Anda di halaman 1dari 27

Terowongan pada Tanah Lunak dan Batuan

Terowongan
Dosen pengampu : Dr. Ir. As’ad Munawir, MT.

Oleh:
Ika Meisy Putri Rahmawati (166060100111015)

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


FAKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1.Latar belakang
Semakin berkembangnya zaman semakin berkembang pula infrastruktur di dunia, salah
satu insfrastruktur yang berkembang saat ini adalah terowongan. Terowongan adalah adalah
struktur bawah tanah yang mempunyai panjang lebih dari lebar penampang galiannya, dan
mempunyai gradien memanjang kurang dari 15%. Terowongan dapat digunakan untuk keperluan
pertambangan, misalnya tambang batu bara, tambaga, mas, dan lainnya yang sesuai dengan
struktur tanahnya terletak dibagian tanah, keperluan transportasi lalu lintas, baik High way,
maupun Rail way, keperluan saluran air, baik untuk irigasi, drainase maupun untuk keperluan
pembangkit listrik, termasuk terowongan sementara untuk pengeringan (diversion tunnel) dan
tunnel spillway.
Terowongan bisa dibangun pada tanah lunak maupun tanah batuan. Metode konstruksi,
metode pelaksanaan lapangan ataupun tegangan regangan yang terjadi pada sekitar terowongan
berbeda pada terowongan yang dibangun pada tanah lunak maupun batuan.
Oleh karena itu dalam makalah ini akan dibahas tentang metode konstruksi terowongan,
metode pelaksanaan terowongan, serta studi literatur terowonan pada tanah lunak maupun pada
batuan.

1.2.Maksud dan Tujuan


Beberapa maksud dan tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui metode konstruksi pada terowongan
2. Untuk mengetahui metode palaksanaan terowongan
3. Untuk mengetahui tegangan terowongan pada tanah lunak maupun batuan
BAB 2. TEORI TEROWONGAN SECARA UMUM

2.1. Terowongan
Terowongan adalah struktur bawah tanah yang mempunyai panjang lebih dari lebar
penampang galiannya, dan mempunyai gradien memanjang kurang dari 15%. Terowongan
umumnya tertutup di seluruh sisi kecuali di kedua ujungnya yang terbuka pada lingkungan luar.
Beberapa ahli teknik sipil mendefinisikan terowongan sebagai sebuah tembusan di bawah
permukaan yang memiliki panjang minimal 0,1 mil (160,9 meter), dan yang lebih pendek dari itu
dinamakan underpass. Maksud dan tujuan pembuatan terowongan dapat dibedakan menjadi
beberapa bagian, yaitu:
a. Terowongan untuk keperluan pertambangan. Misalnya tambang batu bara, tambaga, mas,
dan lainnya yang sesuai dengan struktur tanahnya terletak dibagian tanah.
b. Terowongan untuk keperluan transportasi lalu lintas, baik High way, maupun Rail way.
c. Terowongan untuk saluran air, baik untuk keperluan irigasi, drainase maupun untuk
keperluan pembangkit listrik, termasuk terowongan sementara untuk pengeringan
(diversion tunnel) dan tunnel spillway

Terowongan dapat diklasifikasikan berdasarkan kegunaaan, lokasi dan materialnya:


a. Klasifikasi berdasarkan kegunaannya
 Terowonan lalu lintas: terowonan kereta api, terowongan jalan raya, terowongan
pejalan kaki, terowongan navigasi, terowongan transportasi kota, dan terowongan
transportasi ditambang bawah tanah
 Terowongan angkutan: terowongan stasiun pembangkit listrik air, terowongan
penyedia air, terowongan untuk saluran air kotor, terowongan yang digunakan
untuk kepentingan umum
b. Klasifikasi berdasarkan lokasi
 Underwater tunnels: terowongan yang dibangun dibawah sasar dan sungai atau
laut
 Mountain tunnels: teroeongan yang mempunyai peran penting ketika suatu daerah
memiliki topografi yang beragam, bisa dibangun menembus sebuah bukit maupun
gunung
 Tunnels at shallow depth and water city streets: terowongan yang sangat cocok
dibangun di perkotaan, baik untuk transportasi maupun drainase kota
c. Klasifikasi berdasarkan material
 Terowongan batuan (rock tunnels): dibuat langsung pada batuan massif dengan
cara pemboran atau peledakan. Terowonan batuan umumnya lebih mudah
dikonstruksikan daripada terowongan melalui tanah lunak karena pada umumnyua
batuan berdiri sendiri kecuali pada batuan yang mengalami fracture
 Terowongan melalui tanah lunak (soft ground tunnels): dibuat melalui tanah lunak
atau pasir atau batuan lunak (soft rock). Karena jenis material ini runtuh apabila
digali, maka dibutuhkan suatu dinding atau atap yang kuat sebagai penahan
bersamaan dengan proses penggalian. Umunya digunakan shield (pelindung)
untuk memproteksi galian tersebut agar tidak untuh. Teknik yang umum diunakan
pada saat ini adalah shield tunneling pada terowongan melalui tanah lunak,
linning langsung dipasang belakang shiled bersamaan dengan pergerakan maju
dari mesin pembor terowongan (tunnel boring machine)

