Anda di halaman 1dari 16

Makalah Mitigasi Bencana Alam

Epidemi Pada Hewan, Manusia, dan


Tumbuhan

Disusun Oleh:

1. SRY KURNIA RAPANG (H061171314)


2. ANDI NURSUASRI AINI (H061171015)
3. KASMAWATI (H22116020)
4. RETNO WULANDARI (H22116016)
5. AR ADITYA HASANUDDIN (H22116514)
6. MUH.FAZRUL RAHMAN (H22116502)
7. ADDIATI (H22116505)
8. TAKDIR ALI HASAN AZHARI (H22113311)
Pengertian Epidemi
Secara harfiah, epidemi berasal dari bahasa Yunani yaitu "epi" berarti "pada" dan "demos"
berarti "rakyat". Ilmu yang mempelajari epidemi adalah epidemologi, dimana kata "logi" yang
terakhir juga berasal dari Bahasa Yunani "lagos" yang berarti "ilmu". Pengertiannya, epidemi adalah
timbulnya suatu penyakit yang menimpa sekelompok masyarakat atau dalam suatu wilayah dengan
angka kejadian yang melebihi angka normal dan berlangsung lebih cepat daripada yang diduga.
Dalam Bahasa Indonesia, epidemi diartikan dengan wabah. Dalam peraturan yang berlaku
di Indonesia , pengertian wabah dapat dikatakan sama dengan epidemi, yaitu kejadian perjangkitan
suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata
melebihi daripada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan
malapetaka. (UU No. 4 Tahun 1984).
Penyakit endemik sering diartikan sebagai penyakit yang di temukan di daerah tertentu.
Contohnya, AIDS sering dikatakan ‘endemik’ di Afrika meskipun kasus AIDS di Afrika masih terus
meningkat (sehingga tidak dalam kondisi tunak endemik). Lebih tepat untuk menyebut kasus AIDS
di Afrika sebagai endemik. Contoh lain dari penyakit endemic pada manusia yaitu diare, kolera,
malaria, dan lainnya.

Demam berdarah

Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus
dengue yang dibawa oleh nyamuk. Demam berdarah DBD dulu disebut penyakit “break-bone”
karena kadang menyebabkan nyeri sendi dan otot di mana tulang terasa retak. Demam berdarah
ringan menyebabkan demam tinggi, ruam, dan nyeri otot dan sendi. Demam berdarah yang parah,
atau juga dikenal sebagai dengue hemorrhagic fever, dapat menyebabkan perdarahan serius,
penurunan tekanan darah yang tiba-tiba (shock), dan kematian.

Gejala Demam Berdarah

Terdapat tiga jenis demam dengue: demam berdarah klasik, dengue hemorrhagic fever, dan dengue
shock syndrome. Masing-masing memiliki gejala yang berbeda.

Gejala demam berdarah klasik


Gejala dari demam berdarah klasik biasanya diawali dengan demam selama 4 hingga 7 hari
setelah digigit oleh nyamuk yang terinfeksi, serta:

 Demam tinggi, hingga 40 derajat C


 Sakit kepala parah
 Nyeri pada retro-orbital (bagian belakang mata)
 Nyeri otot dan sendi parah
 Mual dan muntah
 Ruam

Ruam mungkin muncul di seluruh tubuh 3 sampai 4 hari setelah demam, kemudian berkurang
setelah 1 hingga 2 hari. Anda mungkin mengalami ruam kedua beberapa hari kemudian.

Gejala dengue hemorrhagic fever

Gejala dari dengue hemorrhagic fever meliputi semua gejala dari demam berdarah klasik,
ditambah:

 Kerusakan pada pembuluh darah dan getah bening


 Perdarahan dari hidung, gusi, atau di bawah kulit, menyebabkan memar berwarna keunguan

Jenis penyakit dengue ini dapat menyebabkan kematian.

Gejala dengue shock syndrome

Gejala dari dengue shock syndrome, jenis penyakit dengue yang paling parah, meliputi semua gejala
demam berdarah klasik dan dengue hemorrhagic fever, ditambah:

 Kebocoran di luar pembuluh darah


 Perdarahan parah
 Shock (tekanan darah sangat rendah)

Pengobatan Demam Berdarah


Tidak ada metode khusus untuk menangani demam berdarah. Pengobatan yang dilakukan
adalah untuk mengatasi gejala dan mencegah infeksi virus semakin memburuk. Dokter akan
menganjurkan pasien melakukan beberapa hal berikut:

 Minum banyak cairan dan istirahat yang cukup.


