METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah penelitian eksperimen.”Penelitian eksperimen
adalah metode penelitian yang digunakan untuk mencari
pengaruh perlakuan terhadap kondisi tertentu terhadap
yang lain dalam kondisi yang terkendali (Sugiyono
2012:72). Eksperimen yang dilakukan pada penelitian ini
adalah pembuatan kerupuk dengan menggunakan puree
kacang merah dan puree ikan bandeng. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hasil jadi kerupuk mentah
dan matang. Hasil jadi kerupuk mentah meliputi warna,
aroma, dan tingkat kepatahan. Hasi jadi kerupuk matang
meliputi warna, aroma, rasa, kerenyahan, pengembangan
dan tingkat kesukaan.
47
48
Proporsi Ikan
Bandeng
X1=50% X1Y1 X1Y2 X1Y3
X2=60% X2Y1 X2Y2 X2Y3
X3=70% X3Y1 X3Y2 X3Y3
Keterangan:
X1 = Jumlah Persentase Ikan Bandeng 50%
X2 = Jumlah Persentase Ikan Bandeng 60%
X3 = Jumlah Persentase Ikan Bandeng 70%
Y1 = Jumlah Persentase Kacang Merah 10%
Y2 = Jumlah Persentase Kacang Merah 20%
Y3 = Jumlah Persentase Kacang Merah 30%
X1Y1 = 50% Ikan Bandeng dan 10% Kacang Merah
X2Y1 = 50% Ikan Bandeng dan 20% Kacang Merah
X3Y1 = 50% Ikan Bandeng dan 30% Kacang Merah
X1Y2 = 60% Ikan Bandeng dan 10% Kacang Merah
X2Y2 = 60% Ikan Bandeng dan 20% Kacang Merah
X3Y2 = 60% Ikan Bandeng dan 30% Kacang Merah
X1Y3 = 70% Ikan Bandeng dan 10% Kacang Merah
X2Y3 = 70% Ikan Bandeng dan 20% Kacang Merah
X3Y3 = 70% Ikan Bandeng dan 30% Kacang Merah
b) Variabel Terikat
Variabel terikat sering disebut dengan variabel
dependen. Variabel terikat adalah variabel yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena
adanya variabel bebas (Sugiyono, 2013:39).
Variabel terikat pada penelitian ini adalah sifat
organoleptik kerupuk sebelum dan sesudah
digoreng. Kriteria kerupuk mentah pada
penelitian ini adalah :
(1) Warna
Warna kerupuk yang diharapkan adalah
warna dari kacang merah dan ikan bandeng.
Warna pada kerupuk mentah yang
diharapkan adalah berwarna kuning
kecoklatan dengan berbintik merah,
sementara pada kerupuk matang diharapkan
berwarna putih tulang.
(2) Aroma
Aroma kerupuk mentah yang diharapkan
pada penelitian ini adalah beraroma ikan
bandeng dan kacang merah.
(3) Kepatahan
Kepatahan kerupuk yang diharapkan
pada peneitian ini adalah mudah patah pada
saat sebelum digoreng.
Kriteria kerupuk matang pada penelitian ini
adalah :
(1) Warna
Warna yang diharapkan pada kerupuk
matang adalah putih tulang dan memiliki
sedikit bintik merah. Warna putih tulang
52
a) Bahan
(1) Ikan bandeng
Ikan bandeng yang digunakan adalah
ikan segar dengan memiliki ciri mata ikan
cera dan bening, warna terang dan tidak
berlendir, daging ikan bila ditekan
bekasnya akan mengilang. Bagian ikan
bandeng yang digunakan adalah daging
ikan.
(2) Kacang Merah
Kacang merah yang digunakan pada
penelitian ini adala kacang yang masih
segar dan memiliki fisik yang baik.
Memiliki bentuk lonjong dan sedikit
berbintik hitam.
(3) Pati Tapioka
Pati tapioka yang digunakan pada
penelitian ini memiliki warna putih
bersih, kering, dan tidak menggumpal.
Merek yang digunakan pada penelitian
ini adalah Gunung Agung dan Rose
Brand.
(4) Bawang Putih
Bawang putih yang digunakan pada
penelitian ini adalah bawang putih lokal.