Gambar 2. 1. Shield tunneling

 Terowongan gali-timbun (cut and cover tunnel): terowongan ini dibuat dengan
cara menggali sebuh trench pada tanah, kemudian dinding dan atap terowongan
dikonstruksikan di dalam galian
2.2. Metode Konstruksi Terowongan
Terowongan umumnya dibuat melalui berbagai jenis lapisan tanah dan bebatuan sehingga
metode konstruksi pembuatan terowongan tergantung dari keadaan tanah. Metode konstruksi
yang lazim digunakan dalam pembuatan terowongan antara lain:
a. Cut and Cover System
Konstruksi terowongan ini dibuat dengan cara menggali sebuah trench pada tanah,
kemudian dinding dan atap terowongan dikontruksikan didalam galian. Sesudah itu
galian ditimbun kembali dan seluruh struktur berada dibawah timbunan tanah. Metode
pembuatan terowongan dengan cara cut and cover ini adalah yang tercepat dan lebih
murah. Biaya yang terbesar untuk pelaksanaannya adalah pada pembuatan dinding untuk
proteksi galian, khususnya bila terletak pada daerah perkotaan. Metode ini hanya
dilaksanakan bila elevasi terowongan relatif berada didekat permukaan tanah dan bila
lahan memungkinkan untuk itu.

Gambar 2. 2. Cut and Cover System

b. Pipe Jacking System (Micro Tunneling)


Metode ini banyak diterapkan pada terowongan yang melintasi jalan raya maupun jalan
kereta api. Pada prinsipnya adalah suatu penampang pracetak dari beton atau baja
dongkrak masuk kedalam tanah kemudian material tanah hasil galian dikeluarkan secara
manual. Terowongan pracetak tersebut dapat didongkrak sekaligus dimana encetakannya
dilakukan ditempat atau dongkrak secara berangsur-angsur dimana penampang
terowongan dibuat segmen demi segmen. Untuk konstruksi ini biayanya relatif murah,
namun demikian untuk menjamin bahwa pendongkrakan berhasil dengan baik, alignment
terowongan harus dipertahankan dan gaya dongkrak yang dibutuhkan dapat disediakan.

Gambar 2. 3. Pipe Jacking System (Micro Tunneling)

c. Tunneling Bor Machine (TBM)


Salah satu metode konstruksi terowongan yang populer digunakan adalah TBM, yaitu
sebuah alat penggali yang memiliki bentuk berupa silinder yang nantinya akan
membentuk permukaan terowongan berbentuk lingkaran. Penggunaan mesin bor
biasanya untuk terowongan ukuran besar dan melalui consistent rock. Proses penggalian
dengan mesin bor ini adalah menerus, karena dilengkapi dengan peralatan yang
membuang hasil galian dengan kecepatan yang sama. Dengan demikian mesin bor dapat
berjalan secara kontinu. Bila terowongan melalui lapisan tanah yang lepas, maka mesin
bor tersebut perlu dilengkapi dengan shield jadi progressnya tidak dapat menyamai
kecepatan apabila melalui consistent rocks. Bila terowongan melalui tanah yang lunak,
maka penggunaan mesin bor akan banyak kesulitan, karena mesin bor dapat berubah
posisinya (karena tanah tersebut tidak kuat menahan beban mesin bor yang berat), yang
akan menyulitkan pengendalian arah terowongan. Dalam hal seperti ini maka tanah lunak
tersebut harus di grouting terlebih dahulu sebelum dilewati oleh mesin bor.
Gambar 2. 4. Tunneling Bor Machine (TBM)

d. New Austrian Tunneling Method (NATM)


NATM adalah suatu sistem pembuatan tunnel dengan menggunakan shotcrete beton yang
disemprotkan dengan tekanan tinggi dan rock bolt sebagai penyangga sementara tunnel
sebelum diberi lapisan concrete (lining concrete). Sebelum ditemukan metode NATM ini
digunakan kayu dan rangka baja sebagai konstruksi penyangga sementara. Kelemahan
dari kontruksi kayu ini menurut Prof. LV. Rabcewicz dalam bukunya NATM adalah kayu
khususnya dalam keadaan lembab akan sangat mudah mengalami keruntuhan, meskipun
baja mempunyai sifat fisik yang lebih baik, efisiensi kerja busur baja sangat tergantung
dari kualitas pengganjalan (untak baja dan batuan), sementara diketahui bahwa akibat
merenggangnya batuan pada waktu penggalian seringkali menyebabkan penurunan
bagian atas terowongan.