 Mengonsumsi obat penurun panas, untuk meredakan demam. Namun hindari aspirin
atau obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), karena dapat memperparah perdarahan.

Selain memberi pasien berbagai saran di atas, dokter juga akan memberitahu pasien dan
orang tua pasien mengenai tanda dehidrasi, dan menyarankan pasien untuk selalu memerhatikan
jumlah urine yang keluar.

Bila diperlukan, pasien akan diberikan asupan cairan melalui infus. Pemberian cairan infus
ini akan dibarengi pemantauan detak jantung, denyut nadi, tekanan darah, dan jumlah urine yang
keluar. Demam dapat mereda setelah 3-7 hari. Akan tetapi, kondisi ini bisa menjadi tahap yang
kritis bagi pasien. Gejala yang lebih berat dapat muncul 1-2 hari berikutnya. Pada fase ini, dokter
akan terus memantau kondisi pasien selama suhu badan pasien turun ke normal.

Pencegahan Demam Berdarah

Demam berdarah hingga menimbulkan dengue shock syndrome dapat dicegah dengan
pemberian vaksin dengue. Vaksin ini diberikan pada anak usia 9-16 tahun, sebanyak 3 kali dengan
jarak 6 bulan. Pemberian vaksin tidak disarankan pada anak di bawah usia 9 tahun, karena bisa
meningkatkan risiko dengue berat, terutama pada kelompok usia 2-5 tahun.

Vaksin dengue mengandung 4 serotipe virus. Karena itu, vaksin tetap diberikan pada anak yang
sudah pernah terinfeksi. Hal ini untuk membentuk kekebalan tubuh anak terhadap tipe
virus Dengue berbeda.

Selain dengan vaksin, demam dengue dapat dicegah melalui kegiatan PSN (pemberantasan
sarang nyamuk). PSN dilakukan dalam dua kali pengasapan insektisida atau fogging. Pengasapan
kedua akan dilakukan satu minggu setelah pengasapan pertama, untuk membunuh jentik nyamuk
yang tidak dapat dibasmi saat pengasapan pertama. Metode PSN lain adalah dengan rutin
menjalankan 3M-Plus, terutama pada musim hujan. Langkah 3M, yaitu:

 Menguras tempat penampungan air, seperti bak mandi atau toren, minimal tiap pekan.
 Menutup rapat tempat penampungan air.
 Mendaur ulang barang yang berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes
aegypti.

Selain itu, lakukan pula langkah Plus untuk membantu pencegahan. Langkah Plus antara
lain dengan mengatur cahaya yang cukup di dalam rumah, memasang kawat anti nyamuk di ventilasi
rumah, menaburkan bubuk larvasida (abate) pada penampungan air yang sulit dikuras,
menggunakan kelambu saat tidur, menanam tumbuhan pengusir nyamuk, dan menghentikan
kebiasaan menggantung pakaian. Cara lain untuk mencegah gigitan nyamuk adalah dengan
menghindari area yang rentan terjadi infeksi.

Perlu diketahui, gigitan nyamuk dapat menembus pakaian yang ketat. Karena itu, disarankan
agar mengenakan pakaian longgar. Sebagai perlindungan tambahan, gunakan losion antinyamuk,
terutama yang mengandung N-diethylmetatoluamide (DEET). Akan tetapi, meski tergolong efektif,
jangan gunakan DEET pada bayi di bawah usia 2 tahun.