Memiliki biji yang besar dan berfisik baik.
Ciri fisik bawang putih yang baik adalah
bila dipegang keras dan tidak berlubang
apabila dikupas.
(5) Garam
Garam yang digunakan pada
penelitian ini adalah garam yang
54
Menggoreng Pengeringan
kerupuk dengan adonan kerupuk Potong adonan
suhu 70-80˚C pada pukul 09.00- sesuai tebal yang
15.00 diinginkan
(g) Pengeringan
Pengeringan pada proses pembuatan
kerupuk memiliki tujuan untuk
mengurangi kadar air dalam adonan
kerupuk. Semakin sedikit kadar air yang
ada makan kerupuk akan menjadi lebih
renyah. Pengeringan dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu mengggunakan
mesin dan menggunakan sinar matahari.
Pengeringan dengan menggunakan
mesin pengering kerupuk membutuhkan
waktu 6 jam.
Pengeringan dengan meggunakan
sinar matahari membutuhkan waktu 2-3
hari apabia terik matahari bagus, dan 5-6
hari apabila cuaca sedang mendung. Ciri
dari kerupuk yang sudah kering adalah
mudah patah karena memiliki
kandungan air yang sekidit. Pengeringan
yang dilakukan pada penelitian ini
menggunakan sinar matahari dengan
membutuhkan waktu 2-3 hari. Waktu
pengeringan adalah pukul 09.00-15.00
WIB.
(h) Penggorengan
Penggorengan dilakukan dengan
menggunakan minyak goreng. Tahap
pertama adalah memanaskan minyak
goreng, apabila minyak sudah panas
maka api harus dikecilkan. Menggoreng
dengan api kecil akan menghasilkan
kerupuk yang bagus dan tidak
63
E. Tahap Penelitian
1. Uji Resep Standart
Tahap awal untuk melakukan penelitian ini adalah
dengan menentukan resep standart yang akan
digunakan. Resep standart kerupuk dengan hasil
terbaik akan digunakan untuk tahap pra eksperimen.
a. Uji Resep Standart I
Uji resep standart I menggunakan resep dari
Murtiningsi dan Suryanti (2011). Bahan-bahan
yang digunakan pada uji resep standart I dapat
dilihat pada tabel 3.2
64
2. Pra Eksperimen
Para eksperimen dilakukan seteleh mengetahu
resep dasar. Pra eksperimen pada penelitian ini
dilakukan sebanyak dua kali.
a. Pra Eksperimen I
Pra Eksprimen I dilakukan untuk mengetahui
jumlah puree ikan bandeng terhadap pembuatan
kerupuk. Pada tahap pra eksperimen I kerupuk
terbagi dalam beberapa perlakuan yang nanti
akan digunakan pada eksperimen utama.
Berdasarkan penelitian terdahulu oleh Gracia
Francisca penambahan 10% tepung kacang merah
yang mengandung protein tinggi memiliki hasil
terbaik, oleh karena itu peneliti menambahan 10%
puree kacang merah. Adapaun formula
pembuatan kerupuk dengan proporsi puree ikan
bandeng dan puree kacang merah adalah
100%:10%, 90%:10, 80%:10, 70%:10%, dan 60:10%.
Proporsi formula kerupuk dapat dilihat pada
Tabel 3.5
Tabel 3.5 Formula Pra Eksperimen I
Formula (%)
Nama
Bahan
I II III IV V
1) Formula I
Pada formula I terdiri dari 100 gram puree
ikan bandeng dan 25 gram puree kacang merah.
Pada penelitian ini mengasilkan adonan yang
kalis. Hasil jadi kerupuk dari formula I keriput
dan berongga udara besar. Hal ini terjadi
kesalahan dalam teknik mengaduk dan dalam
pemotongan dan kandungan protein serta
kandungan air yang tinggi. Kerupuk pada
formula I tidak bisa ngembang dengan
sempurna. Hasil formula I dapat dilihat pada
gambar 3.4.
2) Formula II
Pada formula II terdiri dari 90 gram puree
ikan bandeng dan 25 gram puree kacang merah.
