TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Geopolimer
Geopolimer merupakan sintesis bahan produk samping dari suatu proses
seperti fly ash dan bahan-bahan yang banyak mengandung silika dan alumina
yang membentuk sebuah senyawa silikat alumina anorganik. Geopolimer juga
sering disebut beton geopolimer. Beton geopolimer merupakan beton yang
material utamanya mengandung banyak silika dan alumina tinggi yang
direaksikan dengan alkali aktifator (Lloyd dan Ranga, 2010). Proses pembentukan
beton geopolimer terbentuk melalui proses polimerisasi bahan yang mengandung
silikat dan alumina tinggi yang direaksikan dengan menggunakan alkali aktifator
(polysilicate) menghasilkan ikatan polimer Si-O-Al. Ikatan polimer ini akan
membentuk padatan berupa amorf sampai semi kristal (Pujianto dkk, 2013).
dilakukan dengan pencampuran yang merata antara larutan dengan (fly Ash dan
agregat).
2.1.3.1 Prekursor
Prekursor merupakan bahan utama penyusun geopolimer yang kaya akan
silika dan alumina sebagai pengganti dari bahan utama pembuatan cement
portland pada umumnya. Pada penelitian ini prekursor yang diggunakan adalah
fly ash dari pabrik kelapa sawit. Fly ash yang digunakan pada penelitian ini hasil
dari pembakaran tandan kosong pada boiler di PT. Bangun Tenera Riau,
Perhentian Raja, Riau. Menurut ASTM C618-9a, kadar minimum silika (SiO2)
ditambah (Al2O3) dan (Fe2O3) untuk bisa dijadikan sebagai pozzolan alami
campuran beton adalah sebesar 70% untuk kelas C, N dan F.
tidak terbakar cukup tinggi dalam abu menjadikan geopolimer abu sawit yang
dihasilkan menjadi material yang memiliki kuat tekan rendah.
2.1.3.3 Aditive
Penambahan aditive superplasticizer dapat menghasilkan beton mutu
tinggi dengan mengurangi air sehingga faktor air semen yang merupakan faktor
utama penentu mutu beton dapat diminimalkan sekecil mungkin, sehingga hanya
air yang diperlukan untuk reaksi hidrasi semen saja yang diperlukan. Beton
dengan permeabilitas yang lebih rendah (lebih kedap air) dapat diperloleh dengan
pengurangan pemakaian air dan penyebaran partikel semen dalam adukan beton.
Kemampuan superplasticizer untuk meningkatkan kualitas beton tergantung
pada jenis, takaran dan waktu penambahan superpasticizer serta faktor air semen
dan jumlah semen yang digunakan dalam adukan beton. superplasticizer dapat
digunakan untuk hampir semua jenis semen (Maivaganam dan Rixom, 2003).
2.1.3.4 Agregat
Agregat halus sering disebut dengan pasir, baik berupa pasir alami
langsung dari sungai atau tanah galian maupun hasil pemecahan. Pada umumnya
yang dimaksudkan dengan agregat halus adalah agregat dengan besar butir kurang
dari 4,75 mm. Agregat halus mempunyai peran penting sebagai pembentuk beton
dalam pengendalian workability, kekuatan (strength), dan keawetan beton
(durability) dari mortar yang dihasilkan. Pasir sebagai agregat halus harus
memenuhi gradasi dan persyaratan yang telah ditentukan (Primasasti, 2010).
Tabel 2.3 Kuat Tekan Pada Variasi Material (Shuguang dkk, 2008)
2.1.4.2 Porositas
Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui nilai porositas yaitu
ukuran dari ruang kosong diantara material dan merupakan fraksi dari volume
ruang kosong terhadap total suatu mortar. Kuat tekan akan menjadi kurang baik
apabila terdapat rongga pori yang tidak terisi oleh butiran pasir maupun pasta.
Rongga pori tersebut berisi udara (air voids) dan air (water filled space), apabila
mortar mengering akan dapat membentuk kapiler yang mengakibatkan mortar
bersifat temus air (porous) (Yudhi Salman, 2015).
Tekin (2016) melakukan penelitian propertis dari NaOH sebagai aktivator
alkali geopolimer. Menurut hasil uji penyerapan yang dilakukan, porositas dan
absorbsi air pada geopolimer mengalami peningkatan. Pori yang dihasilkan dari
setiap geopolimer berbeda – beda. Persentasi penyerapan air pada geopolimer
yang diproduksi dengan perbandingan rasio antara fly ash dan NaOH (0,2, 0,4,
0,6, dan 0,8) adalah 16,81%, 18,35%, 20,96%, dan 27,23%. Persentasi
penyerapan air pada geopolimer yang diproduksi dengan perbandingan rasio
antara limbah marmer dan NaOH (0,2, 0,4, 0,6, 0,8) adalah 15,46%, 17,12%,
19,63%, 25,78%. Selama uji absorpsi air, porositas tidak bisa diuji pada
konsentrasi NaOH 1 M dan 5 M, hal ini dikarenakan adanya keretakan pada
sampel secara bertahap oleh meregangnya spesimen pada geopolimer. Nilai
porositas tertinggi yang dapat diukur pada konsentrasi NaOH 10M adalah sebesar
28%.