Epidemiologi penyakit tanaman


Epidemiologi penyakit tanaman adalah ilmu yang mempelajari tentang penyakit pada populasi
tanaman. Sama seperti penyakit manusia dan hewan, penyakit tanaman terjadi karena pathogen
seperti bakteri , virus , jamur , Oomycetes , nematoda , phytoplasmas ,protozoa , dan tanaman
parasit. Epidemiologi penyakit tanaman sering dilihat dari pendekatan multi-disiplin, yang
membutuhkan biologi , statistik , agronomi dan ekologiperspektif.
Biologi diperlukan untuk memahami patogen dan siklus hidupnya. Hal ini juga penting untuk
memahami fisiologi tanaman dan bagaimana patogen yang dapat mempengaruhi itu.. praktik
agronomi seringkali mempengaruhi kejadian penyakit yang lebih baik atau buruk. pengaruh
ekologis yang banyak. Spesies asli tanaman menjadi penampungan untuk patogen yang
menyebabkan penyakit pada tanaman. Statistik modelsering digunakan untuk meringkas dan
menggambarkan kompleksitas epidemiologi penyakit tanaman, sehingga proses penyakit dapat
lebih mudah dipahami.
Epidemi penyakit pada tanaman dapat menyebabkan kerugian yang besar dalam hasil tanaman
serta mengancam untuk menghapus sebuah seluruh spesies seperti halnya denganpenyakit Elm
Belanda dan bisa terjadi dengan Sudden Death Oak . Epidemi penyakit busuk daun kentang, yang
disebabkan oleh Phytophthora infestans , menyebabkan Kelaparan Besar Irlandia dan hilangnya
banyak nyawa.
Monocyclic epidemi disebabkan oleh patogen dengan rendah tingkat kelahiran dantingkat
kematian yang berarti mereka hanya memiliki satu siklus infeksi per musim. Mereka adalah khas
tanah lahir penyakit. Polisiklik epidemi disebabkan oleh patogen mampu siklus beberapa infeksi
musim.
Dalam skema segi empat penyakit maupun piramida epidemi penyakit, unsur campur tangan
manusia sulit diukur atau dikuantitatifkan. Oleh karena itu dalam analisis kuantitatif epidemi
penyakit tanaman hanya diketengahkan unsur - unsur yang berinteraksi dalam skema tetrahedron
epidemi. Kekuatan masing – masing unsur dalam skema tetrahedron epidemi penyakit tanaman,
diwakili oleh panjang sisi bangunan ke-arah unsur lainnya. Jika keempat unsur tetrahedronepidemi
penyakit tersebut dapat diukur, maka volume piramida akan dapat dihitung pula. Berdasar
pemikiran inilah kemudian kita gunakan sebagai analogianalisis epidemi sehingga volume
piramida akan sebanding dengan beratnyapenyakit pada tanaman yang bersangkutan. Oleh karena
itu menurut analisis konsep piramida, kemungkinan penyakit menjadi epidemik apabila:
1. Kerentanan tanaman inang (I) meningkat atau ketahanannya menurun
2. Virulensi (keganasan) patogen (P) meningkat
3. Kondisi lingkungan (L) mendekati tingkat optimum untuk pertumbuhan, reproduksi dan
penyebaran patogen.
4. Meningkatnya campur tangan manusia (M) yang mengakibatkan berubahnya
keseimbangan ekosistem
5. Rentang waktu (t) yang menguntungkan interaksi inang-patogen berlangsung cukup lama.

Contoh Epidemi Pada Tumbuhan


Pada Gandum
Epidemi bercak daun, kudis, penyakit Nigrospora dll.
Pada Jagung
Epidemi bulai, karat, hawar daun, Busuk tongkol dan busuk batang fusarium
Pada tanaman padi
Epidemi bercak coklat, blas, Hawar upih daun dan busuk batang, lapuk daun, penyakit fusarium,
penyakit semai dll
Pada ubi jalar
Bercak daun, kudis, busuk umbi, mosaik dll.