Adonan pada formula II kalis dan mudah
dibentuk. Hasil jadi pada formula II berwarna
putih dan berwarna putih tulang. Pada bagian
tengah. Hal ini terjadi karena kurang lama
pengukusan adonan kerupuk, sehingga ketika
69
3) Formula III
Pada formula III terdiri dari 80 gram puree
ikan bandeng dan 25 gram puree kacang merah.
Adonan yang dihasilkan pada formula III
adalah kalis dan mudah dibentuk. Hasil
kerupuk dari formula III masih memiliki
rongga udara yang sedikit besar. Pemotongan
yang terlalu tebal menyebabkan kerupuk keras
dan tidak bisa mengembang dengan maksimal.
Hasil dari formula III dapat dilihat pada
gambar 3.6.
4) Formula IV
Pada formula IV terdiri dari 70 gram puree
ikan bandeng dan 25 gram puree kacang merah.
Adonan yang dihasilkan pada formula IV kalis
dan mudah dibentuk. Formula IV
menghasilkan kerupuk yang berwarna putih
kekuningan dan matang merata. Pada formula
ini kerupuk mengembang dua kali lipat. Hasil
dari formula IV dapat dilihat pada gambar 3.7.
5) Formula V
Pada formula V terdiri dari 60 gram puree
ikan bandeng dan 25 gram puree kacang merah.
Adonan yang dihasilkan pada formula V sediki
lembek tetapi masih dapat dibentuk. Hasil
kerupuk pada formula V yang paling baik
diantara formula lainnya. Kerupuk dapat
mengembang dua kali lipat dan matang
sempurna. Hasil dari formula V dapat dilihat
pada gambar 3.8.
b. Pra Eksperimen II
Pada pra eksperimen II menggunakan resep
standart II. Proposi puree ikan bandeng diambil
dari jumlah keseluruhan puree udang pada resep
standart. Penambahan puree kacang merah
dihutung berdasarkan jumlah keseluruhan
tepung tapioka. Pada pra eksperime II resep yang
dibuat adalah ¼ resep dari resep standart II.
Formula untuk pra eksperimen II adalah dengan
penambahan puree ikan bandeng 70%, 60% dan
50%. Pemilihan presestase puree kacang merah
berdasarkan hasil pra eksperimen I. Hasil pra
eksperimen I menunjukkan proporsi puree kacang
merah masih bisa ditambahkan ke dalam adonan.
,oleh karena itu penambahan puree kacang merah
menjadi 10%, 20%, 30%. Formula pra eksperimen
II dapat dilihat pada Tabel 3.6
Tabel 3.6 Formula Pra Eksperimen II
Formula (%)
Nama Bahan
VI VII VIII
Tapioka 100% 100% 100%
Proporsi puree
70% 60% 50%
ikan bandeng
Udang 30% 40% 50%
72
Penambahan
puree kacang 30% 20% 10%
merah
Gula 5 5 5
Air 50 50 50
Garam 10 10 10
Bawang Putih 25 25 25
Udang 30 40 50
1) Formula VI
Formula VI terdiri dari 70% puree ikan
bandeng dan 30% puree kacang merah. Pada
formula VI mengasilkan adonan yang sedikit
keras tetapi masih bisa dibentuk. Hasil
kerupuk dari formula VI berwarna putih
kekuningan dan memiliki bintik merah lebih
banyak dari formula lainnya. Bintik merah ini
berasal bahan puree kacang merah. Kerupuk
dengan formula VI matang dengan sempurna,
tetapi tidak dapat mengembang dengan
maksimal. Pengembangan tidak maksimal
karena kandungan air yang banyak dan
penambahan protein yang tinggi. Hasil dari
formula VI dapat dilihat pada gambar 3.9
2) Formula VII
Formula VII terdiri dari 60% puree ikan
bandeng dan 20% puree kacang merah. Hasil
pada adonan kalis dan mudah untuk
dibentuk. Hasil kerupuk formula VII
berwarna putih kekuningan dan berbintik
merah lebih sedikit daripada formula VI. Pada
hasil dari kerupuk formula VII mengembang
dua kali lipat dan matang dengan sempurna.
Hasil formula VII dapat dilihat pada gambar
3.10.
