Anda di halaman 1dari 20

A.

Konsep Dasar Penyakit


1. Definisi/ Pengertian
Pneumonia adalah suatu peradangan paru-paru biasanya disebabkan oleh virus
bacterial (staphylococcus, pneumococcus, atau stepcoccus) atau infeksi viral
(respiratory syncytial virus) (Bararah & Jauhar, 2013). Pneumonia adalah suatu
keadaan inflamasi akut pada parenkim paru (bronkiolus dan alveoli paru) (Chang et
al). Pneumonia adalah suatu penyakit peradangan akut parenkim paru yang biasanya
dari suatu infeksi saluran pernafasan bawah akut (Price, 2006).
Dari pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa pneumonia merupakan
infeksi pada bagian sistem pernafasan terutama parenkim paru yang disebabkan oleh
bakteri dan virus ataupun benda asing yang biasanya menimbulkan gejala demam,
nafas cepat dan muntah ataupun diare.

2. Epidemiologi/ Insiden Kasus


Pneumonia dapat terjadi pada berbagai usia, meskipun lebih banyak terjadi pada
usia yang lebih muda. Masing-masing kelompok umur dapat terinfeksi oleh pathogen
yang berbeda, yang mempengaruhi dalam penetapan diagnosa dan terapi.
Sekitar 80% dari seluruh kasus baru praktek umum berhubungan dengan infeksi
saluran nafas yang terjadi dimasyarakat (pneumonia komunitas / PK) atau didalam
rumah sakit ( pneumonia nosokomial/ PN).
Pneumonia yang merupakan bentuk infeksi saluran nafas bawah akut di
parenkim paru yang serius dijumpai sekitar 15-20 %. Pneumonia nosokomial di ICU
lebih sering daripada PN diruangan umum yaitu 42%: 13% dan sebagian besar yaitu
sejumlah 47% terjadi pada pasien yang menggunakan alat bantu mekanik. Kelompok
pasien ini merupakan bagian terbesar dari pasien yang meninggal di ICU akibat PN.

3. Etiologi/ Faktor Predisposisi


Sebenarnya pada diri manusia sudah ada kuman yang dapat menimbulkan
pneumonia sedang timbulnya setelah ada faktor- faktor prsesipitasi yang dapat
menyebabkan timbulnya
a. Bakteri
Organisme gram positif yang menyebabkan pneumonia bakteri adalah
steprokokus pneumonia, streptococcus aureus dan streptococcus pyogenis.
b. Virus
Pneumonia virus merupakan tipe pneumonia yang paling umum ini disebabkan
oleh virus influenza yang menyebar melalui transmisi droplet. Cytomegalovirus
yang merupakan sebagai penyebab utama pneumonia virus.
c. Jamur
Infeksi yang disebabkan oleh jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui
penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada kotoran
burung
d. Protozoa
Ini biasanya terjadi pada pasien yang mengalami imunosupresi seperti pada
pasien yang mengalami imunosupresi seperti pada penderita AIDS.

Penyebab pneumonia yang biasa dijumpai adalah (Bradley et.al., 2011).


a. Faktor Infeksi
1) Pada neonatus: Streptokokus group B, Respiratory Sincytial Virus (RSV).
2) Pada bayi :
a) Virus: Virus parainfluensa, virus influenza, Adenovirus, RSV,
Cytomegalovirus.
b) Organisme atipikal: Chlamidia trachomatis, Pneumocytis.
c) Bakteri: Streptokokus pneumoni, Haemofilus influenza, Mycobacterium
tuberculosa, Bordetella pertusis.
3) Pada anak-anak :
a) Virus : Parainfluensa, Influensa Virus, Adenovirus, RSV
b) Organisme atipikal : Mycoplasma pneumonia
c) Bakteri: Pneumokokus, Mycobakterium tuberculosis
4) Pada anak besar – dewasa muda :
a) Organisme atipikal: Mycoplasma pneumonia, C. trachomatis
b) Bakteri: Pneumokokus, Bordetella pertusis, M. tuberculosis
b. Faktor Non Infeksi.
Terjadi akibat disfungsi menelan atau refluks esophagus meliputi
a) Bronkopneumonia hidrokarbon :
Terjadi oleh karena aspirasi selama penelanan muntah atau sonde lambung (zat
hidrokarbon seperti pelitur, minyak tanah dan bensin).
b) Bronkopneumonia lipoid :
Terjadi akibat pemasukan obat yang mengandung minyak secara intranasal,
termasuk jeli petroleum. Setiap keadaan yang mengganggu mekanisme
menelan seperti palatoskizis, pemberian makanan dengan posisi horizontal,
atau pemaksaan pemberian makanan seperti minyak ikan pada anak yang
sedang menangis. Keparahan penyakit tergantung pada jenis minyak yang
terinhalasi. Jenis minyak binatang yang mengandung asam lemak tinggi
bersifat paling merusak contohnya seperti susu dan minyak ikan. Selain faktor
di atas, daya tahan tubuh sangat berpengaruh untuk terjadinya
bronkopneumonia. Menurut sistem imun pada penderita-penderita penyakit
yang berat seperti AIDS dan respon imunitas yang belum berkembang pada
bayi dan anak merupakan faktor predisposisi terjadinya penyakit ini.
Selain disebabkan oleh infeksi, pneumonia juga bisa di sebabkan oleh bahan-
bahan lain/non infeksi :
a. Pneumonia Lipid : Disebabkan karena aspirasi minyak mineral
b. Pneumonia Kimiawi : Inhalasi bahan-bahan organik dan anorganik atau uap
kimia seperti beryllium
c. Extrinsik allergic alveolitis : Inhalasi bahan debu yang mengandung alergen
seperti spora aktinomisetes termofilik yang terdapat pada ampas debu di pabrik
gula
d. Pneumonia karena obat : Nitofurantoin, busulfan, metotreksat
e. Pneumonia karena radiasi
f. Pneumonia dengan penyebab tak jelas. (Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru, 2006)
Adapun cara mikroorganisme itu sampai ke paru-paru bisa melalui :
a. Inhalasi (penghirupan) mikroorganisme dari udara yang tercemar
b. Aliran darah, dari infeksi di organ tubuh yang lain
c. Migrasi (perpindahan) organisme langsung dari infeksi di dekat paru-paru.