Epidemi Penyakit Padi


Blas ( penyakit pyricularia) sudah lama dikenal di indonesia. Pada tahun 1913 penyakit ini
bersama-sama dengan bercak coklat banyak timbul dipersemaian padi di surabaya, madura dan
lampung. Tetapi didaerah lampung penyakit ini menimbulkan kerugian yang cukup besar. Blas ini
memiliki gejala mirip dengan tanaman yang ditiup dengan udara panas. Gejala penyakit muncul
pada daun, batang, bunga, malai dan biji.
Penyakit blas pada padi sawah dapat menyerang pada semua fase pertumbuhan, malahan pada
benih padi pun sudah mulai terinfeksi penyakit blas. Dari data International Rice Research
Institute (IRRI), pada tahun 1975 sudah ada 250 ras/varian genetis penyakit blas. Penyakit ini
memang mampu untuk dengan cepat membentuk ras baru.
Saat kondisi lingkungan mendukung satu siklus penyakit blas hanya membutuhkan waktu 1
minggu dan sangat mudah menyebar lewat udara, siklus ini dimulai dari spora jamur yang
menginfeksi tanaman kemudian menghasilkan bercak daun pada tanaman padi dan siklus ini
berakhir sampai bersporulasi untuk menyebarkan spora yang baru lewat udara. Satu bercak pada
daun yang terinfeksi akan tumbuh dan menghasilkan spora jamur baru sampai ratusan hingga
ribuan dalam satu malam. Mudahnya jamur Pyricularia oryzae melakukan mutasi menjadi
penyebab blas sangat tahan terhadap penggunaan fungisida.
Penyebab Penyakit Blas
Penyakit blas disebabkan oleh jamur Pyricularia grisea. Awalnya penyakit ini berkembang di
pertanaman padi gogo, tetapi akhir-akhir ini sudah menyebar di lahan sawah irigasi. Di sentra-
sentra produksi padi Jawa Barat seperti di Karawang, Subang, dan Indramayu; Jawa Tengah di
Pemalang, Pati, Sragen, dan Banyumas; Jawa Timur di Lamongan, Jombang, Pasuruan,
Probolinggo dan Lumajang, penyakit blas banyak ditemukan berkembang di pertanaman padi
sawah.
Jamur P. grisea dapat menginfeksi pada semua fase pertumbuhan tanaman padi mulai dari
persemaian sampai menjelang panen. Pada fase bibit dan pertumbuhan vegetatif tanaman padi, P.
grisea menginfeksi bagian daun dan menimbulkan gejala penyakit yang berupa bercak coklat
berbentuk belah ketupat yang disebut blas daun. Pada fase pertumbuhan generatif tanaman padi,
gejala penyakit blas berkembang pada tangkai/leher malai disebut blas leher. Perkembangan parah
penyakit blas leher infeksinya dapat mencapai bagian gabah dan patogennya dapat terbawa gabah
sebagai patogen tular benih (seed borne).
Penyakit blas leher juga sering disebut busuk leher, patah leher, tekek (jawa Tengah), kecekik
(Jawa Barat). Penyakit blas juga dapat berkembang pada tanaman selain padi seperti gandum,
sorgum dan spesies rumput-rumputan. Pada lingkungan yang kondusif, blas daun berkembang
pesat dan kadang-kadang dapat menyebabkan kematian tanaman. Penyakit blas leher dapat
menurunkan hasil secara nyata karena menyebabkan leher malai mengalami busuk atau patah
sehingga proses pengisian malai terganggu dan banyak terbentuk bulir padi hampa. Gangguan
penyakit blas leher di daerah endemis sering menyebabkan tanaman padi menjadi puso, seperti
yang terjadi di Lampung dan Sumatera Selatan.
Jamur P. grisea mempunyai banyak ras, yang mudah berubah dan membentuk ras baru
dengan cepat. Pada kondisi lingkungan yang mendukung, satu siklus penyakit blas membutuhkan
waktu kurang lebih 1 mingghu, yaitu dimulai ketika spora jamur menginfeksi dan menghasilkan
suatu bercak pada tanaman padi dan berakhir ketika jamur bersporulasi (menghasilkan spora baru)
yang siap disebarkan ke udara. Selanjutnya dari satu bercak dapat menghasilkan ratusan sampai
ribuan spora dalam satu malam dan dapat terus menghasilkan spora selama lebih dari 20 hari.
Penyakit blas lebih menyukai kondisi periode embun yang panjang, kelembaban yang tinggi dan
temperatur malam hari sekitar 22–25 OC. Faktor lain yang mendukung perkembangan penyakit
blas adalah pemakaian pupuk nitrogen yang berlebihan, tanah dalam kondisi aerobik dan stres
kekeringan. Pengaruh nitrogen terhadap sel epidermis menyebabkan peningkatan
permeabilitas dinding sel dan menurunnya kadar unsur silika (Si), sehingga jamur lebih mudah
melakukan penetrasi. Pemberian Si cenderung membantu kekerasan dan ketegakan daun. Sumber
inokulum primer penyakit blas di lapang adalah jerami. Di daerah tropis sumber inokulum selalu
ada spanjang tahun karena adanya spora di udara dan tanaman inang alternatif selain padi.
Dampak dari Penyakit Blas

 Pada daun terdapat bercak coklat berbentuk belah ketupat dan memanjang searah dengan
urat daun
 Pinggir bercak berwarna coklat dengan bagian tengah berwarna putih keabuan
 Bercak-bercak terutama terlihat pada stadium pertumbuhan vegetative
 Bercak-bercak dapat bergabung menjadi satu, sehingga secara keseluruhan tampak tanaman
seperti terbakar
 buku-buku yang terserang berwarna cokelat kehitaman dan busuk, sehingga mudah patah
bila terhembus angin.
 Malai menjadi mengkerut, butir tidak terisi penuh, dan kadang-kadang menjadi hampa.