Gambar 2. 5. New Austrian Tunneling Method (NATM)


e. Immersed-Tube Tunneling System
Immersed-Tube Tunneling System adalah metode konstruksi terowongan yang biasa
digunakan untuk melintasi suatu perairan dangkal. Pada umumnya terowongan ini
berfungsi sebagai jalan atau rel terowongan maupun untuk suplai air dan kabel listrik.

Gambar 2. 6. Immersed-Tube Tunneling System

2.3. Metode Pelaksanaan terowongan


Metode Pelaksanaan pekerjaan terowongan dapat diuraikan dengan tahap-tahap sebagai
berikut:
2.3.1. Pekerjaan persiapan
a. Membuat acces road untuk mencapai titik lokasi kegiatan pekerjaan (inlet,
outlet, shaft atau adit tunnel)
 Inlet adalah bagian ujung luar terowongan yang berfungsi sebagai pintu masuk
terowongan.
 Outlet adalah bagian ujung luar terowongan yang berfungsi sebagai pintu keluar
terowongan.
 Shaft adalah terowongan vertical yang menghubungkan terowongan bagian
tengah, ditempat tertentu ke permukaan tanah yang berfungsi sementara untuk
menambah front galian dan mucking,
 Adit Tunnel adalah terowongan datar yang menghubungkan terowongan di tempat
tertentu keluar bukit untuk menambah front galian dam mucking, yang nantunya
ditutup kembali bila tidak diperlukan lagi.
Gambar 2. 7. Acces road

Acces road harus dibuat sesempurna mungkin, karena kelancaran pekerjaan terutama
pembuangan tanah hasil galian (mucking) sangat tergantung dengan kondisi jalan kerja. Terlebih
beban yang akan melalui jalan kerja ini sudah cukup besar. Bila acces road kurang layak maka
akan selalu memerlukan perbaikan yang akan mengganggu lancarnya proses pelaksanaan
pekerjaan. Struktur acces road ini harus disesuaikan dengan kendaraan yang akan lewat di
atasnya.yang umumnya muatan berat. Pada saat pekerjaan penggalian terowongan, acces road
sangat penting perannya dalam melayani angkutan tanah bekas galian terowongan, baik dari
inlet, outlet, shaft maupun adit tunnel yang dimanfaatkan untuk memulai galian.
b. Melakukan survei geologi, dengan berbagai cara antara lain:
 Dibuat boring di sepanjang as terowongan setiap jarak tertentu sampai mencapai
elevasi dasar terowongan. Boring ini ada dua manfaat, yaitu dapat mengetahui
macam-macam jenis tanah yang akan dilalui terowongan, dengan demikian dapat
menetapkan cara penggalian yang akan digunakan dan bekas boring dapat dipakai
sebagai petunjuk as terowongan pada saat pekerjaan galian terowongan dilakukan
 Dilakukan geophysical survey, sepanjang as terowongan sama seperti boring,
tetapi dengan mengukur effect dari setiap lapisan yang tidak sama kekerasannya
melalui gelombang seismic.
 Dibuat pilot tunnel, yaitu lubang besar vertical (shaft), yang juga dapat
difungsikan sebagai shaft untuk jalan mengeluarkan tanah bekas galian. Cara ini
sama seperti system boring, tetapi dengan diameter yang besar, oleh karena itu
biasanya jumlahnya hanya beberapa saja.
 Dilakukan penelitian geologi bersama dengan proses galian. Cara ini kurang
akurat karena untuk dapat membuat ekstrapolasi dari permukaan yang tampak
sampai ke bagian belakang yang belum digali diperlukan pengetahuan geologi dan
pelatihan/pengalaman yang tinggi. Oleh karena itu, cara ini disarankan agar selalu
menempat seorang geologist yang berpengalaman, selama proses penggalian.
c. Siapkan saluran drainase untuk pembuang/pengeringan air dari dalam terowongan.
Saluran drainase dapat berupa saluran terbuka (diversion channel) atau saluran tertutup
(diversion tunnel).
d. Pasang titik-titik pengukuran, sebagai pedoman as terowongan dan elevasi pada intel dan
outlet atau bila ada juga shaft dan adit tunnel
e. Buat bangunan pada ujung terowongan (di inlet dan outlet), untuk maal bentuk
terowongan, menjaga keruntuhan tanah di mulut terowongan dan untuk keamanaan
petugas yang keluar masuk terowongan (portal). Struktur portal dapat dibuat dari beton
atau baja.
f. Disposal area
Pada saat pekerjaan penggalian terowongan, diperlukan pembuangan tanah bekas galian
(mucking). Oleh karean itu diperlukan area tempat pembuangan tanah bekas galian
terowongan (disposal area) tersebut.
g. Tetapkan jumlah ―front penggalian.
Penetapan jumlah front galian untuk menentukan total durasi proyek.