4. Patofisiologi
Adanya etiologi seperti jamur dan inhalasi mikroba ke dalam tubuh manusia
melalui udara, aspirasi organisme, hematogen dapat menyebabkan reaksi inflamasi
hebat sehingga membran paru-paru meradang dan berlobang. Dari reaksi inflamasi
akan timbul panas, anoreksia, mual, muntah serta nyeri pleuritis. Selanjutnya RBC,
WBC dan cairan keluar masuk alveoli sehingga terjadi sekresi, edema dan
bronkospasme yang menimbulkan manifestasi klinis dyspnoe, sianosis dan batuk,
selain itu juga menyebabkan adanya partial oklusi yang akan membuat daerah paru
menjadi padat (konsolidasi). Konsolidasi paru menyebabkan meluasnya permukaan
membran respirasi dan penurunan rasio ventilasi perfusi, kedua hal ini dapat
menyebabkan kapasitas difusi menurun dan selanjutnya terjadi hipoksemia
Dari penjelasan diatas masalah yang muncul, yaitu : Nyeri (akut) bisa terjadi
karena timbulnya edema pada jaringan otak menyebabkan meningkatnya tekanan
intrakranial sehingga terjadi hipertensi sistemik dan timbul nyeri. Hipertermi terjadi
karena adanya infeksi virus dan virus akan masuk ke dalam tubuh sehingga terjadi
reaksi antibody. Mual dan muntah karena terjadi peradangan di dalam paru.
Ketidakefektifan pola nafas dapat terjadi karena eksudat dan serous masuk ke alveoli
sehingga menyebabkan terjadinya konsolidasi di alveoli dan terjadi compliance paru
menurun. Ketidakefektifan bersihan jalan napas terjadi karena infeksi bakteri pada paru
menghasilkan sputum kental sehingga menyumbat bronki terjadilah batuk hebat,
bronchial terenggang dan terjadi bronkoetasis, dan intoleransi aktivitas terjadi akibat
nyeri sehingga pasien tidak memungkinkan untuk berjalan.