A. Antisipasi dan Penanggulangan Epidemi pada Tumbuhan

Untuk pengantisipasian adanya epidemi pada tumbuhan yang perlu diperhatikan adalah :

a. Keadaan lingkungan

Seperti contoh epidemi pada padi diatas yang perlu diperhatikan adalah sisa-sisa padi yang
sudah dipanen dan dulunya terinfeksi agar dibersihkan dari tempat penanaman

b. Penggunaan Jerami sebagai Kompos

Pemberian bahan organik berupa jerami sisa panen untuk penyehatan lahan harus
dikomposkan terlebih dahulu. Pengomposan ini membuat miselia dan spora jamur mati, karena
naiknya suhu selama proses dekomposisi
c. Teknik pengendalian penyakit blas
Keberhasilan pengendalian penyakit blas dipengaruhi oleh kemampuan pengaturan
lingkungan, terutama iklim mikro tanaman, keseimbangan penyerapan unsur hara dan tingkat
kesuburan tanah. Kondisi lingkungan berpengaruh terhadap laju perubahanras pathogen blas,
diantaranya varietas tahan, musim tanam yang tepat, pemakaian pupuk seimbang, dan penggunaan
fungisida secara tepat.
 penggunaan varietas tahan
Penanaman varietas tahan merupakan cara pengendalian yang terbaik, diharapkan varietas
mempunyai ketahanan yang stabil .ketahanan stabil adalah ketahanan yang tidak berubah
(konsisten) pada tempat dan waktu penanaman yang berbeda atau tahan terhadap pyricularia oryzae
 Waktu tanam
Perbedaan agroklimat antarlokasi/wilayah dalam skala besar atau kecil memerlukan pengelolaan
yang berbeda dalam menghadapi serangan blas. Oleh karenaitu, penanaman padi gogo dianjurkan
pada awal musim penghujan. Penanaman pada awal musim hujan perlu dibantu dengan
penyemprotan fungisida untuk menekan blas leher, terutama pada saat keluar malai dan awal
berbunga.
 Jarak tanam
Umumnya penanaman padi gogo menggunakan tugal dan jumlah benih yang digunakan lebih
banyak. Oleh karena itu, tingkat populasi tanaman mempunyai arti penting yang berhubungan
dengan produksi dan perkembangan penyakit blas. Jarak tanam rapat dan jumlah benih yang banyak
menciptakan iklim mikro yang optimum untuk perkembangan penyakit blas.
 Pemupukan
Pengaruh pemupukan terhadap penyakit blas tergantung pada kesuburan tanah, jenis dan takaran
pupuk, serta varietas yang ditanam.varietas yang rentan dengan peningkatan takaran pupuk nitrogen
menyebabkan tanaman mudah terserang blas, karena menurunkan kadar kalium dalam jaringan
tanaman. Untuk tanah pmk dianjurkan menggunakan pupuk 60 – 90 kg n, 90 kg p2o5, 60 kgkcl per
hektar. Untuk varietas lokal, pemupukan optimal dianjurkan 45 kg n, 45 kg p2o5, 30 kgkcl per
hektar. Pemberian abu sekam yang mengandung silikat 300 kg/ha dapat menurunkan
kerusakan blasd ari 90 % menjadi 48 %.
 Penggunaan fungisida
Hampir 30 – 40 % penyakit blas pada padi ditularkan melalui benih, sehingga pada stadium awal
vegetative tanaman padi dapat terserang blas. Oleh karena itu, perlakuan benih (seed treatment)
dengan fungisida sistemik seperti pyroquilone 50 wp sebanyak 8 g/kg benih sangat
diperlukan. Untuk blas leher diperlukan penyemprotan dengan fungisida tricyclazole pada saat
bunting.

Untuk pengendalian epidemi itu sendiri dapat dilakukan antara lain:

1. Penanaman benih yang sehat


2. Perendaman benih dalam larutan fungisida guna mencegah gangguan hama pada saat
penanaman
3. Penggunaan jenis-jenis benih yang tahan (resistant variety)
4. Hindari penggunaan pupuk diatas dosis yang dianjurkan
5. Hindari menanam dalam jarak yang rapat
6. Hindari penanaman padi dengan jenis yang sama terus menerus sepanjang tahun
Epidemi Pada Hewan

Penentuan suatu kejadian sebagai epidemi dapatlah bersifat subjektif, sebagian bergantung
pada hal-hal apa yang termasuk dalam "ekspektasi". Karena didasarkan pada "ekspektasi" atau yang
dianggap normal, beberapa kasus timbulnya penyakit-yang-sangat-jarang seperti rabies dapat
digolongkan sebagai "epidemi", sementara banyak kasus timbulnya penyakit-yang-umum
(seperti pilek) tidak digolongkan sebagai epidemi.