2.3.2. Pekerjaan galian terowongan


Pada umumnya cara penggalian terowongan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Cara Konvensional
 Untuk tanah yang keras tetapi cukup stabil, terowongan digali dengan tenaga
manusia dengan menggunakan alat-alat seperti snaper/rockdrill/belincong. Segera
setelah penggalian selesai tanah di support (umumnya dengan steel support)
 Untuk tanah yang keras dan stabil, permukaan yang akan digali di bor dengan alat
bor untuk mamasang bahan peledak secukupnya sesuai perencanaan. Sebelum
peledak dimulai semua barang, alat, dan pekerja harus menjauh. Setelah peledak
selesai, asap dan gas disedot keluar dengan perlengkapan pipa ventilasi, baru
setelah udara bersih, pekerja boleh kembali ketempat, untuk membuang hasil
ledakan dari dalam terowongan.
b. Fore-Polling Method
Untuk tanah yang mudah runtuh, pada bagian atas galian digunakan ―forepolling
method” yaitu dari dua steel support yang sudah dipasang, ditancapkan atau diletakkan
balok-balok kayu atau besi kedepan secukupnya baru melakukan penggalian untuk
daerah steel support berukutnya. Balok-balok tersebut sementara akan berfungsi menahan
atap tanah secara kantilever sampai balok tersebut didukung oleh dua steel suport.
Metode ini biasanya untuk tanah yang daya kohesinya rendah seperti pasir dan gravel.

Gambar 2. 8. Fore-Pollin Method

c. Menggunakan Shield Baja


Penggalian dengan menggunakan shield biasanya untuk tanah lunak yang tidak stabil.
Shield ini ditancapkan ketanah dengan bantuan jack dengan landasan steel support yang
telah dipasang. Adakalanya shield dapat dilengkapi dengan sistem dewatering.

Gambar 2. 9. Shield baja


d. Menggunakan Mesin Bor
Penggunaan mesin bor biasanya untuk terowongan ukuran besar dan melalui consistent
rock. Proses dengan mesin galian ini adalah menerus, karena dilengkapi dengan peralatan
yang membuang hasil galian dengan kecepatan yang sama. Dengan demikian mesin dapat
berjalan tarus secara kontinu.

Gambar 2. 10. Mesin bor

2.3.3. Pekerjaan galian pada rock


Ada beberapa metode dalam penggalian terowongan melalui tanah jenis rock. Metode-
metode tersebut dipilih berdasarkan atas beberapa hal antara lain: ukuran dari bor, peralatan yang
tersedia, dan kondisi formasi dari tanah/batuan yang ada. Pada umumnya metode dibagi sebagai
berikut:
a. Full face method
b. Heading and bench method
c. Drift
d. Metode sumuran vertikal (vertical shaft)
e. Metode pilot tunnel

Penggalian terowongan pada jenis tanah rock, biasanya dilakukan dengan cara peledakan.
Teknis peledakan antaralain diameter bor, kedalam bor, arah lubang bor, serta berat bahan
peledak yang harus dipasang, harus dilakukan oleh tenaga yang berpengalaman.
a. Full face method
Metode full face adalah suatu cara dimana seluruh penampang terowongan digali secara
bersamaan. Metode ini sangat cocok untuk terowongan yang mempunyai ukuran
penampang melintang kecil hingga terowongan dengan diameter 3 meter. Cara
penggaliannya yaitu dimana seluruh bidang muka setelah dibor untuk tempat detonator
kemudian diledakkan seluruh bidang muka. Ini umumnya dilakukan pada adit yang
mempunyai diameter kecil yaitu kurang dari 10 feet.

Gambar 2. 11. Full face method

Keuntungan :
 Pekerjaan akan lebih cepat karena penampang permukaan terowongan digali secara
bersamaan
 Proses tunneling dapat dilakukan dengan kontinyu.
Kerugian :
 Banyak membutuhkan alat – alat mekanis
 Metoda ini tidak dapat digunakan apabila kondisi tanah tidak stabil,
 Hanya untuk terowongan dengan lintasan pendek

b. Heading and bench method


Metode “ Heading” and “ Bench” adalah cara penggalian dimana bagian atas
penampang terowongan digali terlebih dahulu sebelum bagian bawah penampangnya.
Setelah penggalian bagian atas mencapai panjang 3 – 3,5 meter (heading), penggalian
bawah penampang dikerjakan ( bench cut) sampai membentuk penampang terowongan
yang diinginkan. Ini diterapkan bila bridging capacity rendah terutama pada adit yang
mempunyai diameter besar.
Gambar 2. 12. Heading and bench method

Keuntungan :
 Memungkinkan pekerjaan pengeboran dan pembuangan sisa peledakan dilakukan secara
simultan
 Metoda ini efektif untuk pekerjaan terowongan dengan penampang besar dan dengan
lintasan yang relative panjang
 Metode ini dapat diterapkan pada setiap kondisi batuan
Kerugian :
 Waktu pengerjaan realif lebih lama jika dibandingkan dengan metode full face

c. Drift
Metode “drift” adalah suatu metode yang menggali terlebih dahulu sebuah lubang
bukaan berukuran kecil sepanjang lintasan terowongan yang kemudian diperbesar sampai
membentuk penampang yang direncanakan. Metode ini terbagi menjadi 4 bagian yaitu :
 Top Drift
Metode ini banyak digunakan pada penggalian endapan di tambang. Metode ini
tidak jauh berbeda dengan medode “ heading and bench”.