5. Klasifikasi
Klasifikasi klinis
a. Klasifikasi tradisional, meninjau ciri radiologis dan gejala klinis, dibagi atas :
1) Pneumonia tipikal, bercirikan tanda-tanda pneumonia lobaris yang klasik
antara lain awitan yg akut dgn gambaran radiologist berupa opasitas lobus,
disebabkan oleh kuman yang tipikal terutama S. pneumoniae, Klebsiella
pneumoniae, H. influenzae.
2) Pneumonia atipikal, ditandai dgn gangguan respirasi yg meningkat lambat
dgn gambaran infiltrate paru bilateral yg difus, disebabkan oleh organisme
atipikal dan termasuk Mycoplasma pneumoniae, virus, Chlamydia psittaci.
b. Klasifikasi berdasarkan faktor lingkungan dan penjamu, dibagi atas:
1) Pneumonia komunitas  sporadis atau endemic, muda dan orang tua
2) Pneumonia nosokomial  didahului oleh perawatan di RS
3) Pneumonia rekurens  mempunyai dasar penyakit paru kronik
4) Pneumonia aspirasi  alkoholik, usia tua
Pneumonia aspirasi merupakan peradangan yang mengenai parenkim paru,
distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, dan
alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan
pertukaran gas setempat.yang disebabkan oleh aspirasi benda asing baik yang
bersal dalam tubuh maupun di luar tubuh penderita. Pemeriksaan histologis
terdapat pneumonitis atau reaksi inflamasi berupa alveolitis dan
pengumpulan eksudat yang dapat ditimbulkan oleh berbagai penyebab dan
berlangsung dalam jangka waktu yang bervariasi.
5) Pneumonia pd gangguan imun  pada pasien transplantasi, onkologi, AIDS
Sindrom klinis, dibagi atas :
a. Pneumonia bacterial, memberikan gambaran klinis pneumonia yang akut dgn
konsolidasi paru, dapat berupa :
1) Pneumonia bacterial atipikal yang terutama mengenai parenkim paru dalam
bentuk bronkopneumonia dan pneumonia lobar
2) Pneumonia bacterial tipe campuran dengan presentasi klinis atipikal yaitu
perjalanan penyakit lebih ringan (insidious) dan jarang disertai konsolidasi
paru. Biasanya pada pasien penyakit kronik
b. Pneumonia non bacterial
Dikenal pneumonia atipikal yang disebabkan oleh Mycoplasma, Chlamydia
pneumonia.
Klasifikasi berdasarkan etiologi, dibagi atas :
a. Bakterial : Streptokokus pneumonia, Streptokokus aureus, H. influenza,
Klebsiella, dll
b. Non bacterial : tuberculosis, virus, fungi, dan parasit.
Klasifikasi berdasarkan Reeves:
a. Community Acquired Pneunomia dimulai sebagai penyakit pernafasan umum
dan bisa berkembang menjadi pneumonia. Pneumonia Streptococal merupakan
organisme penyebab umum. Tipe pneumonia ini biasanya menimpa kalangan
anak-anak atau kalangan orang tua.
b. Hospital Acquired Pneumonia dikenal sebagai pneumonia nosokomial.
Organisme seperti ini aeruginisa pseudomonas. Klibseilla atau aureus
stapilococcus, merupakan bakteri umum penyebab hospital acquired pneumonia.
c. Lobar dan Bronkopneumonia dikategorikan berdasarkan lokasi anatomi infeksi.
Sekarang ini pneumonia diklasifikasikan menurut organisme, bukan hanya
menurut lokasi anatominya saja.
d. Pneumonia viral, bakterial dan fungi dikategorikan berdasarkan pada agen
penyebabnya, kultur sensifitas dilakukan untuk mengidentifikasikan organisme
perusak.

6. Gejala Klinis
Gejala klinis tergantung pada lokasi, tipe kuman dan tingkat berat penyakit.
Adapun gejala klinis dari pneumonia yaitu :
a. Dispnea
Dispnea sering disebut sebagai sesak napas, napas pendek, breathlessness, atau
shortness of breath. Dispnea adalah gejala subjektif berupa keinginan penderita
untuk meningkatkan upaya mendapatkan udara pernapasan. Karena sifatnya
subjektif, dispnea tidak dapat diukur (namun terdapat gradasi sesak napas).
b. Hemoptisis
Hemoptisis adalah batuk darah/ dahak bercampur darah yang terjadi karena ada
lesi di paru-paru atau bronkus/ bronkioli. Ciri-cirinya merah cerah (walau pun
tidak selalu), pH alkali (basa), mengandung makrofag alveolar yang memuat
hemosiderin, serta beberapa hari setelah peredaran dapat tetap terdapat garis
perdarahan, berbusa (karena bercampur dahak dan udara).
c. Nyeri dada
Nyeri dada adalah keluhan yang paling banyak dirasakan oleh pasien dan
penderita penyakit pneumonia. Nyeri dada bisa disebabkan oleh berbagai macam
penyebab bisa dari otot atau tulang, jantung, paru-paru, saluran pencernaan, atau
bisa pula karena masalah psikologis. Nyeri karena masalah penyakit paru-paru
atau kelainan paru bisanya berkaitan dengan napas, dan disertai dengan keluhan-
keluhan lain seperti demam, batuk, dan sesak.
d. Takipnea
Takipnea (tachypnea) adalah pernapasan abnormal cepat dan dangkal, biasanya
didefinisikan lebih dari 60 hembusan per menit. Pernapasan abnormal cepat
adalah gejala yang sering disebabkan oleh penumpukan karbon dioksida dalam
paru-paru. Setiap kali kemampuan untuk membuang karbon dioksida (CO2)
menurun, terjadi penumpukan CO2 dalam darah. Hasilnya adalah asidosis
pernapasan, yang merangsang pusat pernapasan di otak Anda untuk
meningkatkan frekuensi napas dalam upaya menormalkan pH darah. Kontras
dengan bradipnea.
e. Demam, menggigil
Pengertian demam adalah suhu tubuh di atas normal (Ganong 2008). Demam
yang berarti suhu tubuh di atas batas normal biasa dapat disebabkan oleh kelainan
dalam otak sendiri atau oleh zat toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan
suhu, penyakit-penakir bakteri, tumor otak, atau dehidrasi (Guyton dan Hall
2009). Walaupun demam biasanya berhubungan dengan infeksi, bukan berarti
ada hubungan yang eksklusif.
f. Malaise
Malaise adalah perasaan umum tidak sehat, tidak nyaman, atau lesu (tidak enak
badan). Hal ini terkait dengan berbagai kondisi medis yang berbeda, dan sering
menjadi tanda pertama penyakit yang berbeda, seperti infeksi virus.
g. Kepala pusing
Sakit kepala yang secara medis dikenal sebagai cephalalgia atau dilafalkan
cephalgia adalah suatu kondisi terdapatnya rasa sakit di dalam kepala: kadang
sakit di belakang leher atau punggung bagian atas, disebut juga sebagai sakit
kepala. Jenis penyakit ini termasuk dalam keluhan-keluhan penyakit yang sering
diutarakan.
h. Batuk produktif berupa sputum
i. Peningkatan suhu tubuh
Suhu adalah pernyataan tentang perbandingan (derajat) panas suatu zat. Dapat
pula dikatakan sebagai ukuran panas / dinginnya suatu benda. Sedangkan dalam
bidang thermodinamika suhu adalah suatu ukuran kecenderungan bentuk atau
sistem untuk melepaskan tenaga secara spontan.
j. Hipoksemia
Istilah hipoksemia menyatakan nilai PaO2 yang rendah dan seringkali ada
hubungannya dengan hipoksia, atau oksigenasi jaringan yang tidak memadai.
Hipoksemia tak selalu disertasi dengan hipoksia jaringan. Seseorang masih dapat
mempunyai oksigenasi jaringan yang normal, tapi menderita hipoksemia; seperti
juga seseorang masih dapat memiliki PaO2 normal tetapi menderita hipoksia
jaringan (karena gangguan pengiriman oksigen dan penggunaan oksigen oleh sel-
sel). Tetapi ada hubungan antara PaO2 dengan hipoksia jaringan, meskipun
terdapat nilai PaO2 yang tepat pada jaringan yang menggunakan O2.Kalau semua
dianggap sama, makin cepat timbulnya hipoksemia, semakin berat pula kelainan
jaringan yang diderita. Pada umumnya nilai PaO2 yang terus menerus kurang dari
50 mmHg disertai hipoksia jaringan dan asidosis (yang disebabkan oleh
metabolisme anaerobik). Hipoksia dapat terjadi pada nilai PaO2 normal maupun
rendah sehingga evaluasi pengukuran gas darah harus selalu dikaitkan dengan
pengamatan klinik dari pasien yang bersangkutan. Sianosis merupakan satu tanda
yang tidak dapat diandalkan karena SaO2 harus kurang dari 75% pada orang
dengan kadar Hb normal sebelum tanda itu dapat diketahui.

7. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Keadaan umum pada klien dengan pneumonia dapat dilakukan secara selintas
pandang dengan menilai keadaan fisik tiap bagian tubuh. Selain itu, perlu dinilai
secara umum tentang kesadaran klien yang terdiri atas compos mentis, apatis,
somnoloen, sopor, soporo, atau koma. Seorang perawat perlu mempunyai
pengalaman dan pengetahuan tentang konsep anatomi dan fisiologis umum
sehingga dengan cepat dapat menilai keadaan umum, kesadaran, dan pengukuran
GCS bila kesadaran klien menurun yang memerlukan kecepatan dan ketepatan
penilaian. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital pada klien dengan pneumonia
biasanya didapatkan peningkatan suhu tubuh lebih dari 40° celcius, frekuensi
nafas meningkat dari frekuensi normal, denyut nadi biasanya meningkat seirama
dengan peningkatan suhu tubuh dan frekuensi pernafasan, dan apabila tidak
melibatkan infeksi sistemis yang berpengaruh pada hemodinamikardiovaskuler
tekanan darah biasanya tidak ada masalah.
b. Breathing
Pemeriksaan fisik pada klien dengan pneumonia merupakan pemeriksaan fokus,
berurutan pemeriksaan ini terdiri atas inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi.
1) Inspeksi
Bentuk dada dan gerakan pernafasan. Gerakan pernafasan simetris. Pada
klien dengan pneumonia sering ditemukan peningktan frekuensi nafas cepat
dan dangkal, serta adanya retraksi sternum dan intercosta space (ICS). Nafas
cuping hidung pada sesak berat dialami terutama ada anak-anak. Batuk dan
sputum. Saat dilakukan pengkajian batuk pada klien dengan pneumonia,
biasanya didapatkan batuk produktif disertai dengan adanya peningkatan
produksi sekret dan sekresi sputum yang purulens.
2) Palpasi
Klien dengan pneumonia tanpa disertai komplikasi, biasanya didapatkan
bunyi resonan atau sonor pada seluruh lapang paru.
3) Perkusi
Klien dengan pneumonia tanpa disertai komplikasi, biasanya didaptkan
bunyi resonan atau sonor pada seluruh lapang paru. Bunyi redup perkusi pada
klien dengan pneumonia didapatkan apabila bronkopneumonia menjadi
suatu sarang (kunfluens).
4) Auskultasi
Pada klien dengan pneumonia, didapatkan bunyi nafas melemah dan bunyi
nafas tambahan ronkhi basah pada sisi yang sakit. Penting bagi perawat
pemeriksa untuk mendokumentasikan hasil auskultasi di daerah mana
didapatkan adanya ronkhi.
c. Blood
Pada klien dengan pneumonia, pengkajian yang didapat meliputi : inspeksi :
didapatkan kelemahan fisik secara umum. Palpasi : denyut nadi perifer melemah.
Perkusi : batas jantung tidak mengalami pergeseran. Auskultasi : tekanan darah
biasanya normal. Bunyi jantung tambahan biasanya tidak didapatkan.
d. Brain
Klien dengan pneumonia yang berat sering terjadi penurunan kesadaran, di
dapatkan sianosis perifer apabila gangguan perfusi jaringan berat. Pada
pengkajian objektif, wajah klien tampak meringis, menangis, merintih, meregang,
dan menggeliat.
e. Bladder
Pengukuran volume output urine berhubungan dengan intake cairan. Oleh karena
itu, perawat perlu memonitor adanya oliguria karena hal tersebut merupaan tanda
awal dari syok.
f. Bowel
Klien biasanya mengalami mual, muntah, penurunan nafsu makan, dan
penurunan berat badan.