Epidemi digolongkan dalam berbagai jenis berdasarkan pada asal-muasal dan pola
penyebarannya. Epidemi dapat melibatkan paparan tunggal (sekali), paparan berkali-kali, maupun
paparan terus-menerus terhadap penyebab penyakitnya. Penyakit yang terlibat dapat disebarkan
oleh vektor biologis, dari orang ke orang, ataupun dari sumber yang sama seperti air yang cemar.

"Masyarakat mungkin banyak yang belum tahu bahwa 70% penyakit menular baru yang menyerang
manusia itu disebabkan oleh zoonosis atau ditularkan dari hewan. Tingkat kematiannya pun sangat
tinggi, yaitu 50% - 90% sebab menyerang otak dan organ tubuh lainnya. Selain itu, dampaknya
terhadap perekonomian juga sangat besar," kata drh Misriyah, M.Epid dari Direktorat Penyuluhan
Penyakit Bersumber Binatang Kementrian Kesehatan dalam acara Rapat Koordinasi Jurnalis
Tanggap Zoonosis di Hotel Merlynn Park Jakarta, Kamis (7/7/2012).

Misriyah menuturkan, saat ini ada lebih dari 250 hewan yang berpotensi bisa menularkan
penyakitnya ke manusia. Di Indonesia sendiri, ada 132 spesies patogen yang bersifat zoonosis.
Jumlah ini tentu menjadi ancaman jika tidak diseriusi penanganannya, tapi juga terlalu banyak jika
harus diatasi oleh pemerintah dan masyarakat. Di antara jumlah sebanyak itu, ada 5 penyakit
zoonosis yang masih menjadi masalah dan berisiko menjadi wabah di masyarakat, yaitu:

1. Flu Burung

Flu burung mulai ditemukan menjangkiti unggas pada tahun 2003 dan mulai menyerang
manusia pada Juni 2005. Di Indonesia, penyakit ini sudah merenggut korban jiwa sebanyak 157
orang dari 189 kasus positif flu burung. Artinya, tingkat risiko kematiannya sebesar 83% dan
merupakan salah satu yang tertinggi di dunia. Yang mengkhawatirkan, unggas yang terkena virus
tidak menunjukkan gejala sakit namun tiba-tiba mati. Untungnya sudab ditemukan vaksin virus flu
burung, yaiti tamiflu atau oseltamivir. Namun jika terlambat ditangani, infeksi bisa berakibat fatal.

2. Rabies
Apabila sudah menunjukkan gejala klinis, maka pasien rabies sulit diselamatkan nyawanya.
Oleh karena itu, pasien rabies harus segera ditangani. Gejala klinisnya adalah demam, nyeri kepala,
sulit menelan, takut air dan sensitif terhadap angin dan suara.

Apabila tergigit anjing rabies, lakukan 3 hal berikut:


- Segera cuci luka dengan air mengalir dan sabun atau deterjen selama 15 menit.
- Beri antibodi serum anti rabies
- Beri antibodi dengan vaksinasi jangka panjang.
Mencuci luka rabies dengan air sabun dapat menurunkan risiko kematian sebesar 50%. Vaksin
anti rabies bisa diperoleh di puskesmas atau rumah sakit.

3. Antraks

Antraks disebabkan oleh bakteri yang ditularkan oleh hewab ternak seperti kambing, sapi,
domba dan kerbau. Penularannya adalah lewat spora bakteri yang masuk lewat makanan ataupu
luka. Ada 3 jenis antraks di dunia, yaitu antraks kulit, antraks pernapasan dan antraks pencernaan.
Di Indonesia, 90% kasus antraks adalah antraks kulit. Sedangkan yang paling mematikan adalah
antraks pernapasan dan pencernaan.

4. Leptospirosis

Leptospirosis disebabkan oleh bakteri Leptospira yang ditularkan oleh urine tikus. Penyakit
ini seringkali marak ketika banjir. Penularannya terjadi jika air yang mengandung urine tikus
terinfeksi masuk ke tubuh lewat luka, mata, selaput lendir atau bahkan dikonsumsi.

5. Pes

Penyakit ini menular akibat gigitan tikus atau memakan makanan akibat gigitan tikus.
Terkadang bisa juga lewat kutu-kutu dari tikus. Gejala khasnya adalah terjadi pembengkakan pada
kelenjar limfa di selangkangan dan ketiak atau disebut bobo.