Gambar 2. 13. Metoda top drift


 Centre Drift
Metode ini dimulai dengan penggalian lubang berukuran 2,5m x 2,5m – 3m x 3m
dari portal ke portal. Perluasannya dimulai setelah penggalian “center drift”
selesai.

Gambar 2. 14. Metoda centre drift

Keuntungan :
o Metoda ini menguntungkan karena memberikan sistem ventilasi yang baik,
o Tidak memerlukan penyangga sementara yang rumit karena ukurannya cukup
kecil,
o Mucking dapat dilakukan bersamaan dengan penggalian.
Kerugian :
o Pekerjaan perluasannya harus menunggu center drift selesai secara
keseluruhan,
o Alat bor harus dipasang dengan pola tertentu.
 Bottom Drift
Pada metode ini, penggalian dimulai dengan membuka bagian bawah penampang.
Pembuatan lubang-lubang bahan peledak untuk membuka bagian atas penampang
dilakukan dengan mem-bor dari bottom drift vertikal ke atas.

Gambar 2. 15. Metoda bottom drift


 Side Drift
Pada metode ini dua “drift” digali sekaligus pada sisi-sisi penampang, sepanjang
lintasan terowongan. Proses selanjutnya adalah penggalian bagian “arch” yang
diikuti dengan pemasangan penyangga sementara.

Gambar 2. 16. Metoda side drift

Keuntungan :
o Proses pekerjaan lining dapat dilakukan sebelum penggalian bagian tengah
selesai
o Cocok untuk penggalian terowongan besar dan dengan kondisi tanah yang
buruk.
Kerugian :
o Pekerjaan perluasannya harus menunggu drift selesai dikerjakan seluruhnya
d. Metode sumuran vertikal (vertical shaft)
Metode ini dilaksanakan dengan membuat lubang vertikal tegak lurus sampai pada
terowongan yang akan digali. Dengan dibuatnya satu buah lubang yang memotong
lintasan terowongan akan didapatkan paling sedikit tiga buah heading face.

Gambar 2. 17. Metode sumuran vertikal


e. Metode pilot tunnel
Pilot Tunnel digali pada jarak ± 25 m dari sumbu terowongan yang direncanakan dengan
ukuran 2 x 2 m2 sampai dengan 3 x 3 m2. Penggalian terowongan utama dilakukan
dengan metode drift. Kemudian pada setiap interval tertentu, digali suatu potongan
menyilang (cross cut) sampai memotong sumbu utama terowongan yang direncanakan.
Keuntungan :
 Metode ini efektif untuk terowongan yang lintasannya panjang, dengan kondisi
topografi yang tidak memungkinkan untuk membuat sumuran
 Dapat berfungsi sebagai ventilasi
 Mucking dapat dilakukan dengan cepat
Kerugian :
 Memerlukan lebih banyak waktu dan biaya dibandingkan dengan metode-metode
penggalian lainnya.