g. Bone
Kelemahan dan kelelahan fisik secara umum sering menyebabkan
ketergantungan klien terhadap bantuan orang lain dalam melakukan aktivitas
sehari-hari.

8. Pemeriksaan Diagnostik/ Penunjang


a. Pemeriksaan radiology (Chest X-Ray)  teridentifikasi adanya penyebaran
(misal lobus dan bronchial), menunjukkan multiple abses/infiltrat, empiema
(Staphylococcus), penyebaran atau lokasi infiltrasi (bacterial),
penyebaran/extensive nodul infiltrat (viral).
b. Pemeriksaan laboratorium (DL, Serologi, LED)  leukositosis menunjukkan
adanya infeksi bakteri, menentukan diagnosis secara spesifik, LED biasanya
meningkat. Elektrolit : Sodium dan Klorida menurun. Bilirubin biasanya
meningkat.
c. Analisis gas darah dan Pulse oximetry  menilai tingkat hipoksia dan kebutuhan
O2.
d. Pewarnaan Gram/Cultur Sputum dan Darah  untuk mengetahui oganisme
penyebab
e. Pemeriksaan fungsi paru-paru  volume mungkin menurun, tekanan saluran
udara meningkat, kapasitas pemenuhan udara menurun dan hipoksemia.

9. Diagnosis/ Kriteria Diagnosis


Penegakan diagnosis dibuat dengan pengarahan kepada terapi empiris,
mencakup bentuk dan luas penyakit, tingkat berat penyakit dan perkiraan jenis kuman
penyebab infeksi. Dugaan mikrorganisme penyebab infeksi mengarahkan pada
pemilihan antibiotic yang tepat.

10. Therapy/ Tindakan Penanganan Keintensifan


a. Terapi antibiotik
Merupakan terapi utama pada pasien pneumonia dengan manifestasi apapun,
yang dimaksudkan sebagai terapi kausal terhadap kuman penyebabnya.
b. Terapi suportif umum
1) Terapi O2 untuk mencapai PaO2 80-100 mmHg atau saturasi 95-96 %
berdasarkan pemeriksaan AGD.
2) Humidifikasi dengan nebulizer untuk mengencerkan dahak yang kental.
3) Fisioterapi dada untuk pengeluaran dahak, khususnya anjuran untuk batuk
dan napas dalam.
4) Pengaturan cairan: pada pasien pneumonia, paru menjadi lebih sensitif
terhadap pembebanan cairan terutama pada pneumonia bilateral.
5) Pemberian kortikosteroid, diberikan pada fase sepsis.
6) Ventilasi mekanis : indikasi intubasi dan pemasangan ventilator dilakukan
bila terjadi hipoksemia persisten, gagal napas yang disertai peningkatan
respiratoy distress dan respiratory arrest.
7) Rainase empiema bila ada.

