Nasofaring
Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta
(20- 24 Maret 2017)
Disusun oleh:
Identitas Pasien
Ny. S, usia 46 tahun, agama islam, status menikah , pendidikan tamat SLTA, alamat Simprug
Diporis Blok D7 No 7 Banten. Tanggal masuk ruangan Teratai 21 Januari 2017. No MR
00188219. Diagnosis medis dengan Ca. Nasofaring T3N1M0.
A. Data Kesehatan
Keluhan utama : klien mengatakan ingin eksplorasi nasofaring.
Riwayat penyakit sekarang
Klien mengatakan hari ini akan dilakukan tindakan eksplorasi nasofaring. Klien
mengatakan pada awalnya penyakit yang dirasakan adalah ada benjolan di leher sebelah
kanan dan susah menelan makanan, tetapi air putih dan susu tidak susah, telinga seperti
ada air, hidung mampet dan yang kiri keluar darah, dirasakan pada bulan November 2016
dan berobat ke RS Siloam. Kemudian dilakukan pemeriksaan patologi anatomi, hasilnya
karsinoma tak berdiferensiasi nasopharynx. Klien pada saat itu langsung dirujuk ke
Rumah Sakit Kanker Dharmais (RSKD) untuk dilakukan pemeriksaan dan pengobatan
lebih lanjut. Di RSKD klien telah dilakukan kemoterapi sebanyak 8 kali, radiasi 30 kali,
dan brakiterapi sebanyak 5 kali.
Riwayat kesehatan sebelumnya
Klien mengatakan tidak mempunyai sakit DM, hipertensi, asma, dan penyakit menular
lainnya.
Faktor risiko
Klien mengatakan dulunya sering konsumsi ikan asin dan makanan yang dibakar-bakar
seperti ayam bakar dan ikan bakar. Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang
menderita kanker.
Domain bebas nyeri
Klien tidak ada mengeluh nyeri.
Aspek kenyamanan
1. Kardiorespirasi
Saat dilakukan pengkajian klien dalam kondisi agak lemes, TD 120/80 mmHg, nadi 88x/i,
frekuensi nafas 16x/i, suhu 36°C. Batuk (-). Dada simetris kiri dan kanan, penggunaan
otot bantu napas (-), fremitus kiri=kanan, perkusi resonans, suara napas vesikuler (+),
ronchi (-), wheezing (-). Suara jantung normal, BJ I dan BJ II tunggal, CRT< 2 detik,
akral hangat, konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, pucat (+), sianosis (-), bibir kering
(+), pteki (-), hematoma (-).
2. Gastrointestinal
BB 46 Kg, TB 159 cm, IMT 21,33 Kg/m2 , penurunan BB dalam 6 bulan terakhir (+)
sekitar 13 kg. Klien susah makan karena gangguan menelan. Inspeksi abdomen normal,
tidak ada asites, auskultasi bising usus (+) di semua kuadran 10x/i, palpasi nyeri tekan (-),
nyeri lepas (-), perkusi timpani (+).
Hasil pemeriksaan 13 Februari 2017
Alkali fosfatase 35 (35-105) U/L
SGOT 16 (0-32) U/L
SGPT 13 (0-31) U/L
Berdasarkan data pengkajian: Klien mengatakan sulit dan sakit apabila menelan. TD 120/80
mmHg, nadi 88x/i, frekuensi nafas 16x/i, suhu 36°C. Maka masalah keperawatan yang
ditegakkan adalah gangguan menelan berhubungan dengan gangguan pada nasofaring
Berdasarkan data pengkajian: klien mengatakan hanya bisa makan bubur karena sulit
menelan. Penurunan BB (+) 13 kg dalam 6 bulan terakhir, penurunan nafsu makan (+),BB 46
Kg, TB 159 cm, IMT 21,33 Kg/m2 (normal), mukosa bibir klien tampak kering, konjungtiva
anemis, tonus otot baik. Maka masalah keperawatan yang ditegakkan adalah
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan menelan
makanan.