Penyebab Rabies pada Anjing


Rabies atau penyakit anjing gila adalah penyakit hewan yang disebabkan oleh Virus rabies
yang merupakan virus RNA dan termasuk dalam familia Rhabdoviridae, genus Lyssa.
Karakteristik utama virus keluarga Rhabdoviridae adalah hanya memiliki satu utas negatif RNA
yang tidak bersegmen. Rabies bersifat zoonosa artinya penyakit tersebut dapat menular dari
hewan ke manusia. Virus rabies pada dasarnya tidak bisa menyerap atau menyusup ke dalam
kulit manusia yang utuh tanpa luka. Virus rabies ini ditularkan oleh anjing melalui gigitan atau
cakaran, semburan air liur yang masuk ke luka pada kulit atau lapisan mukosa (pada mata atau
mulut), dan cakaran oleh kuku jari hewan yang terkontaminasi oleh liur yang mengandung virus
rabies.Namun, terdapat pula hewan lain yang dapat membawa virus rabies dan menularkannya
ke manusia, seperti kucing, kera, musang, bahkan kelinci. Pada kasus yang tergolong sangat
jarang, penularan virus rabies juga dapat terjadi dari manusia ke manusia, melalui transplantasi
organ. Beda halnya dengan kelelawar, Ekskreta kelelawar yang mengandung virus rabies cukup
untuk menimbulkan bahaya rabies pada mereka yang masuk gua yang terinfeksi dan menghirup
aerosol yang diciptakan oleh kelelawar.

Dampak Rabies
Dampak pada manusia dan hewan : menyebabkan peradangan berat pada otak dan saraf
tulang belakang yang membahayakan kondisi pada hewan maupun manusia itu. Sesampainya di
otak virus kemudian memperbanyak diri dan menyebar luas dalam semua bagian neuron, terutama
mempunyai predileksi khusus terhadap sel-sel
sistem limbik, hipotalamus dan batang otak. Setelah memperbanyak diri dalam neuron-neuron
sentral, virus kemudian ke arah perifer dalam serabut saraf eferen dan pada saraf volunter maupun
saraf otonom. Dengan demikian virus ini menyerang
hampir tiap organ dan jaringan didalam tubuh dan berkembang biak dalam jaringan-jaringan seperti
kelenjar ludah, ginjal dan sebagainya dan berpotensi besar menyebabkan kematian.

Dampak Rabies pada bidang ekonomi adalah tragedi bagi kemanusiaan dan kehewanan
karena korban jiwa yang diakibatkannya. Selain itu, dampak ekonomi juga sangat signifikan.
Ewaldus Wera, Maria Geong, dan Maxs UE Sanam, dalam makalah di Kongres Ke-16 PDHI
tersebut, memaparkan analisis ekonomi akibat rabies menggunakan model ekonomi. Total kerugian
ekonomi atas rabies di NTT tahun 1998-2007 mencapai Rp 142 miliar atau Rp 14,2 miliar per tahun.
Biaya itu dihabiskan untuk biaya pengobatan pascagigitan anjing pada manusia Rp 19,9 miliar serta
biaya vaksinasi dan biaya eliminasi hewan tertular sebesar Rp 122,5 miliar.
Pengendalian dan penanggulangan Penyakit Hewan meliputi kegiatan:
a. pengamatan dan pengidentifikasian Penyakit Hewan;
b. pencegahan Penyakit Hewan;
c. pengamanan Penyakit Hewan;
d. pemberantasan Penyakit Hewan
e. pengobatan Hewan.
Dalam melakukan tindakan pencegahan dan pengendalian penyakit maka dapat diterapkan
beberapa metode yaitu : menerapkan prinsip-prinsip sanitasi dan desinfeksi kandang secara rutin,
melakukan vaksinasi secara teratur. Pada saat terjadi wabah maka tindakan biosecurity juga
merupakan hal yang penting dan wajib untuk dilakukan, disamping melakukan isolasi terhadap
ternak yang menderita serta memperketat lalulintas ternak dan karantina didaerah tertular untuk
menghindari terjadinya letupan penyakit yang lebih luas.
a. Sanitasi dan Desinfeksi Kandang
Sanitasi merupakan usaha pencegahan penyakit dengan cara menghilangkan atau mengatur
faktor-faktor lingkungan yang berkaitan dalam rantai perpindahan penyakit tersebut. Prinsip-prinsip
sanitasi adalah untuk memper baiki, mempertahankan atau mengembalikan status kesehatan yang
baik bagi ternak yang dipelihara.Resiko terjadinya penyakit pada dipengaruhi oleh interaksi antara
tiga komponen yaitu ternak, lingkungan dan agen penyakit. Untuk itu, prinsip-prinsip sanitasi
diupayakan untuk selalu diterapkan pada setiap tahap kegiatan unit usaha yang berkaitan dengan
proses pembibitan, pemeliharan, dan pengolahan hasil produksi.
Desinfeksi adalah upaya penyingkiran atau penghancuran kuman. Upaya ini
memerlukan pengetahuan dan pemahaman yang jelas tentang cara dan bahan yang tersedia, serta
penerapannya yang baik. Panas sinar matahari merupakan desinfeksi yang paling baik untuk
menghancurkan dan membunuh kuman yang mencemari alas kandang dan peralatan
kandang.Beberapa kuman dapat dimatikan dengan hembusan udara panas. Untuk seluruh areal
peternakan dan peralatan kandang baiknya selalu dibersihkan dan alat-alat dapat dijemur dibawah
terik matahari Manajemen sanitasi dan desinfeksi kandang yang baik tetap menjadi syarat yang
mutlak dalam menjaga kondisi kesehatan ternak dan menjadi kunci pengendalian penyakit yang
berkesinambungan. Kandang dan peralatannya merupakan salah satu saran pokok yangpenting yang
ikut berperan dalam menentukan berhasil tidaknya suatu usaha peternakan.Untuk itu beberapa hal
yang perlu diperhatikan adalah kebersihan kandang, baik dari kotoran-kotoran maupun dari kuman-
kuman atau bibit penyakit. Kandang yang sehat dan bersih akan memberikan dampak yang baik
bagi pertumbuhan dan kesehatan ternak yang dipelihara.
b. Biosecurity