11. Komplikasi
a. Pneumonia interstisial akut
Pneumonia interstisial akut (AIP) adalah kondisi pernapasan langka yang ditandai
dengan pembentukan membran hialin di paru-paru.
b. Atelektasisi segmental atau lobar kronik
Kadang-kadang sulit dikenal pada foto thorak PA, maka perlu pemotretan dengan
posisi lain seperti lateral, miring (obligue), yang memperlihatkan bagian uang
terselubung dengan penarikan fissure interlobularis.
c. Rusaknya jalan nafas
d. Efusi Pleura
Efusi Pleura, yang juga dikenal dengan cairan di dada, adalah suatu kondisi medis
yang ditandai dengan peningkatan cairan yang berlebihan diantara kedua lapisan
pleura. Pleura adalah kantung yang terdiri dari dua lapisan yang meliputi paru-
paru dan memisahkannya dari dinding dada dan struktur-struktur di sekitarnya.
Biasanya, sejumlah kecil cairan yang ada diantara dua lapisan tersebut berfungsi
sebagai pelicin, mencegah gesekan ketika paru-paru mengembang dan
menguncup ketika bernafas. Pada efusi pleura, jumlah cairan yang abnormal
dalam rongga pleura membatasi fungsi paru-paru, menghasilkan gejala, seperti
batuk, nyeri dada dan kesulitan bernafas.
e. Kalsifikasi paru
f. Fibrosis paru
Fibrosis Paru adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan kerusakan dan
jaringan parut pada jaringan paru yang menyebabkan jaringan paru tersebut
menjadi tebal dan kaku, sehingga terjadi pernafasan yang pendek. Fibrosis Paru
merupakan penyakit jangka panjang yang berhubungan dengan peradangan.
Kerusakan dan jaringan parut dapat disebabkan oleh banyak hal termasuk paparan
yang sering dari racun udara di tempat kerja, penyakit paru tertentu, seperti
sarkoidosis paru dan tuberculosis.
g. Bronkitis obliteratif dan bronkiolitis
Bronkiolitis adalah suatu kondisi terjadi terutama pada umur kurang dari 6 bulan
dan didahului dengan gejala pilek yang diikuti oleh batuk iritatif serak, sukar
bernafas, dan tidak mau makan. Bronkiolitis akut adalah suatu sindrom obstruksi
bronkiolus yang sering diderita bayi atau anak berumur kurang dari 2 tahun,
paling sering pada usia 6 bulan. Bronkiolitis akut adalah penyakit obstruktif
akibat inflamasi akut pada saluran nafas kecil (bronkiolus), terjadai pada anak
berusia kurang dari 2 tahun dengan insidens tertinggi sekitar usia 6 bulan.
h. Atelektasis persisten.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal yang sangat menentukan keberhasilan dari proses
keperawatan tersebut. Pengkajian harus dilakukan secara teliti sehingga didapatkan
informasi yang tepat. Adapun hal yang perlu dikaji dalam kasus ini antara lain;
a. Identitas klien
Nama, tempat tanggal lahir, umur, jenis kelamin, agama/suku, warga Negara, bahasa
yang digunakan, penanggung jawap meliputi : nama, alamat, hubungan dengan klien.
b. Keluhan Utama
Keluhan yang sangat dirasakan pasien saat pengkajian :
 Apa hal yang membuat pasien datang ke rumah sakit
 Hal yang mengganggu keadaan umum pasien
c. Riwayat Penyakit (Keluhan) Sekarang
 Adanya perilaku protektif/perasaan tidak tenang
 Peningkatan tekanan darah, nadi , pernapasan
 Wajah menyeringai
 Prilaku distraksi seperti menangis dan merintih
 Faktor yang dapat menambah nyeri, misalnya ketidakpercayaan, kesalahpahaman,
ketakutan, kelelahan, dan kebosanan.
 Perjalanan nyeri, pengobatan, dan efek samping; perjelas jika tidak realistis
 Tingkat ansietasi: ringan, sedang, berat, panik.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
 Apakah pasien pernah masuk rumah sakit sebelumnya
 Kapan, dimana dan berapa lama penyakit yang pernah dialami oleh klien
 Obat – obatan apa yang biasa dikonsumsi dan berapa lama obat – obatan tersebut
dikonsumsi
 Apakah ada alergi obat atau tidak
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Genogram: Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama.
( Minimal 3 generasi)
f. Pengkajian
1) Persepsi terhadap kesehatan
Sebelum sakit :
- Bagaimana persepsi klien tentang kesehatannya
- Apakah klien rajin berkonsuktasi tentang kesehatanya
- Apakah pasien merawat diri dengan baik sebelumnya
Saat sakit :
- Apakah pasien mau kooperatif dalam setiap tindakan
- Bagaimana klien dapan memandang dirinya saat sakit
2) Pola aktivitas dan latihan
Sebelum sakit :
- Apakah pasien dapt melakukan ADL secara mandiri
- Apakah klien sering melakukan olahraga/latiahan fisik
Saat sakit :
- Apakah pasien dapat melakukan ADL mandiri
- Apakah pasien dibantu dalam melakukan ADL
3) Pola istirahat dan tidur
Sebelum sakit :
- Berapa lama pasien tidur dalam satu hari
- Apakah pola tidur masih dalam rentang normal ( 7-8 jam)
- Apakah pasien tidur dengan baik
- Apakah pasein memiliki riwayat insomnia
Saat sakit
- Bagaiman apola tidur klien
- Apakah pasien dapat tidur dengan baik
- Apakah pasien tidur dengan waktu yang cukup
4) Pola nutrisi-metabolik
Sebelum sakit :
- Bagaimana pola konsumsi pasien
- Apakah pasien mengkonsumsi makanan yang tinggi serat
- Apakah klien dapat menghabiskan makanan dalam satu porsi
- Apakah pasien BAB lancar
Saat sakit :
- Apakah ada mual muantah yang menyertai klien
- Apakah pasien makan sesuai dengan diet yang disarankan
- Apakah pasien dapat menghabiskan makanan yang disediakan