Diagnosis: Gangguan menelan b.d gangguan pada nasofaring (26 Oktober 2016 pukul 15.00
WIB)
1. Melakukan kolaborasi dengan bagian rehabilitasi Evaluasi
medik S:
2. Menganjurkan pasien untuk minum langsung dari - Klien mengatakan masih terasa sulit
gelas, tidak dari sedotan menelan makanan
3. Membantu pasien duduk pada posisi 90 derajat O :
untuk makan/latihan menelan - TD 110/70 mmHg, nadi 86x/i,
4. Menganjurkan untuk tetap duduk tegak selama 30 frekuensi nafas 18x/i, suhu 36,5°C
menit setelah makan - Klien terlihat susah dalam menelan
5. Memantau adanya tanda dan gejala aspirasi makanan
6. Menganjurkan pasien untuk tidak berbicara - Klien hanya banyak minum air putih
selama makan saja
7. Menganjurkan pasien untuk memfleksikan kepala
kedepan untuk persiapan menelan A:
- Status menelan 3 dari target 5
P:
- Intervensi terapi menelan dilanjutkan
Diagnosis: ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan menelan
makanan (26 Oktober 2015, pukul 15.00 WIB)
1. Melakukan kolaborasi dengan ahli gizi untuk S :
menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang - klien mengatakan hanya bisa makan
dibutuhkan pasien bubur karena sulit menelan.
2. Memonitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori - Klien mengatakan hanya bisa
3. Mengkaji kemampuan pasien untuk mendapatkan menghabiskan makanan ½ porsi saja.
nutrisi yang dibutuhkan O:
Monitoring nutrisi - Nafsu makan klien sudah meningkat
4. Memonitor adanya penurunan berat badan dari hari kemaren
5. Memonitor interaksi antara cucu dengan nenek - BB 46 Kg, TB 159 cm, IMT 21,33
6. Memonitor kulit kering dan perubahan Kg/m2 (normal)
pigmentasi - Mukosa bibir klien terlihat kering
7. Memonitor turgor kulit - Konjugtiva anemis
8. Memonitor kekeringan, rambut kusam, dan - Klien terlihat tidak menghabiskan
mudah patah makanannya (bubur yang dihabiskan
9. Memonitor mual dan muntah hanya ½ porsi)
10. Memonitor kadar albumin, total protein, Hb,
kadar Ht. A : Manajemen nutrisi 2 dari target 5
11. Memonitor pucat, kemerahan, dan kekeringan
jaringan konjungtiva P : Intervensi ketidakseimbangan nutrisi
12. Memonitor kalori dan intake nutrisi dilanjutkan
Diagnosis: Gangguan menelan b.d gangguan pada nasofaring (27 Oktober 2016 pukul 15.00
WIB)
1. Melakukan kolaborasi dengan bagian rehabilitasi S :
medik - Klien mengatakan masih sedikit sakit
2. Menganjurkan pasien untuk minum langsung dari untuk menelan bubur.
gelas, tidak dari sedotan
3. Membantu pasien duduk pada posisi 90 derajat
untuk makan/latihan menelan O:
4. Menganjurkan untuk tetap duduk tegak selama 30 - TD 120/70 mmHg, nadi 87x/i,
menit setelah makan frekuensi nafas 20x/i, suhu 37°C
5. Memantau adanya tanda dan gejala aspirasi - Klien terlihat masih susah dalam
6. Menganjurkan pasien untuk tidak berbicara menelan makanan
selama makan
Menganjurkan pasien untuk memfleksikan kepala A:
kedepan untuk persiapan menelan - Status menelan 2 dari target 5
P:
- Intervensi terapi menelan dilanjutkan
Diagnosis: ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan menelan
makanan (27 Oktober 2015, pukul 15.00 WIB)
1. Melakukan kolaborasi dengan ahli gizi untuk S :
menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang - Klien mengatakan hanya bisa
dibutuhkan pasien menghabiskan makanan ¾ porsi saja.
2. Memonitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori O:
3. Mengkaji kemampuan pasien untuk mendapatkan - Nafsu makan klien sudah meningkat
nutrisi yang dibutuhkan dari hari kemaren
Monitoring nutrisi - BB 46 Kg, TB 159 cm, IMT 21,33
4. Memonitor adanya penurunan berat badan Kg/m2 (normal)
5. Memonitor interaksi antara cucu dengan nenek - Mukosa bibir klien sudah mulai
6. Memonitor kulit kering dan perubahan lembab
pigmentasi - Konjugtiva tidak anemis
7. Memonitor turgor kulit - Klien terlihat tidak menghabiskan
8. Memonitor kekeringan, rambut kusam, dan makanannya (bubur yang dihabiskan
mudah patah hanya ¾ porsi)
9. Memonitor mual dan muntah
10. Memonitor kadar albumin, total protein, Hb, A : Manajemen nutrisi 2 dari target 5
kadar Ht.
11. Memonitor pucat, kemerahan, dan kekeringan P : Intervensi ketidakseimbangan nutrisi
jaringan konjungtiva dilanjutkan
12. Memonitor kalori dan intake nutrisi