Biosecurity adalah serangkaian usaha untuk mencegah atau mengurangi peluang masuknya
suatu penyakit ke suatu system usaha ternak dan mencegah penyebarannya dari suatu tempat ke
tempat lain yang masih bebas. Prinsip dasar dalam pelaksanannya isolasi dan desinfeksi. Bagi sector
peternakan ditingkat pedesan, istilah dan pelaksanan biosecurity masih sangat relative baru sehingga
konsep ini belum banyak diterapkan. Hal ini mungkin saja disebabkan oleh kurangnya pengetahuan
dan miskonsepsi terutama tentang besarnya biaya dalam penerapan biosecurity tanpa
mempertimbangkan keuntungan yang akan dieroleh. Penerapan biosecurity ditingkat peternak yang
hanya memelihara ternaknya sebagai usaha sambilan bukan sebagai usaha pokok merupakan hal
yang menghambat program biosecurity itu sendiri. Pada hal untuk level ini, peranan biosecurity
sangat mampu dalam hal memberikan jaminan pengamanan hidup bagi peternak, warga
sekitar dan juga bagi ternak yang ada disekitar lokasi dimaksud.

c. Isolasi Ternak sakit

Ternak yang menderita penyakit harus secepat mungkin dipisahkan dari kelompoknya agar
dapat mengurangi resiko penularan terhadap ternak yang lain. Selama berada di kandang isolasi,
hewan penderita diberi pengobatan dan perawatan yang sesuai dengan kasusn yang ada.Ternak
diobservasi / diamati sampai memperlihatkan apakah ternak tersebut sembuh atau tidak.Jika dalam
masa perawatan ternak mati maka harus dikubur atau dibakar serta segera diberikan tindakan-
tindakan pengendalian lainya sesuai dengan kasus penyakit yang diderita untuk mencegah
terjadinya penularan penyakit yang lebih luas

d. Vaksinasi

Vaksinasi merupakan salah satu tindakan ideal dalam melakukan pencegahan penyakit
hewan. Beberapa penyakit pada ternak sapi seperti SE, Anthrax, Brucellosis, Colibacillosis, PMK,
dan sebagainya dapat dicegah dengan melakukan vaksinasi secara teratur setiap tahun. Vaksinasi
memberikan manfat jika dilakukan secara teratur pada ternak sehat dengan usia yang sesuai dosis
dan cara aplikasi yang benar. Pemberian vaksinasi tanpa diikuti tindakan biosecurity atau sanitasi,
hanya sedikit memberikan manfat pada kejadian atau keparahan suatu penyakit. Dengan demikian
berbagai metode pengendalian atau pencegahan penyakit umumnya saling berkaitan satu dengan
yang lain. Kombinasi antara beberapa jenis metode pencegahan / pengendalian penyakit
memberikan dampak yang lebih baik terhadap pengendalian penyakit ternak yang lebih luas.

Anda mungkin juga menyukai