5) Pola eliminasi
Sebelum sakit :
- Apakah pasien dapat BAB/ BAK dengan baik setiap hari
- Apakah konsistensi BAB (lembek,berwana kecoklatan,tidak berlendir)
- Apakah pasien BAK dangan baik (urin kuning jernih, bau urea, tidak bercampur
darah)
Saat sakit :
- Bagaimana frekuensi BAB/BAK klien
- Apakah konsistensi feses padat/cair
- Berapa kali pasien BAB dalam sehari
- Apakah BAB disertai darah
- Apakah BAK disertai darah
6) Pola kognitif-perseptual
Sebelum sakit :
- Apakah klien dapat menggunakan indranya dengan baik
Saat sakit :
- Apakah klien dapat menggunakan indranya dengan baik
- Bagaimana respon klien terhadap nyeri
7) Pola konsep diri
Sebelum sakit :
- Apakah Pasien dapat dapat melakukan aktifitas sesuai kemampuannya
- Apakah Pasien dapat mencapai apa yang dia inginkan
- Apakah Pasien dapat melahsanakan peran berhubungan dengan baik
Saat sakit :
- Apakah Pasien dapat dapat melakukan aktifitas sesuai kemampuannya setelah
sakit
- Apakah Pasien dapat mencapai apa yang dia inginkan setelah sakit
- Apakah Pasien dapat melahsanakan peran berhubungan dengan baik setelah
sakit
8) Pola koping
Sebelum sakit :
- Apakah klien dapat menyelesaikan masalahnya sendiri
Saat sakit :
- Apakah klien dapat menyelesaikan masalahnya sendiri
9) Pola seksual-reproduksi
- Apakah pasien sudah berkeluarga
- Apakah pasien sudah memiliki anak
- Bagaimana hubungan pasien dengan pasanganya
10) Pola peran-berhubungan
Sebelum sakit :
- Apakah pasien meniliki hubungan baik dengan kelurga
- Apakah pasien dapat menjalankan peran nya dalam keluarga
Saat sakit :
- Apakah pasien meniliki hubungan baik dengan kelurga
- Apakah pasien dapat menjalankan peran nya dalam keluarga
11) Pola nilai dan kepercayaan
Sebelum sakit :
- Apakah klien beribadah dengan baik
- Apakah kepercayaaan yang dianut pasien
Saat sakit :
- Apakah pasien dapat melahsanakan ibadah di tempat tidur
- Apakah pasien mampu melaksanakan ibadahnya

g. Pemeriksaan fisik
1) Kepala:bagaimana bentuk kepala, berambut/alopesia,apakah ada benjolan di kepala
2) Kulit dan Kuku: bagaimana elastisitas kulit, apakah terdapat luka pada kulit, apakah
terdapat benjolan pada kulit,pada kuku apakah terjadi kebiruan (hyopoksia), apakah
CVR < 2 detik (normal)
3) Mata
- Apakah bentuk mata simetris
- Bagaimana warna sclera, ada normal berwana putih
- Bagaimana konjungtiva apakah pucat (tanda anemis)
4) Hidung
- Bagaimana kepatenan hidung pasien
- Apakah bentuk hidung simetris
- Apakah ada massa di hidung
5) Telinga
- Apakah pasien dapat mendenger dengan baik
- Apakah ada massa dalam telinga
- Apakah ada serumen
6) Mulut
- Apakah ada luka di mulut
- Apakah mulut pasien bau ( tanda infeksi kuman )
- Apakah ada pembengkakan di mulut
- Bagaimana mukosa mulut apakah kering atau tidak
7) Leher
- Apakah ada benjolan di sekitar leher
8) Paru-Paru
I : bentuk dada (simetris/ tidak), ekspansi, sifat pernapasan,frekuensi 16-
20x/menit
Pa : apakah ada nyeri tekan, ekspoansi dada
Pe : sonor (normal)
A : vesikuler
9) Jantung
I : bentuk dada (simetris , normal )
Pa : Denyut apeks ( letak dan kekuatan ), meningkat bila curah jantung besar,
hipertrofi jantung
Pe : Dalnes/pekak (noemal )
A : BJ I (S1) : penutupan katub mitral dan trikuspidalis = LUB
BJ II (S2) : penutupan katub Aorta dan Pulmonal = DUB
10) Abdomen
I : keadaan kulit, bentuk ,gerakan abdomen,pembesaran organ atau tumor
A :mendengarkan peristaltic usus, mendengarkan pembuluh darah
Pe : thympani
Pa : apakah ada benjolan
11) Ekstremitas
a. Superior
b. Inferior
c. Kekuatan otot
Derajat kekuatan otot
- Derajat 5 : Kekuatan normal dimana seluruh gerakan dapat dilakukan otot
dengan tahanan maksimal dari proses yang dilakukan berulang-ulang tanpa
menimbulkan kelelahan.
- Derajat 4 : Dapat melakukan Range of motion (ROM) secara penuh dan
dapat melawan tahanan ringan.
- Derajat 3 : Dapat melakukan ROM secara penuh dengan melawan gaya
berat (gravitasi), tetapi tidak dapat melawan tahanan.
- Derajat 2 : Dengan bantuan atau menyangga sendi dapat melakukan ROM
secara penuh.
- Derajat 1 : Kontraksi otot minimal terasa/ teraba pada otot bersangkutan
tanpa menimbulkan gerakan.
- Derajat 0 : Tidak ada kontraksi otot sama sekali

2. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul


1) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sekresi tertahan/ sisa
sekresi ditandai dengan suara nafas tambahan, dipsnea.
2) Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan keletihan otot pernafasan
ditandai dengan takipneu, penurunan tekanan aspirasi.
3) Hipertermia berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme ditandai dengan
takikardi, takipnea, kulit terasa hangat.
4) Nyeri akut berhubungan agen cedera fisik ditandai dengan mengekspresikan
prilaku gelisah, melaporkan nyeri secara verbal.
5) Mual berhubungan dengan distensi lambung ditandai dengan rasa asam di dalam
mulut, sensasi muntah.
6) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum ditandai dengan
menyatakan merasa letih, menyatakan merasa lemah.

3. Intervensi
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Hasil
1 Ketidakefektifan Setelah dilakukan NIC LABEL :
bersihan jalan nafas asuhan keperawatan Airway Management:
berhubungan dengan selama ... x….. jam 1. Observasi pernafasan 1. Mengetahui
sekresi tertahan/ sisa diharapkan klien pasien perkembanga pasien
sekresi ditandai bersihan jalan napas 2. Auskultasi suara 2. Obstruksi jalan nafas
dengan suara nafas efektif dengan kriteria nafas pasien dapat
tambahan, dipsnea. hasil: memanifestasikan
NOC LABEL : dengan adanya bunyi
Respiratory status: nafas
Airway patency: 3. Posisikan pasien 3. Dapat mempermudah
1. Status pernafasan semaksimal mungkin fungsi pernafasan
pasien paten : RR: untuk membuka jalan
16-24x/ menit nafas yang paten
2. Irama pernafasan 4. Kolaborasi 4. Dapat melancarkan
pasien teratur menggunakan jalan nafas klien
3. Pasien dapat bronkodilator
mengeluarkan dahak

2 Ketidakefektifan Setelah dilakukan NIC LABEL :


pola nafas asuhan keperawatan Airway Management:
berhubungan dengan selama ... x….. jam 1. Observasi pernafasan 1. Mengetahui
keletihan otot diharapkan klien pola pasien perkembanga pasien
pernafasan ditandai napas efektif dengan 2. Auskultasi suara 2. Obstruksi jalan nafas
dengan takipneu, kriteria hasil: nafas pasien dapat
penurunan tekanan NOC LABEL : memanifestasikan
aspirasi. Respiratory status: dengan adanya bunyi
Airway Patency nafas
1. Status pernafasan 3. Posisikan pasien 3. Dapat mempermudah
klien paten RR: 16- semaksimal mungkin fungsi pernafasan
24x/ menit. untuk membuka jalan
2. Irama pernafasan nafas yang paten
klien teratur. 4. Kolaborasi 4. Memaksimalkan
3. Tidak tampak pemberian O2. sediaan oksigen untuk
penggunaan otot klien.
bantu pernafasan.
4.
3 Hipertermia Setelah dilakukan NIC LABEL :
berhubungan asuhan keperawatan Fever Treatment
dengan selama ... x….. jam 1. Observasi tanda-tanda 1. Peningkatan suhu,
peningkatan laju diharapkan panas tubuh vital klien nadi, tekanan darah
metabolisme klien dalam rentang dan pernafasan dapat
ditandai dengan normal dengan kriteria mempengaruhi
takikardi, takipnea, hasil: kondisi klien.
kulit terasa hangat. NOC LABEL : 2. Berikan kompres 2. Memperlebar
Thermoregulation hangat. pembuluh darah
1. Suhu dalam rentang klien.
normal (36,5-37,2oC)
2. Tidak ada perubahan 3. Berikan klien selimut 3. Agar tubuh klien
warna kulit. yang tebal. tetap hangat.
4. Delegatif pemberian 4. Mengurangi panas
obat antipiretik. tubuh klien.

4. Implementasi
Pada tahap implementasi merupakan kelanjutan dari rencana keperawatan yang
telah ditetapkan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan pasien secara optimal.
Implementasi merupakan wujud dari tujuan keperawatan pada tahap perencanaan.

5. Evaluasi
Evaluasi diagnosa pertama :
a. Status pernafasan pasien paten : RR: 16-24x/ menit
b. Irama pernafasan pasien teratur
c. Pasien dapat mengeluarkan dahak
Evaluasi diagnosa kedua :
a. Status pernafasan klien paten RR: 16-24x/ menit.
b. Irama pernafasan klien teratur.
c. Tidak tampak penggunaan otot bantu pernafasan.
Evaluasi diagnosa ketiga :
a. Suhu dalam rentang normal (36,5-37,2oC)
b. Tidak ada perubahan warna kulit.

Anda mungkin juga menyukai