3) Formula VIII
Formula VIII terdiri dari 50% puree ikan
bandeng dan 10% puree kacang merah. Pada
formula VIII mengasilkan adonan yang
sedikit lembek tetapi masih dapat dibentuk.
Hasil kerupuk dari formula VIII berwarna
putih kekuningan dan memiliki sedikit bintik
merah yang berasal dari kacang merah.
Kerupuk dengan formula VIII matang dengan
sempurna dan mengembang dua kali lipat.
Hasil dari formula VIII dapat dilihat pada
gambar 3.11.
74
c. Eksperimen Utama
Berdasarkan uji coba pra eksperimen II, dapat
ditentukan formula yang tetap. Formula tersebut
akan digunakan untuk eskperimen utama.
Formula untuk penelitian utama ini adaladh
70%:30%, 70%:20%, 70%:10%, 60%:30%, 60%:20%,
60%:10%, 50%:30%, 50%:20%, 50%:10%. Formula
pada eksperimen utama dapat dilihat pada tabel
3.7
Tabel 3. Formula Eksperimen Utama
Formula (%)
No Nama Bahan
I II III
1 Tapioka 100% 100% 100%
Penambahan
2 puree kacang 10% 20% 30%
merah
Proporsi
3 puree ikan 50% 60% 70%
bandeng
3 Puree udang 50% 40% 30%
4 Gula 25% 25% 25%
5 Garam 25% 25% 25%
Bawang
6 25% 25% 25%
Putih
75
Formula (%)
No Nama Bahan
I II III
7 Air 25% 25% 25%
G. Instrumen Penelitian
Instrumen yang diguakan dalam penelitian ini adalah
lembar observasi, sistemika dilakukan oleh panelis
dengan memberikan tanda checklist () pada kriteria skala
likers dengan ketentuan skor tertinggi hingga skor
terendah pada instrument uji organoleptik. Penilaian
terhadap sifat organoleptic meliputi kerupuk mentah dan
kerupuk matang. Kriteria kerupuk mentah meliputi
warna, aroma, dan kepatahan, sementara kriteria kerupuk
matang meliputi warna, aroma, kerenyahan,
pengembangan, dan tingkat kesukaan. Adapun format
peniliaian sifat organoleptic kerupuk meliputi:
1. Identitas panelis
2. Pengantar dalam format yang berisi tentang
permohonan penelitian kepada panelis.
3. Unsur informasi yang berisikan tentang keterangan
jenis bahan yang diujikan dan penilaiannya.
4. Unsur instruksi yang berisikan petunjuk cara
pengisian dan pemberian nilai pada produk yang
dinilai.
5. Unsur respon yang berisikan tanggapan panelis
terhadap hasil jadi produk. Panelis akan memberikan
checklist () pada kriteria yang dianggap panelis
77
d. Kepatahan
Kriteria pengujian dalam memberikan
penilaian terhadap kepatahan pada hasil jadi
kerupuk mentah yaitu:
a) Skor 1, Jika kerupuk tidak mudah dipatah
b) Skor 2, Jika kerupuk kurang mudah dipatah
c) Skor 3, Jika kerupuk cukup dipatah
d) Skor 4, Jika kerupuk mudah dipatah
e. Kerenyahan
Kriteria pengujian dalam memberikan
penilaian terhadap kerenyahan pada hasil jadi
kerupuk matang yaitu:
a) Skor 1, Jika kerupuk keras atau tidak renyah
b) Skor 2, Jika kerupuk kurang kurang renyah
atau sedikit keras
c) Skor 3, Jika kerupuk cukup renyah
d) Skor 4, Jika kerupuk renyah dan tidak keras
f. Pengembangan
Kriteria pengujian dalam memberikan
penilaian terhadap pengembangan pada hasil jadi
kerupuk matang yaitu:
a) Skor 1, Jika kerupuk tidak mengembang
b) Skor 2, Jika kerupuk kurang mengembang
c) Skor 3, Jika kerupuk mengembang satu kali
lipat
d) Skor 4, Jika kerupuk mengembang dua kali
lipat
g. Kesukaan
Kriteria pengujian dalam memberikan
penilaian kesukaan pada hasil jadi kerupuk
matang yaitu:
a) Skor 1, Jika tidak suka
80