Anda di halaman 1dari 5

Pada praktikum kali ini praktikan melakukan penetapan kadar metanol dan etanol

pada sediaan minuman beralkohol, yaitu minuman arak Bali. Adapun metode yang
digunakan adalah Gas Cromatography (Kromatografi Gas) dengan menggunakan
detektor FID (Flame Inonization Detector) atau detektor ionisasi nyala. Praktikum ini
bertujuan untuk mengetahui prinsip pemisahan dan identifikasi menggunakan
Kromatografi Gas; mengetahui cara preparasi sampel yang akan dipisahkan dan
identifikasi menggunakan metode Kromatografi Gas; menetapkan kadar etanol dan
metanol dari sampel arak Bali menggunakan Kromatografi Gas; dan melakukan quality
control terhadap sampel arak Bali..
Alasan perlu dilakukan analisis penetapan kadar ini adalah untuk Quality Control
(Kontrol Kualitas) terhadap sampel minuman beralkohol, diamana kadar alkohol yang
terdapat pada sampel minuman beralkohol harus sesuai dan tidak melebihi
ketentuan/kriteria yang telah ditetapkan. Adapun analisis yang dilakukan pada
praktikum adalah tergolong kedalam analisis kuantitatif, dimana berkaitan dengan
penetapan berapa banyak suatu zat tertentu (analit) yang terkadung dalam suatu sampel
(Day dan Underwood, 1987). Namun digunakan juga analisis kualitatif yaitu waktu
retensi yang nantinya akan digunakan untuk menentukan yang mana menguap dan
terelusi telebih dahulu antara metanol dan etanol. Kali ini analit yang dianalisis adalah
sama-sama golongan alkohol, yaitu etanol (etil alkohol) dan metanol (metil alkohol).
Dipilih sampel arak Bali, karena arak Bali merupakan minuman tradisional Bali
yang mudah didapatkan oleh praktikan, dimana didalamnya terdapat kandungan
alkohol yang umumnya bersifat memabukkan apabila dikonsumsi dalam jumlah yang
wajar berlebih, sehingga apabila ada oknum yang tidak bertanggung jawab sengaja
menambahkan alkohol (metanol dan etanol) dengan jumlah yang berlebih ke dalam
tuak Bali maka akan dapat berakibat fatal karena dapat mengakibatkan tokisistas
hingga kematian.
Menurut BPOM, minuman alkohol sendiri memiliki 3 golongan, diantaranya
adalah : a) Minuman Beralkohol Golongan A adalah minuman yang mengandung etil
alkohol atau etanol (C2H5OH) dengan kadar sampai dengan 5%; b) Minuman
Beralkohol golongan B adalah minuman yang mengandung etil alkohol atau etanol
dengan kadar 5% -20%; dan c) Minuman Beralkohol golongan C yaitu minuman yang
mengandung etil alkohol atau etanol dengan kadar 20% - 55% (BPOM, 2014).
Sedangkan arak Bali termasuk kedalam Minuman Beralkohol Golongan C karena
mengandung alkohol (etanol) sekitar 40%.
Identifikasi etanol dan metanol pada sampel arak Bali dilakukan dengan
menggunakan metode GC-FID. GC (Kromatografi Gas) merupakan suatu metode yang
dinamis untuk memisahkan senyawasenyawa organik yang mudah menguap dan
senyawa-senyawa organik dalam satu campuran (McNair dan Miller, 1998). Prinsip
kerja kromatografi gas adalah berdasarkan atas pemisahan beberapa solut yang mudah
menguap dan stabil terhadap panas bermigrasi melalui kolom yang mengandung fase
diam dengan kecepatan yang tergantung pada rasio distribusinya. Pemisahan pada
kromatografi gas didasarkan pada titik didih suatu senyawa dikurangi dengan semua
interaksi yang mungkin terjadi antara solut dengan fase diam. Fase gerak yang berupa
gas akan mengelusi solut dari ujung kolom lalu menghantarkannya ke detektor
(Gandjar dan Rohman, 2012).
Pada proses preparasi sampel digunakan metode destilasi. Destilasi adalah proses
pemisahan cairan yang mudah menguap dari senyawa, diaman biasanya merupakan
pemisahan dua atau lebih cairan yang berbeda titik didihnya (titik didih cukup jauh).
Prinsip kerja dalam destilasi adalah pemisahan campuran zat dididihkan hingga
menguap, dan uap yang dihasilkan kemudian didinginkan kembali ke dalam bentuk
cairan. Tekanan uap suatu cairan akan meningkat seiring dengan bertambahnya
temperatur, dan titik dimana tekanan uap sama dengan tekanan eksternal cairan disebut
sebagai titik didih (Sudjadi, 1986).
Pendinginan cairan menggunakan kondensor yang dialiri air yang memiliki
temperatur dingin. Di dalam kondensor terdapat dua ruang, yaitu ruang untuk aliran
sampel dan ruang untuk aliran air dingin. Fungsi pendinginan ini adalah untuk
membuat uap sampel (metanol dan etanol) terkondensasi menjadi cairan yang nantinya
akan dialirkan ke labu destilat. Preparasi sampel ini dipilih karena sangat cocok dengan
sifat sampel, yaitu metanol dan etanol yang memiliki titik didih rendah (dibawah 100o
C yang merupakan titik didih air), dimana titik etanol adalah 78,4oC dan titik didih
metanol berada pada rentang 64,5-65,5 oC bergantung pada kemurnian sehingga
sampel menjadi mudah menguap, dan memiliki titik didih yang berbeda antara satu
dengan lainnya serta dengan matriks atau pengotor-pengotornya yang umumnya tidak
mudah menguap
Adapun tahapan pertama dalam proses destilasi adalah memasang alat destilasi.
Alat destilasi yang digunakan adalah alat destilasi sederhana yang menggunakan
pemisahan berdasarkan titik didih saja. Alat destilasi dipasang seperti gambar dibawah
ini :

