihatkan apakah ternak tersebut sembuh atau tidak.Jika dalam
masa perawatan ternak mati maka harus dikubur atau dibakar serta segera diberikan tindakan-
tindakan pengendalian lainya sesuai dengan kasus penyakit yang diderita untuk mencegah
terjadinya penularan penyakit yang lebih luas
d. Vaksinasi
Vaksinasi merupakan salah satu tindakan ideal dalam melakukan pencegahan penyakit
hewan. Beberapa penyakit pada ternak sapi seperti SE, Anthrax, Brucellosis, Colibacillosis, PMK,
dan sebagainya dapat dicegah dengan melakukan vaksinasi secara teratur setiap tahun. Vaksinasi
memberikan manfat jika dilakukan secara teratur pada ternak sehat dengan usia yang sesuai dosis
dan cara aplikasi yang benar. Pemberian vaksinasi tanpa diikuti tindakan biosecurity atau sanitasi,
hanya sedikit memberikan manfat pada kejadian atau keparahan suatu penyakit. Dengan demikian
berbagai metode pengendalian atau pencegahan penyakit umumnya saling berkaitan satu dengan
yang lain. Kombinasi antara beberapa jenis metode pencegahan / pengendalian penyakit
memberikan dampak yang lebih baik terhadap pengendalian penyakit ternak yang lebih luas.