14
Gambar 2.5 Hasil Pengujian Porositas Pada Berbagai Kondisi (Hutapea, 2014)
kekutatan mengikat seperti pasta semen. Reaksi kimia yang terjadi pada proses
polimerisasi terbagi dalam 3 tahapan, yaitu :
(OH)2
Gambar 2.6 Reaksi Penguraian Ion Prekursor menjadi Monomer (Umar
Sidik, 2012)
O O O
4) Konsep model untuk proses aktivasi alkali dapat dilihat pada Gambar
2.8
18
Gambar 2.8 Konsep Model Proses Aktivasi Alkali (Palomo A dan Ana
Fernandez, 2011).
perkerasan dalam menahan beban. Hal ini juga dapat menyebabkan lapisan
menjadi lebih kaku (getas) dan cepat mengalami keretakan. Secara umum
kandungan kimia serbuk besi terdapat seperti pada Tabel 2.5
2.3.2 Polimer
Polimer adalah jenis bahan tambahan baru yang dapat menghasilkan beton
dengan kuat tekan yang sangat tinggi. Beton dengan kuat tekan tinggi ini biasanya
diproduksi dengan menggunakan bahan polimer dengan cara memodifikasi sifat
beton dengan mengurangi air, dienuhkan dan dioperasikan pada temperatur yang
tinggi. Penggunaan polimer dalam campuran geopolimer dapat meningkatkan
kekuatan tarik dan lentur pada komposit beton normal dengan mortar serta dapat
mengurangi sifat rapuh. Selain variabel yang mempengaruhi sifat – sifat adukan,
rasio antara polimer dengan semen, rasio air dengan semen, kandungan air dengan
kondisi perawatan. Penggunaan polimer banyak digunakan pada reprair mortar.
Pada penambahan polimer, tidak ada interaksi antara polimer dengan beton,
selama hidrasi bagian hidrofilik dari polimer diorientasikan terhadap fase air
sedangkan bagian hidrofibik mengarah kepada fase udara (Primasasti, 2010).
2.3.3.1 Grafit
Grafit merupakan allotrop carbon yang dapat menghantarkan arus listrik
dan panas dengan baik. Dalam struktur grafit setiap atom karbon membentuk
ikatan kovalen dengan tiga atom karbon lainnya membentuk susunan heksagonal
dengan struktur berlapis seperti tumpukan kartu. Sifat daya hantar listrik yang
dimiliki grafit dipengaruhi oleh elektron – elektron yang tidak digunakan untuk
membentuk ikatan kovalen. Ikatan kovalen antar lapisan pada grafit relatif lebih
lemah bila dibandingkan ikatan kovalen antar atom dalam satu lapisan. Dengan
adanya hal ini, menyebabkan grafit bersifat licin. Struktur grafit dapat dilihat pada
Gambar 2.9 dibawah ini ;
Gambar 2.10 Kekuatan Lentur dan Kekuatan Patahan Pada Penambahan Grafit
Pada Geopolimer (Zhang dkk, 2016)
2.3.3.2 Reduce Grafena Oksida (rGO) dan Grafena Oksida (GO)
Grafena oksida merupakan senyawa turunan grafena yang terbentuk dari
grafit yang teroksidasi. Grafena oksida merupakan salah satu material yang
banyak dikembangkan saat ini (Suwandana dan Susanti, 2013). Saat ini grafena
oksida banyak diinvestigasi oleh para peneliti dari berbagai bidang karena tertarik
dengan keunggulan dan sifat unik yang dimilikinya. Dengan ketebalan sekitar satu
atom karbon, grafena memiliki transparansi optik hingga 97,7%. Meskipun sangat
tipis, kekuatan grafena melebihi baja. Ikatan kovalen antar karbon yang kuat
menyebabkan grafena sulit untuk diregangkan, sehingga memiliki modulus
Young hingga 1,1 Tpa. Struktur yang terdiri dari lapisan-lapisan membuat grafena
sangat konduktif dengan mobilitas pembawa muatan hingga 200.000 cm2/(V.s)
dan konduktivitas termal hingga 5.300 W/(m.K) (Syakir dkk, 2015). Grafena
oksida menunjukkan banyak kegunaan di bidang elektrokimia dan aplikasi
elektroanalitik.