Gambar 2. 18. Metode pilot tunnel


BAB 3. STUDI LITERATUR TEROWONGAN PADA TANAH LUNAK DAN
BATUAN

3.1. Pertimbangan Geoteknik pada Konstruksi Subway untuk Jakarta Metro


Perencanaan untuk subway Jakarta Metro dalam jurnal Paulus P. Rahardjo yang
mempertimbangkan geoteknik pada konstruksinya. Konstruksi ini berada pada tanah lunak, tanah
lunak adalah meterial yang dapat digali secara manual. Pada umumnya tanah dalam teknologi
terowongan termasuk dalam soft-ground.
Secara garis besar terdapat dua metode pembuatan terowongan pada tanah lunak, yaitu
metode gali timbun (cut and cover) dan metode shield tunneling. Pembangunan terowongan pada
tanah lunak awalnya menggunakan metode gali timbun, tetapi dalam situasi tertentu metode
tersebut tidak dapat dilaksanakan, yaitu jika diatas terowongan yang hendak dibangun terdapat
struktur bangunan atau struktur lain yang keberadaannya tidak dapat dihilangkan saat
pelaksanaan konstruksi. Diamping itu metode gali timbun hanya dapat dilaksanakan pada
kedalaman yang terbatas karena konstruksi penahan tanah akan menjadi terlalu mahal.
Untuk mengatasi masalah adanya bangunan diatas terowongan dan galian yang amat
dalam tersebut maka dikembangkan metode shield tunneling agar pekerjaan pembuatan
terowongan dapat dilaksanakan. Shield (pelindung) berupa lapisan penyolong dari baja dapat
bergerak maju dengan bantuan dongkrak. Pada bagian muka dapat dilakukan pengalian. Setelah
penggalian selesai, shield bergerak maju dan pada bagian yang telah digali dibuat lapisan
permanen (linning).
Shield adalah alat pemotong dan pendorong tanah berupa silinder yang terbuat dari pelat
baja, dengan diameter sedikit lebih besar dari diameter keliling luar penampang terowongan.
Pelat baja ini biasanya diperkaku dengan menggunakan dua buah interior ring girders, dimana
salah satunya ditempatkan sedikit di belakang cutting edge yang berfungsi untuk memotong
tanah. Untuk kondisi tanah lunak selubung bagian atas shield (atau pada keseluruhan
kelilingnya) seringkali dibuat menerus ke depan sejarak sekitar 40-60 cm untuk menahan
keruntuhan tanah saat pendorongan.
Untuk menjalankan shield, digunakan hydraulic jack yang dipasang pada web dari ring
girder pada posisi di dekan tepi keliling shield. Hydraulic jacks tersebut disebarkan sepanjang
keliling ring girder, yang sudah diperkaku dengan menggunakan steel bracket pada cutting edge.
Bila diberikan tekanan pada hydraulic jacks, maka jacks akan menekan maju ring girder (dan
sekaligus juga cutting edge), dengan berlandaskan (sebagai tumpuan tekanan) pada lining
terowongan yang sudah terpasang, yang pada umumnya terdiri dari segmen-segmen (linear
segments) yang terbuat dari beton pracetak bermutu tinggi. Dalam hal ini pemasangan linear
segments biasa dilakukan oleh sebuah ”lengan berputar” yang disebut erector, yang juga
digerakkan oleh pompa hidraulis. Tekanan yang dihasilkan oleh pompa hidraulis pada umumnya
cukup besar sekitar 30-60 Mpa, tergantung ukuran diameter shield dan jenis tanah yang dijumpai
di lokasi terowongan. Demikian pula kecepatan kemajuan pemotongan tanah dan metode
penggaliannya akan banyak ditentukan oleh jenis tanahnya (tanah kohesif atau non kohesif,
tanah lunak atau stiff).
Mesin yang digunakan dalam pembuatan terowongan disebut Tunnel Boring Machine
(TBM), yang terdiri dari bagian alat pemotong yang berputar atau bergerak menggaruk tanah.
TBM bergerak maju dengan menggunakan dongkrak. Karena pada tanah lunak dapat mengalami
keruntuhan, maka bagian muka galian harus disokong sementara sebelum pemasangan lining.

3.2. Pemodelan numerik tegangan rotasi tiga dimensi di muka terowongan pada batuan
Seiring penggalian bawah tanah dan pekerjaan konstruksi berlanjut ke lingkungan
geologi yang lebih dalam dan lebih kompleks, redistribusi tiga dimensi tekanan penggalian
menjadi sangat penting mengingat konsekuensi yang merugikan. Tekanan seperti itu akan
memiliki kekuatan batuan induk dan stabilitas penggalian berikutnya. Eberhardt dkk. [1] dan
Meyer dkk. [2] menunjukkan bahwa analisis tiga dimensi, memanfaatkan teknik pemodelan
numerik, memungkinkan untuk lebih pemeriksaan mendetail tentang konsentrasi stres di
lapangan yang berkembang di sekitar ujung dan tepi penggalian. Dalam kasus permukaan
terowongan maju, efek stres tiga dimensi telah terbukti menjadi faktor penting, terutama
sehubungan dengan stres yang diinduksi Konsentrasi dan degradasi kekuatan batuan.
Serangkaian model elemen hingga tiga dimensi dibangun dan dipecahkan untuk
penggunaan komersial. Model dibangun dengan menggunakan 5200 elemen bata 20-node
dengan asumsi simetri dalam sebuah bidang sejajar dengan sumbu terowongan. Model dibangun
untuk mensimulasikan penggalian progresif dari terowongan silindris menggunakan dua bangku
menengah (yaitu bangku atas, diikuti oleh penggalian bangku yang lebih rendah pada Gambar 3.
2). Analisis jalur stres dilakukan untuk setiap kenaikan bertahap permukaaan terowongan (21
tahap total) menggunakan perhitungan iterasi pemecah dan analisis tekanan pada sebuah model
elemen hingga dapat dilakukan dengan mudah. Dalam pemodelan numerik practice, sumbu
referensi sering dipilih sedemikian rupa sehingga x, y, z sistem koordinasi dari model sejajar
dengan sumbu vertikal dan horizontal dari masalah geometri (misalnya
σ v, σ hmax, σ hmin). Referensi non-arbitrer sumbu kedua, stres utama kapak
(σ 1, σ 2, σ 3), juga sering digunakan dan sesuai dengan normal ke satu set ortogonal yang tidak
ada geser aktif.