Gambar 8.1. Pemasangan Alat Destilasi Sederhana (Malone, 1994)


Untuk pemasangan alat destilasi juga dibutuhkan plastik ikan untuk menjaga agar alat
tidak terlepas dan tidak ada uap analit yang keluar melewati sambungan-sambungan
alat destilasi.
Berikutnya adalah menyiapkan sampel dengan cara memipet 25 mL sampel
minuman, kemudian ditambahkan dengan 25 mL WFI dan didestilasi hingga diperoleh
volume destilat lebih kurang 2 mL lebih kecil dari volume cairan uji yang dipipet.
Penambahan WFI dilakukan untuk menjaga volume di dalam labu agar tidak
terjadi kekosongan dalam labu akibat menguapnya sampel yang dapat menyebabkan
labu tersebut pecah. Menurut USP 1995, WFI adalah air yang telah dimurnikan dengan
destilasi atau reverse osmosis dan tidak mengandung substansi tambahan (USP, 1995).
WFI ditambahkan sebagai pelarut pada saat analisis dengan GC, karena WFI memiliki
kemurnian yang sangat tinggi sehingga tidak akan mengganggu pemisahan dan
merusak kolom yang merupakan komponen utama dalam GC. Setelah diperoleh
destilat dalam jumlah yang diinginkan (ditandai dengan tercapainya tinggi destilat
setara dengan labu destilat yang telah ditera sebelumnya) maka destilat dimasukkan
kedalam vial yang bersih untuk selanjutnya ditetapkan kadarnya menggunakan analisis
GC.
Selanjutnya dibuat larutan seri dan larutan uji dimana larutan seri ini berfungsi
untuk menentukan persamaan regresi linier yang akan digunakan untuk membuat kurva
baku yang menentukan validasi metode linearitas dan penghitungan kadar sampel;
penentu nilai batas deteksi (LOD) dan batas untuk ditentukan kadarnya (LOQ).
Sedangkan larutan uji dibuat untuk menguji alat kromatografi dan menentukan nilai
persen perolehan kembali. Larutan seri dibuat berdasarkan kisaran atau rentang 50%,
75%, 100%, 125% dan 150% dari kadar sampel yang diperkirakan (Gandjar dan
Rohman, 2007). Larutan seri yang dibuat yaitu larutan seri I dengan konsentrasi etanol
20% v/v dan metanol 0,001%v/v; larutan seri II dengan konsentrasi etanol 30% v/v dan
metanol 0,0025%v/v; larutan seri III dengan konsentrasi etanol 40% v/v dan metanol
0,005%v/v; larutan seri IV dengan konsentrasi etanol 50% v/v dan metanol
0,0075%v/v; dan larutan seri V dengan konsentrasi etanol 60% v/v dan metanol
0,01%v/v. Selain larutan seri, larutan lainnya yang dibuat yaitu larutan uji dengan
konsentrasi etanol 30% v/v dan metanol 0,01% v/v. Konsentrasi larutan uji harus
berada tepat ditengah atau lebih sedikit dari larutan seri yang dibuat (Gandjar dan
Rohman, 2007).

Dafpus :

BPOM RI. 2014. Menilik Regulasi Minuman Beralkohol Indonesia. Jakarta: Badan
PEngawas Obat dan Makanan Republik Indonesia.
Day, R.A dan Underwood. 1987. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.
Gandjar, I. G. dan A. Rohman. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Gandjar, I. G. dan A. Rohman. 2012. Analisis Obat secara Spektroskopi
dan.Kromatografi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Malone, L. J. 1994. Basic Concepts of Chemistry. Chichester : John Wiley & Sons.
McNair, H.M. dan J.M. Miller. 1998. Basic Gas Chromatography. New York: John
Willey & Sons.
Sudjadi. 1986. Metode Pemisahan. Yogyakarta: UGM Press.
USP. 1995. The United States Pharmacopeia Convention. USA: Twinbrook ParkWay
Rockville Inc.

Anda mungkin juga menyukai