17% dan kekuatan patahan sebesar 5%. Efek dari penambahan rGO pada
geopolimer secara struktur tidak ada, hal ini dikarenakan lembaran rGO
terdispersi secara homogen dalam matriks geopolimer. Peningkatan nilai kekuatan
lentur dan kekuatan patahan dapat dilihat pada Gambar 2.11
Gambar 2.11 Pengaruh Penambahan rGO pada Geopolimer (Sun Yan dkk,
2015)
2.3.3.3 Carbon Nanotube (CNT)
Pada skala nano, van der Waals forces between MWCNTs relatif tinggi,
dan karena luas permukaannya yang besar terhadap rasio volume, MWCNT
cenderung saling menarik dan terjadi penggumpalan, hal ini menyebabkan
semakin sulitnya partikel partikel pada geopolimer saling berdispersi. Larutan
alkali digunakan untuk proses geopolimer menjadi potensial untuk memperbaiki
interaksi MWCNTs dengan matriks geopolimer (Abbasi dkk, 2016).
Gambar 2.12 Kuat Tekan Pada Penambahan CNT 0,5 wt% dan 1 wt%
(Abbasi dkk, 2016)
2.3.3.4 Grafena
Grafena merupakan material baru berukuran nano dan kuat. Grafena
terbentuk dari susunan atom-atom karbon monolayer dua dimensi yang
membentuk struktur kristal heksagonal menyerupai sarang lebah seperti terlihat di
Gambar 2.14. Grafena memiliki sifat unik dan unggul dibandingkan dengan
material lain. Grafena mempunyai ketebalan satu atom dan bersifat semi logam.
mobilitas elektron graphene multilayer sekitar 15000 cm2V-1s-1 pada suhu 300 K
dan sekitar 60000 cm2V-1s-1 pada suhu 4 K, sedangkan untuk graphene few layer
antara 3000-10000 cm2V-1s-1 (Novoselov dkk., 2004). Kecepatan transfer elektron
yang tinggi pada suhu ruang sebesar 200.000 cm2V-1s-1, konduktivitas listrik yang
tinggi (0,96 × 106 Ω-1cm-1), nilai konduktifitas termal 5000 Wm-1K, transparansi
optikal 97,7%, modulus young 1.0 Tpa, dan kekakuan 130 GPa (Casero dkk.,
2012). Grafena juga memiliki luas permukaan yang spesifik (2630 m2g-1), Pada
daerah energi 0,1 eV sampai dengan 0,6 eV grafena monolayer memiliki
konduktansi universal 6,08 x 10-5 Ω-1 (Kuzmenko dkk., 2008) dan memiliki nilai
regangan yang bersifat reversible serta memiliki kekuatan tekanan terhadap
pseudo-medan magnet masing-masing sebesar 20% dan 300 Tesla (Peres, 2010).
Sifat-sifat unik yang dimiliki membuat grafena menjadi salah satu material ideal
yang bisa diaplikasikan keberbagai bidang teknologi. Struktur dari grafena dapat
dilihat pada Gambar 2.14 dibawah ini :
0,5% dan 1%. Nilai kuat lentur tanpa menggunakan GNP adalah sebesar 2,8 MPa,
dan pada penambahan 0,1%, 0,5%, 1% GNP adalah sebesar 4,2 MPa, 5,1 MPa,
dan 6,8 MPa. Peningkatan nilai kuat lentur pada penambahan 1% GNP adalah
sebesar 74,24%. Peningkatan nilai kuat lentur dapat dilihat pada Gambar 2.15
dibawah ini :
Gambar 2.15 Kuat Lentur Geopolimer dengan filler GNP (Ranjbar N dkk,
2015)
2.4 Grafena
2.4.1 Definisi Grafena
Grafena dengan satu lapisan atom karbon hibrid sp2 dan sangat baik
mobilitas elektron dalam sistem konjugasi nilai p dan memungkinkan adanya
transmisi elektron dalam komposit grafena. Grafena mampu meningkatkan
efisiensi pemisahan lubang elektron photogenerated dari semikonduktor sehingga
dapat meningkatkan aktivitasi fotokatalitik (Zhang, 2017).
mengklasifikasikan grafena, yaitu jumlah lapisan grafena, dimensi rata – rata, dan
perbandingan karbon : oksigen (C/O) (Dimitros dkk, 2015). Hal tersebut dapat
dilihat pada Gambar 2.16 dibawah ini :
menjadi metode yang lebih aman oleh Marcano dkk., (2010) yakni metode sintesis
yang tidak mengeluarkan gas beracun seperti NO2 dan N2O4 dengan struktur yang
lebih teratur. Akan tetapi metode yang dilaporkan Marcano dkk, menggunakan
asam pekat yang sangat banyak, sehingga menghasilkan limbah asam yang
banyak dan berbahaya, waktu sintesis yang lama, serta konduktivitas listrik yang
masih rendah yaitu 0,1 s/cm.