Gambar 3. 1. Tiga-dimensi finite elemen mesh dan model geometri

Gambar 3. 2. Urutan penggalian dan dimensi bangku terowongan dimasukkan ke dalam model
numerik.
Gambar 3. 3. Kontur pemindahan plastik kumulatif selama kemajuan terowongan wajah relatif
terhadap posisi titik pemantauan tetap pada: (a) 20 m; (B) 10 m; (C) 5 m; dan (d) 0 m

Gambar 3. 3 menunjukkan akumulasi strain plastik di massa batuan sebagai permukaan


terowongan kemajuan ke arah dua poin pemantauan tetap untuk kondisi pemodelan elasto-
plastik. Namun, analisis ini hanya mempertimbangkan temperubahan poral ke massa batuan
yang dihasilkan dari peningkatan besaran stres. Secara konseptual, dan menarik sama, adalah
bagaimana propagasi arah dari stres yang disebabkan microfractures rapuh di zona kerusakan
berkontribusi batu degradasi kekuatan massa dan kegagalan yang dihasilkan mekanisme.

3.2. Analisis perilaku mekanis batuan lunak


Banyak definisi dan / atau konsep tentang batuan lunak ada telah diusulkan Fan,
1995; Guo, 1996; Lin, 1999 ). Menurut karya Sciotti (1990) , batuan lunak, yaitu batu pasir
( Nickmann dkk., 2006 ) dan batulumpur ( Yoshinaka et al., 1997 ), memiliki karakteristik
seperti deformabilitas besar, ketergantungan yang resistensi kuat pada tingkat kejenuhan atau
suhu, dan susceptibility untuk perubahan. Untuk kesederhanaan, batuan lunak telah
diklasifikasikan menjadi dua set ( Clerici, 1992; Russo, 1994 ): Batuan geologis lunak dan
Teknik soft rock Rangkaian batu empedu geologis memiliki Sifat intrinsik kelemahan,
kelonggaran dan expansibility, sementara teknik soft rock menghasilkan strain plastik yang
signifikan dan regangan creep terkena efek rekayasa. Serat klorit dari Stasiun hulu ledak Jinping
II dapat dipandang sebagai batuan soft geologis karena kelemahannya pada sifat mekanik, tapi
juga sebagai teknik soft rock karena tegangan in situ yang tinggi pada kedalaman Sekitar 1500
m.
Stasiun hulu ledak Jinping II terletak di Sungai Yalong, Provinsi Sichuan, Cina. Stasiun
pembangkit listrik tenaga air Jinping II dikenal sebagai proyek pembangkit listrik tenaga air
super besar karena sangat panjang. Bagian terowongan dalam dan terbenam dalam skala besar
paralel empat. Terowongan pengalihan stasiun tenaga air Jinping II berjarak 16,7 km. Panjang
dan jarak antara dua terowongan yang berdekatan adalah sekitar 60 m. Terowongan 2 dan 4
digali dengan pengeboran dan peledakan. Metode dalam dua langkah, sementara terowongan # 1
dan # 3 oleh TBMs. Penuh- Bagian struktur pendukung terowongan beton bertulang dengan
tebal- Panjang 50-140 cm. Kedalaman overburden sepanjang Terowongan pada dasarnya adalah
1500-2000 m dan kedalaman maksimumnya 2525 m.

Gambar 3. 4. Tata Letak skema penguatan bawah terowongan (unit: mm).

Gambar 3. 5. Distribusi deformasi di bawah dua skema penguatan (unit: mm).


Deformasi maksimum banyak terjadi setelah dukungan primer mancapai 0,5-0,7 m yaitu
7,6%-10% dari radius terowongan. Hoek dan Brown (1980) dan Barla (1995) telah
mengusulkan metode penilaian (Tabel 3. 1 ) deformasi tekan massa batuan berdasarkan data
statistik empiris deformasi besar dari batuan lunak. Metode yang diusulkan oleh Hoek dan
Brown (1980) diadopsi dalam penelitian ini karena keunggulannya dalam klasifikasi. Gambar 3.
6 menyajikan grafik persentase deformasi tekan Di zona pengalihan terowongan 1 dan 2. Untuk
dua terowongan, Persentase sectional tekan parah dan sangat parah. Deformasi masing - masing
mencapai 74,36% dan 58,93%, sedangkan yang mengalami deformasi tekan sedang adalah
23,08% dan 37,5% masing-masing. Oleh karena itu, penggalian di strap schist klorit
menghasilkan deformasi tekan yang parah menurut metode yang diusulkan oleh Hoek dan
Brown (1980) .

Gambar 3. 6. Persentase berbagai tingkat deformasi tekan

Tabel 3. 1. Penilaian tingkat kompresi massa batuan.

3.3. Analisis Elemen Hingga tentang Stabilitas Terowongan di Sekitar Batu


Evaluasi stabilitas lokal terowongan yang mengelilingi batuan dengan lapisan batuan
lemah sangat penting bagi keamanan konstruksi terowongan. Berdasarkan kondisi geologi
batuan terowongan dalam konstruksi, model elemen hingga terowongan yang mengelilingi
analisis stabilitas massa batuan dengan lapisan batuan lemah dipilih model ABAQUS linear DP
bahan model sebagai kriteria hasil gneiss. Hasil perhitungannya menunjukkan bahwa program
analisis dinamis eksplisit dapat mensimulasikan seluruh proses instabilisasi dan kegagalan
lapisan batuan lemah, dan menghindari konvergensi yang ada dalam perhitungan elemen hingga
umum, dan Model dan program analisis dapat menawarkan ukuran efektif untuk analisis
stabilitas lokal terowongan sekitarnya massa batuan dengan lapisan batu lemah.
Dengan menggabungkan aturan linier Drucker-Prager, program ABAQUA / Explicit
diadopsi untuk menganalisis kestabilan terowongan yang mengelilingi massa batuan dengan
lapisan batuan lemah. Dalam model konstitutiv massa batuan aturan kekuatan Mohr-Coulomb
dan aturan kekuatan Drucker-Prager adalah dua jenis peraturan biasa di massa batu-
tanah. Parameter kekuatan Mohr-Coulomb biasanya mudah diperoleh, namun dalam analisis
ekstrim massa batuan, hasil perhitungannya sering tidak konvergen di tikungan tajam. Dalam
artikelnya, linier Model Drucker-Prager diadopsi. Fungsi Drucker-Prager linier dan energi
potensial plastik (ABAQUS Inc, 2006).

Dimana,

adalah kemiringan dari pelat leleh linear pada p-t plane stress, dan biasanya disebut
sebagai sudut gesekan bahan.

Aturan Mohr-Coulomb dapat dilambangkan sebagai (ABAQUS Inc, 2006)

Untuk kompresi triaksial, dapat ditulis ulang sebagai

sesuai dengan kompresi Drucker-Prager Kerucut dan aturan Mohr-Coulomb


Di jalan yang sama, Sesuai dengan kerucut tarik Drucker-Prager dan peraturan
Mohr-Coulomb masing-masing adalah
BAB 4. KESIMPULAN

Terowongan umumnya dibuat melalui berbagai jenis lapisan tanah dan bebatuan sehingga
metode konstruksi pembuatan terowongan tergantung dari keadaan tanah. Metode konstruksi
yang lazim digunakan dalam pembuatan terowongan antara lain Cut and Cover System, Pipe
Jacking System (Micro Tunneling), Tunneling Bor Machine (TBM), New Austrian Tunneling
Method (NATM), dan Immersed-Tube Tunneling System.
Metode Pelaksanaan pekerjaan terowongan dapat diuraikan dengan tahap-tahap yaitu
tahap pekerjaan persiapan meliputi membuat acces road untuk mencapai titik lokasi kegiatan
pekerjaan (inlet,outlet, shaft atau adit tunnel), melakukan survei geologi, menyiapkan saluran
drainase, memasang titik-titik pengukuran, membuat bangunan pada ujung terowongan (di inlet
dan outlet), disposal area menetapkan jumlah front penggalian. Selanjuntya tahap pekerjaan
galian terowongan dengan cara konvensional, Fore-Polling Method, menggunakan shield baja,
menggunakan mesin bor. Untuk pekerjaan galian pada batuan menggunakan metode Full face
method, Heading and bench method, Drift, Metode sumuran vertikal (vertical shaft), dan metode
pilot tunnel.
Untuk deformasi, kuat tekan massa batuan berdasarkan data statistik empiris memiliki
deformasi lebih besar daripada batuan lunak.
DAFTAR PUSTAKA

Eberhardt, E. 2001. Numerical Modelling of three-dimension stress rotation ahead of an


advancing tunnel face. International Journal of Rock Mechanics & Mining Sciences 38
(2001) 499-518.

Hoek, E. Et al. 2002. Hoek-Brown Failure Criterion (2002 Edition).

Rahardjo, Paulus P. 2007. Pertimbangan Geoteknik pada Konstruksi Subway untuk Jakarta
Metro. Konferensi Nasional Teknik Sipil l (KoNTeks l) – Universitas Atma Jaya
Yogyakarta.

Wally, Junaida. Tanpa tahun. Studi Literatur Terowongan. ITB

Zhang, L. M. 2009. Elastic-plastic analysis for surrounding rock of pressure tunnel with liining
based on material nonlinear softening. Geotechnical Aspects of Underground
Construction in Soft Ground, ISBN 978-0-415-48475-6.

Zhou, Hui, et al. 2014. Analysis of mechanical behavior of soft rocks and stability control in
depp tunnels. Journal of Rock Mechanics and Geotechnical Engineering.

Anda mungkin juga menyukai